Anda di halaman 1dari 25

EROSI DAN METODE

PENGUKURANNYA
(Pertemuan Ke-8)

8.1 PENDAHULUAN

Limpasan / aliran permukaan (surface run-off)


Adalah bagian dari air hujan yang jatuh dan diterima oleh daerah aliran yang
langsung mengalir di atas permukaan tanah.

Limpasan terjadi karena intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi.

Jika laju infiltrasi telah terpenuhi, air akan mengisi cekungan-cekungan pada
permukaan tanah.

Setelah cekungan penuh, air akan melimpas di atas permukaan tanah.

Jika aliran air terjadi di bawah permukaan tanah disebut limpasan / aliran di
bawah permukaan tanah.

Jika aliran berada di lapisan equifer (air tanah), disebut aliran air tanah.

Limpasan permukaan terjadi jika:


1) Terjadi hujan atau pemberian air ke permukaan;
2) Intensitas hujan > laju dan kapasitas infiltrasi tanah dan Topografi;
3) Topografi dan kelerengan tanah memungkinkan terjadinya aliran air
permukaan tanah.

1
8.2 Erosi

Erosi adalah proses penghancuran dan pengangkutan tanah ke tempat lain


oleh media alami (air, angin, es, dsb).
Di daerah tropika basah, proses tersebut disebabkan oleh air.

Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam:


- erosi normal (erosi geologi atau erosi alami), dan
- erosi dipercepat atau dikenal dengan erosi saja.

Erosi normal:
Terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan pengangkutan
tanahnya sangat lambat, sehingga memungkinkan kesetimbangan antara
proses penghancuran dan pengangkutan dengan proses pembentukan tanah.

Erosi dipercepat:
Terjadi akibat pengaruh manusia, sehingga laju erosi jauh lebih besar
daripada pembentukan tanah.

Berdasarkan bentukannya, erosi dapat dibedakan menjadi:


1) Erosi percik (splash erotion)
2) Erosi lembar (sheet erotion)
3) Erosi alur (rill erotion)
4) Erosi parit (gully erotion)
5) Erosi tebing sungai (stream bank erotion)

8.2.1 Erosi Percik

Erosi percik:
- Merupakan tahap pertama dari hujan yang menyebabkan erosi.
- Disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan tanah.
2
- Dapat menghancurkan porositas tanah.
Pori-pori tanah menjadi lebih kecil atau terjadi penyumbatan pori-pori,
sehingga daya infiltrasinya berkurang dan terjadi pelumpuran yang
mengakibatkan penurunan daya infiltrasi lebih drastis lagi.
Dengan demikian akan memperbesar ekses aliran permukaan atau yang
dapat mengakibatkan terjadi penggenangan pada topografi datar atau
terjadi aliran permukaan pada topografi miring.
- Mengakibatkan terjadinya erosi lembar

8.2.2 Erosi Lembar

Hal-hal yang berhubungan dengan erosi lembar:


- Adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu
permukaan bidang tanah.
- Sebab utamanya: kekuatan jatuh butir hujan dan aliran di permukaan.
- Dari segi energi, pengaruh butir hujan lebih besar karena kecepatan
jatuhnya sekitar 6 – 10 m/detik.
- Menyebabkan kehilangan lapisan atas yang subur secara seragam,
sehingga tidak kentara dan meliputi areal yang luas.
- Proses erosinya sangat berbahaya, karena disadari adanya setelah erosinya
berjalan lanjut.

8.2.3 Erosi Alur

Hal-hal yang berhubungan dengan erosi alur:


- Terjadi pada tanah yang tidak rata, dimana air akan terkonsentrasi dan
mengalir pada tempat-tempat yang rendah, sehingga pemindahan tanah
lebih banyak terjadi pada tempat-tempat tersebut.
- Biasa terjadi pada tanah-tanah yang biasa ditanami tanaman berbaris
menurut lereng.
- Jika tidak segera ditanggulangi, akan terjadi erosi parit.
3
8.2.4 Erosi Parit

Hal-hal yang berhubungan dengan erosi parit:


- Proses erosi parit sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang
terbentuk sudah dalam.
- Erosi yang terbentuk berukuran lebar sekitar 40 cm dan kedalaman 25 cm,
sedangkan yang lanjut dapat mencapai kedalaman > 30 cm.
- Dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan substratanya.
Bentuk V lebih umum terjadi, tetapi pada daerah yang substratanya
mudah lepas akan membentuk huruf U.

8.2.5 Erosi Tebing Sungai

Erosi tebing sungai merupakan erosi yang terjadi akibat pengikisan lateral
pada tebing sungai oleh aliran sungai.

8.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI

Faktor yang mempengaruhi erosi dapat dinyatakan dengan persamaan:

( )

dengan: = erosi; = fungsi; = iklim; = relief; = vegetasi; = tanah;


= manusia.

8.3.1 Iklim

Di daerah tropika basah, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah air
hujan, terutama:

- Besarnya curah hujan.


Adalah volume air yang jatuh pada suatu areal.
Dapat dinyatakan dalam m3/luas atau dalam tinggi air dalam mm.

- Intensitas dan distribusi hujan.


4
Adalah besarnya hujan yang jatuh pada suatu waktu tertentu, misalnya
dalam 5, 10, 15, 30 menit, yang dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam.

Intensitas hujan belum memberikan petunjuk tentang jumlah aliran


permukaan atau erosi yang disebabkan oleh suatu hujan, maka di sini
dinyatakan sebagai hujan-lebih (excess rainfall).

Hujan-lebih: hujan yang dapat menimbulkan aliran permukaan yang


bersifat erosif.

Hujan-lebih menyangkut intensitas dan lama hujan.

Suatu hujan yang disebut sebagai hujan-lebih apabila mempunyai laju


paling sedikit seperti persamaan:

dengan = lama hujan (menit)

Suatu hujan yang lama hujannya kurang dari satu jam disebut hujan-lebih
jika seluruh air yang jatuh melebihi 20 mm.

- Kecepatan jatuh butir hujan.

Kecepatan jatuh butir hujan ditentukan oleh: gravitasi, tahanan udara, dan
angin.

Laju jatuh butir hujan berkurang dengan bertambahnya butir hujan.

Selain itu, kecepatan jatuh butir hujan juga mempunyai maksimum


kecepatan (terminal velocity) sebesar 400 cm/detik.

- Besar butiran hujan.


Umumnya, besar butir hujan yang jatuh mempunyai diameter berkisar
antara 1 – 4 mm, rata-rata di daerah tropika 3 – 4,4 mm.

Ukuran butir maksimum sekitar 7 mm.

5
Weischemeier dan Smith, mendapatkan suatu korelasi antara sifat hujan dan
erosi yang terjadi dari tanah yang diberakan.
Dengan demikian, jumlah erosi dari suatu tanah pertanian yang diberakan
dapat diduga jika data dari pencatat hujan tersedia dan kepekaan erosi dari
tanah diketahui.

Korelasi yang lebih berat dari erosi didapat dengan menggunakan term
interaksi energi intensitas hujan yang merupakan hasil kali total energi hujan
dengan intensitas maksimum 30 menit ( ).
dinyatakan sebagai indeks potensial erosi hujan atau indeks erosi hujan.

∑ ( )

dengan,
= energi kinetik (ton meter/Ha/cm hujan)
= intensitas hujan (cm/jam)
= intensitas maksimum 30 menit (cm/jam)

8.3.2 Relief

Dua unsur dalam relief yang mempengaruhi erosi:


- kemiringan lereng, dan
- panjang lereng.

1) Kemiringan lereng

Kemiringan lereng akan memperbesar jumlah aliran permukaan, sehingga


memperbesar kekuatan angkut air.
Selain itu, jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh
tumbukan butir hujan semakin banyak.

6
Hubungan kecuraman lereng, aliran permukaan, dan erosi menurut Zing:

dengan,
= jumlah erosi
= kemiringan lereng (%)

Tabel di bawah menunjukkan kelas dan skor kemiringan lereng, serta


klasifikasinya.

Tabel 1 Kelas dan skor kemiringan lereng, serta klasifikasinya.


Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi
I 0–8 Datar
II > 8 – 15 Landau
III > 15 – 25 Agak curam
IV > 25 – 45 Curam
V > 45 Sangat curam
Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah 1986.

2) Panjang lereng

Panjang lereng dihitung dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu
titik di mana air masuk ke dalam saluran (sungai) atau di mana
kemiringan berkurang sedemikian rupa, sehingga kecepatan aliran air
sangat berkurang.

Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng.

Dengan demikian berarti, makin banyak air yang mengalir dan semakin
besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada di bagian atas.

Akibatnya, tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar


daripada di bagian atas.
7
Zing mendapatkan hubungan antara panjang lereng dan besarnya erosi:

dengan,
= erosi
= panjang lereng (ft)

Selain kedua hal tersebut yang berpengaruh adalah konfigurasi lereng,


misalnya berbentuk cembung akan banyak terjadi erosi lembar.
Lereng yang cekung cenderung erosi berbentuk alur atau parit.
Aspek lain yang berpengaruh misalnya keseragaman lereng.

8.3.3 Vegetasi

Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi.

Aspek pengaruh tersebut meliputi:


 Intersepsi hujan oleh tajuk (bagian pohon berupa batang dan daun),
sehingga mengurangi jumlah hujan di permukaan tanah.
 Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
 Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah dan
infiltrasi.
 Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
 Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah,
sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi.
Transpirasi: hilangnya uap air dari permukaan daun pada tumbuhan
melalui proses biokimia dan non kimia.

8.3.4 Tanah

Sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi:


8
- tekstur tanah,
- struktur tanah,
- kandungan bahan organik,
- kedalaman tanah, dan
- sifat-sifat lapisan bawah.

Tekstur dan struktur tanah tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan.

Tekstur pasir tidak mempunyai daya pengikat satu sama lain, sehingga
memperkecil kemantapan agregat.

Tetapi dari segi mudahnya diangkat, pasir termasuk yang sukar diangkut.

Sebaliknya untuk lempung, debu (yang ukuran halus) pengikatannya baik,


tetapi mudah diangkut, kecuali kalau struktur tanahnya baik.

Selain itu, struktur yang buruk dan keberadaan bahan organik akan
memperbesar porositas.

Kedalaman tanah: makin dalam lapisan permeabelnya, aliran permukaannya


semakin kecil.

Sifat lapisan bawah yaitu besarnya infiltrasi juga dipengaruhi oleh kapasitas
infiltrasi lapisan bawah.

8.3.5 Tindakan Manuasia

Di sini dapat berpengaruh positif dan negatif.

Yang negatif apabila menjadikan erosi lebih besar, contohnya penggundulan


hutan, sistem huma, dsb.
Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatan bangunan-
bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dsb.

Dengan demikian, erosi juga dapat dibedakan menjadi:

9
- erosi potensial, dan
- erosi aktual.

Erosi potensial :
Adalah besarnya erosi yang terjadi dalam keadaan tanah terbuka tanpa
tanaman atau tanpa tindakan konservasi lainnya.

Erosi aktual:
Adalah besarnya erosi yang terjadi dalam keadaan tanah bertanaman dengan
atau tanpa konservasi.

8.4 METODE PENGUKURAN EROSI

Pengukuran erosi dapat dilakukan dengan dua cara:


1) Pengukuran di daerah yang mengalami erosi
2) Pengukuran sedimen hasil erosi pada sungai.

8.4.1 Pengukuran di Daerah yang Mengalami Erosi

Dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.

a) Secara kualitatif

Dengan melakukan observasi atau pengamatan ada / tidaknya kehilangan


tanah.

Pengamatan tersebut antara lain dengan melihat:


 Adanya gejala erosi (pada gejala erosi yang sifatnya telah lanjut mudah
diamati, misalnya adanya erosi alur, erosi parit).
 Adanya perubahan dari warna tanah yang memucat, sebagai tanda
adanya erosi lembar.

10
 Adanya pemunculan tanah bawah (tanah induk) atau munculnya akar
tanaman.

Selain dengan observasi seperti tersebut di atas, dapat dilakukan dengan


cara kuantitatif atau pengukuran kasar.

Cara ini misalnya:


 Mengukur botol yang dibalik / tongkat ukur yang ditanam dalam tanah,
lalu pada waktu kemudian diamati.
Cara ini hanya dilakukan pada daerah yang cukup besar erosinya.

 Mengukur elevasi muka tanah dan membandingkan dengan titik atau


tempat yang tetap, akan diketahui ketinggiannya, sehingga erosi yang
terjadi dapat ditentukan.

b) Secara kuantitatif

Cara ini yang sering dilakukan, karena dapat menghitung besarnya erosi
secara kuantitatif.
Yaitu dengan menampung tanah dan air pada areal tertentu.

Cara ini dibedakan menjadi dua, yaitu:


- menampung tanah dan air pada suatu lahan, dan
- menampung tanah dan air pada suatu plot standar.

 Penampungan tanah dan air pada suatu areal lahan

Pertama-tama ditentukan areal lahannya, lalu pada outlet dipasang


penampung.

Kelemahan cara ini:


- penampung yang dipasang sangat besar, sehingga mengganggu kerja
lapangan di samping biayanya mahal juga mengurangi luasan lahan.

11
- Selain itu, kita tidak tahu pasti asal atau bagian mana yang
mengalami erosi.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan cara kedua, yaitu:

 Penampungan tanah dan air dengan plot standar

Gambar 4.1 Penampungan tanah dan air dengan plot standar.

Ukuran plot standar, lebar 6 ft dan panjang 72,6 ft.


Plot standar dilengkapi dengan tempat pengumpulan (collector) yang
tertutup.
Plot standar dibatasi dengan seng selebar ±30 cm, bagian dari seng
yang ditanam sedalam 20 cm, sehingga yang di atas muka tanah
setinggi 10 cm.
Dengan plot standar, selain untuk mengatasi cara pertama, juga dapat
untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
erosi secara kuantitatif sesuai dengan kejadian hujannya.
Dalam hal ini plot standar dilengkapi pula dengan alat penakar hujan.

12
8.4.2 Pengukuran Sedimen Hasil Erosi di Sungai

Pengukuran besarnya erosi dari suatu daerah dengan mengukur besarnya


sedimen pada sungai banyak dilakukan untuk menghitung umur waduk.

Sedimen pada sungai terdiri dari:


- muatan suspensi (suspended load), dan
- muatan dasar (bed load).

Di sini yang dihitung sebenarnya adalah besarnya tanah yang hilang yang
sampai ke saluran atau sungai.

Cara ini digunakan untuk suatu periode, tidak seperti pada plot standar yang
menghitung besarnya kehilangan tanah setiap kejadian hujan.

Jadi, yang terlihat pada pengukuran ini adalah tendensi dari keseluruhan
area.

a. Pengukuran muatan suspensi

Pengukurannya dilakukan dengan mengambil contoh air sungai dengan


alat khusus, misalnya alat yang disebut The DH-48 depth-intergrating
hand sampler.

Alat ini terdiri dari botol tempat contoh yang terlindung oleh streamline
shield.

Sebuah ventilasi terletak di depan, sehingga memungkinkan keluarnya


udara pada waktu air memasuki botol dan mengontrol kecepatan masuk.

Pengambilan contoh dilakukan pada berbagai kedalaman air sungai.

Pertama-tama yang diukur adalah konsentrasi sedimen dalam air (mg/l),


kemudian dikalikan debit sungai (l/dt), sehingga didapatkan debit sedimen
(mg/dt).

13
Banyaknya air yang diambil tergantung besarnya botol, di sini 0,4 liter.

Contoh air ini diambil dengan kertas filter yang telah diketahui berat
waktu kering.

Setelah suspensi tersaring, lalu dikeringkan dan ditimbang beratnya.

Selisih berat merupakan konsentrasi suspensi dalam 0,4 liter contoh air
sungai.

Gambar 4.2 Alat pengukur suspensi.

b. Pengukuran muatan dasar

Pengukuran muatan dasar dapat dilakukan dengan cara memasang


perangkap (trap) pada sungai kecil seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 Perangkap (trap) pada sungai kecil.


14
Untuk sungai besar dengan menggunakan alat bedload sampler, yang
berupa kantong penangkap sedimen seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 Bedload sampler.

Selain muatan suspensi dan muatan dasar, masih ada sebagian lagi yang
terlarut dalam air sungai.

Material yang terlarut tersebut terutama berupa tanah atau batuan yang
mudah larut, misalnya tanah kapur.

Perhitungan besarnya muatan tanah terlarut perlu perlu dianalisis di


laboratorium.

Dengan mengukur muatan terlarut pada berbagai kedalaman air sungai,


dapat dibuat hubungan antara debit sungai dengan jumlah muatan terlarut.

Hubungan tersebut umumnya menunjukkan bahwa semakin besar debit


sungai, maka muatan terlarutnya semakin kecil.

8.5 METODE PENDUGAAN EROSI

Ada beberapa metode pendugaan erosi:


- Metode USLE
15
- Metode SLEMSA
- Metode RUSLE
- Metode SDR

8.5.1 Metode USLE

 Merupakan persamaan hasil dari pengembangan persamaan Musgrave


yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari erosi lahan.
 USLE = Universal Soil Loss Equation, adalah salah satu model
parametrik yang telah banyak digunakan dengan segala kelebihan dan
kelemahannya.
 Salah satu kelemahannya: tidak memperhitungkan adanya pengendapan
dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit , tebing sungai,
dan dasar sungai (Suripin 2002).
 Perbaikan terhadap rumus adalah RUSLE (Revised Universal Soil Loss
Equation).
 Menurut Hardjowigeno dan Sukmana (1995), perkiraan jumlah erosi yang
akan terjadi pada suatu lahan bila pengolahan lahan tanah tidak
mengalami perubahan dilakukan dengan menggunakan rumus USLE
(Wischmeier & Scmith 1978) yaitu:

dengan,
= jumlah erosi (ton/Ha/tahun)
= faktor erosivitas hujan
= faktor erodibilitas tanah
= faktor panjang dan kemiringan lereng
= faktor tanaman (penggunaan tanah)
= faktor teknik konservasi tanah

16
8.5.2 Metode SLEMSA

 SLEMSA = Soil Loss Estimation Model for South Afrika.


 Metode ini untuk menyederhanakan model USLE berdasarkan perbedaan
batasan kuantitatif erodibilitas tanah.
 Model ini dirancang untuk mengurangi kebutuhan biaya dan waktu kerja
kajian petak ukur lapangan dalam menetapkan nilai-nilai mandiri masing-
masing faktor pengendali erosi tanah.
 Penetapan parameter pengendali erosi tanah dengan model ini tetap
berdasarkan pada kajian satuan petak ukur yaitu:

dengan,
= nilai tengah prakiraan laju erosi tanah tahunan (ton/ha/tahun)
= nilai tengah laju erosi tanah tahunan (ton/ha/tahun) dari petak
contoh baku berukuran 30 m x 10 m pada kemiringan 4,5 %,
terbuka dan diketahui nilai erodibilitasny
= nilai perbandingan laju erosi tanah antara petak ukur bertanaman
dan petak ukur yang diberakan dalam keadaan tanpa penutup
= perbandingan antara laju erosi tanah antara lapangan yang
memiliki panjang lereng dan kemiringan tertentu dengan laju erosi
dari petak ukur (Poerwowidodo 1999).

8.5.3 Metode RUSLE

 Menurut Poerwowidodo (1999) metode ini dikembangkan untuk


memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode USLE
dengan memperbaharui data dan pendekatan baru, koreksi kelemahan-
kelemahan USLE, dan penggunaan teknologi baru yaitu teknologi
berdasarkan komputer.

17
 Metode RUSLE ini diterbitkan pertama kali pada Bulan Desember 1992.
Sejak pertama kali dipublikasikan program RUSLE telah mengalami
berbagai perubahan pada perangkat lunaknya.

8.5.4 Metode SDR

 Pada kasus tertentu, terutama untuk daerah tangkapan air yang belum
diketahui besarnya komponen-komponen penyusun rumus USLE perlu
diupayakan cara prakiraan yag lebih sederhana tetapi masih dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
 Cara prakiraan erosi yang dimaksud adalah dengan memanfaatkan data
debit, muatan sedimen, berat jenis tanah di daerah kajian, dan besarnya
nisbah pelepasan sedimen (sediment delivery ratio, SDR).
 Untuk selanjutnya prakiraan erosi dengan cara ini disebut prakiraan erosi
metoda SDR.
 Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data debit dan
muatan sedimen di titik pengamatan (outlet) suatu DAS yang akan
diperkirakan tingkat erosinya.
 Data ini diusahakan dalam periode waktu yang cukup panjang (tahunan).
 Umumnya, untuk mendapatkan data muatan sedimen dalam jangka
panjang dapat dibuat persamaan debit-sedimen (sediment-discharge
rating curve) dari data debit dan muatan sedimen yang tersedia di lokasi
pengamatan tersebut, data muatan sedimen untuk tahun-tahun berikutnya
dapat dihitung dengan hanya menggunakan debit (Asdak 1995).

8.6 CARA MENCEGAH / MENGURANGI EROSI

Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya erosi, terdapat beberapa cara:


1) Cara vegetatif,
2) Cara teknik,
3) Cara kimiawi,

18
4) Cara gabungan.

1) Cara vegetatif

Perusakan berupa erosi yang terjadi akibat energi dapat disebabkan oleh
energi hujan (tetes hujan) maupun energi aliran (run off).

Hal ini dapat diminimalisir dengan cara vegetasi (tanaman penutup tanah).

Fungsi vegetasi (tanaman penutup tanah):


a) Intersepsi hujan, mengurangi energi hujan,
b) Menahan aliran permukaan (run off), dapat memperkecil atau
memperlambat energi alir,
c) Menahan butir-butir tanah yang terangkat.

Jenis tanaman penutup tanah di antaranya:

a) Tanaman berderet (row crops)


Dengan adanya ruang antar deret tanaman, efek jenis tanaman ini
terhadap pengurangan erosi paling kecil.
Contoh: jagung, kacang, kedelai, tebu, tembakau, dll.

b) Tanaman padi-padian (small grain / close growing crops)


Karena penanamannya cukup rapat, efek jenis tanaman ini terhadap
pengurangan erosi cukup baik.
Contoh: padi, gandum, dll.

c) Forage / haycrops
Efek jenis tanaman ini terhadap pengurangan erosi baik.
Contoh: rumput, lagum, dsb.

d) pohon (trees)
19
Pohon dalam hal ini dapat berupa pohon buah-buahan (orchad)
maupun hutan (alami, buatan).
Efek jenis tanaman ini terutama hutan primer / perawan sangatlah baik
terhadap pengurangan erosi.

2) Cara Teknik

Dengan melakukan perubahan / tindakan terhadap permukaan tanah atau


pembuatan bangunan pencegah erosi.

Fungsi dari cara teknik ini:


a) Mengurangi energi / daya rusak air.
b) Memperbesar infiltrasi air dengan:
- Memperlambat aliran permukaan / run off.
- Menampung run off , kemudian menyalurkan dengan kecepatan yang
tidak merusak.
- Memperbaiki aerasi udara dalam tanah.
- Menyediakan air ke bidang tanah dengan tujuan tertentu, misal untuk
konsumsi tanaman.

Cara teknik ada dua:


a) Teknik vegetatif (dengan pengolahan tanah)
b) Teknik bangunan

a) Teknik vegetatif (dengan pengolahan tanah)

Memanipulasi secara teknik terhadap tanah yang bertujuan untuk


menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pengolahan tanah secara menerus mengakibatkan tanah gembur mudah


tererosi, maka sebaiknya pengolahan tanah seperlunya saja yang
dikenal sebagai pengolahan tanah minimal (minimal tillage).
20
Teknik vegetatif dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya:
1) Pengolahan tanah menurut kontur (countering)
2) Strip cropping
3) Buffer strip cropping

1) Pengolahan tanah menurut kontur (countering)

Penumpukan tanah yang diolah


searah kontur, sehingga akan
menahan air (semacam guludan
atau galengan).
Penanaman sedikit miring terhadap
kontur agar air dapat mengalir,
tetapi tenaga alirannya kecil.

2) Strip cropping

Penanaman tanaman yang berbeda untuk setiap jarak tertentu, dan


biasanya tanaman yang menjadi tanaman selingannya adalah
tanaman sejenis rumput.
Contoh penanaman: jagung-rumput-jagung-rumput.

Jagung / kedelai

Rumput

Jagung / kedelai
Kontur

Lebar strip: 50%, maka erosi berkurang 50% (asumsi rumput tidak
erosi).

21
Kekurangan dari cara ini adalah income menjadi berkurang, karena
tanaman selingan berupa rumput, sehingga harus dipilih tanaman
yang bernilai ekonomis tinggi.

Selain itu, juga harus dapat dihitung lebar strip minimum dan lebar
crops maksimum.

Dapat pula dilakukan kombinasi antara cara countering dengan strip


cropping (contur strip cropping).

Menurut Troch, F.R dalam soil & water conservation merekomen-


dasikan lebar strip sebagai berikut:

Kemiringan Forage crop strip Row crop strip


(%) (lebar minimum = m) (lebar maksimum)
2 8 40
5 10 25
8 12 20
12 15 15
18 30 8

3) Buffer strip cropping

Sebenarnya merupakan salah satu dari strip cropping.


Bedanya, ada strip sebagai penyangga (buffer) yang ditanami forage
secara menerus.
Terutama pada waktu pembukaan tanah ada tempat yang tidak
dibuka.
Pembukaan tanah merupakan waktu yang rawan erosi.

b) Teknik bangunan

Dalam teknik bangunan ada dua cara, yaitu:


1) Guludan dan vegetative water ways

22
2) Teras dan terjunan
3) Dam penghambat

1) Guludan dan vegetative water ways

Guludan dapat berfungsi dengan baik untuk tanah yang kepekaan erosi
rendah dan pada kemiringan tanah kurang dari = 6%.
Guludan harus disertai saluran bervegetasi (vegetative water ways).

Saluran ditanami rumput yang tanah genangan.


Rumput selalu dipotong agar kecepatan alir tetap mengalir, sehingga
tanaman tidak tergenang air terus-menerus.

2) Teras dan terjunan

Fungsi:
a) Mengurangi panjang lereng

23
b) Memperkecil kemiringan lereng

Macam teras:
- Teras bangku / teras tangga / bench terrace
- Teras berdasar lebar / broad base terrace

Teras bangku

Dibuat pada lereng sampai 60% – 80%.


Semakin curam, maka luas area yang ditanami semakin sempit.
Teras bangku dibuat datar menurut kontur untuk tanah kedap air.
Dibuat miring ke dalam, lalu dibuat saluran bervegetasi.

Teras berdasar lebar

Dibuat pada tanah bertopografi berombak sampai bergelombang.

Teras sebenarnya merupakan bangunan kombinasi antara saluran


dan tanggul.

24
Pada kemiringan lereng yang curam dibuat bangunan tambahan
berupa terjunan.

Terjunan dibuat dengan perkuatan (pasangan batu, beton, dsb).

3) Dam penghambat

Check dam atau dam sederhana pada parit atau sungai kecil dapat
dibuat dari tanah, kayu, bata, dsb.

Dam ini dapat juga berfungsi sebagai reservoir disebut embung atau
waduk lapangan (telaga buatan).

25

Anda mungkin juga menyukai