Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PATOFISIOLOGI

“KLAUSTROPHOBIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SYAMSUL HIDAYAH

NIM : SKP.20.02.065P

STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG

NON REGULAR SEMESTER V

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan penyusun kesehatan jasmani dan rohani karena
dengan rahmatNya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Klaustrophobia” . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Patofisiologi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang


“Klaustrophobia”. Makalah ini disajikan berdasarkan berbagai sumber referensi
dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengalami beberapa hambatan dari
segi penegtahuan dan informasi.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal


ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Maka dari itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 18 Oktober 2020

Syamsul Hidayah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan tentang kesehatan mental dan penyakit mental sangat


penting untuk dipelajari. Phobia merupakan salah satu penyakit mental yang
diderita sebagian besar penduduk bumi. Namun tidak banyak mengetahui
jenis-jenis phobia termasuk Klaustrophobia.

Dalam kesempatan kali ini saya sebagai penyusun ingin mengulas


lebih dalam tentang Klaustrophobia. Kesalahan tentu ada, maka dari kami
mengharapkan agar tidak hanya dari makalah ini saja acuan atau pegangan
dalam memahami tentang Klaustrophobia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Klaustrophobia ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi Klaustrophobia ?
3. Apa gejala Klaustrophobia ?
4. Bagaimana Diagnosis pada penderita Klaustrophobia ?
5. Bagaimana penanganan pada penderita Klaustrophobia ?

C. Tujuan
Dengan ditulis nya makalah ini, diharapkan pengetahuan tentang
penyakit mental dapat diperdalam dan diperluas lagi. Saya selaku
penyusun makalah ini, memiliki impian besar agar terbukanya cakrawala
para pembaca dalam memahami berbagai jenis phobia termasuk
Klaustrophobia.

BAB II
ISI

A. Pengertian

Klaustrofobia merupakan salah satu jenis fobia, di mana seseorang


memiliki rasa takut yang berlebih terhadap tempat tertutup. Secara umum,
merasa takut saat terperangkap sebenarnya merupakan hal yang normal –
dengan catatan bila terdapat ancaman yang benar adanya. Akan tetapi,
orang dengan klaustrofobia dapat merasakan ketakutan pada situasi berada
di ruang tertutup tanpa terdapatnya tanda bahaya yang jelas atau realistis.

Orang dengan klaustrofobia umumnya akan mengambil langkah-


langkah untuk menghindari ruang tertutup –seperti lift, terowongan, kereta
bawah tanah, toilet umum, dan beberapa tempat tertutup sempit lainnya.
Namun, menghindari tempat-tempat tersebut sering kali justru memperburuk
rasa takut yang dialami.

Sebagian orang dengan klaustrofobia mengalami ansietas yang


ringan saat berada di tempat tertutup, dan sebagian lainnya dapat mengalami
ansietas yang berat dan bahkan serangan panik. Perasaan yang paling
sering dialami adalah rasa takut akan kehilangan kendali.

B. Penyebab Klaustrophobia

Terdapat banyak situasi atau perasaan berbeda yang dapat memicu


terjadinya klaustrofobia. Bahkan, berpikir mengenai situasi tertentu tanpa
terekspos terhadap situasi tersebut secara langsung dapat menjadi pemicu.

Beberapa pemicu dari klaustrofobia adalah:

 Lift
 Terowongan
 Kereta bawah tanah
 Pintu berputar
 Toilet umum
 Mobil dengan kunci sentral
 Tempat cuci mobil otomatis
 Ruang ganti di pusat perbelanjaan
 Kamar hotel dengan jendela yang tertutup
 Pesawat terbang
 Mesin pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)

Klaustrofobia sering kali disebabkan oleh kejadian traumatik yang


dialami pada masa kanak-kanak. Misalnya, orang dewasa dapat
mengalami klaustrofobia bila pada masa kanak-kanak mereka pernah
mengalami terperangkap atau dikurung di tempat tertutup, mengalami
bullying atau pelecehan, atau memiliki orang tua dengan klaustrofobia.
Klaustrofobia juga dapat dicetuskan oleh pengalaman atau situasi
yang tidak menyenangkan –seperti mengalami turbulensi saat naik
pesawat atau terperangkap di kereta bawah tanah yang tidak bergerak.
Anak yang memiliki orang tua dengan klaustrofobia juga dapat mengalami
klaustrofobia, dengan menghubungkan ruang tertutup dengan ansietas
yang dialami oleh orang tua mereka.

C. Gejala Klaustrophobia
Serangan panik cukup umum terjadi pada individu dengan
klaustrofobia. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa takut dan stres, dan gejala
dapat terjadi secara tiba-tiba.

Selain ansietas yang berlebih, serangan panik juga dapat


menyebabkan beberapa tanda dan gejala lain, termasuk:

 Berkeringat
 Gemetar
 Sesak napas atau kesulitan bernapas
 Rasa tercekik
 Peningkatan frekuensi denyut jantung
 Nyeri dada atau rasa berat pada dada
 Mual
 Nyeri kepala
 Mulut kering
 Rasa bingung atau disorientasi

Pada individu dengan klaustrofobia yang berat, beberapa gejala


psikologis yang juga dirasakan adalah:

 Rasa takut kehilangan kendali


 Rasa takut akan terjadinya pingsan
 Rasa takut akan kematian

D. Diagnosis Klaustrophobia

Bila tanda dan gejala dari klaustrofobia mengganggu aktivitas sehari-


hari, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secara langsung.
Diagnosis dini dari kondisi ini dapat membantu menangani keluhan dengan
lebih baik.

Diagnosis dari klaustrofobia umumnya ditentukan dari hasil


wawancara medis yang mendetail serta pemeriksaan fisik secara langsung.

E. Penanganan Klaustrophobia
Sebagian besar orang dengan klaustrofobia mengetahui bahwa
mereka mengalami kondisi tersebut. Sebagian besar orang yang hidup
dengan klaustrofobia tidak terdiagnosis secara formal, namun mencegah
timbulnya keluhan dengan menghindari ruang tertutup. Akan tetapi,
memperoleh penanganan dari dokter atau tenaga profesional yang
berkompetensi dalam melakukan terapi perilaku dapat membantu
meringankan keluhan.

Klaustrofobia dapat ditangani dengan baik, dengan secara bertahap


diekspos terhadap situasi yang menyebabkan timbulnya rasa takut tersebut.
Hal ini disebut sebagai terapi desensitisasi, dan dapat dilakukan sendiri
maupun dengan bantuan tenaga profesional.

Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT)


sering kali sangat efektif pada individu dengan fobia. Terapi ini merupakan
jenis terapi yang mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perilaku seorang
individu serta mengembangkan cara praktis untuk menyikapi fobia dengan
efektif.

F. Pencegahan Klaustrophobia
Sebagian besar orang dengan Klaustrophobia mengetahui bahwa
mereka mengalami kondisi tersebut. Sebagian besar orang yang hidup
dengan Klaustrophobia tidak terdiagnosis secara formal, namun mencegah
timbulnya keluhan dengan mennghindari ruang tertutup.Akan tetapi,
memperoleh penanganan dari dokter atau tenaga profesional yang
berkompetensi dalam melakukan terapi prilaku dapat membantu
meringankan keluhan.

Klaustrophobia dapat ditangani dengan baik, dengan secara bertahap


diekspos terhadap situasi yang menyebabkan timbulnya rasa takut tersebut.
Hal ini disebut sebagai terapi desensitisasi, dan dapat dilakukan sendiri
maupun dengan bantuan tenaga profesional. Melansir Medikal New Today,
setelah pasien mendapatkan diagnosis, psikolog dapat merekomendasikan
satu atau lebih dari opsi perawatan

Anda mungkin juga menyukai