ABSTRAK
Masjid Istiqlal adalah sebuah masjid nasional yang terletak di Jakarta. Arti Istiqlal dalam Masjid Istiqlal berarti
“kemerdekaan” dalam bahasa Arab. Masjid ini direncanakan pada masa pemerintahan orde lama yang dipimpin oleh
Soekarno. Bangunan ini dirancang oleh Frederich Silaban yaitu seorang arsitek yang memenangkan sayembara
masjid ini. Pada masa pembangunan, masjid ini terdapat beberapa konflik politik antara kaum nasionalis dan islam.
Hal ini berpengaruh terhadap arsitektur masjid ini yang pada awalnya juga merupakan salah satu dari
bangunan-bangunan monumental yang direncanakan Soekarno pada saat kebijakan politik mercusuar. Metode
penelitian yang kita gunakan adalah metode deskriptif kualitatif karena menggunakan data-data kualitatif untuk
menjelaskan tentang pengaruh politik dan budaya Islam dalam arsitektur Masjid Istiqlal. Data-data kualitatif tersebut
berupa kajian pustaka mengenai analisis aspek-aspek politik dan budaya islam yang berpengaruh dalam perencanaan
pembangunan dan elemen-elemen arsitektur masjid istiqlal. Pembahasan lebih berfokus pada elemen-elemen
bangunan yang dipengaruhi oleh pengaruh politik, sosial dan budaya Islam.
ABSTRACT
Istiqlal Mosque is a national mosque located in Jakarta, Indonesia. The meaning of Istiqlal in the Istiqlal Mosque
means "freedom" in Arabic. This mosque was planned during the old order era led by Soekarno. This building was
designed by Frederich Silaban, an architect who won this mosque competition. During the construction period, this
mosque contained several political conflicts between the nationalists and Islamist. This affected the architecture of
this mosque which was originally one of the monumental buildings planned by Soekarno during the “mercusuar”
political policy. The research method we use is a qualitative descriptive method because it uses qualitative data to
explain the Indonesian politics and cultural influences of Islam in the architecture of Istiqlal Mosque. The
qualitative data is in the form of a literature review on the analysis of political and Islam culture that influence
development planning and architectural elements of Istiqlal mosques. This article focuses more on building
elements that are influenced by Indonesian politics and Islam culture influences.
1
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa bangunan di dunia bisa disebut sebagai landmark, hal ini dikarenakan semua bangunan
yang dibangun, tidak dibangun hanya berdasarkan fungsinya saja, melainkan terdapat makna dan
karakter yang dicerminkan dari bangunan tersebut. Pencerminan sebuah karakter identitas
tersebut tentunya dipengaruhi oleh latar belakang politik, sosial maupun budaya. Landmark
adalah titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa
dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang
menonjol dari kota (Markus Zahnd, 2006). Salah satu bangunan yang bisa disebut sebagai
landmark Indonesia yaitu Masjid Istiqlal. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar se-Asia
tenggara yang terletak di Jakarta.
(https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masjid-istiqlal-simbol-kemerdekaan-ba
ngsa-indonesia/. Diakses pada 24 September 2020).
Masjid ini direncanakan pada tahun 1953 pada masa-masa setelah kemerdekaan oleh
tokoh-tokoh Islam seperti, Wahid Hasyim, Agus Salim, dan Anwar Tjokroaminoto.
Pembangunan masjid ini tentunya tidak lepas dari pengaruh politik dan budaya Indonesia saat
itu. Direncanakan pada masa Orde Lama dimana pada saat itu Indonesia baru saja merdeka, para
tokoh nasional Indonesia berharap adanya simbol-simbol identitas negara di ibu kota. Gagasan
pembangunan masjid ini terinspirasi dari tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan
membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya
seperti pembangunan candi Borobudur dan Prambanan yang melambangkan masa kejayaan
kerajaan Hindu-Buddha. (Fatimatuz Zahra, 2017). Pada masa-masa kemerdekaan Indonesia,
muncul gagasan untuk membangun masjid monumental yang megah dan melambangkan
predikat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Soekarno yang
pada saat itu menjabat sebagai presiden, menyambut baik ide pembangunan Masjid Istiqlal. Hal
ini dikarenakan, Soekarno menggagas ide “National Character Building”, yaitu suatu pemikiran
untuk membangun kembali identitas bangsa Indonesia pasca-kolonial. Pembangunan masjid ini
juga bertujuan untuk membangun simbol kemerdekaan, sehingga nama masjid ini ditetapkan
sebagai Masjid Istiqlal atau dalam bahasa Arab yang berarti “Kemerdekaan” (Achmad Rizky
Nugraha. 2011). Dikarenakan hal ini, Masjid Istiqlal bukan merupakan sebuah masjid yang
hanya terpengaruh arsitektur islam saja layaknya seperti masjid biasa, tetapi ada unsur politik
dan unsur-unsur nasionalisme di dalamnya.
2
2. LANDASAN TEORI
Masjid Istiqlal terletak di Jl. Taman Wijaya Kusuma, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sawah
Besar, Jakarta Pusat. Masjid Istiqlal adalah masjid nasional negara Indonesia yang terletak di
bekas Taman Wilhelmina yang merupakan taman bekas peninggalan Belanda, Masjid ini berada
di Timur Laut Lapangan Medan Merdeka yang di tengahnya berdiri Monumen Nasional
(Monas), dan berada di sisi barat Gereja Katedral Jakarta. Masjid ini memiliki luas tanah 98.247
m2 serta luas bangunan sebesar 24.200 m2, dan berdaya tampung 200.000 orang. Perencanaan
pembangunan Masjid Istiqlal dimulai pada tahun 1953, di mana pada saat itu, Indonesia baru
saja diakui merdeka secara sah di mata Internasional. Sejumlah tokoh nasional seperti KH.
Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H. Anwar
Tjokroaminoto dari Partai Syarikat mengadakan rapat yang membahas tentang pembangunan
sebuah masjid. Sehingga akhirnya terbentuklah panitia Pengurus Harian Yayasan Masjid Istiqlal
pada tanggal 7 Desember 1954, dengan Ketua Umum H. Anwar Tjokroaminoto. Pembentukan
Yayasan Masjid Istiqlal merupakan hasil kesepakatan dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 200
orang ulama dan tokoh-tokoh Islam seluruh Jakarta Raya di bawah pimpinan K.H.
Taufiqurrahman.
(https://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/19/www.masjidistiqlal.or.id#content-sejara
h. Diakses pada tanggal 24 September 2020).
3
tahun 1955 sebagai peristiwa yang mengkonsolidasikan
bentuk baru ideologi Indonesia dan organisasi sosial. Sejak
masa itu sampai sekarang, beberapa partai muslim telah
berjuang untuk menyadari bahwa meskipun Indonesia
secara mayoritas dalam adalah masyarakat muslim, tetapi
partai muslim merupakan sebuah minoritas politik.
Perkembangan Islam pada masa orde lama berada pada
tingkat pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan
sebuah dasar dalam bernegara. Sehingga pergolakan
ideologi antara golongan nasionalis saling tarik ulur untuk
memperjuangkan berlakunya rumusan ideologi
masing-masing. Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin
(1959 - 1966) golongan islam mendapat tekanan melalui
dominasi peranan komunis yang membonceng pemerintah.
Secara keseluruhan peranan Partai Islam mengalami
Kemerosotan. Sehingga tidak ada tokoh Islam yang
dipercayakan sebagai menteri dalam masa Demokrasi
Terpimpin. Satu-satunya kepentingan Islam yang
diluruskan adalah keputusan MPRS tahun 1960 yang
memberlakukan pengajaran agama di Universitas dan
Perguruan Tinggi. Legislasi Islam sebagai ideologi Negara
dianggap memberi pengaruh negatif terhadap pemerintahan
(sumber:
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jlb/article/view/3054).
3. Pengaruh Politik Mencipta dan menata ruang arsitektur, atau ruang kota,
dan Sosial-Budaya sesungguhnya adalah menata citra dan identitas bangsa.
dalam Arsitektur Arsitektur bukanlah sesuatu yang independen. Arsitektur
dan arsitek menyerap keadaan sosio-kultural yang
melingkupinya. Seorang arsitek bisa saja menempatkan diri
sebagai seorang profesional yang tak berpolitik, tetapi
mereka tak bisa sepenuhnya melepaskan diri dari iklim
politik penguasa dan menghindar dari pengaruh
kepentingan pemerintah. Arsitektur tidak hanya sebagai
prasarana kegiatan manusia, melainkan juga bisa menjadi
sarana penyampaian suatu makna. Karena itu, karya
arsitektur mudah menjadi media penyampaian pesan politis
seorang penguasa. Banyak bukti sejarah yang
memperlihatkan bahwa kaisar, raja, dan pemimpin negara
lainnya, mendirikan bangunan dan ruang kota yang
monumental untuk membentuk identitas masyarakatnya
(M. Syaom Barliana, 2014).
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Politik
Masjid ini direncanakan pada masa kepemimpinan Soekarno yang menginginkan adanya
pembangunan proyek-proyek besar di Jakarta. Masjid Istiqlal menjadi salah satu dari
proyek-proyek Soekarno yang bersifat monumental dan bertujuan untuk menyatakan identitas
Indonesia sebagai pusat negara-negara berkembang yang mampu bersaing dengan negara lain.
Unsur politik dapat dilihat dari kubah yang berukuran 45 meter dan juga dari tapak yang
menghadap ke arah monas. Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara,
juga menjadi simbol bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di
Indonesia.
5
Aspek Budaya Islam
6
3. Levelling Masjid Istiqlal ini didesain
dengan lantai sebanyak lima
lantai, jumlah lantai ini didesain
oleh Friedrich Silaban dengan
tujuan lantai lantai ini
merepresentasikan kepercayaan
Gambar 5. umat Islam yaitu lima rukun
Levelling Islam. Hal tersebut dengan
Sumber : tujuan sebagai pengingat kaum
https://ikagambar.blogsp muslim, bahwa terdapat 5
ot.com/2019/03/gambar- kewajiban yang harus dilakukan.
masjid-istiqlal.html
Al Quddus (Gerbang
Kesucian)
Gambar 7.
Al Assalam (Gerbang
Kedamaian)
Sumber :fotolokasi.com
7
Gambar 8.
Al Malik (Gerbang Raja)
Sumber :
startfmmadina.com
Gambar 9.
Pintu Gerbang Al Ghaffar
Sumber :
arizqinur.wordpress.com
Gambar 10.
Ar Rozzaq (Gerbang
Rezeki)
Sumber :fotolokasi.com
Gambar 11.
Ar Rahman (Gerbang
Pengasih)
8
Sumber:
cintamasjid15.blogspot.co
m
Pada masa pembangunan Masjid Istiqlal, terdapat tarik ulur ideologi antara golongan islam dan
golongan nasionalis. Meskipun memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia, golongan islam
menjadi minoritas politik. Namun, meskipun begitu, masjid ini juga tidak mungkin lepas dari
pengaruh budaya Islam. Hal ini merupakan hal yang paling jelas, dikarenakan fungsi bangunan
masjid itu sendiri merupakan tempat peribadatan umat Islam. Hampir setiap sudut masjid
terdapat unsur dan filosofi Islam di dalamnya.
Kesimpulan
Masjid Istiqlal direncanakan pada tanggal 07 Desember 1954. Masjid Istiqlal digagas oleh H.
Wahid Hasyim yang menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H. Anwar Tjokroaminoto dari
Partai Syarikat Islam. Soekarno yang pada saat itu menjalani kebijakan politik mercusuar,
menyambut baik rencana tersebut, berhubungan dengan dibutuhkannya bangunan yang menjadi
identitas nasional. Terdapat juga beberapa perselisihan yang terjadi pada masa itu, di antaranya
PNI dan Masyumi mengenai peran Islam dan peran komunis dalam ideologi Indonesia. Oleh
karena itu, Yayasan Masjid Istiqlal kemudian mengadakan sayembara untuk mendapatkan desain
ideal masjid yang mampu merepresentasikan kemerdekaan Indonesia. Sehingga terdapat
percampuran unsur budaya Islam dan identitas nasional Indonesia yang bisa kita lihat
elemen-elemen arsitektur Masjid Istiqlal.
Saran
Bangunan Masjid Istiqlal merupakan peninggalan dari orang-orang yang telah mendirikan
bangsa Indonesia ini, dengan tujuan agar Masjid Istiqlal menjadi landmark “kemerdekaan” yang
menyatukan bangsa Indonesia. Maka saran yang dapat diberikan adalah Masjid Istiqlal ini dapat
dilestarikan dan dijaga. Adapun, hal itu dilakukan untuk terus membuat masjid istiqlal ini
menjadi hidup.
9
Ucapan Terima Kasih
Acknowledgement ini ditujukan kepada jurnal-jurnal yang telah terbit dan juga kepada asisten
dosen mata kuliah Humaniora yaitu Ibu Mekar Sari Suteja selaku asisten dosen yang membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini.
REFERENSI
AhmadIbo. “Masjid Istiqlal, Simbol Kemerdekaan Bangsa Indonesia”
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masjid-istiqlal-simbol-kemerde
kaan-bangsa-indonesia/. Diakses pada 24 September 2020.
Asramasunangunungjati.com. Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan.
https://www.asramasunangunungjati.com/2015/03/perkembangan-islam-pasca-kemerdek
aan.html. Diakses pada tanggal 27 September 2020
Barliana, M. M. Syaom. 2014. Arsitektur, Kekuasaan, dan Nasionalitas: Kajian dari Segi
Wacana
Postkolonial, Modernisme, dan Postmodernisme. Jakarta (ID): Universitas Indonesia
Kemenag. Situs Informasi Masjid.
https://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/19/www.masjidistiqlal.or.id#conten
t-sejarah. Diakses pada tanggal 24 September 2020.
Nugraha, Achmad Rizky. 2011. Pandangan Politik Soekarno dalam Membangung Masjid
Istiqlal [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahman, Rasyid. 2017. Perkembangan Islam di Indonesia Masa Kemerdekaan (Suatu Kajian
Historis). Lensa Budaya. ( 12)2 :117-125.
Silaban, Nadia Winny. Julyana L. F. Nainggolan, Imam Faisal Pane. 2018. Kajian Pengaruh
Kekuasaan Pemerintah Era Poskolonial Terhadap Arsitektur di Medan. Jurnal
Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR”. ( 09)2: 345-353.
Penulis :
315190076 Nicson Bunawidjaya
315190077 Dominikus Gusti Wihardani
315190078 Michael
10