2. E-Jurnal Medika
Judul artikel : 1. Hubungan pola makan dengan status gizi anak pra sekolah di Paud
Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto
2. Vol.6; no: 6
2. Juni 2017
Pendahuluan
Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh,
kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang
baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pemenuhan gizi pada masa pra sekolah sangat penting demi menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal.
Anak prasekolah mempunyai sifat konsumsi aktif, yaitu anak bisa memilih makanan yang
disukainya, sedangkan ibu tidak begitu memperhatikan makanan anak usia prasekolah karena
dianggap sudah bisa makan sendiri dan sudah main di luar rumah, sehingga lebih terpapar
lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai
macam penyakit.
Angka kematian anak usia prasekolah yang disebabkan oleh kekurangan gizi sedang dan ringan
justru jauh lebih besar yaitu 46% secara total lebih separuh kematian anak usia prasekolah
disebabkan oleh faktor kekurangan gizi .
Walaupun sudah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak usia 5-12
tahun dari tahun 2010 menjadi 41,9% pada tahun 2013, namun diikuti dengan peningkatan
prevalensi gizi lebih pada tahun 2010 menjadi 18,8% tahun 2013.
Di Kabupaten Mojokerto terdapat 63.442 anak usia prasekolah ditimbang dengan hasil rincian
11,92% anak usia prasekolah berstatus gizi kurang dan 1,65% berstatus gizi buruk, 83,32% anak
usia prasekolah berstatus gizi baik dan sebesar 3,10% anak usia prasekolah dengan status gizi
lebih. Sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2013 status gizi anak usia 5-12 tahun di provinsi
1
Bali cenderung lebih baik, dengan prevalensi gizi kurang sebesar 5,7%, gizi buruk 2,3% dan gizi
lebih 8%. Berdasarkan laporan tahunan UPT Kesmas Blahbatuh II dari tahun 2009 hingga 2014
terdapat trend penurunan jumlah balita yang ditimbang dan yang mengalami kenaikan berat
badan. Dibandingkan dengan data tahun 2010 jumlah balita 2268 anak, yang ditimbang 1480
anak yang mengalami kenaikan 780 anak.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi secara langsung adalah asupan makan.
Pola makan yang tidak baik dan tidak seimbang bagi anak pra sekolah dapat menyebabkan
masalah status gizinya, status gizi yang terganggu pada anak prasekolah atau usia emas ini
sangat mempengarui tumbuh kembangannya. Pola makan yang buruk menyebabkan status gizi
menjadi buruk, status gizi yang buruk menyebabkan banyak gangguan perkembangan bagi anak
usia prasekolah yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak usia prasekolah.
Penilaian pertumbuhan pada anak merupakan indikator penting dalam menilai status kesehatan
terutama status gizi anak, karena dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, oleh sebab itu
pertumbuhan perlu dipantau secara berkala.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) untuk mengetahui
hubungan antara pola makan terhadap status gizi anak pra sekolah di Paud Tunas Mulia Desa
Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh I
Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) bertujuan untuk mengetahui
prevalensi status gizi anak saat ini berdasarkan kecenderungan penurunan jumlah balita yang
naik berat badannya dengan cara screening status gizi pada anak usia prasekolah.
Pembahasan
Metodologi
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) dan I Gusti Agung Triana
Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) keduanya menggunakan pendekatan cross
sectional. Perbedaannya Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menganalisis hubungan pola makan
dengan status gizi anak prasekolah. Sedangkan I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN
Indraguna Pinatih (2017) merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran status
gizi pada anak usia prasekolah di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II, Kabupaten Gianyar,
Provinsi Bali.
Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menggunakan populasi semua ibu dan anak prasekolah di Paud
Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Jumlah sampel sebanyak 17
orang responden dengan teknik total sampling. Sedangkan I Gusti Agung Triana Suharidewi dan
GN Indraguna Pinatih (2017) tidak menyebutkan populasi yang dipakai. Sampel berjumlah 85
2
anak TK Lila Kumara, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang diperoleh dengan
teknik cluster sampling. Dengan kriteria inklusi terdaftar sebagai siswa-siswi di TK Lila Kumara
tahun ajaran 2014/2015 sedangkan kriteria eksklusinya adalah subjek yang tidak masuk sekolah
pada saat pengambilan data dan subjek yang menolak untuk dilakukan pengukuran.
3. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) dengan
menyebarkan kuisioner tentang pola makan menggunakan Food Frequency Questionnaire,
kemudian melakukan observasi status gizi dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan
mencatat umurnya. Untuk mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan badan dan
umur berdasarkan akte kelahiran atau surat kelahiran kemudian dicatat dalam lembar observasi.
Sedangkan instrumen yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Agung Triana
Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) berupa timbangan berat badan tipe Bathroom scale
dengan merk OneMed, dalam satuan kilogram (kg) dengan ketelitian 1 kg. Untuk mengukur
tinggi badan (TB) menggunakan microtoise dalam satuan sentimeter (cm) dengan ketelitian 0,1
cm.
4. Analisis Data
Pengukuran status gizi pada penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menggunakan Z-
score. Untuk menganalisis hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah
menggunakan uji analisis yaitu uji Spearmans’ rho.
I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) menganalisa data yang
diperoleh dengan cara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel dan naratif.
Hasil
Status gizi sampel dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, dan
gemuk. Tabulasi silang pola makan dengan status gizi anak menunjukkan bahwa dari 6
responden yang mempunyai pola makan kurang baik, tidak satupun (0%) responden yang
3
status gizinya gemuk. Sedangkan dari 11 responden yang pola makannya baik sebagian besar
yaitu 9 responden (81,8%) yang mempunyai status gizi normal, 2 responden status gizinya
gemuk dan tidak ada (0%) responden yang status gizinya kurus.
2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)
a. Karakteristik sampel
Distribusi anak menurut umur yaitu umur 5 tahun yaitu 38 orang (44,7%), umur 6 tahun
yaitu 45 orang (52,9%), dan umur 7 tahun yaitu 2 orang (2,4%). Sedangkan distribusi anak
menurut jenis kelamin terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan
dengan jumlah anak laki-laki 49 orang (57%) dan jumlah anak perempuan 36 orang (41,9%).
Status gizi anak berdasarkan hasil pengukuran BB/TB didapatkan 34 anak (40%) dengan
gizi kurang, 37 anak (43,5%) dengan gizi normal, dan 14 anak (16,5%) dengan gizi lebih.
Status gizi berdasarkan TB/U didapatkan 11 anak (12,9%) pendek dan 74 anak (87,1%)
dengan tinggi normal. Namun tidak terdapat anak yang tinggi. Sedangkan indeks antropometri
menurut IMT/U yang dikategorikan menjadi gizi kurang (kurus) sebanyak 26 anak (30,6%),
45 anak (59,2%) dengan gizi normal dan gizi lebih sebanyak 14 anak (16,5%).
4
usia emas ini sangat mempengarui perkembanganya. Pola makan yang buruk menyebabkan
status gizi menjadi buruk, status gizi yang buruk menyebabkan banyak gangguan
perkembangan bagi anak usia prasekolah yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak usia prasekolah. Pola makan yang baik pada responden
disebabkan karena orang tua telah mengajarkan kebiasaan makan yang baik pada anak sejak
kecil. Responden yang memiliki pola makan kurang baik karena orang tua tidak
membudayakan disiplin makan pada anak, mereka cenderung menuruti kemauan anak tanpa
memperhatikan nilai gizi yang anak mereka makan.
Sebanyak 11 responden yang pola makannya baik sebagian besar yaitu 9 responden yang
mempunyai status gizi normal, 2 responden status gizinya gemuk dan tidak ada responden
yang status gizinya kurus. Selain itu, bisa juga disebabkan karena aktivitas anak tidak terlalu
tinggi sehingga dengan pola makan yang kurang baik dalam satu bulan terakhir ini, anak tetap
mempunyai status gizi normal.Anak dengan pola makan baik yang mengalami kegemukan
disebabkan karena faktor konsumsi makanan yang mengandung lemak, gula dan karbohidrat
tinggi dan dengan ditambah aktivitas anak yang kurang sehingga menyebabkan kalori yang
masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan sehingga menyebabkan anak menjadi gemuk.
Orang tua/pengasuh mempunyai cara yang dapat membuat anak mau makan apa yang
mereka sediakan sehingga anak tidak kekurangan makan. Responden yang sedang sakit akan
mengalami pola makan yang kurang baik karena dalam kondisi sakit, anak-anak akan
cenderung enggan untuk makan, lebih baik mereka menahan lapar karena bagi mereka yang
sedang sakit makanan dirasa tidak enak dan tidak membuat mereka merasa nyaman sehingga
mereka memutuskan untuk mengurangi makan.
Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi, tetapi
pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini terutama perubahan pada komsumsi yang
menentukan status gizi anak.
5
2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)
Anak dengan status gizi kurang berdasarkan BB/TB pada laki-laki sebanyak 40,8% dan
perempuan 38,9%. Hal ini menunjukkan masalah gizi pada anak bersifat akut yang
kemungkinan akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama. Misalnya
terjadi wabah penyakit dan kekurangan makanan yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Pada anak usia 5-7 tahun di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II status gizi kurang lebih
banyak ditemukan pada anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih dibandingkan dengan
perempuan. Sedangkan anak dengan status gizi lebih berdasarkan BB/TB pada laki-laki
14,3% dan perempuan 19,5%. Status gizi lebih lebih banyak ditemukan pada anak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan status gizi antara anak perempuan dan laki-laki
kemungkinan disebabkan karena perbedaan pola akitvitas fisik anak dan jaringan penyusun
tubuh. Umumnya pada anak laki-laki lebih aktif sehingga membutuhkan energi yang lebih
banyak.
6
Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya masalah gizi yang bersifat kronis sebagai
akibat keadaan yang berlangsung lama, yang kemungkinan akibat tidak terpenuhinya suplai
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dalam waktu yang lama, adanya penyakit
infeksi, kondisi kesehatan lingkungan buruk yang disebabkan oleh kemiskinan dan perilaku
hidup tidak sehat. Anak dengan kategori pendek gizi lebih ditemukan 1 orang dan tinggi
normal gizi lebih 13 orang , apabila kedua kategori tersebut diakumulasikan maka total anak
yang mengalami kegemukan di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II sebanyak 14 orang.
Penutup
1. Kesimpulan dari penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015), yaitu anak pra sekolah di
PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto sebagian besar
mempunyai pola makan yang baik dan berstatus gizi normal. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dan status gizi anak.
2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)
menyimpulkan bahwa anak TK di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II Kabupaten
Gianyar mempunyai status gizi menurut IMT/U yang termasuk gizi kurang 26 anak , kategori
normal 45 anak dan gizi lebih sebanyak 14 anak. Status gizi anak menurut BB/TB
berdasarkan jenis kelamin, anak dengan gizi kurang paling banyak anak laki-laki 40,8%,
perempuan 38,9%. Status gizi menurut BB/TB berdasarkan TB/U anak pendek dengan gizi
kurang 9,4%, dengan gizi normal 2,4% dan dengan gizi lebih 1,2%. Sedangkan anak yang
tingginya normal dengan gizi kurang sebanyak 30,6%, dengan gizi normal 41,2% dan yang
dengan gizi lebih 16,5%.