Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hasna Kurnia Galuh Puteri

NIM : P21331118041
Kelas : D4-4B

TUGAS DIETETIKA
RESUME SALURAN CERNA BAWAH

1. Apa itu inflammatory bowel syndrome?


Inflammatory bowel syndrome adalah peradangan yang terjadi terutama pada ileum dan
usus besar, dengan gejala diare, disertai darah, lendir, nyeri abdomen, berat badan
berkurang, nafsu makan berkurang, demam, dan kemungkinan terjadi steatorea (adanya
lemak dalam feses). Penyakit ini dapat berupa ulseratif dan penyakit Crohn’s. Gejala dan
strategi penanganan keduanya hampir sama, tetapi berbeda dalam manifestasi klinis saja.

2. Ada 2 bentuk inflammatory bowel sering terjadi yaitu ulcerative colitis dan
penyakit Crohn. Buatkan persamaan dan perbedaan baik gejala, strategi
penanganan, dan manifestasi klinisnya.

A. Persamaan

Etiologi Genetik Gut flora Respon Gejala Komplikasi


imun
Ulcerativ 15 % pasien Nyeri perut, Status gizi
e colitis dengan demam, lemas, kurang,
Bakteri
inflamasi tidak nafsu defisiensi zat
merupakan Ada
bowel makan, sering gizi mikro,
penyebab, hubungan
Sama syndrome BAB dan sakit, osteoporosis,
tetapi tidak antibody
tidak faktor diare, dan dermatitis,
Penyakit ada tetapi
diketahui utamanya penurunan BB. komplokasi ke
crohn spesifik lemah dari
terkait Pada Ulcerative liver, saluran
yang T Cell
dengan colitis, diare empedu,
mendasari
kondisi diikuti dengan pancreas, dan
psikologis darah dan lendir batu ginjal

B. Perbedaan

Ulcerative colitis Penyakit Crohn


Insiden Lebih kecil dibanding Crohn Lebih besar sedikit dibanding inflamasi
Letak Usus besar (kolon) Saluran cerna terutama ileum dan kolon
gangguan
Distribusi Bisa menyambung ke rektum Luka menetap
Inflamasi  Dinding mukosa usus dan  Dinding mukosa
submukosa  Luka dalam, lesi di dinding
 Luka hanya di permukaan mukosa usus
Malabsorpsi Tidak ada Ada jika lesi di ileum
vitamin larut
lemak
Penyebab dan Faktor keturunan dan usia. Faktor genetic, gangguan sistem
faktor risiko Seseorang berisiko tinggi mengidap kekebalan tubuh, kebiasaan merokok,
enetic ulseratif jika ada anggota dan adanya riwayat infeksi.
keluarga yang mengalami kondisi
serupa. Sedangkan faktor usia
memengaruhi tingkat keparahan
gejala.
Komplikasi Perforasi, infeksi kolon, resiko Fistula di organ lain, malabsorpsi,
jangka tinggi terjadinya kanker kolon anemia, staetorrhoe, luka usus,
panjang polyarthritis,sacroiliitis,

Pada saat akut, menggunakan makanan enteral atau parenteral, jika diperlukan
Lanjutkan dengan diet rendah lemak, tinggi protein dan CHO, porsi kecil tapi
sering, pelan disesuaikan dengan kebiasaan makan
Rendah serat pada saat akut , tapi pelan pelan dinaikkan sesuai dengan kondisi
Os
Suplementasi vit D, seng, kalsium, magnesium, folat, B12, dan zat besi

Pada fase penyembuhan :

Intervensi  Tingkatkan pemenuhan energi dan protein untuk meningkatkan


gizi BB, dan mengganti simpanan zat gizi
 Tingkatkan asupan antioksidan , suplementasi omega 3 dan
glutamin
 Hindari bahan makanan tinggi oksalat khusus untuk pasien penyakit
“Crohn’s”
 Pertimbangkan penggunaan probiotik/prebiotik

3. Penyakit di usus besar : diverticular dan irritable bowel syndrome. Jelaskan


bagaimana gejala dan terapi gizinya
a) Penyakit diverticular
Penyakit ini terdiri dari penyakit divertikulosis dan divertikulitis.
Divertikulosis Divertikulitis
Penyebab Adanya kantong-kantong Terjadi bila penumpukan
kecil yang terbentuk pada sisa makanan pada
dinding kolon yang divertikular menyebabkan
terjadi akibat tekanan peradangan.
intrakolon yang tinggi
pada konstipasi kronik.
Hal ini terjadi pada usia
lanjut yang makannya
rendah serat.
Gejala Kram pada bagian kiri Kram pada bagian kiri
bawah perut, mual, bawah perut, mual,
kembung, muntah, kembung, muntah,
konstipasi atau diare, konstipasi atau diare,
menggigil, dan menggigil, dan
demam. Kadang ada luka demam.
dan perlu tindakan
operasi. Kondisi status
gizi kurang/buruk kadang
sebagai salah satu
pencetus.
Diagnosa gizi Diagnosa gizi yang umum atau sering ditemukan pada
pasien penyakit divertikular adalah perubahan fungsi
saluran cerna dan asupan serat inadekuat.
Intervensi gizi Kebutuhan energi dan zat- 1) Pada kondisi
zat gizi normal diverticulitis kadang kala
2) Cairan tinggi, 2-2.5 disertai dengan diare
liter sehari
darah segar, maka untuk
3) Serat tinggi
sementara dihentikan
terlebih dahulu makanan
melalui oral, atau dapat
diberikan makanan cair
jernih, pelan pelan sampai
kondisi membaik
(perdarahan berhenti)
dapat diberikan makanan
lunak dan biasa.
2) Pada kondisi sudah
tidak ada infeksi, maka
kondisi sudah menjadi
diverticular sehingga
pemberian serat dapat
pelan-pelan ditambah 6-10
g terutama serat larur air
dari kebutuhan normal
serat 20 s/d 35 g per hari,
disamping asupan cairan
ditingkatkan juga.
3) Prebiotik atau probiotik
sangat dianjurkan untuk
mempertahankan bakteri
baik di saluran cerna.
4) Hindari makanan yang
banyak mengandung biji-
biji kecil, seperti tomat,
jambu biji, dan stroberi,
yang dapat menumpuk
dalam divertikular
5) Bila perlu diberikan
Makanan Enteral Rendah
atau Bebas Laktosa
6) Untuk mencegah
konstipasi, minum
minimal 8 gelas sehari

Tujuan intervensi 1) Meningkatkan volume 1) Mengistirahatkan usus


gizi dan konsistensi feses untuk mencegah perforasi
2) Menurunkan tekanan 2) Mencegah akibat
intra luminal laksatif dari makanan
3) Mencegah infeksi berserat tinggi

b) Irritable bowel syndrome

Irritable bowel syndrome

Pengertian Gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan yang


menyerang usus besar untuk jangka waktu yang lama,
dengan gejala yang kambuh dari waktu ke waktu. IBS
lebih sering dialami oleh wanita dewasa muda yang
berusia kurang dari 50 tahun. Setiap kambuh, IBS bisa
terjadi selama beberapa hari atau bisa juga beberapa
bulan, dan keadaan ini dapat dipicu oleh keadaan stres,
makanan tertentu, atau perubahan hormon (seperti saat
periode menstruasi).
Gejala 1) nyeri yang berulang dibagian perut
2) gangguan saluran cerna yang diikuti dengan diare/atau
kontipasi atau kombianasi keduanya
3)pembentukan gas yang berlebihan yang ditingkatkan
dengan perut kembung yang disertai dengan bunyi perut
yang gemuruh, sendawa dan flatus.
Penyebab dan pemicu multifaktor : predisposisi genetic, perubahan sensai dan
motilitas saluran cerna, infeksi, peradangan,
meningkatnya permiabilitas saluran cerna, intoleran
terhadap amkanan tertentu, dysbiosis, stress psikologis.
Intervensi gizi  Berikan diet seimbang seusai kebutuan Os.
Perkiraan apakah memerlukan suplemen vitamin
dan mineral
 Hindari makanan yang mungkin menyebabkan
alergi atau intolerance
 Hindari bahan makanan sumber gas
 Pertimbangkan penggunaan prebiotic dan
probiotik
 Pertimbanhgkan menggunaan susu dan hasil
olahnya
 Identifikasi asupan zat gizi, lingkungan ,
emosi,aktifitas, dan gejala yang muncul sehingga
memudahkan menyiasatinya. Kuncinya terapi diet
dan gaya hidup sangat personal, kejujuran Os
sangat diperlukan dalam konseling gizi.

4. Jelaskan apa itu konstipasi dan bagaimana mengatasinya, termasuk dalam aspek
gizi

Konstipasi didefinisikan sebagai kesulitan defekasi dimana terjadi penurunan


pergerakan kolon atau disertai dyschezia (nyeri, keras, atau tidak tuntas). Frekuensi
normal defekasi antara 3 kali per hari sampai dengan 3 kali per minggu (Cresci and
Escuro, 2017). Konstipasi dapat terjadi di segala umur, tapi yang paling sering adalah
lansia.
Penyebab/faktor resiko timbulnya konstipasi merupakan hasil dari berbagai
masalah jangka pendek misal ada berbagai sumber ketegangan syaraf dan kekhawatiran
atau ada masalah neurologis atau neuro muskuler. Faktor lain: perubahan aktifitas
rutinitas, efek samping dari obat, sering menggunkan pencahar, diet rendah serat dan
kurang minum, serta kurang aktifitas fisik.
Strategi yang dapat dilakukan pada intervensi gizi adalah :
1) Gali/asses kemungkinan penyebab konstipasi
2) Perbaiki diet termasuk pola makan, aktifitas fisik dan kebiasaan tidak menunda
keinginan defekasi
3) Diet tinggi serat atau diet tinggi sisa. Jumlah serat yang direkomendasikan adalah
25-35 gram per hari. Jumlah serat perhari tidak lebih dari 50 gram per hari.
Peningkatan jumlah serat dilakukan secara bertahap dan perlahan. Jika serat
berlebihan dan asupan cairan kurang, dapat menyebabkan masalah lain, seperti
obstruksi lambung dan feses tertahan. Kondisi ini dapat menyebabkan
penyempitan saluran cerna.
4) Berikan cairan yang cukup, sekitar 2 liter atau 2.5 liter perhari
5) Jika penyebab konstipasi adalah obat, mungkin tidak bisa disembuhkan dengan
diet.
6) Penggunaan laksatif dan pelembut feses secara baik dapat membantu mengatasi
konstipasi

Syarat diet :
 Kebutuhan energi sesuai kebutuhan
 Protein diberikan 10-15% dari kebutuhan
 Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan
 Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan dari energi total
 Vitamin dan mineral tinggi terutama vitamin B untuk memelihara kekuatan otot
saluran cerna
 Konsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering
 Mengonsumsi serat tinggi (roti gandum utuh, sereal, sayur, kacang-kacangan,buah
dengan biji) untuk meningkatkan serat mencapai 25 gr (wanita) dan 38 gr (pria).
Penambahan serat ditingkatkan secara bertahap, misalnya dalam rentang waktu
satu bulan.
 Berikan cairan yang cukup, sekitar 2 liter per hari.

5. Apa beda food alergi dan food intolerance, bagaimana gejalanya dan manajemen
terapinya?

Food Alergi Food Intolerance


Pengertian Alergi makanan adalah reaksi Intoleransi makanan adalah
alergi ketika sistem kekebalan kondisi di mana tubuh tidak bisa
tubuh salah mengira bahwa mencerna zat tertentu dari
protein dari beberapa makanan makanan atau minuman.
(kacang-kacangan, susu, telur)
dianggap sebagai suatu Ini bukan respon imunitas atau
ancaman yang berbahaya. sistem kekebalan tubuh.
Melainkan reaksi kimia antara zat
Alergi makanan ini dapat makanan yang masuk dalam
bersifat akut atau tiba-tiba, tubuh terhadap kondisi
tetapi dapat juga bersifat kronis pencernaan.
atau berlangsung dalam waktu
yang lama. Saat protein masuk Ketika seseorang memiliki
kedalam tubuh, sistem intoleransi terhadap suatu zat
kekebalan mengeluarkan sejenis dalam makanan atau minuman,
antibodi (IgE) untuk gejalanya bisa timbul beberapa
menetralkan zat yang dianggap jam setelah dikonsumsi, bahkan
berbahaya. Saat alergen dicerna, bisa muncul 48 jam setelah
antibodi yang terbentuk mengonsumsinya.
melepaskan zat kimia termasuk

Bahan makanan yang sering


menimbulkan alergi adalah susu
sapi, kacang-kacangan, telur,
tepung terigu, sea food, ikan
dan kedelai.

Alergi makanan yang paling


sering terjadi pada anak
dibawah 2 tahun.
Gejala  Ruam atau gatal-gatal  Kembung
 Mual  Sakit perut
 Nyeri perut  Adanya gas dalam perut
 Diare  Muntah
 Gatal kulit  Batuk dan pilek
 Sesak napas  Muncul ruam merah atau
 Nyeri dada dengan gatal
 Pembengkakan saluran  Diare
udara ke paru-paru  Sakit kepala
 Pembengkakan pada
wajah dan tenggorokan
 Gelisah
Manajemen terapi  Menghindari makanan  Identifikasi makanan dan
penyebab alergi gejala yang timbul paling
 Mengganti makanan tidak selama 7-14 hari.
yang sesuai dengan (gunakan lembar
makanan yang dihindari kuestioner spt yang ada di
sehingga kebutuhan Krause)
gizinya tetap adekuat  menghindari makanan
atau makanan
penyebab/diet eliminasi
makanan
 pelan-pelan
memperkenalkan kembali
(diet tantangan)
 mengembalikan
menyembuhkan susu dan
mengembalikan
keseimbangan kekebalan
tubuh.

Berdasarkan jangka waktu timbulnya, gejala, serta zat pemicunya, alergi makanan terbagi
dalam tiga jenis yaitu:
a) Imunoglobulin E
Zat antibodi dalam tubuh manusia salah satunya berasal dari imunoglobulin E
atau IgE. Gejala yang ditimbulkan umumnya tidak lama setelah pengidap
mengonsumsi makanan tertentu. Gejalanya meliputi:
 Ruam kemerahan yang tampak timbul pada permukaan kulit.
 Gatal-gatal.
 Kesemutan pada rongga mulut.
 Sulit menelan.
 Bengkak pada mulut, wajah, dan bagian tubuh lain.
 Mual dan muntah.
 Mata gatal.
 Bersin.
 Napas pendek atau sesak.
 Pusing.

b) Non Imunoglobulin E
Gejala yang timbul membutuhkan waktu lebih lama, umumnya berjam-jam
setelah pengidap mengonsumsi makanan tertentu. Gejalanya meliputi:
 Ruam kemerahan yang tidak tampak timbul pada permukaan kulit.
 Gatal.
 Kulit kering dan pecah-pecah, kemerahan, dan gatal.
 Area kelamin dan anus tampak kemerahan.
 Sembelit.
 Nyeri ulu hati.
 Lebih sering buang air besar.
 Terdapat lendir atau darah pada kotoran saat buang air besar.
 Kulit pucat.
 Tampak lebih rewel pada bayi.

c) Kombinasi Imunoglobulin E dan Non Imunoglobulin E


Pengidap alergi akan mengalami gejala dari kedua jenis alergi makanan.
Sedangkan reaksi alergi yang berat (anafilaksis) gejalanya adalah sebagai berikut:
 Jantung berdebar cepat.
 Sesak napas.
 Cemas dan ketakutan yang tiba-tiba.
 Tekanan darah turun drastis.
 Tidak sadarkan diri atau pingsan.

6. Penyakit celiac, bagaimana etiologi dan patologinya? Bagaimana terapi gizinya?

a) Etiologi
Penyakit ini disebabkan karena usus halus tidak mampu menyerap dan mencerna
gluten. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi autoimun terhadap gliadin
(ditemukan pada gluten) yang menyebabkan kerusakan pada vili mukosa usus
menjadi atrophy dan flattening. Akan terjadi gangguan penyerapan zat gizi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada organ lain.

b) Patologi
Setelah terjadi paparan gliadin dana prolamin, transglutaminase jaringan enzim
memodifikasi protein dan sistem kekebalan tubuh sehingga bereaksi silang
dengan jaringan usus kecil, menyebabkan reaksi inflamasi yang mengarah pada
truncating dari vili usus kecil lapisan (atrofi vili) sehingga mengganggu
penyerapan nutrisi, karena vili usus bertanggung jawab untuk penyerapan.
Adanya gluten akan membentuk imunodulator dan agen inflamasi. Hal ini akan
mengakibatkan terlepasnya ikatan protein dan protein tersebut akan dikenali oleh
APC sebagai suatu antigen. Protein juga akan dikenali oleh sel limfosit T dan
kemudian akan mengaktifkan sel B. Antibodi tersebut akan merusak vili usus
dengan pelepasan sitokin sehingga akan mengakibatkan kematian epitel vili usus
dan mengganggu proses penyerapan zat gizi.

c) Terapi gizi
Strategi intervensi gizi pada penyakit ini adalah:
1) Pada fase akut, terapi kehilangan elektrolit dan cairan.
2) Suplementasi vitamin dan mineral (kalsium, vitamin D, vitamin K, besi, folat,
B12,A dan E).
3) Menghindari sumber gluten dari makanan (gandum, rye, barley, oat).
4) Ganti dengan jagung, kentang, nasi, kacang kedelai, tapioka.
5) Baca label secara hati-hati untuk melihat komposisi produk makanan.
6) Jumlah gliadin yang sangat sedikitpun dapat menjadi masalah.
7) Hati-hati dengan : pengental, penambah rasa, saus, gravies, coatings/pelapis,
protein nabati.

Anda mungkin juga menyukai