Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN PEMENUHAN SYARAT INTERIOR RUANG

BELAJAR YANG RAMAH TERHADAP TUNAGRAHITA PADA


SEKOLAH DASAR NEGERI 01 PASAR BARU DENGAN SEKOLAH
LUAR BIASA ​AZ-ZAKIYAH BANDUNG​.

Dominikus Gusti Wihardani¹, Nicson Bunawidjaya², Michael³, Mekar Sari Suteja⁴

¹Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara Jakarta


Email : dominikus.dani@gmail.com

²Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara Jakarta


Email : nicsonbunawidjaya@gmail.com

³Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara Jakarta


Email : michaeltjia123@gmail.com

⁴Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara Jakarta


Email: mekars@ft.untar.ac.id,

ABSTRAK
Setiap anak memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama untuk mengenyam bangku pendidikan, tak terkecuali
anak-anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan intelektual dan mentalnya
disebut juga sebagai anak tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki hambatan dalam hal pembelajaran seperti
tidak mampu memusatkan pikiran, emosi tidak stabil, suka menyendiri dan pendiam, peka terhadap cahaya, dan
lain-lain. Sehingga, pemenuhan kriteria ruang yang ramah terhadap anak tunagrahita menjadi aspek yang penting
terhadap keberlangsungan pembelajaran. Walaupun aspek tersebut merupakan suatu hal yang penting, sekolah
umum maupun sekolah luar biasa bisa saja tidak sepenuhnya menerapkan hal tersebut. Jurnal ini bertujuan untuk
mengetahui pemenuhan syarat-syarat interior untuk anak tunagrahita di sekolah dasar umum maupun sekolah
luar biasa bagian C. Hal ini dikarenakan pemenuhan syarat- syarat interior ramah tunagrahita merupakan hal
yang penting terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Pemenuhan syarat tersebut secara tidak
langsung berhubungan dengan pencapaian keadilan terhadap anak berkebutuhan khusus dalam hal pembelajaran.
Maka dari itu, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak tunagrahita dalam
mencapai keadilan tersebut. Pengamatan dilakukan dengan mengamati keadaan ruang belajar baik pada sekolah
dasar luar biasa maupun pada sekolah umum. Dalam hasil pengamatan, syarat-syarat interior ramah anak
tunagrahita sekolah dasar umum dan sekolah dasar luar biasa masih belum tercapai secara maksimal, namun
pada sekolah dasar luar biasa lebih unggul dalam hal pemenuhan syarat-syarat interior ramah anak.

Kata Kunci : anak tunagrahita, aspek, keadilan, sekolah

ABSTRACT

Every child has the same rights and obligations to get an education, including children with special needs.
Children with special needs who have intellectual and mental disorders are also known as mentally disabled
children. Mentally disabled children have obstacles in terms of learning such as being unable to focus their
mind, having unstable emotions, quiet and introverted, sensitive to light, and so on. Thus, the fulfillment of the
criteria for a space that is friendly to mentally disabled children is an important aspect of the effectivity of
learning. Although this aspect is an important matter, public schools and special schools may not fully
implement it. This journal aims to determine the fulfillment of the interior requirements for mentally disabled
children in public elementary schools and special schools section C. This is because the fulfillment of mental
diabled-friendly interior requirements is important for the effectiveness of mentally retarded children learning.
Fulfillment of these requirements is indirectly related to achieving justice for children with special needs in
terms of learning, therefore this research is useful for increasing concern for mentally disabled children in
achieving justice. Observations were made by observing the condition of the study room both in special primary
schools and in public schools. In the results of the observations, the conditions for the mentally disabled
child-friendly interior in public primary schools and special primary schools have not been maximally achieved,
but in extraordinary primary schools, they are superior in fulfilling the requirements for child-friendly interiors.

Keyword : intellectual disabled child, aspect, justice, school

1. Pendahuluan
Latar Belakang
Pendidikan pada anak-anak merupakan hal yang sangat penting, karena anak-anak merupakan
generasi penerus bangsa dan aset yang sangat penting bagi keluarga dan Negara. Dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang Undang Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa
anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan
anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Salah satu dari anak berkebutuhan khusus
adalah tunagrahita.

Tunagrahita merupakan salah satu jenis dari kelompok anak berkebutuhan khusus. Anak
tunagrahita mengalami hambatan atau keterbelakangan pada fungsi intelektual secara
signifikan, sehingga membutuhkan layanan pendidikan yang khusus (Friend, Marilyn, 2005;
Abdurrahman dan Sudjadi, 1994; Hardman, et.al., 1990). Secara operasional, terdapat tiga
kriteria utama yang sering dipakai oleh para ahli untuk menentukan apakah seorang anak
tergolong sebagai anak tunagrahita , yaitu (1) kemampuan intelektual dibawah rata–rata,
secara signifikan yaitu IQ di bawah 70 pada skala Wechsler, (2) rendahnya perilaku
penyesuaian diri terutama pada lingkungan sosialnya, (3) terjadi pada usia perkembangan
yaitu di bawah 16-18 tahun (Turnbull, 2004; Friend, 2005; Eggen & Kauchak, 2004;
Woolfolk, 2004). Pendidikan khusus adalah pendidikan individual yang terstruktur bagi para
penyandang tunagrahita serta sistem satu guru satu anak adalah sistem yang paling efektif
pada pendidikan khusus, karena anak tunagrahita susah untuk memusatkan perhatiannya
dalam satu kelas yang besar. (Yosiani, 2014).

Menurut David Alan Kopec, seorang profesor di Sekolah Arsitektur dan Desain di San Diego,
Psikologi Ruang adalah sebuah studi hubungan manusia dengan perilaku dalam konteks
lingkungan yang dibangun secara alami, sehingga psikologi Ruang berdampak langsung
terhadap alam bawah sadar seseorang serta berkontribusi pada emosi dan persepsi manusia
melalui bagian khusus otak yang bereaksi terhadap geometri ruang yang orang itu tempati
(Kopec, 2018). Oleh karena itu, desain interior menjadi sesuatu yang berdampak terhadap
psikologi ruang seseorang. Dalam pendidikan khusus tunagrahita, terdapat berbagai
syarat-syarat penataan interior ruang yang bisa membuat pembelajaran anak menjadi lebih
efektif. Penataan ruang dalam yang baik dan sesuai dapat memacu komunikasi dan interaksi
penggunanya dan tentunya juga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap hubungan
antara anak tunagrahita dengan guru dan anak tunagrahita dengan lingkungan sekitarnya
(Yosiani, 2014). Namun, walaupun hal ini penting, beberapa syarat tersebut bisa saja tidak
diimplementasikan dalam ruang belajar sekolah umum bahkan sekolah luar biasa sekalipun.
Tujuan, Manfaat Penelitian dan Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemenuhan syarat-syarat interior
untuk anak tunagrahita di sekolah dasar umum maupun sekolah luar biasa bagian C. Hal ini
dikarenakan pemenuhan syarat- syarat interior ramah tunagrahita merupakan hal yang penting
terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Pemenuhan syarat tersebut secara tidak
langsung berhubungan dengan pencapaian keadilan terhadap anak berkebutuhan khusus
dalam hal pembelajaran.

Sekolah dasar yang diamati ialah SDN 01 Pasar Baru dan SLB ​Az-Zakiyah Bandung,
pemilihan kedua sekolah ini dikarenakan kedua sekolah ini didasarkan faktor sekolah
tersebut di daerah perkotaan sehingga merupakan sekolah yang akan diminati oleh banyak
orang.

Manfaat dari penelitian ini adalah agar meningkatkan kepedulian terhadap anak tunagrahita
dalam mencapai keadilan dalam proses pembelajaran, salah satunya yaitu pemenuhan syarat
interior ruang belajar yang ramah terhadap mereka.

Metode yang digunakan adalah deskriptif-komparatif dengan pendekatan kualitatif. Metode


deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda. Pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan
bukan berupa angka-angka, melainkan data berdasarkan foto-foto dan juga kajian pustaka
mengenai syarat-syarat interior yang ramah terhadap anak tunagrahita (Moleong, 2005) . Oleh
karena itu penggunaan metode deskriptif-komparatif dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan pemenuhan syarat-syarat interior untuk anak tunagrahita di sekolah dasar
umum maupun sekolah luar biasa bagian C.

2. LANDASAN TEORI

Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki kepintaran di bawah
normal. Menurut American Association on Mental Deficiency, tunagrahita didefinisikan
sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke
bawah. Biasanya anak- anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “​Adaptive
Behavior​” atau penyesuaian perilaku (AAMD, 1983). Hal ini berarti anak tunagrahita tidak
dapat mencapai level kemandirian yang sesuai dengan standar kemandirian dan tanggung
jawab sosial anak normal lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam keterampilan
akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan


bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu”. Bunyi ayat ini sejalan dengan deklarasi Salamanca (salamanca declaration) pada
tahun 1994 tentang pendidikan untuk semua orang (Supena, 2007). Sekolah Dasar Luar Biasa
Bagian C adalah sekolah yang khusus menangani anak tunagrahita. Kebutuhan sekolah yang
khusus untuk anak tunagrahita ini berhubungan dengan pola penataan dan perwujudan interior
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak tunagrahita yang berbeda dari anak normal
dan ruang yang sangat berperan bagi anak tunagrahita adalah ruang terapi dan ruang belajar.
(Yosiana, 2014).

Ruangan Ramah Anak Tunagrahita

Berikut adalah kriteria-kriteria ruang yang diperlukan untuk mencapai ruangan yang ramah
terhadap anak tunagrahita.

Matriks Kriteria Penciptaan Ruang Yang Ramah Anak Tunahgrahita


No Kriteria Penciptaan Alasan

1 Ruang Ruang yang nyaman dan Agar anak merasa betah dan tidak
menarik bermalas malasan serta
memudahkan anak tunagrahita
dalam bersosialisasi

2 Suasana Suasana ruang yang hangat, dan Anak tunagrahita yang rentan terhadap
bersih penyakit.

3 Sirkulasi Menghindarkan sirkulasi yang Anak tunagrahita berkesulitan dalam


rumit serta ruang yang memusatkan perhatian (tidak fokus)
tersembunyi

4. Kebisingan Ruangan yang bebas gangguan Agar anak bisa berkonsentrasi dan
dan tenang memusatkan perhatian pada
pembelajaran

Sumber : Yosiani, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata
Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. ​E-Journal Graduate Unpar. ​(1) 2 :114.

Matriks Penciptaan Ruang Dalam yang Dapat Mendukung Pendidikan Anak Tunagrahita
No Aspek Kondisi Solusi

1 Pemilihan Anak tunagrahita bisa memiliki 1. Pemilih penggunaan material


Material tantrum yang merupakan kasus yang aman dan tidak
yang sangat berbahaya dan membahayakan seperti
dominan terjadi pada anak autis, penggunaan material yang lunak
anak tantrum akan mengamuk, pada penutup bidang kasar
menggigit, memukul, atau bagian ruang seperti bagian
melakukan tindakan yang dapat dinding dan juga lantai dapat
membahayakan dirinya sendiri dilapisi dengan bahan busa,
seperti membenturkan kepala ke karpet, atau matras.
meja atau dinding.
2. Untuk anak yang memiliki
Sedangkan beberapa anak sensitivitas terhadap
tunagrahita ini juga memiliki bunyi-bunyian atau suara bising,
sensitivitas terhadap ruangan dapat diberikan peredam
bunyi-bunyian atau suara bising. suara pada lantai atau pada
dinding agar anak dapat lebih
fokus belajar.

3. Khusus ruang tantrum atau ruang


mengamuk, dinding dan lantai
ruang tersebut harus dilapisi
dengan matras agar tidak terjadi
kecelakaan pada anak yang
tantrum.

2 Penataan Anak-anak tunagrahita yang 1. Meminimalisir penggunaan


Layout bisa saja menyentuh benda-benda elektronik di dalam
Ruang barang-barang berbahaya dan ruangan kecuali untuk keperluan
bisa menimbulkan celaka tertentu dan dengan pengawasan
terapis atau pendidik.
2. Rak atau lemari untuk
menyimpan barang harus
diletakkan lebih tinggi dari
jangkauan anak.
3. Perabot yang digunakan sebagai
media belajar seperti meja dan
kursi harus sesuai dengan
karakter anak tunagrahita, yaitu
kursi dan meja sebaiknya dibuat
dari bahan yang berat sehingga
tidak mudah untuk digeser dan
diangkat anak.

3 Pemilihan Anak-anak tunagrahita susah Permainan warna dapat membantu


Warna berkonsentrasi saat belajar proses terapi penyembuhan dan
hingga daya serap dalam belajar proses belajar anak tunagrahita.
sedikit. Pada anak tunagrahita Dapat dibuat dua ruang yang
hiperaktif, mereka menjadi lebih berbeda sehingga tersedia ruang
susah berkonsentrasi. masing-masing untuk anak
Sedangkan pada anak hipoaktif, hiperaktif dan hipoaktif.
mereka tidak memiliki 1. Anak dengan perilaku
semangat. hiperaktif, warna-warna yang
menenangkan dan sejuk
sebaiknya digunakan dalam
ruangan terapi.
2. Anak dengan perilaku hipoaktif,
warna-warna yang cerah lebih
dianjurkan agar dapat
meningkatkan gairah dan
semangat untuk berkomunikasi
dan berinteraksi.

Sumber : Yosiani, Novita. 2014. Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita Dengan Pola Tata
Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. ​E-Journal Graduate Unpar. ​(1) 2 :115.

Tabel Elemen Arsitektur yang Ramah terhadap Anak Tunagrahita

No Elemen Kriteria Alasan

1 Lantai Lantai ruang kelas sebaiknya Agar terhindar dari benturan dan
jangan licin dan pemeliharaannya kecelakaan. Penggunaan kayu agar
harus mudah (Calender, 1128). apabila ada benturan, akan
Bahan yang direkomendasikan terhindar dari lantai yang keras.
adalah kayu karena bahan tidak
keras dan memberikan
kehangatan khusus terhadap kaki.

2 Dinding Penggunaan perabotan yang tidak Karena anak berkebutuhan khusus


terlalu banyak dan juga ornamen sulit dalam memusatkan perhatian
yang berlebihan seharusnya (fokus).
dihindari

3 Plafon Plafon yang rendah mempertegas Anak tunagrahita perlu suasana


kualitas naungannya dan yang nyaman baginya, karena
cenderung apabila nyaman, maka anak akan
menciptakan suasana intim dan lebih terbuka terhadap
ramah (Ching, 193) pengajarnya.
Sumber : Olahan Penulis

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut merupakan perbandingan antara sekolah dasar umum di SDN 01 Pasar Baru dan SLB
Az-Zakiyah Bandung dalam hal pemenuhan kriteria ruang yang ramah terhadap tunagrahita.

Sekolah Dasar Umum Sekolah Dasar Luar Biasa

No Pertimbangan SDN 01 Pasar Baru SLB Az-Zakiyah Bandung


Sumber​:​ maps.gooogle.com Sumber: google.com

Alamat : Jl. Pintu Besi I No.42, Alamat : Jl. Mustang No.46,


RT.10/RW.5, Ps. Baru, Sukawarna, Kec. Sukajadi, Kota
Kecamatan Sawah Besar, Kota Bandung, Jawa Barat 40164
Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10710

1 Ruang

Sumber : google.com
Ruang kelas bersifat pribadi atau
tertutup. Siswa duduk di tempat
duduk masing-masing dan
Sumber : google.com memperhatikan guru di depan
kelas.
Ruangan belajar terlihat menarik
sehingga membuat anak menjadi
semangat belajar

2 Suasana Suasana ruang bersih dan Suasana ruang bersih dan


nyaman nyaman

3 Pemilihan Penggunaan material yang masih Penggunaan material yang


Material berbahan keras dan tak ada masih berbahan keras dan tak
pelapis tembok yang lunak ada pelapis tembok yang lunak
sehingga membuat anak sehingga membuat anak
tunagrahita rentan celaka tunagrahita rentan celaka

4 Penataan Tidak ada peletakan bahan Siswa tidak terganggu dengan


Layout Ruang elektronik, rak dan lemari bisa perabot yang ada di dalam
dijangkau oleh anak-anak, ruangan karena letaknya berada
di belakang siswa atau di sudut
perabot berbahan kayu berat
ruangan.
untuk diangkat oleh anak-anak.

5 Pemilihan Warna biru cerah membuat anak Warna kuning muda (beige)
Warna hipoaktif lebih bersemangat. membuat anak merasa nyaman
berada di dalam ruang kelas dan
tidak mencolok atau
mengacaukan perhatian anak.

6 Lantai Bahan lantai berupa keramik Lantai keramik berukuran


yang licin dan keras, rawan 30x30cm berwarna putih
kecelakaan untuk anak memberi kesan bersih dan
tunagrahita. netral. Resiko bahaya jatuh dan
luka pada siswa cukup tinggi.

7 Dinding Penggunaan ornamen pada ruang Dinding bata diplester rapi dan
kelas yang terlalu banyak permukaan rata sehingga anak
sehingga membuat anak menjadi tenang dan konsentrasi
tunagrahita susah berkonsentrasi baik. Tidak ada penggunaan
ornamen yang berlebih.

8 Plafon Plafon berwarna putih Plafon berbentuk segi empat


memberikan kesan luas dan dengan permukaan rata. Plafon
bersih pada ruangan. Ketinggian pada ruang kelas menggunakan
plafon sudah cukup untuk semacam multiplex/plywood
membuat anak tunagrahita berwarna putih, sehingga
merasa nyaman. memberi kesan bersih pada
ruangan serta tidak menarik
perhatian anak secara
berlebihan. Ketinggian plafon
sudah cukup untuk membuat
anak tunagrahita merasa
nyaman.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Tunagrahita merupakan salah satu jenis dari kelompok anak berkebutuhan khusus. Anak
tunagrahita mengalami hambatan atau keterbelakangan pada fungsi intelektual secara
signifikan, salah satu kebutuhan utama anak-anak tunagrahita ialah pendidikan. Kebutuhan
pada anak tunagrahita dalam hal pembelajaran berbeda dari anak-anak normal. Kebutuhan
sekolah yang khusus untuk anak tunagrahita ini berhubungan dengan pola penataan dan
perwujudan interior yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan anak tunagrahita yang
berbeda dari anak normal. Pencapaian kriteria tata ruang belajar yang ramah terhadap anak
tunagrahita menjadi salah satu pencapain keadilan dalam hal pendidikan. Dari hasil
penelitian, kriteria-kriteria tersebut tidak sepenuhnya diimplementasikan pada ruang belajar
baik pada SDN 01 Pasar Baru maupun SLB bagian C ​Az-Zakiyah Bandung​. Meskipun
syarat-syarat interior ramah anak tunagrahita tidak sepenuhnya diterapkan pada kedua
bangunan, sekolah dasar luar biasa bagian C, khususnya ​SLB Az-Zakiyah Bandung lebih
unggul dalam hal ini, meliputi layout ruang, pemilihan warna, minimnya ornamen.
Dari hasil kesimpulan dan data analisis. Pemenuhan syarat-syarat interior merupakan hal yang
penting terhadap efektifitas pembelajaran anak tunagrahita. Oleh karena itu peningkatan dan
penerapan pemahaman pola penataan serta fasilitas pendukung proses belajar harus segera
terlaksana agar tercapainya keadilan dalam proses pendidikan. Kriteria-kriteria tata ruang
yang ramah terhadap anak tunagrahita perlu semakin diimplementasikan lagi, bukan hanya
pada sekolah luar biasa saja, bahkan sekolah umum pun perlu menerapkan beberapa kriteria
tersebut. Hal ini agar terciptanya keadilan pembelajaran bagi anak tunagrahita baik pada
sekolah umum maupun sekolah dasar luar biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Begab, Michael. (1972), ​Mental Retardation: Development of an International Classification Scheme,​


Washington D.C : American Association of Mental Deficiency.

Coiri, A. S & Yusuf, M. (2009). ​Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara Inklusif.​ Surakarta:
nti Media Surakarta.

​ z-Zakiyah​ Cipaganti Tahun Pelajaran 2011-2012.​ Bandung:


Juhanaini. (2011). ​Kurikulum SPLB-C A
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Kopec, D. A. (2018).​ Environmental Psychology for Design.​ New York: Bloomsbury Publishing
Inc.

Moleong, Lexy J. (2005). ​Metodologi Penelitian Kualitatif,​ Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supena, A. (2007). ​Model Pendidikan Inklusif Untuk Siswa Tuna Grahita di Sekolah Dasar.​ Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

Yosiani, N. (2014). ​Realisasi Karakteristik Anak Tunagrahita dengan Pola Tata Ruang Belajar di
Sekolah Luar Biasa.​ Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik
Parahyangan.

Penulis :
315190076 Nicson Bunawidjaya
315190077 Dominikus Gusti Wihardani
315190078 Michael

Asisten Dosen : Mekar Sari Suteja S.T., M.Sc

Anda mungkin juga menyukai