Anda di halaman 1dari 6

Peran Pergerakan Mahasiswa

Zaima Badi’atul Maghfiroh

Pergerakan mahasiswa menjadi bagian penting dan tidak dapat terpisahkan


dari dunia intelektual kampus. Pergerakan mahasiswa pasca reformasi dianggap
sebagai suatu hal yang negatif bagi sebagian masyarakat, termasuk sebagian
mahasiswa itu sendiri. Padahal pergerakan mahasiswa memiliki peran yang sangat
penting dalam mengawal kebijakan kampus. Gerakan mahasiswa mulai
memainkan peranan dalam sejarah sosial sejak berdirinya universitas di Bologna,
Paris dan Oxford pada abad Ke-12 dan abad Ke-13.
Pergerakan mahasiswa tidak selamanya berupa aksi dan orasi yang
menentang kebijakan. Pergerakan mahasiswa tidak selamanya harus berteriak
teriak dan turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya, melainkan juga bisa
disampaikan melalui tulisan untuk memperjuangkan hak-hak mahasiswa.
Mahasiswa merupakan bagian dari lapisan masyarakat terdidik yang
mendapat kesempatan menikmati dan mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi. Mahasiswa merupakan generasi muda yang mana memiliki perkembangan
usia yang secara emosional selalu bergejolak menuju kematangan serta berproses
menemukan jati diri, dan memiliki jiwa yang masih bersih yang belum banyak
dicemari kepentingan-kepentingan pragmatis, dan cara berpikirnya selalu
beorientasi pada nilai-nilai kebenaran dan ideal.

Immanuel Kant, seorang filsuf asal Jerman pernah berkata bahwa sejarah
bukanlah sesuatu yang terjadi, tapi sejarah adalah sesuatu yang terjadi dan
memiliki arti. Maka dalam sejarah, gerakan mahasiswa telah menggoreskan tinta
emasnya sebagai avant garde dalam setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh
bangsa ini.Perjuangan golongan terpelajar untuk melakukan perubahan secara
berkesinambungan memerlukan kekuatan yang boleh diterjemahkan dalam bentuk
penguasaan ilmu pengetahuan dan usaha-usaha melahirkan cerdik pandai di
kalangan mereka sendiri, dengan kata lain idealisme adalah sebuah
pengejawantahan dari kematangan proses berpikir, dan tanggung jawab
implementasinya di masyarakat.
Gerakan mahasiswa telah memberikan sumbangsih yang luar biasa
terhadap perubahan sosial yang ada di Indonesia. Sejarah mencatat gerakan
mahasiswa bergreak secara dinamis dengan pasang surutnya. Hal ini terjadi
bagaimana gerakan mahasiswa merespon tantangan zaman. gerakan mahasiswa
mengalami puncak kejayaannya di era 98 dengan menumbangkan rezim orde
baru. Pasca reformasi, gerakan mahasiswa mengalami beberapa perubahan.

Tidak bisa dipungkiri mahasiswa adalah elemen pembaharu yang


membawa perubahan pada sebuah bangsa. Pada saat berjuang biasanya
mahasiswa mengusung kata “idealisme” sebagai poros perjuangannya. Dalam
konteks inilah, mahasiswa sering berperan mewarnai perkembangan masyarakat,
perubahan sosial maupun politik. Gerakan sosial mahasiswa memiliki peran
sebagai pengawal kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan sosial dan
penyelenggaraan pemerintah pada suatu wilayah maupun negara.

Gerakan sosial politik mahasiswa umumnya berperan sebagai pembawa


suara kebenaran dan kontrol sosial terhadap lingkungan sosial politik dan
penyelenggaraan pemerintahan sebuah negara. Kajian tentang dinamika
pergerakan mahasiswa merupakan suatu kajian yang terus bergulir dari masa ke
masa. Sungguh suatu kenyataan baik dari perspektif sejarah maupun dalam
konteks realita bahwa dinamika pergerakan mahasiswa telah memberikan
fenomena yang berlangsung terus-menerus seolah tidak berujung.

Sebelum Indonesia merdeka, pers mahasiswa menjadi alat bagi


penyebaran ide-ide pembaharuan dan perjuangan yang sadar akan arti pentingnya
kemerdekaan. Kelahiran pers mahasiswa saat itu ternyata di pelopori pemuda,
pelajar, dan mahasiswa seiring dengan munculnya gerakan kebangkitan nasional.
Namun, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, maka peluang bagi pemuda
dan mahasiswa untuk membuat media semakin lebar dan terbuka.
Masa kejayaan pers mahasiswa ditandai dengan berdirinya Ikatan
Wartawan Mahasiswa Indonesia (IWMI) dan Serikat Pers Mahasiswa Indonesia
(SPMI) pada tahun 1955. Munculnya wadah bagi pers mahasiswa tersebut salah
satunya bertujuan untuk meningkatkan mutu, baik redaksional maupun
keperusahaan kepada pers mahasiswa. Dari periode inilah pers mahasiswa
mencapai puncak perkembangannya, kebebasan, untuk melakukan aktivitas untuk
mengembangkan potensi yang ada.
Topik mengenai gerakan mahasiswa seolah tak pernah habisnya untuk
terus dikaji, begitu fenomenalnya gerakan mahasiswa sehingga diberikan label
yang prestisius sebagai agent of change, agent of control dan berbagi label
lainnya. Mahasiswa sebagian bagian masyarakat terdidik mesti merespon apa
sebenarnya yang sedang terjadi di masyarakat.

Oleh karena itu mahasiswa akan memiliki komitmen untuk


memperjuangkan kebenaran itu. Sehingga apabila ada sesuatu yang tidak benar,
mahasiswa akan fokus untuk memperbaikinya. Pendekatan mahasiswa adalah
pendekatan yang ideal, gerakan yang ditujukan untuk kebenaran, keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Idealisme mahasiswa akan terusik apabila terdapat
“penyimpangan” pada masyarakat. Itulah sebabnya mahasiswa disebut sebagai
agent of change (agen perubahan) dan agent of control (agen pengawasan)
terhadap apa-apa yang dianggap ketidakadilan, penindasan dan diskriminasi
terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan.

Seluruh informan sepakat bahwa saat ini gerakan mahasiswa mengalami


kemunduran, hal ini bisa dilihat dari minat mahasiswa untuk bergabung dan
berpartisipasi dalam gerakan mahasiswa yang eksis di kampus. Terdapat dikotomi
dalam memberantas antipati terhadap gerakan mahasiswa, upaya pertama yang
ditempuh adalah dengan melakukan kaderisasi dan pemantapan organisasi.
Refleksi dinamika gerakan mahasiswa yang dilakukan informan, menyatakan
fakta bahwa FISIP sebagai kampus gerakan mengalami kemunduran dalam dunia
pergerakan. Namun ada dua perbedaan dalam mengatasi kemunduran mahasiswa,
yaitu yang pertama revitalisasi gerakan mahasiswa dan reorientasi mahasiswa.

Sesuai dengan karakter diatas yang berorientasi pada nilai-nilai ideal dan
kebenaran membuat mahasiswa menjadi peka dan peduli terhadap persoalan-
persoalan yang terjadi di lingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-
bentuk pelanggaran dan penyelewengan yang selalu merugikan masyarakat.
Dalam konteks inilah, mahasiswa sering berperan mewarnai perkembangan
masyarakat, perubahan sosial maupun politik. Gerakan mahasiswa seharusnya
senantiasa menggunakan asas kebenaran politik dan pengungkapan kebenaran
publik sekaligus. Selain itu, budaya Indonesia yang cenderung cepat puas dengan
keadaan dan tidak peduli dengan perkembangan karena sibuk sendirian, tidaklah
patut mejadi paradiga gerakan mahasiswa.

Dalam proses eksternalisasi dinamika gerakan mahasiswa, keseluruhan


informan menyebutkan bahwa ia mendapatkan pengetahuan tentang dinamika
gerakan mahasiswa dari berbagai sumber. Pertama, saat duduk di bangku sekolah,
dari film yang ditonton dan organisasi yang diikuti. Kedua, setelah memasuki
masa perkuliahan, khususnya saat diadakan orientasi mahasiswa. Masa orientasi
ini memberikan dampak syang sangat penting karena pengetahuan informan akan
dinamika gerakan mahasiswa yang hanya sekedar demo, berkembang mampu
melihat gerak pasang surut gerakan mahasiswa, bagaimana kondisi gerakan
mahasiswa dalam konteks.

Untuk merespon gerakan mahasiswa yang semakin melemah ini adalah


dengan reorientasi gerakan mahasiswa atau mengubah orientasi gerakan
mahasiswa, dalam hal gerakan mahasiswa yang selama ini terjebak dalam ranah
politik bergeser ke ranah sosial dalam bentuk pengabdian masyrakat.

Pendekatan mahasiswa adalah pendekatan yang ideal, gerakan yang


ditujukan untuk kebenaran, keadilan, daan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi,
melihat kondisi seperti ini, justru gerakan mahasiswa seolah kehilangan arah
geraknya pasca reformasi. Di bagian lain kehidupan gerakan mahasiswa dalam
organisasi kemahasiswaan lebih cenderung tersandera dalam isu isu elit yang
lebih membuat mahasiswa menghayal masa lalu yang tidak pernah mereka
dapatkan dari berbagai media.

Setelah 18 tahun masa reformasi berjalan, banyak sekali pertanyaan dan


kegundahan yang terjadi dalam pikran rakyat terhadap aktivisme gerakan
Mahasiswa. Slogan atau Mitos mahasiswa sebagai agent of change sangat jauh
dari realita yang ada sekarang ini. Aktivitas mahasiswa sekarang ini lebih banyak
dan bangga jadi peserta tepuk tangan di acara-acara TV, pengembira dalam acara-
acara serimonial, duduk manis di pusat perbelanjaan atau di tempat nongkrong
modern yang mana semua aktivitas tersebut sangat jauh dari hiruk pikuk
kesusahan dan kesulitan hidup rakyat kecil.

Di sana mereka dapat leluasa berbicara tentang mode pakaian, artis, film
terbaru dan populer dan selalu mencibir setiap kali ada demo yang memacetkan
jalan yang memperjuangkan hak masyarakat kecil dan terpinggirkan. Sehingga
kehidupan para mahasiswa pada era tahun 80-an kembali lagi di jaman sekarang
ini yang sering dibuat jargon oleh masyarakat umum bahwa mahasiswa tidak
lebih sebagai “menara gading” yang kehidupannya sangat rapuh.

Mereka dibuat seperti seorang ABG yang ditinggal kekasih. Prestasi bagi
mereka adalah ketika berhasil mencapai IPK tinggi, membuat event besar dengan
mendatangkan artis terkenal. Itulah kebanggan mereka yang semua itu merupakan
kegiatan yang masih jauh dari kenyataan yang akan mereka hadapi setelah keluar
dari kehidupan kampus. Apakah seperti itu tujuan dan fungsi mahasiswa menuntut
ilmu yang tinggi dan mahal? Kalau kita bercermin kembali kepada tujuan dan
fungsi mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan prinsip dasarnya adalah
mendidik dan mengasah intelektual muda yang nantinya mau dan mampu
memperjuangkan hak dan kehidupan rakyat.

Dalam menjawab tantang tersebut, di jaman modern sekarang ini


mahasiswa yang merapakan insan intelektual yang merupakan harapan bangsa
yang nantinya akan mengambil alih semua tanggung jawab bangsa segera harus
berbenah diri. Adapun langkah yang bisa dilakukan, kita harus memanfaatkan
ruang dan kemampuan kita semua untuk mendengar dan melihat fenomena yang
terjadi dilingkungan kita, terutama permasahan yang dialami oleh masyarakat.

Semua itu bisa dikerjakan dengan melakukan suatu pergerakan ilmiah


dengan mengadakan diskusi ilmiah, dialog publik, seminar, audiensi yang
mengambil topik tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat terutama
yang sesuai dengan keilmuan kita. Kita selaku insan terdidik harus mmampu
memposisikan diri dalam permasalahan ini. Kita tidak perlu turun kejalanan
seperti era tahun-tahun sebelumnya karena sekarang ini sudah banyak ruang dan
media yang dapat dimanfaatkan didalam kita berjuang memprjuangkan idealisme
dan kebenaran tersebut, namun kita harus cerdas dan bertanggung jawab.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 1998.
Anwar, Yozar. 1982. Protes Kaum Muda!. Jakarta: PT Variasi Jaya.
Budiman, Arief. 1983 Peranan Mahasiswa sebagai Inteligensia, dalam
Aswab.
Mahasin dan Ismet Natsir (peny.) Cendekiawan dan Politik, LP3ES.
Prasetyantoko, A. dan Wahyu Indriyo, Wahyu. 2001. Gerakan Mahasiswa
dan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Hak Azasi Manusia, Demokrasi
dan Supremasi Hukum.
Amir Effendi Siregar. 1983. Persma Indonesia Patah Tumbuh Hilang
Berganti. Jakarta: PT. Karya Unipress. Hal: 37
Ibid. Hal: 42-44.
Yozar Anwar. 1981. Pergolakan Mahasiswa Abad Ke-20: Kisa Perjuangan
Anak-Anak Muda Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan.
Ichsan Pahruddin, “Pergerakan Mahasiswa” diakses dari
Ichsanpahruddin.wordpress.com diunduh tanggal 12 Desember 2014. 20.25 WIB
Hidayat, Dedy N. Konstruksi Sosial Industri Penyiaran : Kerangka Teori
Mengamati Pertarungan di Sektor Penyiaran, Makalah dalam diskusi “UU
Penyiaran, KPI dan Kebebasan Pers, di Salemba. 8 Maret 2003.
Poloma, Margaret M. dalam bukunya: Sosiologi Kontemporer. 2007
Sanapiah Faisal. Pengumpulan dan Analisa Data dalam Penelitian
Kualitatif dalam Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif:
Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Hal: 69

Anda mungkin juga menyukai