Anda di halaman 1dari 18

Analisis Kelayakan Biaya Sistem Pemadam Kebakaran Aktif Berbasis

Metode Zoning Pada Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia

Stefanus Syalom1, Bambang Setiadi2, Setyo Supriyadi3


1
Alumni Program Sarjana Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
2,3
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia

1
E-mail : stefanus.syalom@alumni.ui.ac.id

Abstrak

Bahaya kebakaran pada perpustakaan tidak hanya akan merugikan gedung bangunan perpustakaan, tetapi juga
segala isinya. Sistem pemadaman otomatis konvensional seringkali justru menambah kerugian dengan merusak
koleksi yang sebetulnya tidak terpapar api. Bangunan gedung sebetulnya dapat dibagi menjadi zona-zona
penanganan, dimana sistem pemadaman kebakaran aktif otomatis dapat bekerja lebih efektif dan menekan
jumlah kerugian materi yang dapat terjadi dari bencana kebakaran. Sistem ini adalah penerapan metode zoning
kedalam teknologi condensed aerosol. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan membandingkan
kelayakan biaya metode konvensional dan metode addressable condensed aerosol. Dari denah ruang
perpustakaan yang telah ada, maka dapat dibuat model sistem pemadam kebakaran yang menggunakan kedua
metode tersebut dengan berlandaskan standar-standar yang telah ditetapkan. Dari model ini lalu dihitung biaya
yang dibutuhkan dengan memeperhitungkan komponen biayanya, dan dianalisis sehingga diperoleh bahwa
metode yang ditawarkan yaitu addressable condensed aerosol system memiliki nilai finansial yang lebih efektif
dibandingkan dengan metode konvensional.

Analysis of Cost Feasibility of Active Fire Prevention System Zoning Method in The
Central Library Building of Universitas Indonesia

Abstract

Fire can damage not only the building, but also what the library protectsIn contrary to its purpose however, a
conventional automatic fire extinguisher may in the end destroyed the very being that needed to be protected: the
library’s collection, even though some of them may not be exposed to the danger of the fire itself. Buildings, in
general, can actually be zoned into several effective handling areas where an automatic fire extinguisher can
work independently and more effectively, thus decreasing the material and financial loss that a building may
suffer from a fire. This system is an implementation of zoning method into condensed aerosol technology. The
purpose of this research is to analyze and compare finansial feasibility of the two methods: Conventional and
Addressable Condensed Aerosol. From the existing layout, a model system can be made by using an already
issued standards and rules. From this model, then the cost can be estimated by considering its cost component,
and analyzed. The result is that the proposed method: Addressable Condensed Aerosol is financially more
effective than the conventional system.

Keywords : Fire, Fire Prevention System, Library, Zoning Method, Fire Safety, Condensed Aerosol, Cost
Component

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


1. Pendahuluan

Di antara semua bencana yang ada, kebakaran merupakan salah satu bahaya dengan
probabilitas terjadi yang sangat tinggi. Kebakaran dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan
dengan faktor penyebab yang beragam. Nilai kerugian material yang diakibatkan oleh
bencana kebakaran di banyak negara Eropa misalnya, dapat mencapai hingga 1% dari Gross
National Product (GNP) tahunan negara tersebut atau sebesar 17% dari Gross Domestic
Product (GDP) negara tersebut, dan kerugian nyawa sebesar 1,3% GDP per seratus ribu
populasi (Lie, 1972).

Dari semua faktor penyebab kebakaran, yang paling sering menjadi pemicu adalah faktor
kesalahan manusia. Besar kecilnya dampak kebakaran yang terjadi, apapun faktor pemicunya,
sangat bergantung pada seberapa siap sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran
bangunan gedung itu sendiri. Adanya sarana proteksi dan tindakan tanggap bencana yang
sudah direncanakan secara matang dapat menjadi faktor penentu besar kecilnya kerugian yang
terjadi akibat kebakaran. Banyak bangunan yang dibiarkan berdiri tanpa perlindungan
terhadap kebakaran yang matang, padalah bangunan tersebut memiliki nilai yang penting
dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah perpustakaan.

Perpustakaan bukan hanya melindungi buku didalamnya, tapi juga ilmu, bukti sejarah,
kebijaksanaan, dan harta warisan generasi terdahulu. Apabila terjadi kebakaran, kerugian
yang dialami tidak hanya bersifat material dan nyawa, ada kerugian ilmu dan warisan yang
akan terjadi. Pada tahun 1988 misalnya, terjadi kebakaran di perpustakaan USSR Academy of
Science (sekarang menjadi Russian Academy of Science) selama setengah hari sebelum
akhirnya api bisa dipadamkan. Dari sekitar 12 juta buku yang ada, kejadian ini memusnahkan
400.000 buku akibat terbakar, sekitar tujuh juta buku mengalami kerusakan, dan sekitar 3,5
juta koleksi lainnya rusak karena busa yang digunakan untuk memadamkan api (Abbey
Newsletter, 1988). Contoh kebakaran lainnya adalah kebakaran Library of Congress pada
tahun 1815. Kebakaran ini menghanguskan dua pertiga dari seluruh kumpulan buku yang ada
di dalam bangunan. Pada jaman itu, perpustakaan Congress terkenal karena merupakan
tempat dikumpulkannya banyak buku dan koleksi unik yang tidak pernah ada salinannya.
Kebakaran yang terjadi saat itu juga turut memusnahkan sebagian buku dan koleksi tersebut,
termasuk sebagian besar koleksi buku Thomas Jefferson. Buku-buku tersebut hingga kini
dianggap “punah” dan tidak bisa lagi diturunkan ke generasi selanjutnya (Fire Ravages
Library of Congress, 1851).

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Sistem perlindungan kebakaran yang selama ini diterapkan dalam gedung-gedung
perpustakaan di Indonesia adalah sistem pemadaman konvensional, dimana ketika kebakaran
terdeteksi, maka pemadam api automatis dalam gedung tersebut akan menyala seluruhnya,
dengan demikian memadamkan api dan membasahi daerah sekitarnya untuk mencegah
penyebaran api lebih lanjut. Dalam kasus kebakaran perpustakaan, hal ini justru menjadi
penambah masalah. Dalam kasus-kasus tertentu, semprotan air sprinkler membasahi dan
merusak buku fisik yang sebenarnya tidak terkena api, baik karena api tidak terlalu besar
ataupun karena kebakaran sempat dipadamkan sebelum menyebar. Dengan permasalahan
seperti ini, mulai dikembangkan metode baru perlindungan kebakaran dengan menerapkan
prinsip zoning method pada sistem-sistem kebakaran. Salah satu sistem yang akan menjadi
bahasan dalam penelitian ini adalah metode addressable. Metode ini dikembangkan dan
diterapkan dengan harapan pemadaman kebakaran hanya dilakukan pada zona yang terkena
api sehingga bahan pemadam tidak merusak atau membasahi zona lainnya.

Sebagai salah satu perpustakaan terbesar di Asia, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia
merupakan sarana pendidikan yang penting dan dengan demikian memerlukan perhatian
khusus dalam perlindungannya terhadap kebakaran. Namun, yang saat ini melindungi ruang
bukunya hanyalah alarm pendeteksi dan alat pemadam manual yang jumlahnya terbatas.
Sebuah sistem automatis perlu diterapkan untuk melindungi ruang buku perpustakaan ini.
Sistem seperti apakah yang harus diterapkan? Apakah cukup dengan sistem konvensional
yang biasa digunakan di gedung-gedung di Indonesia?

Metode konvensional yang bekerja dengan menyalakan pemadam api automatis dalam satu
gedung seringkali justru merusak buku-buku yang seharusnya tidak perlu terkena. Hal ini
malah memperbesar kerugian akibat kebakaran. Pengajuan metode pengamanan kebakaran
addressable berlandaskan metode zoning menjadi fokusan dalam metode perlindungan
kebakaran modern. Yang menjadi pertanyaan adalah metode manakah yang memiliki
keefektifan biaya terbaik? Metode addressable adalah metode yang terbilang baru dan perlu
ditinjau apakah secara finansial metode ini layak untuk diterapkan apabila dibandingkan
dengan sistem konvensional yang selama ini digunakan di banyak gedung. Komponen biaya
yang diperhitungkan adalah biaya pemasangan dan pengaktifan, operasi dan perawatan.

2. Tinjauan Teoritis

Proteksi kebakaran adalah peralatan sistem perlindungan/pengamanan bangunan gedung dari


kebakaran yang di pasang pada bangunan gedung. Sistem proteksi kebakaran bertujuan untuk

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


mendeteksi dan memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan
yang digerakkan secara manual atau otomatis. Sistem proteksi kebakaran dapat
dikelompokkan atas dua bagian yaitu sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif.

Berbeda dengan sistem proteksi pasif, sistem proteksi kebakaran aktif (Active Fire Protection
AFP) adalah pemasangan produk atau sistem yang membutuhkan aktifasi dalam
penggunaannya, baik secara manual ataupun automatis. Aktifasi yang diperlukan dapat
berupa aktifasi mekanis ataupun konsumsi listrik. Selain itu, sistem proteksi aktif juga
membutuhkan perawatan setelah pemasangannya (Fire Safe Europe, 2011)

Sistem pengamanan kebakaran, adalah satu atau kombinasi dari metode pemadaman
kebakaran yang digunakan pada bangunan gedung untuk memperingatkan orang terhadap
keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran, dan
pemadaman kebakaran (Kementerian Pekerjaan Umum, 2008). Dalam mengatur langkah
strategi kebakaran, ada banyak komponen yang dapat membantu menjaga gedung dari bahaya
kebakaran. Semua komponen tersebut harus dirancang terintegrasi. Perkembangan
perlindungan kebakaran semakin kini semakain berfokus pada integrasi antara alarm
pendeteksi kebakaran dengan sistem pemadam otomatis (Fire Alarm Systems, 2011).

Seiring dengan berkembangnya alat-alat pendeteksi kebakaran, terutama semakin majunya


teknologi digital elektronik, juga karena semakin baik perkembangan proteksi pasif,
berkembanglah metode integrasi perlindungan kebakaran otomatis yang dikenal dengan
metode zoning atau ada juga yang menyebut addressable method. Dalam metode ini, alarm
dihubungkan dengan panel kendali yang menggunakan digital encoding untuk
mengidentifikasi lokasi dan kondisi kebakaran dengan lebih akurat. Setiap unit pendeteksi
diberikan kode yang dapat diterjemahkan oleh panel kendali. Panel kendali ini dapat
memberikan komando kepada satu unit pendeteksi maupun seluruhnya. Panel ini juga dapat
berguna untuk mengontrol kondisi pendeteksi. Komponen yang signifikan dalam metode ini
adalah pemrogramannya. Pemrograman piranti lunak yang baik sangat dibutuhkan untuk
membuat sistem berjalan dengan semestinya. Dibutuhkan program yang dapat
menginterpretasikan fungsi kompleks menjadi aplikasi fleksibel yang dapat dikendalikan
dengan mudah oleh manusia maupun komputer. Panel kendali ini lalu dihubungkan dengan
pemadam api otomatis yang juga diberikan kode spesifik. Melalui panel kendali, dapat dibuat
sistem ataupun secara manual pengaktivasian pemadam tertentu sesuai pembacaan pendeteksi
kebakaran.

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Dalam perkembangan teknologi pemadam kebakaran, bermunculan zat-zat baru yang dapat
menghentikan api selain air. Zat-zat tersebut misalnya halon, gas, pasir, atau bahan kimia.
Namun yang menjadi halangan dalam penggunaan zat-zat tersebut adalah ketersediaannya
yang tidak semudah air dan penyimpanannya yang cukup sulit. Setelah melalui banyak
penelitian, pada tahun 2000 ditemukanlah teknologi yang memadatkan zat tersebut dan
menyimpannya ke dalam satu wadah terkondensasi (Dwyer, 2001)

Gambar 1 Contoh Unit Condensed Aerosol

Sumber: (Agafonov, 2004)

Condensed aerosol adalah bentuk pemadam api yang berupa partikel-partikel yang
menyerupai gas-gas pemadam api atau bahan kimia kering lainnya. Aerosol akan
mengirimkan agen pemadam berupa partikel padat dan gas untuk mematahkan rantai kimia
api. Mikropartikel dan gas yang dikeluarkan dari reaksi eksothermic akan disimpan dalam
bentuk uap. Uap tersebut didinginkan dan dikondensasi ke dalam alat yang nantinya dapat
mengeluarkan partikel tersebut.

Cara kerja agen pemadam api dalam condensed aerosol berbeda dengan kimia kering atau gas
pada umumnya (Agafonov, 2004). Sistem ini bekerja pada reaksi kimia yang terjadi dalam
pembakaran, dengan melakukan reaksi kia pada radikal bebas yang membangun tubuh api,
dengan demikian menghentikan proses pembakarannya.

3. Metodelogi Penelitian

Proses penelitian dimulai dengan mengumpulkan sejumlah referensi terkait perlindungan


kebakaran aktif dengan sejumlah benchmarking. Setelah sejumlah referensi terkumpul,
peneliti melakukan analisis terkait petunjuk dan peraturan pembuatan sistem pemadam

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


kebakaran aktif. Setelah itu, lalu peneliti melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian. Peneliti lalu membuat model sistem pemadam kebakaran aktif metode
konvensional dan metode yang diajukan yaitu addressable condensed aerosol dengan
berdasarkan benchmark, peraturan, standar, dan referensi yang sudah dikumpulkan.
Selanjutnya, model sistem yang sudah dibuat dievaluasi untuk memastikan kebenarannya dan
diklarifikasi agar selanjutnya dapat dianalisa kebutuhan biaya kedua model tersebut.

Dalam penentuan standar penelitian, dibutuhkan data-data yang dapat digunakan untuk
menentukan standar. Dalam penelitian ini ada beberapa macam data yang perlu dikumpulkan
dari sumber yang berbeda-beda dan dengan metode yg berbeda-beda. Data-data tersebut
nantinya akan digunakan sebagai alat dan bahan untuk diolah, diteliti, dan digunakan sebagai
sumber referensi. Setelah data terkumpul, lalu dibuatlah model sistem dari pemadam
kebakaran metode konvensional. Setelah sistem ini selesai, lalu dibuat juga model sistem dari
pemadam kebarakan menggunakan metode yang diajukan. Kedua model sistem ini lalu
dievaluasi untuk memastikan fisibilitas pembangunannya. Setelah terklarifikasi, lalu
berdasarkan kedua model tersebut, dibuatlah perhitungan biaya masing-masingnya yang lalu
dibandingkan untuk menguji sistem manakah yang lebih layak untuk diterapkan.

Dalam penelitian ini ada beberapa macam data yang perlu dikumpulkan dari sumber yang
berbeda-beda dan dengan metode yg berbeda-beda. Data-data tersebut nantinya akan
digunakan sebagai alat dan bahan untuk diolah diteliti. Data-data yang dibutuhkan untuk
menunjang penelitian ini adalah:

• Gambar Teknik Gedung Perpustakaan Pusat dan Ruang Baca


Data ini diperoleh dari arsip proyek pembangunan yang disimpan oleh owner yaitu
pihak Universitas Indonesia. Gambar teknik yang digunakan adalah yang memiliki
detail K3 bagian keamanan kebakaran, khususnya yang memiliki gambar sprinkler.
Data ini nantinya akan diolah untuk membuat model dari sprinkler konvensional
maupun metode addressable dan self-activate.
• Bill of Quantity Sistem Keamanan Kebakaran pada Pembangunan Gedung
Perpustakaan Pusat
BQ proyek pembangunan didapatkan dari arsip pembangunan yang disimpan oleh
pihak owner yaitu Universitas Indonesia. BQ yang digunakan adalah BQ K3
pembangunan, lebih khususnya adalah tentang keamanan kebakaran, lebih khususnya

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


lagi bagian sprinkler. Data ini akan berguna sebagai acuan dalam penghitungan harga
pembangunan untuk sprinkler existing dan metode konvensional.
• Harga Satuan Komponen Penyusun Metode Alternatif
Data ini didapatkan dengan metode survey. Survey dilakukan kepada pihak-pihak
penyedia jasa/barang yang berhubungan dengan metode alternatif. Dua metode
alternatif yang digunakan adalah metode addressable dan metode self-activate. Kedua
metode ini sama-sama menggunakan teknologi condensed aerosol. Survey dilakukan
kepada pihak-pihak yang menjual alat tersebut. Data harga satuan akan digunakan
untuk menghitung biaya yang dibutuhkan untuk kedua metode tersebut.
• Biaya Operasional dan Perawatan
Untuk menghitung biaya dibutuhkan data biaya operasional dan perawatan dari
masing-masing metode. Untuk biaya operasional, dibutuhkan harga pemakaian listrik
dan air, sementara untuk biaya perawatan dibutuhkan harga dan jangka waktu
perawatan.

4. Hasil Penelitian
Pembuatan model sistem konvensional

Pada ruang buku lantai dua dan tiga dibuat model sistem konvensional fire gasses. Dalam
kasus rak penyimpanan barang, kepala sprinkler harus disusun sedemikian rupa agar dapat
secara efektif melindungi seluruhnya (Kemetrian Pekerjaan Umum, 2000). Pembuatan model
sistem dilakukan berdasarkan:

1. Seluruh area yang ingin dilindungi harus termasuk kedalam ruang kerja efektif kepala
sprinkler
2. Jarak minimum antar kepala sprinkler adalah 2m kecuali bila dipasangkan pelindung
agar kepala sprinkler tidak saling membasahi.
3. Jarak maksimum antar sprinkler adalah sebesar diameter pengaruh masing-masing,
atau sebesar S atau D
4. Jarak minimum sprinkler ke dinding/partisi adalah setengah dari diameter sprinkler
atau setengah S atau setengah D
5. Luas maksimum cakupan kepala sprinkler adalah 12m2.
6. Jarak maksimum kelapa sprinkler dalam rak penyimpanan adalah sebelas 10m2.
7. Apabila direncanakan selang-seling, maka jarak sprinkler terujung ke dinding adalah
¼ S.

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Gambar 2 Pedoman Pembuatan Desain Sprinkler

Sumber: (Kemetrian Pekerjaan Umum, 2000)

Dengan berpedoman pada aturan-aturan diatas, lalu dibuatlah sistem konvensional pada
masing-masing lantai.

Pada perancangan metode


konvensional bagian pertama dari
ruang buku lantai dua, digunakan
kepala nozzle dengan jangkauan kerja
optimum diameter 4m. nozzle
diletakan di tempat-tempat
sedemikian rupa sehingga seluruh
area rak penyimpanan terlindungi
secara efektif. Nozzle-nozzle ini lalu
disambungkan dengan pipa diameter
Gambar 3 Bagian 1 Konvensional Sistem Ruang Buku Lantai 2 32mm ke pipa utama yang
berdiameter 50 mm. Dari hasil pembuatan model tersebut, didapatkan untuk bagian pertama
ruang buku lantai dua, membutuhkan unit nozzle sebanyak 92 buah, pipa penghubung
diameter 32 mm sepanjang 90,542 meter, dan pipa utama diameter 50 mm sepanjang 374,502
meter.

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Pada perancangan metode konvensional
bagian kedua dari ruang buku lantai dua,
sama seperti bagian kesatu, digunakan
kepala nozzle dengan jangkauan kerja
optimum diameter 4m. Nozzle diletakan
di tempat-tempat sedemikian rupa
sehingga seluruh area rak penyimpanan
terlindungi secara efektif. Nozzle-nozzle
ini lalu disambungkan dengan pipa
diameter 32mm ke pipa utama yang
berdiameter 50 mm. Dari model
tersebut, didapatkan bahwa untuk
Gambar 4 Bagian 2 Konvensional Sistem Ruang Buku Lantai 2
bagian kedua ruang buku lantai dua
dibutuhkan unit nozzle sebanyak 69 buah, pipa penghubung diameter 32mm sepanjang
66,877 meter, dan pipa utama 50mm sepanjang 228,687 meter.

Pada perancangan metode konvensional bagian kesatu dari ruang buku lantai tiga, sama
seperti lantai dua, digunakan kepala nozzle dengan jangkauan kerja optimum diameter 4m.
nozzle diletakan di tempat-tempat sedemikian rupa sehingga seluruh area rak penyimpanan
terlindungi secara efektif. Nozzle-nozzle
ini lalu disambungkan dengan pipa
diameter 32mm ke pipa utama yang
berdiameter 50 mm. Dari hasil model
tersebut, didapatkan bahwa untuk
bagian pertama ruang buku lantai tiga
dibutuhkan unit nozzle sebanyak 44
buah, pipa penghubung diameter 32mm
sepanjang 49,945 meter, dan pipa utama
diameter 50mm sepanjang 57,216
meter. Gambar 5 Bagian 1 Konvensional Sistem Ruang Buku Lantai 3

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Sama seperti bagian sebelumnya, pada
perancangan metode konvensional bagian
kedua dari ruang buku lantai tiga,
digunakan kepala nozzle dengan
jangkauan kerja optimum diameter 4m.
Nozzle diletakan di tempat-tempat
sedemikian rupa sehingga seluruh area
rak penyimpanan terlindungi secara
efektif. Nozzle-nozzle ini lalu

disambungkan dengan pipa diameter Gambar 6 Bagian 2 Konvensional Sistem Ruang Buku Lantai 3

32mm ke pipa utama yang berdiameter 50


mm. Dari hasil model tersebut, didapatkan bahwa untuk bagian kedua ruang buku lantai tiga
dibutuhkan unit nozzle sebanyak 46 buah, pipa penghubung diameter 32mm sepanjang
49,132,778 meter, dan pipa utama diameter 50mm sepanjang 57,56,972 meter.

Bagian terakhir adalah bagian ketiga dari ruang buku lantai tiga. Seperti halnya bagian-bagian
lain, digunakan juga kepala nozzle dengan jangkauan kerja optimum diameter 4m. Nozzle
diletakan di tempat-tempat sedemikian rupa sehingga seluruh area rak penyimpanan
terlindungi secara efektif. Nozzle-nozzle ini lalu disambungkan dengan pipa diameter 32mm
ke pipa utama yang berdiameter 50
mm. Dari hasil model tersebut,
didapatkan bahwa untuk bagian
pertama ruang buku lantai tiga
dibutuhkan unit nozzle sebanyak 50
buah, pipa penghubung diameter 32mm
sepanjang 49,67,456 meter, dan pipa
utama diameter 50mm sepanjang
Gambar 7 Bagian 3 Konvensional Sistem Ruang Buku Lantai 3 57,145,709 meter.

Pembuatan model sistem addressable

Pada ruang buku gedung perpustakaan lantai dua dan lantai tiga sudah dipasang alarm panas
dan asap. Mesin ini sudah membagi ruangan menjadi zona-zona sesuai kinerja tiap alat.
Dengan memadukan zona tersebut dengan alat condensed aerosol yang juga dapat berfungsi

10

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


secara stand-alone maka dibuatlah model sistem berdasarkan metode penzonaan. Unit-unit
condensed aerosol dirancang sedemikian rupa dengan pedoman :

1. Ruang efektif kerja tiap alat disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing


2. Seluruh bagian yang ingin dilindungi harus tercakup dalam wilayah efektif kerja alat.
3. Jarak maksimum antar alat adalah sepanjang diameter pengaruh efektif alat tersebut.
4. Alat atau kepala Condensed Aerosol dapat dipasang pada medan datar vertikal
maupun horizontal.
5. Unit Condensed Aerosol dapat dihubungkan ke sistem alarm dengan menggunakan
kabel tunggal serabut 3mm.
6. Sistem alarm lalu dapat berfungsi sebagai central pengkativasian unit.

Dengan berpedoman pada peraturan di atas, maka dibuatlah model sistem Addressable
Condensed Aerosol pada ruang buku lantai dua dan tiga sebagai berikut:

Dalam pembuatan desain sistem


addressable condensed aerosol
untuk bagian pertama ruang buku
lantai dua, digunakan jenis unit
aerosol yang paling efektif untuk
meng-cover lorong-lorong antar rak
buku. Berdasarkan lebar gang dan
panjang rak, maka didapatkan yang
paling efektif adalah jenis aerosol
dengan daya kerja efektif diameter
4m. Unit-unit tersebut lalu diletakan
di tempat-tempat sehingga
melindungi seluruh rak buku secara
Gambar 8 Bagian 1 Model Sistem Condensed Aerosol Ruang Buku efektif. Dari hasil model tersebut,
Lantai 2
didapatkan bahwa untuk bagian
pertama ruang buku lantai dua dibutuhkan unit condensed aerosol sebanyak 102 buah, dan
kabel penghubung ke sistem alarm sepanjang 374,502 meter.

11

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Sama seperti bagian pertama, dalam
pembuatan desain sistem addressable
condensed aerosol untuk bagian kedua
ruang buku lantai dua, digunakan juga
jenis aerosol dengan daya kerja efektif
diameter 4m. Unit-unit aerosol lalu
diletakan di tempat-tempat sehingga
melindungi seluruh rak buku secara
efektif. Dari hasil model tersebut,
didapatkan bahwa untuk bagian kedua
ruang buku lantai dua dibutuhkan unit
condensed aerosol sebanyak 72 buah,
dan kabel penghubung ke sistem alarm
sepanjang 228,687 meter.

Gambar 10 Bagian 2 Model Sistem Condensed Aerosol Ruang Dalam pembuatan desain sistem
Buku Lantai 2
addressable condensed aerosol untuk
bagian pertama ruang buku lantai tiga, juga digunakan jenis unit aerosol yang paling efektif
untuk meng-cover lorong-lorong antar rak buku. Berdasarkan lebar gang dan panjang rak,
maka didapatkan yang paling efektif
adalah jenis aerosol dengan daya
kerja efektif diameter 4m. Unit-unit
tersebut lalu diletakan di tempat-
tempat sehingga melindungi seluruh
rak buku secara efektif. Dari hasil
model tersebut, didapatkan bahwa
untuk bagian pertama ruang buku
lantai tiga dibutuhkan unit
condensed aerosol sebanyak 58
buah, dan kabel penghubung ke
Gambar 9 Bagian 1 Model Sistem Condensed Aerosol Ruang Buku
sistem alarm sepanjang 57,216 Lantai 3

meter.

12

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Sama seperti bagian pertama, dalam
pembuatan desain sistem addressable
condensed aerosol untuk bagian kedua
ruang buku lantai tiga, digunakan juga
jenis aerosol dengan daya kerja efektif
diameter 4m. Unit-unit aerosol lalu
diletakan di tempat-tempat sehingga
melindungi seluruh rak buku secara efektif.
Dari hasil model tersebut, didapatkan
bahwa untuk bagian kedua ruang buku

lantai tiga dibutuhkan unit condensed Gambar 11 Bagian 2 Model Sistem Condensed Aerosol Ruang
Buku Lantai 3
aerosol sebanyak 60 buah, dan kabel
penghubung ke sistem alarm sepanjang 56,972 meter.

Dalam pembuatan desain sistem addressable


condensed aerosol untuk bagian ketiga ruang
buku lantai dua, digunakan juga jenis aerosol
dengan daya kerja efektif diameter 4m. Unit-
unit aerosol lalu diletakan di tempat-tempat
tertenu agar dapat melindungi seluruh rak
buku secara efektif. Dari hasil model
tersebut, didapatkan bahwa untuk bagian
pertama ruang buku lantai dua dibutuhkan
unit condensed aerosol sebanyak 62 buah,
Gambar 12 Bagian 3 Model Sistem Condensed Aerosol Ruang dan kabel penghubung ke sistem alarm
Buku Lantai 3
sepanjang 67,456 meter.

5. Pembahasan

Dalam pembuatan sistem metode konvensional, ada berberapa rincian yang perlu
diperhatikan. Pipa yang digunakan dalam metode ini ada dua macam. Yang pertama adalah
pipa diameter 50mm dan yang kedua berdiameter 32mm. Kedua pipa ini adalah adalah pipa
seamless dengan sambungan ulir atau flange atau pengelasan lengkap dan termasuk klem,
braket, penunjang, penggantung material, penyambung, dan segala material pembantu yang
diperlakukan sesuai kebutuhannya.

13

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Tabel Error! No text of specified style in document..1 Perhitungan Biaya Pembangunan Metode Konvensional

Nama Satuan Volume Harga Satuan Harga Total


Nozzle bh 92 IDR 2,500,000.00 IDR 230,000,000.00
Lantai 2-1 pipa dia. 50mm m 374.502 IDR 450,000.00 IDR 168,525,900.00
Pipa dia. 32mm m 90.542 IDR 300,000.00 IDR 27,162,600.00 IDR 425,688,500.00
Nozzle bh 69 IDR 2,500,000.00 IDR 172,500,000.00
Lantai 2-2 pipa dia. 50mm m 228.687 IDR 450,000.00 IDR 102,909,150.00
Pipa dia. 32mm m 66.877 IDR 300,000.00 IDR 20,063,100.00 IDR 295,472,250.00 IDR 721,160,750.00
Nozzle bh 44 IDR 2,500,000.00 IDR 110,000,000.00
Lantai 3-1 pipa dia. 50mm m 57.216 IDR 450,000.00 IDR 25,747,200.00
Pipa dia. 32mm m 49.945 IDR 300,000.00 IDR 14,983,500.00 IDR 150,730,700.00
Nozzle bh 46 IDR 2,500,000.00 IDR 115,000,000.00
Lantai 3-2 pipa dia. 50mm m 56.972 IDR 450,000.00 IDR 25,637,400.00
Pipa dia. 32mm m 132.778 IDR 300,000.00 IDR 39,833,400.00 IDR 180,470,800.00
Nozzle bh 50 IDR 2,500,000.00 IDR 125,000,000.00
Lantai 3-3 pipa dia. 50mm m 67.456 IDR 450,000.00 IDR 30,355,200.00
Pipa dia. 32mm m 145.709 IDR 300,000.00 IDR 43,712,700.00 IDR 199,067,900.00 IDR 530,269,400.00
Sub total Harga pembangunan model konvensional IDR 1,251,430,150.00

Setelah dihitung harga satuannya, lalu dikalikan dengan volumenya, maka dapat diperoleh
biaya yang dibutuhkan untuk membuat masing-masing bagian. Setelah dijumlahkan, maka
didapatkan biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan metode konvensional lantai 2 adalah
sebesar Rp. 721.160.750,00 dan untuk pembuatan metode konvensional lantai 3 sebesar Rp.
530.269.400,00. Dengan demikian, maka total biaya yang dibutuhkan untuk membuat metode
konvensional pada ruang buku lantai dua dan tiga adalah sebesar Rp. 1.251.430.150,00.

Tabel Error! No text of specified style in document..2 Perhitungan Biaya Pembangunan Metode Zoning
Nama Satuan Volume Harga Satuan Harga Total
Unit Condensed
Aerosol bh 102 IDR 1,500,000.00 IDR 153,000,000.00
Lantai 2-1
kabel 3mm
tunggal serabut m 374.502 IDR 10,000.00 IDR 3,745,020.00 IDR 156,745,020.00
Unit Condensed
Aerosol bh 72 IDR 1,500,000.00 IDR 108,000,000.00
Lantai 2-2
kabel 3mm
tunggal serabut m 228.687 IDR 10,000.00 IDR 2,286,870.00 IDR 110,286,870.00 IDR 267,031,890.00
Unit Condensed
Aerosol bh 58 IDR 1,500,000.00 IDR 87,000,000.00
Lantai 3-1
kabel 3mm
tunggal serabut m 57.216 IDR 10,000.00 IDR 572,160.00 IDR 87,572,160.00
Unit Condensed
Aerosol bh 60 IDR 1,500,000.00 IDR 90,000,000.00
Lantai 3-2
kabel 3mm
tunggal serabut m 56.972 IDR 10,000.00 IDR 569,720.00 IDR 90,569,720.00
Unit Condensed
Aerosol bh 62 IDR 1,500,000.00 IDR 93,000,000.00
Lantai 3-3
kabel 3mm
tunggal serabut m 67.456 IDR 10,000.00 IDR 674,560.00 IDR 93,674,560.00 IDR 271,816,440.00
Sub total Harga pembangunan IDR 538,848,330.00 IDR 531,000,000.00

Dalam membuat model sistem metode ini, perlu diperhatikan bahwa setiap merek memiliki
spesifikasinya masing-masing. Spesifikasi ini terbagi menjadi jenis produknya, jenis
jangkauan kerjanya, dan cara pemasangannya. Dalam pengerjaan model ini digunakan unit

14

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


berjangkauan 2m3 sebagai unit yang diterapkan pada sistem. Harga satuan unit ini berbeda-
beda setiap mereknya namun semuanya berkisaran di harga 1,5 juta rupiah.

Setelah dihitung harga satuannya, lalu dikalikan dengan volumenya, maka dapat diperoleh
biaya yang dibutuhkan untuk membuat masing-masing bagian. Setelah dijumlahkan, maka
didapatkan biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan metode condensed aerosol lantai 2 adalah
sebesar Rp. 267.031.890,00 dan untuk pembuatan metode konvensional lantai 3 sebesar Rp.
271.816.440,00. Dengan demikian, maka total biaya yang dibutuhkan untuk membuat metode
condensed aerosol pada ruang buku lantai dua dan tiga adalah sebesar Rp. 538.848.330,00.

Tabel Error! No text of specified style in document..3 Perbandingan Kebutuhan Perawatan


Method Unit Name 1/4 yearly 1/2 yearly yearly 5 years 10 years
CONVENTIONAL PIPING and Cable visual visual v v v
SYSTEM NOZZLE HEAD visual visual v v v

ADDRESSABLE Condensed
CONDENSED Aerosol Head visual visual visual visual v
AEROSOL Cable visual visual v v v

Dalam perawatan metode konvensional, dibutuhkan pengecekan visual berkala ¼ dan ½


tahun sekali untuk perpipaan, perkabelan, dan kepala nozzle. Selain itu, dibutuhkan uji coba
kelayakan alat setiap tahunnya. Sementara, dalam perawatan metode addressable, dibutuhkan
pengecekan visual hingga tahun ke 10 untuk unit aerosol, dan pada tahun ke sepuluh harus
dilakukan penggantian unit.

Tabel Error! No text of specified style in document..4 Perbandingan Harga Pergantian Unit
Jenis Satuan Jumlah Harga Satuan Harga Total Harga Total
Lantai 2-1 bh 92 IDR 2,500,000.00 IDR 230,000,000.00
CONVENTIONAL Lantai 2-2 bh 69 IDR 2,500,000.00 IDR 172,500,000.00
SYSTEM (15 NOZZLE HEAD Lantai 3-1 bh 44 IDR 2,500,000.00 IDR 110,000,000.00
tahun) Lantai 3-2 bh 46 IDR 2,500,000.00 IDR 115,000,000.00
Lantai 3-3 bh 50 IDR 2,500,000.00 IDR 125,000,000.00 IDR 752,500,000.00
Lantai 2-1 bh 102 IDR 1,500,000.00 IDR 153,000,000.00
ADDRESSABLE
Lantai 2-2 bh 72 IDR 1,500,000.00 IDR 108,000,000.00
CONDENSED Condensed
Lantai 3-1 bh 58 IDR 1,500,000.00 IDR 87,000,000.00
AEROSOL (10 Aerosol Head
Lantai 3-2 bh 60 IDR 1,500,000.00 IDR 90,000,000.00
Tahun)
Lantai 3-3 bh 62 IDR 1,500,000.00 IDR 93,000,000.00 IDR 531,000,000.00

Jangka waktu pergantian unit kedua metode berbeda dimana nozzle memiliki waktu kondisi
lebih panjang yaitu 15 tahun, dan unit aerosol 10 tahun. Artinya, setiap 15 tahun sekali,
nozzle harus diganti baru dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 752.500.000,00 dan setiap
10 tahun sekali, unit aerosol harus diganti baru dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp.
531.000.000,00.

15

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Dengan menggunakan pendekatan ekonomi teknik, dapat dibuat perbandingan untuk
menentukan metode manakah yang lebih layak digunakan. Metode perhitungan yang
digunakan adalah perhitungan nilai saat ini atau Present Worth (PW) yang dihitung dengan
menjumlahkan semua pemasukan saat ini dan kemungkinan dimasa depan, serta pengeluaran
saat ini dan kemungkinan di masa depan. PW dihitung dengan menarik kemungkinan-
kemungkinan nilai masa depan (Future Worth) dan menghitungnya menjadi nilai saat ini.
Nilai sekarang atau present value/PW adalah berapa nilai uang saat ini untuk nilai tertentu di
masa yang akan datang. Present value atau nilai sekarang bisa di cari dengan menggunakan
rumus future value atau dengan rumus PW.

Dengan menghitung suku bunga


tercatat Bank Indonesia (BI Rate)
lalu didapatkan suku bunga sebesar
6,67%. Lalu dengan rumus dan
suku bunga tersebut lalu dihitung
PW kedua metode. Dalam
perhitungan PW, yang perlu
diperhatikan adalah bahwa biaya
Gambar 13 Rumus Perhitungan Present Worth

perawatan kedua metode


memiliki jangka waktu yang
berbeda, sehingga perlu
dicari waktu pertemuan
yaitu sebesar 30 tahun.

Untuk metode ini,


dibutuhkan biaya sebesar
biaya total pembangunan di
tahun ke-0. Setelah itu,
metode ini memerlukan
Gambar 14 Perhitungan Present Worth Metode Konvensional biaya penggantian nozzle
setiap 15 tahun sekali
sebesar 752,5 juta Rupiah. Lalu dihitung PW dengan menarik FW15 dan FW30 tahun ke
tahun 0.

16

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


Untuk metode selanjutnya,
dibutuhkan biaya sebesar
biaya total pembangunan di
tahun ke-0. Setelah itu,
metode ini memerlukan
biaya penggantian unit setiap
10 tahun sekali sebesar 531
juta Rupiah. Lalu dihitung
PW dengan menarik FW10,
FW20 dan FW30 tahun ke
tahun 0.

Setelah dihitung juga dengan


biaya awalnya, maka
didapatkan Present Worth
Gambar 15 Perhitungan Present Worth Metode Condensed Aerosol
untuk metode konvensional
adalah sebesar -1.643.443.562,95 dan Present Worth untuk metode Condensed Aerosol
adalah sebesar -1.037.500.462,45.

6. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode zoning apabila diterapkan dalam sistem pemadam kebakaran aktif maka dapat
direalisasikan dalam dua bentuk, yaitu metode addresable dan metode self-activate.
2. Analisa sebuah disain pemadam kebakaran untuk Ruang Buku sangat dipengaruhi
oleh faktor biaya komponen teknologinya. Selain itu, perawatan dan operasional juga
menjadi faktor penentu penting. Dalam rancangan Pemadam Kebakaran Ruang Buku
Gedung Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, jenis teknologi yang diuji adalah
metode konvensional dan metode addressable pada teknologi condensed aerosol.
3. Didapatkan jumlah biaya pembangunan sebesar Rp. 1.251.430.150,00 untuk metode
konvensional dan Rp. 538.848.330,00 untuk metode addressable condensed aerosol.
4. Didapatkan jumlah biaya operasional dan perawatan pembangunan sebesar
Rp.752.500.000,00 untuk metode konvensional dalam 15 tahun sekali, dan Rp.
531,000,000.00 untuk metode addressable condensed aerosol dalam 10 tahun sekali.

17

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015


5. Dalam perhitungan ekonomi teknik, didapatkan Present Worth untuk metode
konvensional adalah sebesar -1.643.443.562,95 dan Present Worth untuk metode
Condensed Aerosol adalah sebesar -1.037.500.462,45 Artinya, metode Condensed
Aerosol memiliki kelayakan yang lebih tinggi.
6. Dari segi finansial, maka dapat disimpulkan bahwa metode addressable condensed
aerosol memiliki keefisiensian biaya tertinggi dan metode konvensional merupakan
yang paling tidak efektif.
7. Dari segi non-finansial, metode addressable jauh lebih aman digunakan untuk ruang
buku. Pengaktivasiannya yang dapat berjalan secara terpisah untuk setiap unit dan
zona membuat daerah yang tidak terkena bahaya kebakaran tetap terjaga. Metode
konvensional terlalu terekspose pada kemungkinan kerusakan daerah yang tidak
terbakar. Dengan demikian, metode addressable merupakan metode paling terintegrasi
dan merupakan metode yang paling ideal untuk diterapkan.

7. Daftar Referensi

Fire Ravages Library of Congress. (1851, 12 24). Retrieved 9 2014, from This Day in History:
http://www.history.com/this-day-in-history/fire-ravages-library-of-congress

Fire Alarm Systems. (2011). Retrieved 12 2014, from Field's Fire Protection, Inc.:
http://www.fieldsfire.com/fire-alarm-systems-faqs

Abbey Newsletter. (1988). Leningrad Library Fire.

Agafonov, V. (2004). The Mechanism of the Condensed Aerosol. Proceedings of the 15th HOTC.

Dwyer, D. J. (2001). Improved Firefighting is on the Way. The Surf Rider.

Fire Safe Europe. (2011). Active or Passive Fire Protection. Retrieved 12 5, 2014, from Fire Safe
Europe: http://www.firesafeeurope.eu/fire-safety/active-or-passive-fire-protection

Fleming, K., Weltman, A., Randolph, M., & Elson, K. (2009). Pile Engineering 3rd ed. New York: Taylor
& Francis.

Kementerian Pekerjaan Umum. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008.

Kementerian Pekerjaan Umum. (n.d.). Keputusan Menteri PU No. 10/KPTS/2000.

Kemetrian Pekerjaan Umum. (2000). Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler
Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.

Lie, T. T. (1972). Fire and Buildings.

18

Analisis kelayakan ..., Stefanus Syalom H., FT UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai