SKENARIO 4
ADA APA DENGAN KAKIKU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2019/2020
1. Mengapa pada pasien merasakan nyeri terutama pada malam hari?
Jawaban : Gejala awal osteosarkoma adalah nyeri di sekitar persendian dan paling sering
di metafisis tulang panjang (80-90%) seperti femur distal, tibia proksimal, dan humerus
proksimal. Kadang- kadang osteosarkoma ditemukan di diafisis tulang panjang (9%) dan
jarang ditemukan di tulang pipih. Nyeri (88% pasien) awalnya ringan dan intermiten
namun selanjutnya bertambah hebat (41% pasien) dan menetap. Nyeri malam hari
terdapat pada 34% pasien sehingga mengganggu waktu tidur. Nyeri akan berasa berat
pada saat malam hari dikarenakan aktifitas berat pada pagi harinya yang berdampak
persendian
Jawaban : Tumor-tumor jinak adalah lebih mungkin mempunyai suatu tepi (batasan)
yang halus, sedangkan tumor-tumor ganas umumnya mempunyai suatu tepi yang
compang-camping. Ini karena tumor-tumor jinak secara khas tumbuh lebih perlahan dan
tulang mempunyai waktu untuk coba mengelilingi tumor dengan tulang normal. Tumor-
tumor ganas kemungkinan tumbuh lebih cepat, tidak memberikan tulang yang normal
suatu kesempatan untuk mengelilingi tumor (Ide, 2013). Dan tumor sekunder merupakan
penyebaran dari tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis ke
tulang(Widiani,2018).
Sumber :
- Ferdiansyah Mahyudin, N. I. D. N., Basuki, M. E., Hardian, M., & Amrullah, A. H.
2018. Hemangioma Pedis and Tuberculoma Pedis Sinistra in Children. Qanun
Medika-Medical Journal Faculty of Medicine Muhammadiyah Surabaya, 2(1), 72-79.
Viewed on 8 september 2020. From :
http://repository.unair.ac.id/85544/3/Dr%20FER-
dr%20Basuki%20Qanun%20vol%202%20no%201%202018_compressed.pdf
- Pangkalan Ide .2013. Agar Tulang Sehat. Jakarta : Elex Media Komputindo
Jawaban : Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 mengenai sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan, sistem rujukan
pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal. Pemberian rujukan ini dimaksudkan agar pasien mendapat
pelayanan kesehatan yang adekuat yang tidak bisa disediakan oleh seorang
penyelenggara kesehatan. Namun, pemberian rujukan ini tidak bisa dilakukan dengan
sembarangan, karena harus dilaksanakan secara berjenjang, sesuai dengan kebutuhan
medis pasien yang diawali dengan pelayanan kesehatan pada tingkat primer. Secara
definisi, pelayanan kesehatan tingkat primer ini meliputi pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh dokter atau dokter gigi di puskesmas, tempat praktik perorangan, serta
klinik umum, dan termasuk di antaranya adalah dokter keluarga.
Berdasarkan Permenkes di atas, pelayanan kesehatan tingkat sekunder (pelayanan
kesehatan spesialistik oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis) hanya dapat
diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sedangkan pelayanan
kesehatan tingkat tersier (subspesialistik) dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama. Hal ini menunjukkan bahwa dokter umum
atau dokter keluarga bisa langsung melakukan rujukan ke pelayanan kesehatan tersier.
Jadi di sini, peran dokter keluarga adalah sebagai pengatur atau koordinator pelayanan
rujukan atau istilahnya berperan sebagai gate keeper dalam menentukan pelayanan
kesehatan jenis apa yang bisa diberikan kepada pasien, apakah hanya sebatas pelayanan
kesehatan spesialistik atau pelayanan kesehatan subspesialistik.