SKRIPSI
Diajukan oleh :
Nama : HANDRI MAWARDI
NIM : C06150048
Program Study : ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………...……………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah……………………………………………..…………3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………..……….3
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..……...4
E. Metode Penelitian………………………………………………………..4
1. Pendekatan Penelitian………………………………………………..5
2. Spesifikasi Penelitian………………………………………………...5
6. Lokasi Penelitian……………………………………………………..8
F. Sistematika Penulisan……………………………………………………8
A. Kriminologi…………………………………………………...………...10
1. Pengertian Kriminologi………………………………...…………..10
3. Pembagian Kriminologi……………………..………..……………13
4. Teori-Teori Krmininologi……………………..…………………...15
B. Kejahatan………………………………..……………………………...17
1. Pengertian Kejahatan………………………………………………17
2. Jenis Kejahatan…………………………………..………………...20
C. Kejahatan Pencurian…………………………..………………………..21
i
1. Pengertian Pencurian……………...………...……………………..21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…...........................................................................................63
B. Saran…......................................................................................................65
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu perbuatan manusia yang menyimpang dari norma pergaulan
hidup manusia, kejahatan merupakan masalah sosial, yaitu masalah - masalah
di tengah masyarakat, sebab pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat
juga. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam
sering menghalalkan berbagai cara tanpa mengindahkan norma-norma hukum
yang berlaku dalam masyarakat.
R. Abdoel Djamal mengemukakan bahwa :
Hukum tidak otonomi atau tidak mandiri, bearti hukum itu tidak terlepas dari
pengaruh timbal balik dari keseluruhan aspek yang ada didalam masyarakat.
Sebagai patokan hukum, hukum dapat menciptakan ketertiban dan
1
1Arif Gosita,1983, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: C.V Akademika Pressindo, hal 1.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
Bambang Waloyu, Pidana dan Pemidanaan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.1.
4
Kabupaten Serang.
D. Manfaat Penelitian
E. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
4
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Rajawali, 1987), h. 93
5
2. Spesifikasi Penelitian
Data yang diperlukan dalam peneitian ini diperoleh penulis dari 2 (dua)
jenis data yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawanara
dengan pihak terkait sehubungan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Sumber data diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber
data yaitu :
Sejumlah data atau fakta yang diambil secara langsung dari sumber
data di lapangan (Kantor Kepolisian).
a. Interview (Wawancara)
b. Ethnographi
c. Dokumentasi
Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis yang bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menggambarkan dari hasil
yang didapatkan, baik dari hasil data kepustakaan maupun dari hasil data
di lapangan untuk selanjutnya diketahui serta diperoleh kesimpulan secara
induktif yaitu pengambilan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus
menjadi hal-hal yang bersifat umum dan selanjutnya diajukan saran
sebagai rekomendasi penelitian.
8
6. Lokasi Penelitian
F. SISTEMATIKA PENULISAN
1. Pendahuluan
2. Landasan Teori
5. Penutup
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang menguraikan tentang
kesimpulan dari penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dan saran yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang ada dalam
penulisan skripsi ini sertai uraian bagian kesimpulan yang berisi jawaban
dari masalah yang di teliti.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi
a. Antropologi Kriminal
b. Sosiologi Kriminal
6
https://gumilar69.blogspot.com/2013/06/kriminologi.html
10
11
c. Psikologi Kriminal
e. Penologi
a. Kejahatan
b. Pelaku
7
Muhammad Mustofa, Kriminologi, Penerbit Fisip Ui Press, Tahun 2007, Hal 5
12
Menurut Sutherland Indah Sri Utari 2012 kriminologi terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu :
8
T.Effendi,2009,Kriminologi, Pustaka Refleksi, Jakarta, Hal.3.
9
B. Simandjuntak, Ruang Lingkup Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung, Tarsito, 1981, hlm. 2.
13
3. Pembagian Kriminologi
Menurut A.S. Alam 2010 kriminologi dapat dibagi dalam dua golongan
besar yaitu :
a) Kriminologi Teoritis
10
H.M Ridwan dan Ediwarman, Azaz-Azas Kriminologi, Medan, USU Press, 1994, hlm. 1.
14
tersebut adalah:
b. Kriminologi Praktis
Makassar.
15
Indah Sri Utami 2012 dikutip dalam bukunya bahwa dalam kriminologi
juga dikenal adanya beberapa teori yaitu :
b. Teori Anomie
12
Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Kriminologi, Semarang: Thafa Media, 2012, hlm. 1
16
orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain dan keadaan ini
menyebabkan deviasi.
Teori ini tidak lepas dari konsepsi Durkheim tentang manusia yang
menurutnya ditandai oleh tiga hal yakni manusia merupakan makhluk
sosial, eksistensinya sebagai makhluk sosial, manusia cenderung
hidup dalam masyarakat dan keberadaannya sangat tergantung pada
masyarakat tersebut sebagai koloni.
c. Teori Sub-Culture
e. Teori Labeling
17
1. Pengertian Kejahatan
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk
menilai perbuatan-perbuatan tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan
demikian maka si pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut
bersumber dari alam nilai, maka ia memiliki pengertian yang sangat
relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian.
Definisi kejahatan dilihat dari sudut pandang hukum atau secara yuridis
menganggap bahwa bagaimanapun jeleknya perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang, sepanjang perbuatan tersebut tidak dilarang dan tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan pidana, perbuatan tersebut
tetap dianggap sebagai perbuatan yang bukan kejahatan. Kejahatan adalah
delik hukum (rechts delicten) yaitu perbuatan- perbuatan yang meskipun
tidak ditentukan dalam Undang-Undang sebagai peristiwa pidana, tetapi
dirasakan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.
13
Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Kriminologi, Semarang: Thafa Media, 2012, hlm. 2
18
2. Jenis Kejahatan
16
Husein, Syahrudin, 2003, Kejahatan dalam Masyarakat dan Penanggulanggannya, Sumatera
Utara, Universitas Sumatera Utara
20
17
A. S. Alam, Jenis Kejahatan Op Cit., hlm. 3
21
C. Kejahatan Pencurian
1. Pengertian Pencurian
Dari bahasa etimologi pencurian berasal dari kata curi yang mendapat
awalan pe- dan akhiran-an. Pencurian dalam kamus hukum adalah
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah biasanya
dengan sembunyi-sembunyi. Pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP
yaitu “Barang siapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau
sebagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud memiliki barang
itu dengan melawan hak dihukum karena pencurian dengan hukuman
penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.
900”18
19
Soesilo 1995, Unsur Unsur Pencurian, Op.Cit, hlm 250
23
Menurut Andi Hamzah 2009 delik pencurian adalah delik yang paling
umum, tercantum di dalam semua KHUPidana di dunia, yang disebut
delik netral karena terjadi dan diatur oleh semua negara. Bagian inti delik
pencurian dalam Pasal 362 KUHPidana yang menjadi definisi semua jenis
delik pencurian adalah :
4) Melawan hukum.20
20
Andi Hamzah 2009, delik pencurian, Penerbit Sinar Grafika, Hal.3
24
3. Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang
diterangkan dalam hal no.1 dan no.322
Untuk mencapai hasil yang dituju dalam hal ini mencuri, maka pembuat
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pencurian dengan
kekerasan bukanlah merupakan pencurian gabungan dalam artian
gabungan antara tindak pidana pencurian dengan tindak pidana kekerasan
meskipun dilakukan dengan kekerasan, kekerasan dalam hal ini
merupakan keadaan yang berkualifikasi, maksudnya bahwa kekerasan
adalah suatu keadaan yang mengubah kualifikasi pencurian biasa menjadi
pencurian dengan kekerasan.
22
DR. Andi Hamzah,S.H, KUHP & KUHAP, Penerbit Rineka Cipta, hal 141-142
26
a) Unsur objektif
23
R, Sugandhi, KUHP, dengan Penjelasannya, (Surabaya : Usaha Nasional ,1980), Hal.376
24
P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, cet-1, (Bandung,
Sinar Baru, 1989), Hal.11
27
b) Unsur subjektif
Unsur subjektif terdiri dari dua unsur, yakni pertama unsur maksud
(kesengajaan sebagai maksudatau opzet als oogmerk), berupa unsur
kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memiliki. Dua unsur itu
dapat dibedakan dan tidak terpisahkan.25 Maksud dari perbuatan
mengambil barang milik orang lain itu harus ditujukan untuk
memilikinya. Dari gabungan dua unsur itulah yang menunjukkan bahwa
dalam tindak pidana pencurian, pengertian memiliki barang yang dicuri
ke tangan petindak, dengan alasan, pertama tidak dapat mengalihkan
hak milik dengan perbuatan yang melanggar hukum, dan kedua yang
menjadi unsur pencurian ini adalah maksdunya (subjektif) saja.26
Dilihat dari sebabnya, dalam doktrin dikenal ada 2 (dua) macam sifat
melawan hukum, yaitu: melawan hukum formil dan melawan hukum
materiil. Melawan hukum formil adalah bertentangan hukum tertulis.
Sedangkan melawan hukum materiil adalah bertentangan dengan
25
P.A.F Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatanyang Ditujuakn Terhadap
hak milik dan lain-lainHak yang Timbul dari Hak Milik, (Bandung : Tarsito, 1990) Hal.84
26
H.A.K Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KHHPBuku II), Cet-5, (Bandung : Citra Aditya
Bakti), Hal.19
28
Menurut Kamus Besar Bahasa Indoesia senjata adalah suatu alat yang di
gunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda.
Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan
diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat di
gunakan untuk merusak bahkan psikologi dan tubuh manusia dapat di katakan
senjata.
Adapun arti senjata api adalah yang mampu melepaskan sejumlah proyektil
dengan bantuan bahan peledak.27
1. Celurit
Jenis senjata tajam ini berbentuk pipih dan melengkung yang bagian
permukaanya tajam. Senjata tajam ini dapat pula berfungsi sebagai alat
untuk melakukan pekerjaan di ladang. Tidak jarang juga jenis senjata
tajam ini pula digunakanuntuk melakukan suatu perbuatan jahat.
2. Badik
27
Mabes Polri Buku Petunjuk Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/POLRI,
Jakarta 2000
29
3. Keris
a. Upacara perkawinan
4. Tombak
5. Kapak
Kapak atau kadang disebut kampak adalah sebuah alat yang biasanya
terbuat dari logam, bermata yang diikat pada sebuah tangkai biasanya dari
kayu. Kapak adalah salah satu alat manusiayang sudah tua usianya, sama
umurnya saat manusiapertama kali membuat alat dari batu dan kayu.
Zaman dahulu kapak dibuat dari batu pada zaman batu dan pada saat
zaman besi lalu dibuat dari besi. Kapak sangat berguna dan
penggunaannya cukup luas dimulai dari sebagai perkakas pemotong kayu
sampai sebagai senjata perang.
6. Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa bentuknya
relative sederhana tanpa pernak pernik.kegunaanya adalah sebagai alat
potong atau alat tebas (Terutama semak belukar) kala penggunanya
masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.
30
1. Teori Klasik
Teori ini mulai muncul di Inggris pada pertengahan abad ke-19 dan
tersebar di Eropa dan Amerika.Teori ini berdasarkan psikologi hedonistik.
Menurut psikologi hedonistik setiap perbuatan manusia berdasarkan
pertimbangan rasa senang dan rasa tidak senang (sakit). Setiap manusia
berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk, perbuatan mana
yang mendatangkan kesenangan dan yang mana yang tidak.
Menurut Made Darma Weda 1996 bahwa Teori neo klasik ini sebenarnya
merupakan revisi atau pembaharuan teori klasik, dengan demikian teori
neo klasik ini tidak menyimpang dari konsepsi-konsepsi umum tentang
sifat- sifat manusia yang berlaku pada waktu itu. Doktrin dasarnya tetap
yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai rasio yang
berkehendak bebas dan karenanya bertanggung jawab atas perbuatan-
28
https://raypratama.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-penyebab-kejahatan.html
31
b. Pengakuan dari pada sahnya keadaan yang berubah ini dapat berupa
fisik (cuaca, mekanis, dan sebagainya) keadaankeadaan
lingkungannya atau keadaan mental dari individu.
Berdasarkan ciri khas teori neo klasik, tampak bahwa teori neo- klasik
menggambarkan ditinggalkannya kekuatan yang supra natural, yang
32
3. Teori Kartografi/Geografi
4. Teori Sosialis
Teori sosialis mulai berkembang pada tahun 1850 M. Para tokoh aliran ini
banyak dipengaruhi oleh tulisan dari Marx dan Engels, yang lebih
menekankan pada determinasi ekonomi. Menurut para tokoh ajaran ini
(Made Darma Weda 1996) bahwa “kejahatan timbul disebabkan oleh
adanya tekanan ekonomi yang tidak seimbang dalam masyarakat.
5. Teori tipologis
a. Teori lombroso
Teori ini Menurut Goddard (Made Darma Weda, 1996 : 18) bahwa
Setiap penjahat adalah orang yang otaknya lemah, karena orang yang
otaknya lemah tidak dapat menilai perbuatannya, dan dengan
demikian tidak dapat pula menilai akibat dari perbuatannya tersebut
atau menangkap serta menilai arti hukum.
c. Teori Psikiatrik
d. Teori Sosiologis
6. Teori Lingkungan
34
6. Teori Biososiologi
Tokoh dari aliran ini adalah A. D. Prins, van Humel, D. Simons dan lain-
lain. Aliran biososiologi ini sebenarnya merupakan perpaduan dari aIiran
antropologi dan aliran sosiologis, oleh karena ajarannya didasarkan
bahwa tiap-tiap kejahatan itu timbul karena faktor individu seperti
keadaan psikis dan fisik dari si penjahat dan juga karena faktor
lingkungan.
Menurut Made Darma Weda, (1996 : 20) bahwa :
Faktor individu itu dapat meliputi sifat individu yang diperoleh sebagai
warisan dari orang tuanya, keadaan badaniah, kelamin, umur, intelek,
temperamen, kesehatan, dan minuman keras.Keadaan lingkungan yang
mendorong seseorang melakukan kejahatan itu meliputi keadaan alam
(geografis dan klimatologis), keadaan ekonomi, tingkat peradaban dan
keadaan politik suatu negara misalnya meningkatnya kejahatan menjelang
pemilihan umum dan menghadapi sidang MPR.
7. Teori NKK
Teori NKK ini merupakan teori terbaru yang rnencoba menjelaskan sebab
terjadinya kejahatan di dalam masyarakat.Teori ini sering dipergunakan
oleh aparat kepolisian di dalam menanggulangi kejahatan di masyarakat.
35
Menurut teori ini, sebab terjadinya kejahatan adalah karena adanya niat
dan kesempatan yang dipadukan. Jadi meskipun ada niat tetapi tidak ada
kesempatan, mustahil akan terjadi kejahatan, begitu pula sebaliknya
meskipun ada kesempatan tetapi tidak ada niat maka tidak mungkin pula
akan terjadi kejahatan.29
29
https://kriminolgi.blogspot.com/2016/04/teori-penyebab-terjadinya-kejahatan.html
36
e. Upaya pre-emtif
Upaya pre-emtif (moral) adalah upaya awal yang dilakukan oleh pihak
kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Dalam upaya ini
yang lebih ditekankan adalah menanamkan nilai/norma dalam diri
seseorang.
f. Upaya preventif
30
http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/upaya-penanggulangan-kejahatan.html
37
g. Upaya Represif
31
http://telingasemut.blogspot.com/2016/03/upaya-penanggulangan-kejahatan.html
32
A.S. Alam (2010 : 79-80). Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Hal 93
38
Pasal 365 KUHP ayat (1) “Diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap
tangan, atau untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,
atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.” Ayat (2) “Diancam dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun”. Ayat (3) “Jika perbuatan
mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun”. Ayat (4) “Diancam dengan piidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal
yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3.
1. Unsur Objektif :
2. Unsur Subjektif :
Delik penguasaan tanpa hak senjata penikam/ penusuk diatur dalam pasal 2
33
DR. Andi Hamzah,S.H, KUHP & KUHAP, Penerbit Rineka Cipta, hal 141-142
39
Pasal 2 :
Pasal 2 ayat 1 :
1. Barang siapa
Pasal 2 ayat 2 :
34
http://hukum.unsrat.ac.id/perpu/uudrt1951_12.pdf
BAB III
DI KABUPATEN SERANG
Tabel 1
Jumlah Kasus Pencurian Dengan Kekerasan di Kab. Serang Tahun
2015-2018 yang dilaporkan dan kasus yang selesai
35
Data Laporan Polisi Polres Serang Kabupaten
42
43
serang telah terbagi menjadi 2 polres diantaranya polres serang kota dengan
polres serang kabupaten, terhitung dimulai dari tanggal 01 januari 2017.
Apabila diuji maka dapat dijabarkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 685
kasus yang dilaporkan dan yang diselesaikan 432 kasus, pada tahun 2016
sebanyak 739 kasus dan yang diselesaikan 480 kasus, pada tahun 2017
sebanyak 194 kasus yang dilaporkan dan yang diselesaikan 123 kasus, pada
tahun 2018 sebanyak 258 kasus yang dilaporkan dan yang diselesaikan 185
kasus. Dapat dilihat dari kedua kolom di atas bahwa ada perbedaan signifikan
antara jumlah kasus yang dilaporkan dan yang dapat diselesaikan.
2. AANG GOJALI Alias AANG Bin MAMAK, lebak 17 januari 1989, tidak
bekerja, islam, kampong babakan pedes rt.007 rw.001 desa sipayung
kecamatan cipanas kabupaten lebak. Responden sudah sangat sering
melakukan pencurian dengan kekerasan di Kab. Serang khususnya di
wilayah kecamatan kragilan. Responden melakukan kejahatan tersebut
bersama temannya. Targetnya, siapapun yang diinginkannya dan
responden tidak ragu untuk melukai korbannya dengan menggunakan
44
senjata tajam.36
Pencurian dengan kekerasan secara normatif diatur dalam Pasal 365 KUHP.
37
Modus pencurian ini selalu mengikuti realitas perkembangan kehidupan
manusia, yaitu semakin maju dan menggunakan alat modern pula.
Perkembangan teknologi dalam menunjang kehidupan masyarakat, ikut
mengiringi jenis dan modus operandi kejahatan yang terjadi di tengah
masyarakat. J.E. Sahetapy dan Abdul Wahid berpendapat bahwa, kejahatan
erat kaitannya dan bahkan menjadi bagian dari hasil budaya itu sendiri. Ini
berarti semakin tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa,
maka semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara
pelaksanaannya. Penulis tidak sependapat bila kejahatan itu dikaitkan sebagai
bagian dari hasil budaya, prinsipnya arti budaya itu sesungguhnya suatu yang
indah dan baik sehingga budaya adalah suatu hasil karya nyata yang suatu
masyarakat. Mengenai pemakaian teknologi atau alat canggih dalam
melakukan kejahatan itu bukanlah hasil budaya tetapi hasil teknologi yang
disalahgunakan.38 Pencurian dengan kekerasan, sebelum teknologi modern
para pelaku mengandalkan tangan kosong, benda tajam, parang, potongan
kayu atau benda keras lainnya, namun hasil dari kemajuan teknologi, oleh
pelaku kriminal disalahgunakan misalnya dengan memakai senjata api dan
semacamnya. Dengan memakai teknologi, pelaku beraksi dengan sangat
berani baik di waktu siang, ditempat terbuka, seperti Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Umum (SPBU), super market, bank dan tempat-tempat umum lainnya
Dari data yang telah diperoleh oleh Penulis melalui wawancara dengan Satuan
Reserse Kriminal Polres Serang dan beberapa Pelaku kejahatan pencurian
dengan kekerasan yang menggunakan senjata tajam di wilayah hukum Polres
36
Berkas Perkara pasal 365 KUHPidana Polres Serang, Penyidik Briptu Dadang Fauzi,S.H
37
DR. Andi Hamzah,S.H, KUHP & KUHAP, Penerbit Rineka Cipta, Hal 141-142
38
Abdul Wahid. Kriminologi dan Kejahatan Kontemporer. Lembaga Penerbitan Fakultas Hukum
Unisma : Malang. 2002. Hlm. 21.
45
Tabel 3
39
Wawancara dengan pelaku pencurian dengan kekerasan, 06 Agustus 2019
47
Sehubungan dengan pendidikan yang minim itu maka pola pikir mereka
mudah terpengaruh karena kadang-kadang mereka bisa mengekspresikan
tingkah laku yang tidak baik lewat perbuatan yang merugikan masyarakat.
Depok, hal 74
51
menerapkan hukum.
Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa responden, Penulis dapat
menyimpulkan bahwa sebagian besar kejahatan pencurian dengan
kekerasan yang terjadi di wilayah hukum Polres Serang disebabkan oleh 4
faktor utama, yaitu faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor pendidikan
dan faktor lemahnya penegakan hukum.
41
Kepolisian Negara Rebulik Indonesia, Struktur Organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia,
http://www.polri.go.id/organisasi/op/sop/, diakses pada tanggal 10 Februari 2018
53
Korban
Maksud dari pelaku melarikan diri ini ialah pihak kepolisian belum bisa
mengetahui siapa pelaku pencurian. Pelaku pergi meninggalkan daerah
wilayah hukum Polrestabes Medan, disinilah polisi melakukan kerja
extra untuk menemukan pelaku tersebut. Pihak kepolisian merasa bahwa
bagian ini merupakan suatu tantangan bagi pihak polisi. Pencurian
dengan kekerasan ini tidak akan terjadi apabila tidak adanya niat dari
sipelaku sendiri, kewaspadaan korban, tingginya tingkat keamanan di
wilayah hukum Polrestabes Medan, pergaulan pelaku yang baik, tidak
adanya kesempatan sekecil apapun yang diberikan korban kepada si
pelaku.42
1. Upaya Pre-Emtif
Upaya pre-emtif adalah upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian
untuk mencegah terjadinya kejahatan. Upaya yang dilakukan dalam
penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-
nilai atau norma-norma yang baik sehingga nilai-nilai atau norma-
norma tersebut dapat tertanam dalam diri seseorang sehingga seseorang
56
57
2. Upaya Preventif
3. Upaya Represif
Romli Atmasasmita, 1997, Upaya penanggulangan kejahatan pencurian dengan kekerasan yang
43
Selain ketiga fungsi polisi diatas, Fungsi kepolisian dalam hal ini juga sebagai
penyelidik dan sebagai penyidik sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) dan (4) KUHAP
60
yang menyatakan bahwa kedudukan Polri dalam sistem peradilan pidana adalah
sebagai penyelidik dan penyidik.
a) Patroli
44
http://artikelddk.com/tugas-dan-wewenang-polri-uu-no-2-tahun-2002/
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran