ABSTRAK
Setiap anak memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama untuk mengenyam bangku pendidikan, tak terkecuali
anak-anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual dan mentalnya
disebut juga sebagai anak tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki hambatan dalam hal pembelajaran seperti
tidak mampu memusatkan pikiran, emosi tidak stabil, suka menyendiri dan pendiam, peka terhadap cahaya, dan
lain-lain. Sehingga, pemenuhan kriteria ruang yang ramah terhadap anak tunagrahita menjadi aspek yang penting
terhadap keberlangsungan pembelajaran. Walaupun aspek tersebut merupakan suatu hal yang penting, sekolah
umum maupun sekolah luar biasa bisa saja tidak sepenuhnya menerapkan hal tersebut. Jurnal ini bertujuan untuk
mengetahui pemenuhan syarat-syarat interior untuk anak tunagrahita di sekolah dasar umum maupun sekolah
luar biasa bagian C. Hal ini dikarenakan pemenuhan syarat- syarat interior ramah tunagrahita merupakan hal
yang penting terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Pemenuhan syarat tersebut secara tidak
langsung berhubungan dengan pencapaian keadilan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam hal pembelajaran.
Maka dari itu, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak tunagrahita dalam
mencapai keadilan tersebut. Pengamatan dilakukan dengan mengamati keadaan ruang belajar baik pada sekolah
dasar luar biasa maupun pada sekolah umum. Dalam hasil pengamatan, syarat-syarat interior ramah anak
tunagrahita sekolah dasar umum dan sekolah dasar luar biasa masih belum tercapai secara maksimal, namun
pada sekolah dasar luar biasa lebih unggul dalam hal pemenuhan syarat-syarat interior ramah anak.
ABSTRACT
Every child has the same rights and obligations to get an education, including children with special needs.
Children with special needs who have intellectual and mental disorders are also known as mentally disabled
children. Mentally disabled children have obstacles in terms of learning such as being unable to focus their
mind, having unstable emotions, quiet and introverted, sensitive to light, and so on. Thus, the fulfillment of the
criteria for a space that is friendly to mentally disabled children is an important aspect of the effectivity of
learning. Although this aspect is an important matter, public schools and special schools may not fully
implement it. This journal aims to determine the fulfillment of the interior requirements for mentally disabled
children in public elementary schools and special schools section C. This is because the fulfillment of mental
diabled-friendly interior requirements is important for the effectiveness of mentally retarded children learning.
Fulfillment of these requirements is indirectly related to achieving justice for children with special needs in
terms of learning, therefore this research is useful for increasing concern for mentally disabled children in
achieving justice. Observations were made by observing the condition of the study room both in special primary
schools and in public schools. In the results of the observations, the conditions for the mentally disabled
child-friendly interior in public primary schools and special primary schools have not been maximally achieved,
but in extraordinary primary schools, they are superior in fulfilling the requirements for child-friendly interiors.
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan pada anak-anak merupakan hal yang sangat penting, karena anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa dan aset yang sangat penting bagi keluarga dan Negara. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan
anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Salah satu dari anak berkebutuhan khusus
adalah tunagrahita.
Tunagrahita merupakan salah satu jenis dari kelompok anak berkebutuhan khusus. Anak
tunagrahita mengalami hambatan atau keterbelakangan pada fungsi intelektual secara
signifikan, sehingga membutuhkan layanan pendidikan yang khusus (Friend, Marilyn, 2005;
Abdurrahman dan Sudjadi, 1994; Hardman, et.al., 1990). Secara operasional, terdapat tiga
kriteria utama yang sering dipakai oleh para ahli untuk menentukan apakah seorang anak
tergolong sebagai anak tunagrahita , yaitu (1) kemampuan intelektual dibawah rata–rata,
secara signifikan yaitu IQ di bawah 70 pada skala Wechsler, (2) rendahnya perilaku
penyesuaian diri terutama pada lingkungan sosialnya, (3) terjadi pada usia perkembangan
yaitu di bawah 16-18 tahun (Turnbull, 2004; Friend, 2005; Eggen & Kauchak, 2004;
Woolfolk, 2004). Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para
penyandang tunagrahita serta sistem satu guru satu anak adalah sistem yang paling efektif
pada pendidikan khusus, karena anak tunagrahita susah untuk memusatkan perhatiannya
dalam satu kelas yang besar. (Yosiani, 2014).
Menurut David Alan Kopec, seorang profesor di Sekolah Arsitektur dan Desain di San Diego,
Psikologi Ruang adalah sebuah studi hubungan manusia dengan perilaku dalam konteks
lingkungan yang dibangun secara alami, sehingga psikologi Ruang berdampak langsung
terhadap alam bawah sadar seseorang serta berkontribusi pada emosi dan persepsi manusia
melalui bagian khusus otak yang bereaksi terhadap geometri ruang yang orang itu tempati
(Kopec, 2018). Oleh karena itu, desain interior menjadi sesuatu yang berdampak terhadap
psikologi ruang seseorang. Dalam pendidikan khusus tunagrahita, terdapat berbagai
syarat-syarat penataan interior ruang yang bisa membuat pembelajaran anak menjadi lebih
efektif. Penataan ruang dalam yang baik dan sesuai dapat memacu komunikasi dan interaksi
penggunanya dan tentunya juga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap hubungan
antara anak tunagrahita dengan guru dan anak tunagrahita dengan lingkungan sekitarnya
(Yosiani, 2014). Namun, walaupun hal ini penting, beberapa syarat tersebut bisa saja tidak
diimplementasikan dalam ruang belajar sekolah umum bahkan sekolah luar biasa sekalipun.
Tujuan, Manfaat Penelitian dan Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemenuhan syarat-syarat interior
untuk anak tunagrahita di sekolah dasar umum maupun sekolah luar biasa bagian C. Hal ini
dikarenakan pemenuhan syarat- syarat interior ramah tunagrahita merupakan hal yang penting
terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Pemenuhan syarat tersebut secara tidak
langsung berhubungan dengan pencapaian keadilan terhadap anak berkebutuhan khusus
dalam hal pembelajaran.
Sekolah dasar yang diamati ialah SDN 01 Pasar Baru dan SLB Az-Zakiyah Bandung,
pemilihan kedua sekolah ini dikarenakan kedua sekolah ini didasarkan faktor sekolah
tersebut di daerah perkotaan sehingga merupakan sekolah yang akan diminati oleh banyak
orang.
Manfaat dari penelitian ini adalah agar meningkatkan kepedulian terhadap anak tunagrahita
dalam mencapai keadilan dalam proses pembelajaran, salah satunya yaitu pemenuhan syarat
interior ruang belajar yang ramah terhadap mereka.
2. LANDASAN TEORI
Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki kepintaran di bawah
normal. Menurut American Association on Mental Deficiency, tunagrahita didefinisikan
sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke
bawah. Biasanya anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive
Behavior” atau penyesuaian perilaku (AAMD, 1983). Hal ini berarti anak tunagrahita tidak
dapat mencapai level kemandirian yang sesuai dengan standar kemandirian dan tanggung
jawab sosial anak normal lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan
akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.
Berikut adalah kriteria-kriteria ruang yang diperlukan untuk mencapai ruangan yang ramah
terhadap anak tunagrahita.
1 Ruang Ruang yang nyaman dan Agar anak merasa betah dan tidak
menarik bermalas malasan serta
memudahkan anak tunagrahita
dalam bersosialisasi
2 Suasana Suasana ruang yang hangat, dan Anak tunagrahita yang rentan terhadap
bersih penyakit.
4. Kebisingan Ruangan yang bebas gangguan Agar anak bisa berkonsentrasi dan
dan tenang memusatkan perhatian pada
pembelajaran
Sumber : Yosiani, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata
Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar. (1) 2 :114.
Matriks Penciptaan Ruang Dalam yang Dapat Mendukung Pendidikan Anak Tunagrahita
No Aspek Kondisi Solusi
Sumber : Yosiani, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata
Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar. (1) 2 :115.
1 Lantai Lantai ruang kelas sebaiknya Agar terhindar dari benturan dan
jangan licin dan pemeliharaannya kecelakaan. Penggunaan kayu agar
harus mudah (Calender, 1128). apabila ada benturan, akan
Bahan yang direkomendasikan terhindar dari lantai yang keras.
adalah kayu karena bahan tidak
keras dan memberikan
kehangatan khusus terhadap kaki.
Berikut merupakan perbandingan antara sekolah dasar umum di SDN 01 Pasar Baru dan SLB
Az-Zakiyah Bandung dalam hal pemenuhan kriteria ruang yang ramah terhadap tunagrahita.
1 Ruang
Sumber : google.com
Ruang kelas bersifat pribadi atau
tertutup. Siswa duduk di tempat
duduk masing-masing dan
Sumber : google.com memperhatikan guru di depan
kelas.
Ruangan belajar terlihat menarik
sehingga membuat anak menjadi
semangat belajar
5 Pemilihan Warna biru cerah membuat anak Warna kuning muda (beige)
Warna hipoaktif lebih bersemangat. membuat anak merasa nyaman
berada di dalam ruang kelas dan
tidak mencolok atau
mengacaukan perhatian anak.
7 Dinding Penggunaan ornamen pada ruang Dinding bata diplester rapi dan
kelas yang terlalu banyak permukaan rata sehingga anak
sehingga membuat anak menjadi tenang dan konsentrasi
tunagrahita susah berkonsentrasi baik. Tidak ada penggunaan
ornamen yang berlebih.
Tunagrahita merupakan salah satu jenis dari kelompok anak berkebutuhan khusus. Anak
tunagrahita mengalami hambatan atau keterbelakangan pada fungsi intelektual secara
signifikan, salah satu kebutuhan utama anak-anak tunagrahita ialah pendidikan. Kebutuhan
pada anak tunagrahita dalam hal pembelajaran berbeda dari anak-anak normal. Kebutuhan
sekolah yang khusus untuk anak tunagrahita ini berhubungan dengan pola penataan dan
perwujudan interior yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak tunagrahita yang
berbeda dari anak normal. Pencapaian kriteria tata ruang belajar yang ramah terhadap anak
tunagrahita menjadi salah satu pencapain keadilan dalam hal pendidikan. Dari hasil
penelitian, kriteria-kriteria tersebut tidak sepenuhnya diimplementasikan pada ruang belajar
baik pada SDN 01 Pasar Baru maupun SLB bagian C Az-Zakiyah Bandung. Meskipun
syarat-syarat interior ramah anak tunagrahita tidak sepenuhnya diterapkan pada kedua
bangunan, sekolah dasar luar biasa bagian C, khususnya SLB Az-Zakiyah Bandung lebih
unggul dalam hal ini, meliputi layout ruang, pemilihan warna, minimnya ornamen.
Dari hasil kesimpulan dan data analisis. Pemenuhan syarat-syarat interior merupakan hal yang
penting terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Oleh karena itu peningkatan dan
penerapan pemahaman pola penataan serta fasilitas pendukung proses belajar harus segera
terlaksana agar tercapainya keadilan dalam proses pendidikan. Kriteria-kriteria tata ruang
yang ramah terhadap anak tunagrahita perlu semakin diimplementasikan lagi, bukan hanya
pada sekolah luar biasa saja, bahkan sekolah umum pun perlu menerapkan beberapa kriteria
tersebut. Hal ini agar terciptanya keadilan pembelajaran bagi anak tunagrahita baik pada
sekolah umum maupun sekolah dasar luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Coiri, A. S & Yusuf, M. (2009). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif. Surakarta:
nti Media Surakarta.
Kopec, D. A. (2018). Environmental Psychology for Design. New York: Bloomsbury Publishing
Inc.
Supena, A. (2007). Model Pendidikan Inklusif Untuk Siswa Tuna Grahita di Sekolah Dasar. Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.
Yosiani, N. (2014). Realisasi Karakteristik Anak Tunagrahita dengan Pola Tata Ruang Belajar di
Sekolah Luar Biasa. Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik
Parahyangan.
Penulis :
315190076 Nicson Bunawidjaya
315190077 Dominikus Gusti Wihardani
315190078 Michael