Anda di halaman 1dari 6

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 4
“ADA APA DENGAN KAKI KU”

DISUSUN OLEH
SEPTIANIKA
N101 19 025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
1. Mengapa pasien merasakan nyeri terutama pada malam hari?
Jawab:
Osteosarkoma (OS) adalah tumor tulang ganas primer dengan
insidensi di seluruh dunia mencapai 3,4 per juta orang per tahun. Pasien-
pasien dengan osteosarkoma seringkali datang dengan keluhan yang tidak
spesifik, termasuk rasa nyeri pada daerah yang terkena. Nyeri malam hari,
massa yang membesar, dan nyeri yang memburuk tanpa tanda-tanda infeksi
atau awal cedera yang jelas adalah salah satu tanda-tanda yang
mengkhawatirkan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suatu massa, gerakan
sendi yang terbatas, nyeri saat menumpu berat badan. Diperkirakan ada
sekitar 5-10% pasien akan mengalami fraktur patologis sebagai salah satu
tanda dari pertumbuhan tumor dan biasanya didahului dengan adanya suatu
trauma (Ismiarto,2019).

Sumber:

Ismiarto, Y.D., Sitanggang, G.L.2019. Karakteristik Pasien Dengan


Osteosarkoma Pada Ekstremitas Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Januari-Desember 2014. Jurnal Syifa’
MEDIKA. Vol 10 (01).Viewed on 09 September 2020. From:
https://journal.cendekia.ac.id

2. Jelaskan karakteristik tumor tulang jinak,ganas,dan sekunder !


Jawab:
Tumor tulang merupakan kelainan pada system muskuloskeletal yang
bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan
setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat
bersifat jinak atau ganas. Tumor ganas dapat bersifat primer yang berasal dari
unsur-unsur tulang itu sendiri atau sekunder dari meatastasis (infiltrasi)
terutama tumor-tumor ganas organ lain ke dalam tulang (Soekanto,2015).
Tumor- tumor tulang primer dapat jinak atau ganas, tumor yang jinak
lebih sering terjadi, tetapi tumor – tumor yang ganas seringkali berakibat fatal.
Tumor tumor ganas cenderung tumbuh cepat, menyebar dan menginvasi
secara tidak beraturan. Tumor tumor semacam ini paling sering terlihat pada
anak anak remaja dan dewasa muda (Soekanto,2015).

Sumber:

Soekanto Ayly.2015. Tumor Jinak Muskuloskeletal. Jurnal Unair. Viewed on


09 September 2020. From: http://fk.uwks.ac.id

3. Jelaskan prinsip manajemen untuk pasien tumor primer dan metastasis !


Jawab:
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip
metastasis atau suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik.
Sepuluh sampai dengan 20 % pasien osteosarkoma terdiagnosis saat sudah
terjadi metastasis. Walau kemoterapi menunjukan hasil yang membaik pada
pasien non metastatik, high grade, localized osteosarcoma kemoterapi justru
menunjukan hasil kurang memuaskan pada osteosarkoma yang disertai
metastasis. Pada yang resectable dengan metastasis paru, visceral, atau tulang,
maka terapi untuk tumor primernya sama dengan penatalaksanaan
osteosarkoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan kemoterapi serta
metastasektomi. Pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan
adalah kemoterapi, radioterapi dan melakukan evaluasi ulang tumor primer
untuk mengontrol tumor secara lokal.
Penatalaksanaan osteosarkoma meliputi terapi pembedahan (limb
salvage surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa
radioterapi yang diberikan konkuren ataupun sekuensial sesuai indikasi.

Pemberian kemoterapi berguna untuk mengontrol mikrometastasis,


memungkinkan penilaian histopatologi untuk melihat respons kemoterapi
(Huvos), memungkinkan perencanaan limb salvage surgery (LSS) serta
memudahkan tindakan reseksi tumor pada saat tindakan LSS.
Pembedahan merupakan terapi utama osteosarkoma melalui prinsip
reseksi secara en bloc dengan mempertahankan fungsi semaksimal mungkin.
Protokol penatalaksanaan osteosarkoma meliputi pemberian kemoterapi 3
siklus neoadjuvan terlebih dahulu. Jika setelah neoadjuvan ukuran tumor
mengecil tanpa disertai keterlibatan struktur neuro-vaskular utama (sesuai
indikasi LSS), yang ditunjang oleh pemeriksaan radiologi (restaging),
dilanjutkan dengan pembedahan LSS. Sebaliknya, bila terjadi pertumbuhan
tumor yang progresif disertai keterlibatan struktur neuro-vaskuler utama atau
ekstensi jaringan yang sangat luas, amputasi menjadi pilihan utama
pembedahan. Pasca pembedahan, pasien dipersiapkan untuk peberian
kemoterapi adjuvant 3 siklus dengan regimen yang sama (bila hasil Huvos
minimal 3); Bila hasil Huvos kurang dari 2, regimen kemoterapinya harus
diganti dengan obat anti kanker lainnya (second line).
Pada osteosarkoma derajat keganasan tinggi yang tidak
memungkinkan pemberian kemoterapi neoadjuvan ( misalnya : adanya ulkus,
peradarahan, tumor dengan ukuran yang sangat besar) maka langsung
dilakukan pembedahan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian
kemoterapi adjuvant.
Pada pasien osteosarkoma yang sudah bermetastasis maka
penatalaksanaannya juga terbagi menjadi dua yaitu resectable dan
unresectable. Pada yang resectable (metastasis paru, visceral) maka terapi
untuk tumor primernya sama dengan penatalaksanaan osteosarkoma derajat
keganasan tinggi dan didukung dengan kemoterapi dan juga metastasectomy.
Metastasis ke organ lain bukanlah kontraindikasi untuk LSS. Sedangkan pada
yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi,
radioterapi dan melakukan evaluasi ulang tumor primer untuk mengontrol
tumor secara lokal, paliatif treatment.
Pada pembedahan dengan margin positif yang memberikan respons
buruk terhadap kemoterapi maka pertimbangkan mengganti kemoterapi dan
juga terapi tambahan secara lokal (surgical resection) dan atau radioterapi.
Pada pasien yang menolak dilakukan tindakan pembedahan amputasi.
pemberian kemoterapi dan radioterapi dipertimbangkan sebagai pilihan terapi
utama.

Sumber:
KOMITE PENANGGULANGAN KANKER NASIONAL.2017. PANDUAN
PENATALAKSANAAN OSTEOSARKOMA. kemenkes republik
indonesia.Viewed on 09-09-2020. From : http://kanker.kemenkes.go.id

4. Bagaimana manajemen rujukan pada pasien kedokter spesialis ?


Jawab:
Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana seseorang
yang mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan
kesehatannya (Ali, et al., 2015). Sistem rujukan berarti bertujuan agar berjalan
secara efektif sekaligus efisien yaitu berarti berkurangnya waktu tunggu
dalam proses merujuk dan berkurangnya rujukan yang tidak perlu karena
sebenarnya dapat ditangani di FKTP (Kemenkes RI, 2012). Jadi bagi spesialis
bedah umum atau orthopedi (tidak menjalani fellowship training onkologi
orthopedik, maka ketika mendapatkan konsultasi atau rujukan pasien dengan
gambaran klinis seperti osteosakoma, maka harus merujuk ke RS rujukan
(Ratnasari, 2017).
Sumber:
Ratnasari Dwi.2017. Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Bagi
Peserta JKN di Puskesmas X Kota Surabaya. JAKI Vol 5 (2). Viewed on
09-09-2020. From : http://kanker.kemenkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai