Anda di halaman 1dari 7

RESUME JURNAL

Oleh: Mastin Mangga

Judul Jurnal : 1. Midwiferia

2. E-Jurnal Medika

Judul artikel : 1. Hubungan pola makan dengan status gizi anak pra sekolah di Paud
Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet Mojokerto

2. Gambaran status gizi pada anak TK di wilayah kerja UPT Kesmas


Blahbatuh II Kabupaten Gianyar

Volume : 1. Vol.1; no: 2

2. Vol.6; no: 6

Tahun : 1. Oktober 2015

2. Juni 2017

Penulis : 1. Lida Khalimatus Sa’diya

2. I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih

Pendahuluan

Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan yang dapat mempengaruhi kekebalan tubuh,
kerentanan terhadap penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental. Gizi yang
baik akan menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Pemenuhan gizi pada masa pra sekolah sangat penting demi menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal.

Anak prasekolah mempunyai sifat konsumsi aktif, yaitu anak bisa memilih makanan yang
disukainya, sedangkan ibu tidak begitu memperhatikan makanan anak usia prasekolah karena
dianggap sudah bisa makan sendiri dan sudah main di luar rumah, sehingga lebih terpapar
lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai
macam penyakit.

Angka kematian anak usia prasekolah yang disebabkan oleh kekurangan gizi sedang dan ringan
justru jauh lebih besar yaitu 46% secara total lebih separuh kematian anak usia prasekolah
disebabkan oleh faktor kekurangan gizi .

Walaupun sudah terjadi penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak usia 5-12
tahun dari tahun 2010 menjadi 41,9% pada tahun 2013, namun diikuti dengan peningkatan
prevalensi gizi lebih pada tahun 2010 menjadi 18,8% tahun 2013.

Di Kabupaten Mojokerto terdapat 63.442 anak usia prasekolah ditimbang dengan hasil rincian
11,92% anak usia prasekolah berstatus gizi kurang dan 1,65% berstatus gizi buruk, 83,32% anak
usia prasekolah berstatus gizi baik dan sebesar 3,10% anak usia prasekolah dengan status gizi
lebih. Sedangkan berdasarkan data Riskesdas 2013 status gizi anak usia 5-12 tahun di provinsi

1
Bali cenderung lebih baik, dengan prevalensi gizi kurang sebesar 5,7%, gizi buruk 2,3% dan gizi
lebih 8%. Berdasarkan laporan tahunan UPT Kesmas Blahbatuh II dari tahun 2009 hingga 2014
terdapat trend penurunan jumlah balita yang ditimbang dan yang mengalami kenaikan berat
badan. Dibandingkan dengan data tahun 2010 jumlah balita 2268 anak, yang ditimbang 1480
anak yang mengalami kenaikan 780 anak.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi secara langsung adalah asupan makan.
Pola makan yang tidak baik dan tidak seimbang bagi anak pra sekolah dapat menyebabkan
masalah status gizinya, status gizi yang terganggu pada anak prasekolah atau usia emas ini
sangat mempengarui tumbuh kembangannya. Pola makan yang buruk menyebabkan status gizi
menjadi buruk, status gizi yang buruk menyebabkan banyak gangguan perkembangan bagi anak
usia prasekolah yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak usia prasekolah.

Penilaian pertumbuhan pada anak merupakan indikator penting dalam menilai status kesehatan
terutama status gizi anak, karena dapat mempengaruhi kualitas hidup anak, oleh sebab itu
pertumbuhan perlu dipantau secara berkala.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) untuk mengetahui
hubungan antara pola makan terhadap status gizi anak pra sekolah di Paud Tunas Mulia Desa
Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh I
Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) bertujuan untuk mengetahui
prevalensi status gizi anak saat ini berdasarkan kecenderungan penurunan jumlah balita yang
naik berat badannya dengan cara screening status gizi pada anak usia prasekolah.

Pembahasan

Metodologi

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) dan I Gusti Agung Triana
Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) keduanya menggunakan pendekatan cross
sectional. Perbedaannya Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menganalisis hubungan pola makan
dengan status gizi anak prasekolah. Sedangkan I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN
Indraguna Pinatih (2017) merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh gambaran status
gizi pada anak usia prasekolah di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II, Kabupaten Gianyar,
Provinsi Bali.

2. Populasi dan Sampel

Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menggunakan populasi semua ibu dan anak prasekolah di Paud
Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Jumlah sampel sebanyak 17
orang responden dengan teknik total sampling. Sedangkan I Gusti Agung Triana Suharidewi dan
GN Indraguna Pinatih (2017) tidak menyebutkan populasi yang dipakai. Sampel berjumlah 85

2
anak TK Lila Kumara, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar yang diperoleh dengan
teknik cluster sampling. Dengan kriteria inklusi terdaftar sebagai siswa-siswi di TK Lila Kumara
tahun ajaran 2014/2015 sedangkan kriteria eksklusinya adalah subjek yang tidak masuk sekolah
pada saat pengambilan data dan subjek yang menolak untuk dilakukan pengukuran.

3. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data penelitian yang dilakukan oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) dengan
menyebarkan kuisioner tentang pola makan menggunakan Food Frequency Questionnaire,
kemudian melakukan observasi status gizi dengan mengukur berat badan, tinggi badan dan
mencatat umurnya. Untuk mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan badan dan
umur berdasarkan akte kelahiran atau surat kelahiran kemudian dicatat dalam lembar observasi.

Sedangkan instrumen yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Agung Triana
Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) berupa timbangan berat badan tipe Bathroom scale
dengan merk OneMed, dalam satuan kilogram (kg) dengan ketelitian 1 kg. Untuk mengukur
tinggi badan (TB) menggunakan microtoise dalam satuan sentimeter (cm) dengan ketelitian 0,1
cm.

4. Analisis Data

Pengukuran status gizi pada penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015) menggunakan Z-
score. Untuk menganalisis hubungan pola makan dengan status gizi anak prasekolah
menggunakan uji analisis yaitu uji Spearmans’ rho.

I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017) menganalisa data yang
diperoleh dengan cara deskriptif kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel dan naratif.

Hasil

1. Penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015)

a. Kondisi kesehatan anak


Kondisi kesehatan anak dibagi menjadi dua klasifikasi, yaitu sakit dan sehat. Sebanyak 14
orang (82,6%) anak dalam keadaan sehat.
b. Pekerjaan ibu
Variabel pekerjaan ibu dibedakan menjadi bekerja dan tidak bekerja. Sebagian besar ibu
bekerja yaitu 10 orang (58,8%).
c. Pola makan anak usia prasekolah
Pola makan sampel dibedakan menjadi kurang baik dan baik. Sebagian besar responden
mempunyai pola makan yang baik yaitu 11 orang (64,7%).
d. Status gizi

Status gizi sampel dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, dan
gemuk. Tabulasi silang pola makan dengan status gizi anak menunjukkan bahwa dari 6
responden yang mempunyai pola makan kurang baik, tidak satupun (0%) responden yang

3
status gizinya gemuk. Sedangkan dari 11 responden yang pola makannya baik sebagian besar
yaitu 9 responden (81,8%) yang mempunyai status gizi normal, 2 responden status gizinya
gemuk dan tidak ada (0%) responden yang status gizinya kurus.

e. Hubungan pola makan dengan status gizi anak usia prasekolah


Dari hasil uji statistic Spearman’s rho di dapatkan p value = 0,038 dengan tingkat
signifikasi ά = 0,05 artinya ada hubungan antara pola makan dengan status gizi anak usia
prasekolah di PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.

2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)

a. Karakteristik sampel
Distribusi anak menurut umur yaitu umur 5 tahun yaitu 38 orang (44,7%), umur 6 tahun
yaitu 45 orang (52,9%), dan umur 7 tahun yaitu 2 orang (2,4%). Sedangkan distribusi anak
menurut jenis kelamin terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan
dengan jumlah anak laki-laki 49 orang (57%) dan jumlah anak perempuan 36 orang (41,9%).
Status gizi anak berdasarkan hasil pengukuran BB/TB didapatkan 34 anak (40%) dengan
gizi kurang, 37 anak (43,5%) dengan gizi normal, dan 14 anak (16,5%) dengan gizi lebih.
Status gizi berdasarkan TB/U didapatkan 11 anak (12,9%) pendek dan 74 anak (87,1%)
dengan tinggi normal. Namun tidak terdapat anak yang tinggi. Sedangkan indeks antropometri
menurut IMT/U yang dikategorikan menjadi gizi kurang (kurus) sebanyak 26 anak (30,6%),
45 anak (59,2%) dengan gizi normal dan gizi lebih sebanyak 14 anak (16,5%).

b. Distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin


Gizi kurang lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki yaitu sebesar 40,8%,
dibandingkan anak perempuan (38,9%). Sedangkan gizi lebih, lebih banyak pada anak
perempuan yaitu sebesar 19,5% dibandingkan anak laki-laki (14,3%). anak perempuan yang
tergolong pendek sebesar 13,9% dan anak laki-laki sebesar 12,2%. anak laki-laki dan
perempuan memiliki jumlah yang sama pada status gizi kurang (30,6%), sedangkan gizi lebih
lebih banyak pada anak perempuan (19,5%) daripada anak laki-laki (14,3%).

c. Distribusi status gizi berdasarkan BB/TB dan TB/U


Hasil tabulasi silang antara status gizi BB/TB dengan status gizi menurut TB/U
didapatkan anak pendek dengan gizi kurang 9,4%, dengan gizi normal 2,4% dan dengan gizi
lebih 1,2%. Sedangkan anak yang tingginya normal dengan gizi kurang sebanyak 30,6%,
dengan gizi normal 41,2% dan yang dengan gizi lebih 16,5%.

Pembahasan hasil penelitian

1. Penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015)

a. Pola makan anak usia prasekolah


Pola makan yang tidak baik dan tidak seimbang bagi anak pra sekolah dapat
menyebabkan status gizinya terganggu,status gizi yang terganggu pada anak prasekolah atau

4
usia emas ini sangat mempengarui perkembanganya. Pola makan yang buruk menyebabkan
status gizi menjadi buruk, status gizi yang buruk menyebabkan banyak gangguan
perkembangan bagi anak usia prasekolah yang menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan anak usia prasekolah. Pola makan yang baik pada responden
disebabkan karena orang tua telah mengajarkan kebiasaan makan yang baik pada anak sejak
kecil. Responden yang memiliki pola makan kurang baik karena orang tua tidak
membudayakan disiplin makan pada anak, mereka cenderung menuruti kemauan anak tanpa
memperhatikan nilai gizi yang anak mereka makan.

b. Status gizi anak


Sebagian besar anak memiliki status gizi yang normal, karena pada anak usia prasekolah,
anak masih sangat tergantung pada pengasuhnya, sehingga makanan yang diberikan akan
cenderung sama dengan pengasuh. Sedangkan pada anak yang kurus, kemungkinan
disebabkan kekurang pahaman orang tua dalam memberikan makanan pada anak, kondisi
makanan yang tidak higinis juga dapat membuat anak mudah terserang penyakit sehingga
mengganggu status gizinya. Menurut peneliti, tingginya jumlah anak yang berstatus gizi
normal karena konsumsi makanan yang tercukupi yaitu nasi, lauk, sayur, dan buah dengan
frekuensi makan yang cukup. Anak dengan status gizi kurus dikarenakan konsumsi makanan
yang kurang bergizi, dimana anak hanya mendapatkan asupan gizi berupa nasi dan lauk, yang
menyebabkan anak kekurangan gizi terutama dalam bentuk vitamin dan mineral yang
diperoleh dari sayur dan buah yang berfungsi menjaga ketahanan tubuh mereka dari penyakit.
c. Hubungan pola makan dengan status gizi anak

Sebanyak 11 responden yang pola makannya baik sebagian besar yaitu 9 responden yang
mempunyai status gizi normal, 2 responden status gizinya gemuk dan tidak ada responden
yang status gizinya kurus. Selain itu, bisa juga disebabkan karena aktivitas anak tidak terlalu
tinggi sehingga dengan pola makan yang kurang baik dalam satu bulan terakhir ini, anak tetap
mempunyai status gizi normal.Anak dengan pola makan baik yang mengalami kegemukan
disebabkan karena faktor konsumsi makanan yang mengandung lemak, gula dan karbohidrat
tinggi dan dengan ditambah aktivitas anak yang kurang sehingga menyebabkan kalori yang
masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan sehingga menyebabkan anak menjadi gemuk.
Orang tua/pengasuh mempunyai cara yang dapat membuat anak mau makan apa yang
mereka sediakan sehingga anak tidak kekurangan makan. Responden yang sedang sakit akan
mengalami pola makan yang kurang baik karena dalam kondisi sakit, anak-anak akan
cenderung enggan untuk makan, lebih baik mereka menahan lapar karena bagi mereka yang
sedang sakit makanan dirasa tidak enak dan tidak membuat mereka merasa nyaman sehingga
mereka memutuskan untuk mengurangi makan.
Pekerjaan disini memang tidak secara langsung mempengaruhi status gizi, tetapi
pekerjaan ini dihubungkan dengan pendapatan dalam keluarga yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan gaya hidup, dalam hal ini terutama perubahan pada komsumsi yang
menentukan status gizi anak.

5
2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)

a. Gambaran status gizi


Hasil penilaian status gizi di TK Lila Kumara dengan menggunakan indeks BB/TB
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu status gizi kurang, status gizi normal, dan status gizi
lebih. Dari klasifikasi tersebut ditemukan anak dengan status gizi kurang 34 orang , gizi
normal 37 orang, dan gizi lebih 14 orang. Namun apabila anak dengan gizi kurang dan gizi
lebih diakumulasikan maka didapatkan anak yang mengalami malnutrisi lebih tinggi
dibandingkan dengan anak berstatus gizi normal. Status gizi anak dengan menggunakan
pengukuran IMT/U diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu status gizi kurang, status gizi
normal, dan status gizi lebih.
b. Status gizi BB/TB berdasarkan jenis kelamin

Anak dengan status gizi kurang berdasarkan BB/TB pada laki-laki sebanyak 40,8% dan
perempuan 38,9%. Hal ini menunjukkan masalah gizi pada anak bersifat akut yang
kemungkinan akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama. Misalnya
terjadi wabah penyakit dan kekurangan makanan yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Pada anak usia 5-7 tahun di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II status gizi kurang lebih
banyak ditemukan pada anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih dibandingkan dengan
perempuan. Sedangkan anak dengan status gizi lebih berdasarkan BB/TB pada laki-laki
14,3% dan perempuan 19,5%. Status gizi lebih lebih banyak ditemukan pada anak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan status gizi antara anak perempuan dan laki-laki
kemungkinan disebabkan karena perbedaan pola akitvitas fisik anak dan jaringan penyusun
tubuh. Umumnya pada anak laki-laki lebih aktif sehingga membutuhkan energi yang lebih
banyak.

c. Status gizi TB/U berdasarkan jenis kelamin


Anak pendek berdasarkan TB/U pada laki-laki sebanyak 12,2% dan perempuan 13,9%.
Status gizi berdasarkan TB/U mengindikasikan adanya masalah gizi yang kronis. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena pola asuh atau pemberian makan yang kurang baik sejak
anak dilahirkan maupun didalam kandungan yang mengakibatkan anak pendek.
d. Status gizi IMT/U berdasarkan jenis kelamin
Anak dengan status gizi kurang berdasarkan IMT/U pada laki-laki sebanyak 30,6% dan
perempuan 30,6%. Sedangkan anak dengan status gizi lebih lebih banyak terjadi pada anak
perempuan (19,5%) daripada anak laki-laki (14,3%). Hasil penelitian ini berbeda dengan data
Riskesdas (2013), yaitu anak gizi lebih berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 10,7%
dan perempuan 7,7%.6 Mengenai faktor resiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia,
menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki resiko mengalami obesitas sebesar 1,4 kali
dibandingkan anak perempuan.
e. Distribusi status gizi berdasarkan BB/TB menurut status gizi berdasarkan TB/U

6
Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya masalah gizi yang bersifat kronis sebagai
akibat keadaan yang berlangsung lama, yang kemungkinan akibat tidak terpenuhinya suplai
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi dalam waktu yang lama, adanya penyakit
infeksi, kondisi kesehatan lingkungan buruk yang disebabkan oleh kemiskinan dan perilaku
hidup tidak sehat. Anak dengan kategori pendek gizi lebih ditemukan 1 orang dan tinggi
normal gizi lebih 13 orang , apabila kedua kategori tersebut diakumulasikan maka total anak
yang mengalami kegemukan di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II sebanyak 14 orang.

Penutup

1. Kesimpulan dari penelitian oleh Lida Khalimatus Sa’diya (2015), yaitu anak pra sekolah di
PAUD Tunas Mulia Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto sebagian besar
mempunyai pola makan yang baik dan berstatus gizi normal. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan dan status gizi anak.
2. Penelitian oleh I Gusti Agung Triana Suharidewi dan GN Indraguna Pinatih (2017)
menyimpulkan bahwa anak TK di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II Kabupaten
Gianyar mempunyai status gizi menurut IMT/U yang termasuk gizi kurang 26 anak , kategori
normal 45 anak dan gizi lebih sebanyak 14 anak. Status gizi anak menurut BB/TB
berdasarkan jenis kelamin, anak dengan gizi kurang paling banyak anak laki-laki 40,8%,
perempuan 38,9%. Status gizi menurut BB/TB berdasarkan TB/U anak pendek dengan gizi
kurang 9,4%, dengan gizi normal 2,4% dan dengan gizi lebih 1,2%. Sedangkan anak yang
tingginya normal dengan gizi kurang sebanyak 30,6%, dengan gizi normal 41,2% dan yang
dengan gizi lebih 16,5%.

Anda mungkin juga menyukai