Oleh :
BAB IV
84
Pada bab ini peeliti mereview hasil dan pembahasan kasus dari laporan
dinas (octaviana nur) di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan Karya
umum data khusus tentang asuhan keperawatan pada klien post operatif fraktur
A. Hasil
Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi,
Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan Batu Ureter. Kasus
dari dua rumah sakit rujukan milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
RSUD Abdul Wahab Sjahranie ini antara lain Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi farmasi, ruang rawat inap. fisioterapi, dan IGD 24 jam. Untuk
Mawar, Bougenvil, Teratai, ICU, ICCU, HCU, Stroke Centre, dan Sakura.
a. Pengkajian
klien 1 dan klien 2 ditemukan ada persamaan seperti nyeri pada daerah
dari motor, kaki kiri terasa nyeri .Sedangkan data klien 2, klien
klien 1 dan klien 2, ekspresi ke dua klien pada penyakitnya yaitu tidak
Tabel 4.2 Hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada Klien 1 di RSUD
dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan klien 2 di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Perkusi :
Sonor, batas paru hepar
ICS 5 dekstra
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler
dan tidak ada suara nafas
tambahan.
9. Pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada, a. Tidak ada keluhan
Sistem Kardiovaskuler CRT < 3 detik. Ictus nyeri dada
cordis tidak terlihat, ictus b. Inspeksi
cordis teraba di ICS V Tidak terlihat
linea midclavikula kiri , adanya pulsasi iktus
basic jantung terletak di kordis, CRT < 2
ICS III sterna kanan dan detik dan Tidak ada
ICS III sterna kiri suara sianosis
perkusi redup , pinggang c. Palpasi
jantung terletak di ICS Ictus Kordis teraba di
III sampai V sterna ICS 5 dan Akral
kanan suara perkusi Hangat
redup, apeks jantung d. Perkusi
terletak di ICS V - Batas atas : ICS II
midclavikula kiri suara line sternal dekstra
perkusi redup. Bunyi - Batas bawah : ICS
jantung I terdengar lup V line
dan bunyi jantung II midclavicula
terdengar dup. Tidak ada sinistra
bunyi jantung tambahan. - Batas kanan : ICS
III line sternal
dekstra
- Batas kiri : ICS III
line sternal sinistra
e. Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub,
reguler dan
intensitas kuat
- BJ II Pulmonal :
Dub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Trikuspid :
Lub, reguler dan
intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub,
reguler dan
intensitas kuat
- Tidak ada bunyi
jantung tambahan
Tidak ada kelainan
10. Pemeriksaan Sistem BB: 50 kg a. BB : 55 Kg
Pencernaan dan Status TB: 160 cm b. TB : 150 Cm
Nutrisi IMT: 19 kg/m2 c. Asupan makan tidak
Kategori: berat badan berkurang
ideal d. BAB
Tidak ada penurunan - 1 kali sehari
berat badan dalam 6 - Konsistensi lunak
bulan terakhir dan nafsu e. Diet
makan baik. - Frekuensi makan 3
Saat di rumah klien kali sehari
memiliki kebiasaan - Nafsu makan baik
makan dengan nasi, - Porsi makan habis
sayur, dan lauk sejumlah
1 porsi sedang sekali
makan dengan frekuensi
3 kali sehari pada pagi,
siang, dan malam. Saat
di rumah, klien memiliki
kebiasaan minum
sejumlah ± 1500 ml,
minuman yang diminum
oleh klien berupa air
putih. Di rumah sakit,
klien makan dengan nasi,
sayur, lauk dan buah
sejumlah 1 porsi sedang
sekali makan dengan
frekuensi 3 kali sehari
pada pagi, siang, dan
malam. Saat di rumah
sakit, klien minum
sejumlah ± 1500 ml,
minuman yang diminum
oleh klien berupa air
putih. Klien tidak
memiliki pantangan atau
alergi, tidak memiliki
kesulitan dalam
mengunyah dan menelan,
tidak ada mual dan
muntah. Semenjak sakit,
klien dapat makan
sendiri.
Perkusi
Shifting Dullness tidak
ditemukan
Tidak ada nyeri pada
pemeriksaan perkusi
ginjal
kenyamanan dan nyeri pada klien 1 didapatkan nyeri pada kaki kiri
jika digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada kaki kiri yang
patah, skala nyeri 5, nyeri terasa saat digerakkan dan hilang saat
pada klien 2 didapatkan data bahwa klien mandi 1 kali sehari, tidak
Pemeriks aan
Penunjang Klien 1 Klien 2
pada klien 1 didapatkan nilai hemoglobin rendah yaitu 11.11 dan nilai
Klien 1 Klien 2
Masalah
No
Data Etiologi Keperawata
.
n
1. Data Subjektif : Agen pencedera Nyeri akut
a) Klien mengatakan fisik
nyeri pada kaki
sebelah kiri mulai
terasa
P: nyeri pada kaki
kiri
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R: nyeri pada paha
kiri di area operasi
S: skala nyeri 5
T: nyeri yang
dirasakan hilang
timbul
Data Obyektif:
a) Ekspresi wajah
sesekali meringis
menahan nyeri
b) Klien tampak
bersikap protektif
c) TTV:
TD: 120/70 mmHg
N: 78x/menit
S: 36,60C
RR: 20x/menit
2. Subyektif Prosedur invasive Gangguan
(tidak tersedia) integritas kulit/
Obyektif jaringan
a) Terdapat luka
jahitan operasi di
paha kiri, tidak ada
rasa panas dan
pembengkakan,
terdapat sedikit
kemerahan di area
luka operasi
b) Klien tampak
sesekali meringis
akibat nyeri.
3. Subyektif gangguan Gangguan
Masalah
No
Data Etiologi Keperawata
.
n
a) Klien mengatakan musculoskeletal mobilitas fisik
kaki kirinya belum
bisa digerakkan
tetapi masih bisa
merasakan
sentuhan dan jari-
jari kaki bisa
digerakkan.
b) Klien mengatakan
susah untuk
melakukan miring
kiri dan miring ke
kanan
c) Klien mengatakan
nyeri pada kaki
sebelah kiri mulai
terasa
Obyektif
a) Kekuatan otot
5 5
5 2
b) Total skor
pada
mobilisasi
barthel
indeks: 11
(ketergantung
an sedang)
c) Pergerakan
sendi terbatas
4. Subyektif kondisi pasca operasi Risiko jatuh
-
Obyektif
a) Terpasang infus di
tangan kanan, DC
b) Total skor risiko
jatuh dalam skala
morse: 55 (risiko)
c) Pergerakan sendi
terbatas
d) Kekuatan otot
5 5
5 2
Tabel 4.6
Analisa data pasien II ( Tn. B ) dengan post fraktur femur
di ruang cempaka RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda tahun 2019
No
Data Etiologi Masalah Keperawatan
.
Data Subjektif : Agen pencedra fisik (D. 0077) Nyeri akut
a. Pasien mengatakan
nyeri pada kaki
kanan bagian paha
nyeri yang
dirasakan pasien
seperti ditusuk
tusuk dengan
sekala nyeri 5 dan
nyeri yang
1. dirasakan hilang
timbul dengan
durasi nyeri saat
nyeri muncul
sekitar 1 – 2 menit
Data Objektif :
a. Wajah pasien
terlihat meringis
b. Terpasang perban
dikaki kanan
c. Pasien menderita
fraktur femur
2. Data Subjektif : Gangguan (D.0054) Gangguan
a. Pasien mengatakan Muskulosekletal mobilitas fisik
sulit bergerak
karena keadaan
kakinya yang
fraktur
b. Pasien mengatakan
tidak bisa
beraktivitas normal
seperti biasanya
karena fraktur
tersebut
c. Pasien mengatakan
belum bias
menapakan telapak
kaki kanannya
d. Pasien mengatakan
kesulitan berpindah
dari duduk ke
berdiri
Data Objektif :
a. Pasien menderita
fraktur pada kaki
kanan
b. Aktivitas pasien
telihat dibantu oleh
keluarga
No
Data Etiologi Masalah Keperawatan
.
c. Pasien terlihat
kesulitan
membolak balikan
posisi
d. Kekutan otot pada
kaki kanan 3 selain
itu 5
e. Tepasang balutan
perban pada paha
kanan
Data Subjektif : Penurunan Aliran (D.0009) Perfusi Perifer
a. Pasien mengatakan Arteri dan /atau Vena Tidak Efektif
nyeri ekstremitas (edema)
b. Pasien mengtakan
kadang kadang
kakinya keram
3.
c. Pasien mengatakan
kakinya bengkak
Data Objektif :
a. Terlihat edema
pada kaki kanan
pasien
4. Data Subjektif : Kelemahan (D.0109) Defisit
a. Pasien Perawatan Diri
mengatakan sulit
untuk merawat diri
karena
keterbatasan
pergerakan
b. Pasien
mengatakan sehari
hanya 1 kali di
seka
Data Objektif :
a. Pasien dalam
memenuhi
kebutuhan
personal hygiene
dibatu oleh
keluarga
b. Pasien untuk
kebutuhan toileting
menggunakan
diapers
c. Pasien terpasang
cateter
d. Skor barthel indeks
dengan kategori
tingkat
ketergantungan
total dengan skor 3
No
Data Etiologi Masalah Keperawatan
.
b. Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Klien 2
Hari/ Hari/
No. Diagnosa Diagnosa
tanggal tanggal
Keperawatan Keperawatan
ditemukan ditemukan
Post Operatif
1 Senin,8 Nyeri akut b.d agen Kamis,2 (D.0077) Nyeri akut
April 2019 pencedera fisik Mei 2019 berhubungan dengan
(prosedur operasi ) agen pencedera fisik
dibuktikan dengan
wajah pasien tampak
meringis dan pasien
mengeluh nyeri pada
kaki kanan dengan
sekala nyeri 6 dan
durasi nyeri saat timbul
1-2 menit.
April 2019 dan klien 2 tanggal 2 Mei 2019. Pada klien 1 muncul 4
keperawatan.
b. Perencanaan
Klien 2
Kamis, 2 (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Mei 2019 Nyeri akut keperawatan selama 3x8 Observasi
berhubungan jam maka tautan nyeri 1.1 Identifikasi factor
dengan agen meningkat dengan kriteria pencetus dan pereda
pencedera hasil: nyeri
fisik. 1. Melaporkan nyeri 1.2 Monitor kualitas nyeri
terkontrol meningkat 1.3 Monitor lokasi dan
2. Kemampuan mengenali penyebaran nyeri
onset nyeri meningkat 1.4 Monitor intensitas nyeri
3. Kemampuan dengan menggunakan
menggunakan teknik skala
nonfarmakologis 1.5 Monitor durasi dan
meningkat frekuensi nyeri
4. Keluhan nyeri Teraupetik
penggunaan analgesik 1.6 Ajarkan Teknik
menurun nonfarmakologis untuk
5. Meringis menurun mengurangi rasa nyeri
6. Frekuensi nadi 1.7 Fasilitasi istirahat dan
membaik tidur
7. Pola nafas membaik Edukasi
8. Tekanan darah 1.8 Anjurkan memonitor
membaik nyeri secara mandiri
1.9 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
1.10 Kolaborasi pemberian
obat analgetik
Kamis, 2 (D.0054) Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
Mei 2019 Gangguan keperawatan selama 3x8 Observasi
mobilitas fisik jam mobilitas fisik 2.1 Identifikasi kemampuan
berhubungan meningkat dengan kriteria pasien beraktivitas
dengan hasil: 2.2 Monitor kondisi umum
gangguan 1. Pergerakan ekstremitas selama melakukan
muskuloseklet meningkat mobilisasi
al 2. Kekuatan otot Teraupetik
meningkat 2.3 Fasilitasi aktivitas
3. Rentang gerak (ROM) mobilisasi dengan alat
meningkat bantu ( mis. Pagar
a. Kelemahan fisik tempat tidur )
menurun 2.4 Fasilitasi melakukan
pergerakan jika perlu
2.5 Libatkan keluarga dalam
merencanakan dan
memelihara program
latihan fisik
Edukasi
2.6 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2.7 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
2.8 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
d. Pelaksanaan
Waktu
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Pelaksanaan
Senin,
8 April 2019 Melakukan pengkajian DS:
14.30 Wita 1.1 Mengidentifikasi lokasi , 1) Klien mengatakan selesai
karakteristik,durasi , operasi sekitar jam 14.00
frekuensi ,kualitas dan 2) Klien mengatakan masih
intesitas nyeri terasa nyeri pada kaki kiri
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri P: nyeri pada kaki kiri jika
1.3 Mengidentifikasi respon nyeri digerakkan
non verbal Q: nyeri seperti ditusuk-
2.1 Mengidentifikasi tusuk
karakteristik luka R: nyeri pada paha kiri yang
3.1 mengidentifikasi patah
kemampuan klien dalam S: skala nyeri 5
mobilisasi T: nyeri terasa saat kaki
3.2 Memonitor ttv digerakkan dan hilang saat
4.1 Mengidentifikasi factor diistirahatkan
resiko jatuh. 3) Klien mengatakan susah
4.2 Menghitung risiko jatuh melakukan miring kanan
dengan menggunakan skala dan miring kiri bisa duduk
(mis. fall morse scale). dengan bantuan
4) Klien mengatakan kaki
kirinya susah digerakkan
dan jika digerakkan terasa
nyeri tetapi masih bisa
merasakan sentuhan, jari-
jari dan pergelangan kaki
bisa digerakkan
DO:
1) Ekspresi wajah sesekali
meringis menahan nyeri
2) Klien tampak bersikap
protektif
3) Karakteristik luka :
Panjang luka 10 cm
Tidak ada udem
Warna kulit disekitar luka
tampak sedikit kemerahan
4) TTV:
TD: 159/79 mmHg
N: 84x/menit
S: 360C
RR: 20x/menit
5) Fall morse scall 55 (resiko)
DS :
19.10 1.5 Memberikan teknik 1) Klien mengatakan merasa
nonfarmakologis untuk sedikit nyaman setelah
mengurangi rasa nyeri melakukan tenik nafas
3.3 Melibatkan keluarga untuk dalam
membantu klien dalam DO:
meningkatan pergerakan 1) Keluarga klien membant
4.4 Mengatur tempat tidur dalam pengaturan posisi
mekanis posisi rendah. klien yaitu posisi semi
fowler
2) Tempat tidur dalam posisi
rendah
Ds:
20.45 1.1 Mengidentifikasi lokasi , 1) P : Klien mengatakan nyeri
karakteristik,durasi , dirasa ketika kaki
frekuensi ,kualitas dan digerakkan
intesitas nyeri Q : Klien mengatakan nyeri
1.2 Identifikasi skala nyeri seperti ditusuk-tusuk
1.3 Mengidentifikasi respon R : klien megatakan nyeri di
nyeri non verbal bagian kaki kiri
3.2 Memonitor ttv S : Klien mengatakan skala
nyeri 5
T : klien mengatakan nyeri
dirasa hilang timbul
2) Klien mengatakan bersedia
untuk di periksa
DO:
1) Sesekali klien tampak
meringis dan gelisah akibat
nyeri
2) TTV:
TD : 140/80 mmHg
N : 99 x/menit
R : 21 x/menit
S : 36.6 c
Selasa, 9 April
2019
14.30 Visite keperawatan S:
1.1 Mengidentifikasi lokasi , 1) Klien mengatakan nyeri
karakteristik,durasi , pada kaki sebelah kiri mulai
frekuensi ,kualitas dan terasa
intesitas nyeri P: nyeri pada kaki kiri
1.2 Mengidentifikasi skala nyeri ketika digerakkan
1.3 Mengidentifikasi respon nyeri Q: nyeri seperti ditusuk-
non verbal tusuk
2.1 Mengidentifikasi penyebab R: nyeri pada paha kiri dan
gangguan intergritas kulit betis kiri di area operasi
3.1 Mengidentifikasi kemampuan S: skala nyeri 4
klien dalam mobilisasi T: nyeri yang dirasakan
4.1 Mengidentifikasi factor hilang timbul
resiko jatuh. 2) Klien mengatakan kaki
4.2 Menghitung risiko jatuh kirinya sudah mulai bisa
dengan menggunakan skala digerakkan tetapi belum
(mis. fall morse scale). terlalu kuat
3) Klien mengatakan kaki
kirinya belum terlalu bisa
digerakkan tetapi masih bisa
merasakan sentuhan dan
jari-jari kaki bisa
digerakkan
4) Klien mengatakan sudah
bisa sedikit-sedikit untuk
miring ke kiri tetapi untuk
miring ke kanan belum
terlalu bisa
O:
1) Ekspresi wajah sesekali
meringis menahan nyeri
2) Terdapat luka jahitan
operasi di paha kiri, tidak
ada rasa panas dan tidak ada
pembengkakan
3) Terdapat sedikit kemerahan
di area luka operasi pada
betis kiri
4) Kekuatan otot
5 5
5 2
5) Pergerakan sendi terbatas
6) Total skor pada mobilisasi
barthel indeks: 7
(ketergantungan berat)
7) Total skor risiko jatuh
dalam skala morse: 55
(risiko)
A:
1) Nyeri akut belum teratasi
2) Gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi
3) Gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
4) Risiko jatuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DX 1, DX 2, DX 3, DX 4
Rabu, 10 April
2019
12.00 1.2 Mengidentifikasi skala nyeri DS:
1.3 Mengdentifikasi respon nyeri 1) Klien mengatakan skala
non verbal nyeri 3
1.8 Mengkolaborasi pemberian DO:
analgetik 1) Klien sesekali tampak
4.3 Memasang handrall tempat meringis akibat nyeri
tidur. 2) Kolaborsi pemberian
analgetik: ketorolac
3) Hanndrall tempat tidur
tampak terpasang
5 1
5) Ttv :
TD : 130/80 mmHg
N : 89 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36.5 c
6) Fall morse scale klien
adalah 45 (resiko)
yaitu dari tanggal 8 April 2019 sampai tanggal 10 april 2019. Pelaksanaan
Klien dapat
12.30 WITA 1.6 Mengajarkan klien teknik melakukan teknik
rileksasi nafas dalam nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
Klien mengatakan
lebih nyaman setelah
14.00 WITA 1.7 Memberikan obat injeksi diberikan injeksi obat
santagesik 2 mg melalui IV
sesuai resep dokter
Klien mengtakan
diseka dua kali sehari
14.15 WITA 4.1 Melihat dan menanyakan dengan bantuan istri
kebiasaan aktivitas perawatan
diri sesuai usia
Skala morse klien 55
resiko tinggi
14.20 WITA 5.3 Menghitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala morse
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Roda tempat tidur
terkunci
14.25 WITA 5.5 Memastikan tempat tidur dalam
kondisi terkunci
Klien melakukan
10.40 WITA 2.7. Menganjurkan klien melakukan gerakan mengogyang
mobilisasi dini goyangkan jari
kakinya agar tidak
kaku
Klien menggunakan
12..00 WITA 4.3 Menanyakan pada klien apakah pagar tempat tidur
membutuhkan alat bantu untuk sebgai alat bantu untu
latihan mobilisasi duduk
TD : 120/70 MMhg
13.00 WITA 2.3 Menanyakan dan memeriksa N : 87x/menit
kondisi umum klien RR 18x/menit
T : 36,4
Klien mengtakan
13.10 WITA 4.8 Menganjurkan klien melakukan sudah melakukan
perawatan diri secara konsisten perawatan diri
sesuai kemampuan meskipun ada bantuan
dari keluarganya
Klien mengtakan
13.20 WITA 1.7 Memberikan injeksi obat nyaman setelah
Santagesik 2 mg melalu IV diberikan injeksi
sesuai resep dokter santagesik
Klien mengtakan
3.7 Memberikan injeksi obat keadaanya merasa
ceftriaxone 1 gr melalu IV resep lebih baikan
dokter Roda tempat tidur
5.5 Memastikan roda tempat tidur terlihat terkunci
terkunci
3. Sabtu, 4 Mei 2019 1.2 Menanyakan kualitas nyeri Nyeri yang dirasakan
10.00 WITA klien sudah tidak
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
terlalu sakit
Nyeri yang dirasakan
Selasa, 09 S:
April 2019 Nyeri akut b.d agen
1) P : Klien mengatakan nyeri dirasa ketika kaki
pencedera fisik
digerakkan
(prosedur operasi)
Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : klien megatakan nyeri di bagian kaki kiri
S : Klien mengatakan skala nyeri 3
T : klien mengatakan nyeri dirasa hilang
timbul
2) Klien mengatakan suhu lingkungan sudah
tidak terlalu dingin serta lingkungan nya tidak
bising
O:
1) Sesekali klien masih tampak meringis dan
gelisah
2) Lingkungan klien sudah tampak nyaman dan
tidak ada kebisingan
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Observasi
1.1 Identifikasi lokasi , karakteristik,durasi ,
frekuensi ,kualitas dan intesitas nyeri
1.2 Identifikasi skala nyeri
1.3 Identifikasi respon nyeri non verbal
1.4 Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1.5 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
SSetelah pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1, dibuat
gangguan mobilitas fisik sebagian teratasi pada 10 April 2019, dan risiko
2019 , gangguan mobilitas fisik teratasi pada tanggal 4 Mei 2019, Perfusi
Perifer Tidak Efektif teratasi pada tanggal 4 Mei 2019, defisit perawatan
diri teratasi pada 4 Mei 2019 dan risiko jatuh sebagian teratasi pada 4 Mei
2019.
B. Pembahasan
dan evaluasi.
1. Pengkajian
1 umur 54 tahun dilakukan pada tanggal 8 April 2019 dan pada pasien 2
keluhan yang sama dengan teori seperti nyeri pada daerah yang
merupakan tanda dan gejala dari fraktur yang terjadi karena adanya
mengatakan jatuh dari motor, kaki kiri terasa nyeri. Di IRD pasien
08 April 2019.
perawatan cempaka.
perlukaan kulit.
Pada pasien 1 diagnosa medisnya adalah close fracture femur
fracture femur dextra. Jadi berdasarkan data tersebut pada pasien 1 dan
lingkungan luar.
kanan dan miring kiri namun bisa duduk dengan bantuan dan total score
barthel indeks nya 11 (ketergantungan sedang). Sedangkan pada klien
(ketergantungan berat).
klien 1 didapatkan data sclera putih, konjungtiva tidak anemis dan pupil
terhadap kedua pasien kurang lengkap, dimana peneliti pada klien 1 dan
didapatkan data pada klien 2 bahwa pergerakan sendinya bebas. Hal ini
2. Diagnosa Keperawatan
SDKI DPP PPNI, 2017). Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus
1) Nyeri akut
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
2017).
Menurut penulis, pada klien 1 diagnosa nyeri akut
dan pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan dengan sekala nyeri
analisa data .
persen.
Menurut penulis pada klien 1,dengan diagnosa gangguan
data pengkajian.
2017).
Berdasarkan teori yang ada menurut (Syaifuddin, 2011)
sebagai berikut :
atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat dan
diagnosa perfusi perifer tidak efektif pada klien 2, tidak ada pada
data pengkajian.
2017).
diagnosa deficit perawatan diri pada klien 2, tidak ada pada data
pengkajian.
4) Risiko jatuh
sendi klien terbatas dan kekuatan otot pada kaki kiri adalah dua.
Sementara pengkajian pada klien 2 didapatkan data objektif
risiko jatuh dalam skala morse yaitu 55 (risiko) pada klien 1 dan
peneliti klien 1 dan peneliti klien 2, ada beberapa diagnosa resiko baru
hipertensi
agama
keperawatan yang sama dengan teori post operasi hanya dua. Pada
pasien 2 saat post operasi ditemukan diagnosa yang sama dengan teori
diagnosa yang sama dengan teori sedangkan pada teori terdapat sepuluh
diagnosa, berarti terdapat kesenjangan antara teori dan actual, itu terjadi
karena tidak selalu masalah yang ditegakkan sesuai dengan teori, dan
masalah yang ditegakkan kembali lagi dari kondisi pasien atau adanya
tersebut.
3. Perencanaan
keperawatan.
a. Post Operatif
1) Nyeri akut
Kusuma, 2016).
oleh peneliti pada pasien 1 sudah menurut (Tim Pokja SIKI DPP
jika perlu.
oleh peneliti pada pasien 2 sudah menurut (Tim Pokja SIKI DPP
dengan skala nyeri 1-2 seiring dengan terapi yang diterima dan
tindakan nyeri akut yang telah disusun pada klien 1 dan klien 2
nyeri akut yang telah disusun pada klien 1 yaitu dimana penerapan
invasif pada klien satu menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase
hari, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-14 hari dan fase
maturasi dimulai pada hari ke-20 dan berlanjut 1-2 tahun. Dimana
pada klien 1 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) antara
pada klien 2 sudah sesuai menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
dilakukan.
pemberian antibiotic.
teratasi.
pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif yang telah disusun pada
yang ada.
tindakan pada deficit perawatan diri yang telah disusun pada klien
Indonesia).
6) Risiko jatuh
2016).
risiko jatuh sudah sesuai menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
berpindah.
l : Tidak jatuh dari tempat tidur meningkat, tidak jatuh saat berjalan
risiko jatuh sudah sesuai menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
ruangan pada pasien dan keluarga 5. Pastikan roda tempat tidur dan
berpindah.
lantai tidak licin, tempat tidur tidak terlalu tinggi dan cukup
otot.
Menurut peneliti kelebihan perencanaan yang telah disusun
ditegakkan dari awal yang telah disusun sesuai dengan teori yang
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Serta pada penerapan dan
kriteria hasil pada klien 1 belum sesuai dengan teori yang terdapat
pada SLKI.
4. Pelaksanaan
Februanti, 2019.
April 2019 sampai 10 April 201. Pada hari pertama pasien mengatakan
non farmakologi yaitu tehnik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
dalam.
dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien
dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun hal-hal yang perlu
pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang
(Maliya, 2016).
harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat
muncul segera setelah operasi, pasien telah sadar dan berada di ruang
ambulasi dan berjalan karena luka bekas operasi dan luka bekas trauma.
pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur
sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan
operasi.
data terdapat luka jahitan di paha kiri ± 25 cm, luka sudah mulai tampak
disekitar luka.
dan megajarkan terapi non farmakologi yaitu tehnik nafas dalam. Pasien
5. Evaluasi Keperawatan
kesehatan lainnya.
hanya dua masalah yang teratasi yaitu nyeri akut dan resiko jatuh. Pada
diagnosa resiko jatuh, masalah dapat teratasi ditandai dengan klien tidak
tempat tidur pasien selalu terpasang. Serta dua diagnosa yang sebagian
berkurang serta tidak ada tanda dan gejala infeksi di sekitar luka.
Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 2 dari lima
teratasi.
berkurang, klien tampak rileks, skala nyeri 3 dan klien terlihat tiak
perfusi prefer tidak efektif, masalah dapat teratasi ditndai dengan klien
mengatakan kakinya sudah tidak bengkak lagi dan edem pada kaki
dengan klien mengatakan kaki kanan nya mulai bisa bergeerak, handrall
A. Kesimpulan
RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Kalimantan Timur dan klien 2 dengan post
pada klien 2 sesuai dengan teori meliputi identitas pasien, keluhan utama,
2. Diagnosa keperawatan
keperawatan lainnya yang bisa diangkat seperti, resiko perfusi perifer tidak
perubahan ritual agama dan resiko infeksi ditandai dengan efek tindakan
infasive.
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan tindakan
dengan fraktur.
5. Evaluasi Keperawatan
pasien 1 selama 3 hari dan pada pasien 2 selama 3 hari perawatan oleh
peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan
B. Saran
1. Bagi Peneliti
masalah yang ditemukan pada pasien serta tidak ada masalah yang luput
teliti saat analisis data, dimana data subjektif dan objektif yang digunakan
lebih teliti lagi dalam menganalisis data mayor maupun data minor baik
yang data subjektif dan data objektif agar memenuhi validasi diagnosis
Keperawatan Indonesia.
Pada bagian implementasi keperawatan, diharapkan peneliti