SUBJEKTIF (S)
Nama Klien : Ny.C Nama Suami : Tn. H
Umur : 20th Umur : 29th
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Karang Jati RT. 32
OBJEKTIF (O)
1. Keadaan umum baik Kesadaran composmentis Status emosional kurang stabil
2. Tekanan darah : 112/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Pernapasan : 20x/menit, Suhu : 36,5 0C
3. Inspeksi muka, pinggang, ekstremitas, mata, abdomen, genetalia (Jika ada kelainan/tidak normal
dijelaskan)
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………….
Laporan Pertolongan Persalinan
Program Studi D III Kebidanan Balikpapan 1
4. Palpasi Abdomen
a. TFU : 27 cm
a. Presentasi : Kepala
b. Posisi janin : Kepala berada dibwh
c. Leopod
1) Leopold I : pertengahan pusat px (27 cm) bagian fundus pada fundus teraba bulat
papan, dibagian kiri perut teraba bagian kecil- kecil janin (punggung kanan).
3) Leopold III : Pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras, bulat dan melenting
(kepala).
5. Pemeriksaan dalam
Vulva/uretra : Normal Vagina : Normal
Dinding vagina: Normal Portio : teraba lembut sudah menipis
Pendataran : 75% Pembukaan : 7 cm
Selaput ketuban: utuh Bagian terendah: Kepala
Penurunan : 3/5 Tali pusat : tidak menumbung
Bidang Hidge : III Uk. Panggul : Normal.
OBSERVASI KALA I
Hari Jam VT HIS DJJ TD N RR T Obat
Tanggal Pembukaan Penurunan Ketuban Eff Duras Frek Interval
% i
25/2/21 09.50 8 cm 2 Utuh 60” 4` 4 143 110/70 85 20 36 -
ANALISA (A)
P1A0 Hamil 39-40 mg Inpartu Kala II janin tunggal hidup intrauterin
PENATALAKSANAAN (P) berupa narasi dan jangan lupa jam
09.40 memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk obat- obatan (partus set telah lengkap, ampul
oksitosin, dan menggunakan APD)
Laporan Pertolongan Persalinan
Program Studi D III Kebidanan Balikpapan 2
09.55 membantu ibu memilih posisi yang nyaman untuk melahirkan (posisi setengah duduk semi fowler) dan
Litotomi.
10.00 melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan APN,
10.01 memimpin ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat meneran dan ibu meneran saat ada HIS,
dengan menyambung nafas dengan menarik nafas dan melanjutkan untuk meneran jika masih ada doorngan
untuk meneran.
10.05 melakukan episiotomi guna mempercepat proses persalinan. Dilakukan ketika ibu sedang ada dorongan
untuk meneran.
10.20 meletakkan duk steril dilipat 1/3 dibawah bokong ibu.
10.30 melindungi perineum ibu ketika kepala tampak 5-6 cm didepan vulva dengan satu tangan yang dilapisi duk
steril dan satu tangan lainnya berada dia belakang kepala bayi untuk memastikan tidak terjadi defleksi dan
membantu lahirnya kepala.
10.33 mengecek apakah ada lilitan tali pusat dan menunggu sampai kepala bayi melakukan putaran paksi luar.
10.34 setelah bayi melakukan putaran paksi luar. Ibu melahirkan bahu depan dan belakang setelah itu melakukan
sanggah susur.
10.35 bayi lahir spontan pada jam 10.35 WITA. Melakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir sambil
mengeringkan bayi.
ANALISA (A)
P1A0 kala III.
DS : bayi telah lahir tetapi plasenta belum lahir.
Balikpapan,…………………………..20……. Balikpapan,…………………………..20…….
Mahasiswa Bidan
Nama,ttd,stempel
(………………………………………..) (………………………………………..)
Balikpapan,…………………………..20…….
Pembimbing
(………………………………………..)
A. Pengertian
Pre eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada molahidatidosa (Hanifa, 2002). Pre eklampsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan protein uria. Bisa berhubungan dengan kejang (eklamsia)
dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi retriksi pertumbuhan dan
Pre eklamsi ialah sekelompok penyulit yang timbul pada masa hamil, persalinan, nifas, dan ditandai
adanya hipertensi, protein uriadan edema (Arshita Auliana 2007). Dari beberapa pengertian diatas penulis
menyimpulkan bahwa pre eklamsi adalah suatu keadaan pada masa kehamilan yang ditandai dengan
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Penyebab preeklampsi dan eklampsi sampai sekarang belum diketahui, tetapi dewasa ini banyak
ditemukan sebab pre eklampsi adalah iskemia plasenta dan kelainan yang menyertai penyakit ini adalah
spasmus, arteriola, retensi natrium dan juga koagulasi intravaskuler (wiknjosastro, 1999).
Telah terdapat teori yang mencoba menerangkan sebab mustajab penyakit pre eklamsi, akan tetapi
tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima antara lain: Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigradivitas, kehamilan ganda, hidromnion dan molahidatidosa, Sebab
bertambahnya frekuensi dan makin tuanya kehamilan, Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita
dengan kematian janin dalam uterus, Sebab timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
Faktor predisposisi pre eklamsia yang harus diwaspadai antara lain : Nuliparitas, riwayat keluarga dengan
eklamsia dan pre eklamsia, kehamilan ganda, diabetes, hipertensi kronis dan molahidatidosa
C. PATOFISIOLOGI
Perubahan patofisiologi terjadi dalam sel endotel pada glomerulus tapi hanya satu sentuh luka ini pada
ginjal merupakan / mempunyai karakteristik yang unik untuk pre eklampsi terutama pada wanita nulipara
sebagai vasospasme, vasospasme arteri mengurangi diameter pembuluh darah yang mengganggu aliran
darah keseluruhan organ dan peningkatan tekanan darah fungsi tiap-tiap organ seperti plasenta, ginjal, hati
dan otak tertekan sekitar 40% - 60%. Rusaknya perfusi plasenta diawali dengan cepatnya umur degeneratif
dari plasenta dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) pada janin. Hal tersebut penting
mengingat rusaknya sintesis prostaglandin mungkin salah satu faktor dalam PIH (Pregnancy Induced
Hypertension ).
Aktivitas uterus dan sensitivitas oksitoksin harus dimasukkan dalam laporan ketika memberikan obat.
Hal ini digunakan untuk induksi / tambahan tenaga. Berkurangnya perfusi ginjal menurunkan kecepatan
filtrasi glomerulus dan mengakibatkan perubahan degeneratif pada glomerulus, protein, albumin primer
keluar bersama urine. Asam urat murni berkurang sodium dan air tertahan. Menurunnya tekanan osmotik
Volume intravaskuler berkurang sebab cairan berpindah keluar dari bagian intravaskuler yang
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi, meningkatnya kekebalan darah dan edema jaringan. Nilai
hematokrit meningkat yang disebabkan oleh hilangnya cairan dari bagian intravaskuler. Penurunan perfusi
hati menyebabkan rusaknya fungsi hati. Edema hati dan peredaran pembuluh darah dapat dialami oleh
wanita hamil yang menyebabkan terjadinya nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas salah
Vasospasme arter dan penurunan aliran darah keretina menyebabkan gejala-gejala pada penglihatan
seperti skotoma (buta) dan kabur. Kondisi pada patologi yang sama menyebabkan edema serebral dan
perdarahan yang tidak teratur. Ketidakteraturan menyebabkan sakit kepala, hiperrefleksi, adanya klonus
pada mata kaki dan kadang-kadang perubahan tersebut dapat berefek (perubahan-perubahan emosi,
perasaan dan perubahan kesadaran adalah gejala yang ganjil dari edema serebral). Edema paru disebabkan
oleh preeklampsi adalah kategorikan dengan edema general yang menyeluruh. Pemberian curah infus lewat
intravena yang atrogenik menyebabkan terjadinya kelebihan cairan. Lemah nadi cepat, peningkatan laju
respirasi, penurunan tekanan darah dan rales pada paru menunjukkan kerusakan pembuluh darah dan rales
Cepatnya digitalisasi dan pemberian deuresis dengan furosemide mungkin dianjurkan. Edema paru dan
gagal jantung kongestive pada hakekatnya hanya diterima sebagai indikasi untuk pemberian terapi diuretik
meningkatkan reduksi aliran darah intervillous yang akan menyebabkan kesakitan pada janin dan kematian
lahir
D. MANIFESTASI KLINIK
Genetik dapat merupakan faktor imunologi lain.(Sibai) menemukan adanya frekuensi preeklampsi dan
eklampsi pada anak dan cucu wanita yang memiliki riwayat eklampsi, yang menunjukkan suatu gen resesif
autosom yang mengatur respons imun maternal. Faktor parental juga sedang diteliti.
1. Bila tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan diastolik 90 mmHg kenaikan
15 mmHg diatas tekanan biasa, tekanan yang meninggi ini sekurangnya diukur dua kali dengan jarak
6 jam.
2. Protein urin sebesar 300 mm/dl dalam 24 jam atau > 1 gr/1 secara rantom dengan memakai contoh
urin siang hari yang dikumpulkan pada 2 waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah
bervariasi.
3. Edema dependent, bengkak di mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar. Edema timbul
dengan diketahui penambahan berat badan yang sebanyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan
dan kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat.
1. Tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih dari 110 mmHg pada dua kali
pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.
2. Proteinuria lebih dari 5 gr dalam urine 24 jam atau kurang lebih 3 pada pemeriksaan dipstik
setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urine yang diperoleh cara bersih dan
c. Eklampsia
E. KOMPLIKASI
a. Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang
lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
b. Perubahan pada ginjal. Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah kedalam ginjal menurun,
kelainan pre eklampsi berupa: kelainan glomerulus, hiperplasia sel-sel jukstaglomerulus, kelainan
c. Hati. Pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobulus,
disertai trombosis pada pembuluh darah kecil, terutama disekitar vena porta.
d. Otak. Pada pemeriksaan yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri,
e. Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina adalah spasmus pada arteriola-arteriola, terutama
f. Paru. Yaitu menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena bronkopneumonia sebagai
akibat aspirasi.
g. Jantung. Biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenerasi
F. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin
( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih
berat
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada faktor – faktor
peredisposisi
rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang
berlebihan.
2. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian disusul dengan injeksi
b) Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama
c) Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta BB ditimbang seperti pada
d) Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi
1. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin maka
Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr d bokong kiri
Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir, respirasi 16 kali permenit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium
5. Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan kegagalan jantung kongestif.
6. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau
tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin ( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam
infus tetes
7. Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang mengedan
8. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi pendarahan yang disebabkan atonia
uteri f) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan
G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Sirkulasi
a. Peningkatan tekanan darah menetap melebihi nilai dasar setelah 20 minggu kehamilan.
2. Eliminasi Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tidak ada)
a. Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar), masukan protein / kalori
kurang.
b. Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat / umum dan dapat meliputi wajah, ekstremitas dan
4. Neurosensory
c. Hiperrefleksia.
d. Kacau mental – tonik, kemudian fase tonik klonik, diikuti dengan periode kehilangan kesadaran.
6. Pernafasan
7. Seksualitas
a. Primigravida, gestasi, multipel, hidramnion, mola hidatosa, hidrops fitalis (antigen antibodi)
H. ASUHAN PREEKLAMSI
Untuk menegakan diagnosis pada seseorang pasien harus dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Anamnesa / Mencari riwayat kesehatan dahulu
a. Menanyakan riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit hipertensi sebelum hamil
- Riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu
- Ibu dengan obesitas menimbulkan tekanan lebih besar didalam janin
- Riwayat penyakit DM, ginjal kronis
- Kehamilan usia < 20 th juga meningkatkan resiko
- Kehamilan diusia ≥35 th meningkatkan resiko eklamsia
- Kurang gizi
- Riwayat keluarga, riwayat genetic dari keluarga
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan sakit kepala didaerah frontal
- Nyeri-nyeri epigatrium
- Gangguan usus, pengelihatan kabur, scotoma dan diplopia
- Mual dan muntah tidak ada nafsu makan
- Gangguan celebral lainnya, reflek tinggi/rendah
- Edema pada ekstermitas
- Tengkuk terasa berat
- Kenaikan berat badan mencapai 1Kg seminggu
c. Riwayat kehamilan
- Geeli, riwayat kehamilan pe / eklamsia
d. Pola nutrisi
- Jennies makanan yang dikonsumsi porsi frekunsi
I. ASUHAN EKLAMSI
a. Umur sering terjadi pada primi gravida < 20 th atau > 35 th
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan darah, edema, dan pusing
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, hiertensi kronik dan DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidratidosa, hidramnion, riwayat kehamilan degan
eklamsia sebelumnya
e. Pada nutrisi : jeis makanan yang dikonsumsi(poko/seligan)
f. Pisikososial spiritual : emosi yang tidak stabilkecemasan
Inpeksi : edema yang tidak dalam 24 jam
Palpasi : mengetahui TFU, letak jaanin, lokasi edema
Aulkultasi : mendengarkan DJJ
Perkusi : eflek patela
J. REFERENSI
Nurhayati, dkk,konsep, kebidanan. Jakarta : salemba medika,2013 kementrian kesehatan. RI buku saku
pelayanan kesehatan. Ibu difasilitasi kesehatan dasar dan rujukan Jakarta : UNIUK, 2013