Anda di halaman 1dari 18

Tantangan Pendidikan Islam

Peran Pendidikan Islam Dalam


Mewujudkan Kerukunan Antarumat
Beragama
Oleh Imam Moedjiono
Pembantu Dekan III Dan Dosen Fakultas Tarbiyah UII Yogyakarta

ampai pertengahan dasa war- berdampingan secara harmonis.


S sa 90-an, masalah hubungan
dan kerukunan antarumat ber-
Kemudian, kesadaran yang men-
clptakan kebersamaan tersebut, di-
agama di Indonesia giring menjadi ke-
telah mencapai tlng- mauan untuk melak-
kat menggembira- Namun, potret kerukunan sanakan pembangun-
kan. Banyak negara antarumat beragama an di berbagai bidang,
lain yang merasa menuju terwujudnya
tersebut, sempat terusik
"iri" sehingga me suatu masyarakat
rasa perlu "belajar" oleh munculnya fenomena yang dicita-citakan,
dari Indonesia da
''amuld'yang yakni masyarakat
lam hal mencipta- memprihatinkan berbagai adtl makmur di da
kan kerukunan hi- kalangan belakangan ini, lam sebuah baldatun
dup antarumat ber dan teijadi justru di thayyibatun zvarabbun
agama di negara- lingkungan masyarakat ghafur.
nya. yang "kental** Namun, potret ke-
Realita kerukun keagamaannya ukunan antarumat
an yang dimaksud, beragama tersebut,
bukanlah sesuatu sempat terusik oleh
yang langsung jadi, tetapi merupa- munculnya fenomena "amuk"
kan buah dari suatu usaha panjang yang memprihatinkan berbagai ka-
dan serius berbagai pihak. Mereka langan belakangan ini, dan terjadi
(pemerintah, masyarakat, dan indi- justru di lingkungan masyarakat
vidu-individu), senantiasa mendo- yang "kental" keagamaannya. Ke-
rong agar tumbuhnya kesadaran san adanya friksi keagamaan, di-
para pemeluk agama untuk saling perkuat oleh kenyataan bahwa di
menghormati dan dapat hidup antara yang menjadi sasaran

26 iPlFakultas Tarbiyah UII. Vol.3 TH.IIMei 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

amukan adalah sarana ibadah. Se- bagai komunitas terbesar dalam ne-
rentetan peristiwa tersebut me- gara ini, kembali teruji, terutama
ngundang polemik tajam berbagai dalam ihengamankan pilar-pilaf
kalangan, terutama yang me- persatuan yang akan menjamin ke-
nyangkut latar belakang terjadinya lanjutan pembangunan nasional In
peristiwa amuk tersebut. Muncul- donesia. Dalam lingkup yang lebih
lah berbagai analisis dan kesimpul- sempit, bagaimanakah peran pen
an, mulai faktor kesenjangan eko- didikan Islam sebagai bagian sistem
nomi, arogansi kekuasaan, suksesi pendidikan nasional, dalam me-
nasional, sampai kepada friksl ke- wujudkan kerukunan antar umat
agamaan. beragama di Indonesia?
Apapun yang menjadi faktor pe^
nyebab munculnya fenomena "amuk" Manusia dan Keharusan Universal
inl, peristiwa tersebut telah mening- Dalam buku The Mankind Un
galkan kesan mendalam di kalang- known, Alexis Carrel sebagaimana
an umat beragama di Indonesia, dan yang dikutip Syahminan Zaini
cenderung dinilai te dinyatakan, bahwa
lah merugikanbangsa ilmu pengetahuan
yang selama ini di- eksistensi masyarakat moderenbelummam-
kenal sebagai bangsa muslim sebagai pu mengungkap
yang ramah. Di ba- komunitas terbesar hakekat manusia
gian lain, langsung dalam negara ini, (Syahminan Zaini,
atau tidak langsung, kembali teruji, 1984:10). Sementara
sekaligus telah me- terutama dalam itu dalam edisi re-
nurunkan kredebi- mengamankan pUar- visi buku yang di-
litas umat beragama pilar persatuan yang beri judul Man the
yang sebelumnya di- akan menjamin Unknown, Carrel,
kenal memiliki ting- penerima hadiah
kelanjutan
kat kerukunan dan Nobel 1948, me-
pembangunan
toleransi yang tinggi. ngungkapkan kem
nasional Indonesia
Untuk itu, maka da- bali bahwa penge
lam perjalanan bang tahuan manusia ten-
sa ini untuk masa selanjutnya, diper- tang manusia belum mencapai ke-
lukan sikap bijak dari segenap ka- majuan yang setara sebagaimana
langan dalam berupaya memper- yang telah dicapai dalam bidang
tahankan keutuhan bangsa yang ilmu pengetahuan yang lain (Qu-
mulai meninggalkan keterbelakang- raish Shihab, 1996: 277).
annya. Dalam hal ini kaum agamawan
Dalam konteks tersebut, maka dapat berkomentar bahwa penge
eksistensi masyarakat muslim se tahuan tentang manusia yang

JPI Fakultas Tarbiyah UII, Vol.3 TH.IIMei 1997 27


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

mengalami situasi sedemikian itu, akan menjadikannya absurd dan sia-


lebih disebabkan oleh keberadaan sia. Oleh karenanya, manusia akan
manusia sendiri sebagai makhluk memegang erat-erat hal tersebut
yang dalam unsur penciptaannya dan dengan penuh semangat serta
terdapat ruh ilahi, Padahal, manusia ketaataii.
tidak diberi pengetahuan tentang Dalam pada itu, Allah juga me
ruh, kecuali sangat sedikit. nyatakan bahwa manusia merupa-
Namun demikian, ada juga ula- kan karya puncak ciptaan-Nya, dan
ma yang berusaha mencari hakekat dengan tingkat kesempumaan ser
manusia melalui berbagai penelu- ta keunikan yang prima dibanding
suran. Misalnya, Murtadha Muthah- makhluk lainnya (QS. 95:4). Namun
hari (1992:62-83) menyatakan bah- demikian Allah juga mengingatkan
wa manusia sama dengan makhluk bahwa kualitas kemanusiaannya
hidup lainnya, yakni la memiliki masih belum "selesai", sehingga di-
hasrat dan tujuan. Pembeda antara tuntut untuk berjuang menyempur-
keduanya adalah bahwa manusia nakan dirinya sendiri (QS. 91:7-10).
berjuang untuk me- Proses penyem-
raih tujuannya de purnaan itu sendiri
ngan didukung oleh memang dimung-
manusia akan
pengetahuan dan kinkan, karena pada
memeluk keimanan
kesadarannya. Se- hakekatnya manusia
dangkan hewan ber
dengan menghargai itu fitri, hanif, dan
juang untuk meme- dan berakal. Bahkan le
nuhi hasratnya de memuliakannya, bih dari itu, teruta-
ngan didukung oleh sehin^a dipahami ma bagi seorang muk-
instingnya. bahwa hidup tanpa min, petunjuk primor-
Perbedaan lain keimanan akan dial ini masih di-
terlihat pada komit- menjadikannya tambah lagi dengan
men manusia terha- absurd dan sia-sia datangnya Rasul Tu-
dap agama. Manu han pembawa kitab
sia menggunakan suci yang dapat men-
agama untuk me- jadi petunjuk dalam
ngatasi sifat mementingkan diri sen hidupnya (QS. 4:174).
diri, dan egoisme melalui keimanan Dalam tradisi kaum sufi, terda
untuk menciptakan kesalihan pada pat postulat yang menyatakan bah
masing-masing pribadi. Pada saat wa Man 'arafa nafsuhu faqad 'arafa
yang sama, manusia akan memeluk rabhahu, yaitu "siapa yang telah me-
keimanan dengan menghargai dan ngenal dirinya maka ia (akan mu-
memuliakannya, sehingga dipaha- dah) mengenal Tuhannya." Jadi, pe-
mi bahwa hidup tanpa k^manan ngenalan diri adalah tangga yang

28 JPI Fakultas Tarbiyah Ull, Vol.3 TH.II Mei 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikati

harus dilewati oleh seseorang un- bayang-bayang surga di muka bu


tuk mendaki ke jenjang yang lebih mi ini (QS. 2:3). Terlebihlagi, dalam
tinggi dalam rangka mengenal tradisi sufi terdapat keyakinan yang
Tuhan. populer bahwa manusia sengaja
Sementara itu, persoalan serius diciptakan Tuhan, karena dengan
yang menghadang, sebagaimana penciptaan tersebut Tuhan akan
juga diakui kalangan psikolog, fil- melihat dan menampakkan kebe
suf, dan ahli pikir pada umumnya saran diri-Nya. Keyakinan tersebut
ialah, bahwa manusia sekarang se- didasari oleh sebuah Hadits, Kuntu
makin mendapatkan kesulitan un- kanzan makhfiyyan fa ahbabtu an
tuk mengenal jati diri dan hakekat u'rafa fakhalaqtu al-khalqa fabii 'ara-
kemanusiaannya. Komariiddin Hi- fuunii - Aku pada mulanya adalah
dayat (1994:187-189) bahkan mem- harta yang tersembunyi, kemudian
bedakan dua paradigma pema- Aku ingin dikenal maka kuciptakan
haman terhadap manusia, yaitu pa makhluk, dan melalui Aku mereka-
radigma materialisme-atheistis dan pun kenal pada-Ku (Harun Nasu-
paradigma spiritual- tion, 1992:61).
isme-theistis. Aspek Kalangan sufi
yang pertama berke- cenderimg sepakat
dalam tradisi sufi
yakinan pada teori bahwa manusia ada
bahwa semua real-
terdapat keyakinan lah mikrokosmos
itas adalah materi. yang popular bahwa yang memiliki sifat-
Sedangkan yang ke- manusia sengaja sifat menyerupai Tu
dua berkeyakinan diciptakan Tuhan, han danpalingpoten-
bahwa dunia materi karena dengan sial mendekati Tu
ini hakekatnya bera- penciptaan tersebut han (bandingkan QS.
sal dari realitas yang Tuhan akan melihat 4153). Sementara itu,
bersifat immateri. dan menampakkan Allah (QS. 4153) me-
Bagi kalangan nyatakan bahwa da
kebesaran diri-Nya
yang berpandangan lam diri manusia tej>
atau terbiasa dengan dapat unsur ilahi
metode berpikir em- yang menurutAlqur-
pirisme-materialistis, akan sulit an min ruhi. Itulah sebabnya, inti
diajak untuk menghayati makna tasawuf adalah ajaran yang menya-
penyempurnaan kualitas insani takan bahwa hakekat keluhuran nilai
sebagaimana yang ditegaskan da seseorang bukanlah terletak pada wu-
lam al-Quran, yakni manusia ada jud fisiknya, melainkan pada kesudan
lah wakil Tuhan di muka bumi un dan kemuHaanhatinya, sehinggaia bi-
tuk melaksanakan apa yang telah sa sedekat mungkin dengan Tuhan
ditentukan Allah, membangun Yang Maha sud.

JPl Fakultas Tatbiyah Ull. Vol.3 THAIMet 1997 29


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

Ajaran spiritualitas seperti ini atau memiliki daya perekat sosial


tidak hanya terdapat dalam Islam, yang kuat sehingga dapat memper-
melainkan juga terdapat dalam satukan masyarakat. Di Indonesia,
agama lain. Dari kenyataan ini ma- agama telah terbukti memiliki daya
ka tidak salah kiranya bila ada yang rekat dalam perspektif sosio-his-
berpendapat bahwa potensi dan toris agama dan menjadi kekuatan
kecenderungan kehidupan batin pemersatu bangsa Indonesia.
manusia ke arah kehidupan mistis, Di Indonesia, keberadaan Islam
bersifat natural, dan universal. sebagai agama yang dianut oleh
Universalitas tersebut tercermin mayoritas bangsa ini, telah menjadi
pada nurani manusia (apapun faktor penentu dalam menyatukan
agamanya) yang di dalamnya ter suku-suku bangsa di negeri ini.
dapat cahaya suci yang senantiasa Karena kesamaan agama, perbeda-
ingin menatap Yang Maha cahaya an suku dan ras dapat disatukan.
(Tuhan), karena dalam kontak dan Namun di sisi lain, agama juga me
kedekatan antara nurani dan Tiohan miliki potensi untuk mendorong
itulah muncul ke- munculnya konflik
damaian dan keba- sehingga ia dapat
hagiaan yang pa karena dalam
memecah belah per
ling prima. Di satu satuan sebuah ma
kontak dan
sisi, hal ini menjadi syarakat. Kenyataan
kedekatan sejarah telah menun-
titik awal keberang-
katan munculnya antara nurani jukkan adanya kon
fanatisme keagama- dan Tuhan flik yang dipicu oleh
an secara berlebih- itulah muncul motif-motif yang
an, karena masing- kedamaian dan bergerak atas unsur
masing merasa me- kebahagiaan keagamaan.
miliki truth claim Adanya potensi
yang paling
(klaim kebenaran). agama imtuk meme
prima cah persatuan sebu
Di sisi yang lain, hal
ini dapat mencair- ah masyarakat lebih
kan fanatisme yang disebabkan oleh tiga
berlebihan dan membuahkan uni- watak suatu agama. Pertama, karena
versalisme. agama memiliki sifat yang absolut.
Diet! Syamsuddin (1997:6), mem- Akibatnya, rasa keberagamaan
benarkan bahwa agama mem- hanya dirasakan dan diyakini oleh
punyai watak yang mendua terha- pemeluknya sebagai sesuatu yang
dap masalah kerukunan dan ke- mutlak. Oleh karena itu, masing-
satuan. Pada satu sisi, ia dapat men- masing pemeluk agama akan me-
dorong persatuan antar manusia yakini kebenaran agamanya

30 JPI Fakultas Tarbiyah UIl, Vol.3 TH.II Mei 1997


Imam Moedjiono, Perart Pendidikan

sebagai yang mutlak. Di sinilah da- subyektif dan-personal, yang ber-


lam perwujudan sosiologisnya hubungan erat dengan realitas yang
dapat terjadi benturan karena ma- Scingat tiiiggi. Ketiga karakteristik
sing-masing mengakui dan bahkan tersebiit tidak dapat dihapuskari
mengeksplisitkan dalam kehidup- begitu saja. Akan tetapi, mereka
an sosial bahwa agamanya yang pa sebenarnya dapat dieliminasikan
ling benar. sedemikian rupa sehingga akan di-
Kedua, agama memiliki karak- peroleh titik temu keberagamaan
teristik yang cenderung untuk me- menurut karakteristik masing-mas-
ngadakan penyebaran diri. Di sini ing agama> yakni dengan menonjol-
para pemeluk suatu agama mela- kan kesalehan sosial, untuk meng-
kukan penyebaran agama mereka hasilkan suatu dorongan agar aga
sehingga dapat berkembang sam- ma dapat menjaga perdamaian aba-
pai jauh di luar tanah kelahirannya, di di muka bumi ini.
bahkan mendunia. Kecenderungan Diskusi teologis yang menitikbe-
tersebut semakin menguat akibat ratkan pada truth claim telah me-
adanya legitimasi. nyita banyak energi
dari firman Tuhan sehingga terkadang
dalam kitab suci. Jika truth claim hanya melupakan aspek
Ketiga, agamamem- terbatas pada aspek esoteris agama-aga-
punyai keeenderung- mayangada (M Amm
ontologis-metafisis,
an untuk memben- AbdiillaK 1996:47).
barangkali ia tidak
tuk masyarakat atau Jika truth claim ha
perlu dirisaukan. nya terbatas pada
pengelompokan so
sial yang berdasar- Namim yang tetjadi aspek ontologis-
kan atas kesamaan sebaliknya, bahwa metafisis, barang
agama. Inilah yang Truth claim kali ia tidak perlu
melahirkan konsep meinasuki wilayah dirisaukan. Namun
umat, dan kemudian sosio-politik'yang yang terjadi seba
bahkan meluas dan praktis-enipiris liknya, bahwa Truth
kemudian melahir claim memasuki wi
kan eksklusifisme. layah sosio-politik
atau fanatisme yang kaku. yang praktis-empiris. Studi orien-
Mengingat ketiga watak agama- talisme yang mefnpelajari agama-
tersebut,,dapat diketahui bahwa agama di Timur, berujung pada
betapa masing-masing agama me- dominasi dan hegemoni Barat
milUd tingkatkepekaanyang relatif terhadap Timur (Edward W. Said,
tinggi. Terutama karena agama 1978:239). Sedang Islam saat ini le-
dihayati oleh masing-masing pe- bih dianggap momok yang ditakuti
meluknya sebagai sesuatu yang Barat, ketimbang sebagai agama

JPI Fakultas Tarbiyah UII, Vql3 THAI Met 1997 31


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

y.ang perlu dihormati karena kon- penganut agama-agama yang lain.


sep-konsepnya yang luhur dalam Dengan begitu, fenomenologi lebih
memecahkan kesulitan manusia menekankan segi-segi persamaan
sekarang (William C. Chittik, 1991 dan bukannya segi-segi perbedaan
:499). (M. Amin Abdullah, 1996:36).
Jika perbincangan tentang truth Untuk merealisasikan obsesi
claim tercampur dengan politik perdamaian abadi, umat beragama
praktis, harapan-harapan besar dapat mengambil bagian dengan
umat manusia secara universal im- merujuk pada wawasan Ibrahimi.
tukhidup damai di mukabumi, de Wawasan inilah yang kelak menjadi
ngan memberikan peluang kepada dasar ajaran agama-agama yang
agama untuk mengambil bagian amat berpengaruh pada umat ma
dalam mengatasi problem dunia, nusia, yaitu agama-agama semitik:
akan semakin pupus. Maksudnya, Yahudi, Nasrani, dan Islam. Wawa
dalam hal ini pemeliak suatu agama san tersebut secara substansial me-
lebih meiihat dan mementingkan rupakan wawasan kemanusiaan
agama sebagai lem- yang didasarkan pa
baga eksoteris dan da konsep dasar bah-
identitas lahiriah, Jika perbincangan tentang wa manusia dilahir-
bukannya nilai-nilai truth claim tercampur kan dalam kesucian,
spiritual yang di- dengan politik praktis, yaitu konsep yang
kandungnya. harapan-harapan besar dikenal dengan isti-
Ketika para teo- limat manusia secara
lah fitrah.
log dengan truth universal tmtuk hidup Karena fitrahnya
claim-nya kehilang-
damai di muka bumi,
itu, maka manusia
an tempat berpijak dengan memberikan disumsikan memi-
yang paling kokoh peluang kepada agama liki sifat dasar kesu
untuk melakukan
untuk mengambil bagian
cian, yang kemu
dialog dengan se- dalam mengatasi problem
dian harus dinya-
dunia, akan semakin
sama penganut aga- takan dalam sikap
pupus
ma-agama yang la dan perilaku yang
in, metode dan cara suci dan baik kepa
berpikir fenomenologis dapat da sesamanya. Sifat dasar tersebut
membantu dan member! sum- disebut hanifiyah, karena manusia
bangan yang cukup berharga. Hal adalah makhluk yang hanif. Se
ini terutama bag! mereka yang bagai makhluk yang hanif, ia me-
bermaksud untuk menunjUkkan miliki naluri ke arah kebaikan, ke-
kembali di mana sebenarnya kita benaran, atau kesucian. Pusat dari
perlu berpijak dan dapat berjumpa, dorongan hanifiyah itu terdapat
kemudian bekerja sama dengan pada dirinya yang paling dalam

32 JPI Fakultas TarbiyaJi UII, Vol.3 TH.IIMei 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan

dan mumi, yaitu nurani (Nurcho- juga merupakan tanggung jawab


lish Madjid, 1995: 179). semua pihak, terutama masing-ma
sing kelompok umat beragama itu
Kerukunan dalam Kehidupan sendiri.
Bangsa yang Majemuk Penciptaan suasana rukun dan
Indonesia dikenal sebagai bang penuh toleransi dalam kehidupan
sa yang majemuk karena menyim- antarumat beragama, harus senan-
pan akar keberagaman dalam hal tiasa menjadi satu nuansa yang
agama, tradisi, dan budaya. Dalam menonjol dalam setiap perilaku
kaitannya dengan masalah agama, pembinaan. Sebab, dalam ke
setidaknya ada lima agama yang hidupan individu dan sosial, tidak
diakui secara resmi oleh pemerin- terhindarkan lagi bahwa pemeluk
tah. Kelima agama tersebut meli- suatu agama pasti memiliki pe
puti agama Islam, Katholik, Pro- rasaan dan keyakinan tertentu,
testan, Hindu, dan Budha. Peme- yang sangat kuat dan berbeda an
rintah, dalam hal ini Departemen tara yang satu dengan yzing lain.
Agama RI, memiliki Perasaan dan
tugas untuk menge- keyakinan itu, akan
lola pembinaan kehi dalam kehidupan melahirkan dog-
dupan keagamaan individu dan sosial, ma-dogma yang
dan umat beragama tidak terhindarkan
kebenarannya tak
dari masing-masing dapat diganggu
lagi bahwa pemeluk
agama. • gugat, meskipun
suatu agama pasd dogma-dogma itu
Sekalipun demi-
memiliki perasaan terkadang berten-
kian, pemerintah ti-
dak berhak men-
. dan keyakinan tangan dengan ra-
campuri urusan in- tertentu yang sangat sio atau hasil-hasil
teren agama, teru- kuat dan berbeda
penelitian ilmiah
tama masalah aki- moderen. Ajaran
antara yang satu
dah dan ibadah pe- dengan yang lain yang dibawa suatu
meluk masing-^ma- agama, apalagi ka-
sing agama. Dengan lau ajaran tersebut
kata lain, pemerintah melalui De diyakini sebagai wahyu yang ditu-
partemen Agama bertugas untuk runkan Tuhan kepada manusia.
membina dan memelihara tercip- dipandang sebagai^kebenaran
tanya toleransi dan kerukunan hi- mutlak. Ajaran-ajaran agaiha lain
dup antarumat beragama. Pem- dinilai bertentangan dengan ajar-
binaan tersebut sebenamya bukan an-ajaran agama yang dianutnya
hanya tugas dan kewajiban De- dan pada umumnya tidak dapat
partemen Agama saja, melainkan ditolerir.

,JPI Fakulths Tarbiyah UII, Vol.3 TH.lIMei 1997


33
Imam Moedjiono, PefanPendidtkan.

Hal ini akan berlaku semakin jukkan kesalahan-kesalahan agama


kuat pada pemeluk suatu agama orang lain seraya menyatakan ke-
yang meyakini bahwa ajaran aga- benaran dan kebaikan agamanya
manya harus dlusahakan supaya sendiri.
diterima oleh seluruh manusia. Usaha seperti ini dapat mejadi
Agama monoteis, karena berkeya- pemicu dalam melahirkan kete-
kinan bahwa Tuhan hanya satu dcin gangan hubungan antar masyara-
Tuhan Yang Maha Esa itu meru- kat pemeluk agama yang berbeda.
pakan satu-satunya pencipta alam Mereka yang agamanya dipandang
serhesta, memiliki ajaran-ajaran salah, merasa diserang dan perlu
yang bersifat universal dan yang mempertahankan diri sebab mere-
diwahyukan Tuhan untuk disam- ka meyakini agamanya sebagai se-
paikan kepada seluruh manusia di suatu yang suci dan murni pula.
peirmukaan bumi ini {Hariin Na- Sebagaikonsekuensinya, merekapun
sution, 1995:266). siap mem-back up agamanya meski
Keyakinan seperti ihi berpotensi • harus berkorban jiwa.
untuk memicu si- Kalaulah demi^
kap intoleran dan kian keadaannya,
bahkan sering me- Kalaulah demildan maka kerukunan
nyulitkan penum- keadaannya, maka yang didambakan
biihah kerukunan kerukunan yang semakin terjauhkan
umat beragama. Pe didambakan
dari kehidupan so
meluk agama yang siai kita, apalagi jika
semakin tetjauhkan
sedemikian itu, me masalahnya telah
dari kehidupan mengikutsertakan
rasa dirinya berke-
wajiban untuk me-
sosiai kita^ apalagi faktor politik. Kete-
nyicirkan agamanya jika masalahnya gangan seperti ini
kepada seluruh umat telah tidak hanya terjadi
manusia, jika perlu mengikutsertakan antaragama, melain-
dengan paksaan faktor politik kan juga antar go-
atau kekerasan. Ka longan dalam suatu
rena menurut keya- agama, yang kadang-
kinannya, hanya agamanyalah kala juga muncul suatu pema-
yangbenardaniapunmemandang haman yang berbeda terhadap
bahwa agama yang lain adalah konsep suatu ajaran. Perbedaan pe-
salah. Dengan didorong oleh ke- mahaman tersebut dapat melahir-
inginan luhur untuk "menyela- kan mazhab yang berbeda dan pa-
matkan" para pemeluk agama yang da akhirnya memiliki pengikut
dianggap salah, bahkan sesat, tim- yang merasa begitu terikat de-
bullah usaha-usaha untuk menun- ngannya.

34 Fakultas Tarbiyah UII, Vol.3 THMMei 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

A. Mukti Ali membahas penda- pemisah, sehingga menjadi jelas


pat beberapa ahli dalam upaya men- siapa yang disembah dan untuk
ciptakan toleransi dan kerukunan siapa orang itu berbakti atau me
antarumat beragama, sebagaimana ngabdi.
yang dikutip Faisal Ismail {KR, 18/ Kedua, dengan jalan rekonsepsi.
12/1996). Pertama, dengan jalan Pandangan ini menawarkan pemi-
sinkretisme. Sinkretisme adalah kiran bahwa orang harus menyelar
paham yang berkeyakinan bahwa mi secara mendalam dan meninjau
pada dasamya semua agama sama, kembali ajaran-ajaran agamanya
dan semua tingkah laku harus sendiri dalam ra'ngka konfronta-
dilihat sebagai wujud dan manifes- sinya dengan agama-agama yang
tasi dari keberadaan asli (zat) seba lain. Tokoh aliran ini yang terkenal'
gai pancaran terang dari asli yang adalah W.E. Hocking, yang berpen-
satu, sebagai ungkapan dari sub- dapat bahwa semua agama sama
stansi yang satu, dan sebagai om- saja. Obsesi Hocking yang menonjol
bak dari samudera yang satu. Sin adalah bagaimana sebenarnya
kretisme juga dise- hubungan antara
but dengan Pan-Teis- agama-agama yang
me, Pan-Kosmisme, dalam ajaran Islam, al- terdapat di dunia
llniversalisme, atau Khalik atau Sang Pencipta ini dan bagaimana,
Teo-Panisme. adalah sama sekali cara rekonsepsi da-;
Istilah-istilah ter- berbeda dengan makhluk pat memenuhi rasa
sebut menggarisba- (yang diciptakan). Antara kebutuhan akan sur
wahi bahwa semua Khalik dengan makhluk atu agama dan me-
(pan) adalah Tuhan terdapat garis batas ngandung unsur--
dan semua adalah pemisah, sehingga unsur dari berbagai!
kalam (kosmos). Sa- menjadi jelas siapa yang agama.
lah seorang juru disembah dan imtuk siapa Paham ini me-
bicara sinkretisme nekankan bahwa
orang itu berbakti atau
yang terkenal di Asia mengabdi orang harus tetap
adalah S. Radhakris- menganut agama
nan, seorang pemikir nya sendiri, akan te-
dari India . Jalan sinkretisme yang tapi ia harus memasukkan imsur--
ditawarkan di atas, menurut Mukti unsur ajaran agama lain. Dalam hal
Ali, tidak dapat diterima. Sebab, ini, Mukti Ali berpendapat bahwa
dalam ajaran Islam, al-Khalik atau cara kedua ini pun tidak bisa di
Sang Pencipta adalah sama sekali terima, karena dengan menempuh
berbeda dengan makhluk (yang cara tersebut, maka agama tidak
diciptakan)'. Antara Khalik dengan ubahnya seperti produk pemikiran
makhluk terdapat garis batas manusia semata. Padahal agama

JPlFakultas Tarbiyah UII. Vol.3 TH.II Mei 1997 35


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

secara fundamental diyakini ber- dan ke percayaan lain yang berbeda


sumber dari wahyu Tuhan dan akal dengan agama yang dianutnya.
tidak mampu menciptakan atau Oleh karena itu agama lain haruslah
menghasilkan agama, tetapi aga- diganti dengein agama yang ia pe-
malah yang member! petimjuk dan luk. Dengan jalan ini, ia menduga
bimbingan kepada manusia untuk bahwa kerukunan hidup beragama
menggunakan akal dan nalarnya. dapat diciptakan dan dikembang-
Ketiga, dengan jalan sintesis, yak- kan.
ni dengan menciptakan suatu aga- Mukti Ali juga tidak dapat me-
ma baru yang elemen-elemennya nerima jalan keempat ini karena
diambil dari agama-agama lain. adanya kenyataan bahwa menurut
Dengan cara ini tiap-tiap pemeluk kodratnya sosok kehidupan masya-
dari suatu agama merasa bahwa rakat itu adalah pluralistik dalam
sebagian dari ajaran agamanya te- kehidupan agama, etius, tradisi, se-
lah diambil dan dimasukkan ke ni budaya, dan cara hidup. Cara-ca-
dalam agama sintesis. Dengan jalan ra penggantian seperti tersebut di
ini orang mendu- atas tidak akan me-
ga bahwa toleran- nimbulkan keruku
si dan kerukunan secara nan hidup umat ber
hidup antarumat fundamental diyakini agama, karena cara-
beragama akan ter- bersumber dari wahyu caratersrimtakanmen-
cipta dan terbina. Tuhan dan akal tidak dorong seseorang
Menurut Mukti Ali, mampu menciptakan atau sekelompok or
cara sintesis ini juga atau menghasilkan ang untuk berupaya
tidak bisa diterima agama, tet^i agamalah keras dengan segala
karena setiap aga yang memberi petunjuk cara imtuk menarik
ma terkait secara dan bimbingan kepada orang lain agar me-
kental dan kuat ke manusia untuk
nganut agama yang
pada nilai-nilai, hu- ia peluk.
men^unakan akal dan
kum-hukum, dan Kelima, dengan
nalamya
sejarahnya sendiri.' jalan atau pendekat-
Keempat, dengan an "setuju dalam
jalan periggantian. Pandangan ini perbedaan." Gagasan ini menekan-
menyatakan bahwa agamanya sen- kan bahwa agama yang ia peluk itu
dirilah yang benar, sedangkan aga- adalah agama yang palingbaik. Wa-
ma-agama orang lain adalah salah laupun demikian ia mengakui, di
seraya berupaya keras agar para pe- antara agama yang satu dengan
ngikut agama-agama lain itu me- yang lain, selainada perbedaan,ju-
meluk agamanya. Ia tidak rela me- ga terdapat persamaan. Pengakuan
lihat orang lain memeluk- agama seperti ini akan membawa pada

36 JPI Fakultas Tarbiyak UII, Vol.3 TH.IIMei 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan

suatu pengertian yang dapat me- Di samping itu, dalam membi-


nimbulkan sikap saling menghargai carakan masalah kerukunan antar-
dan saling menghormati antara umat beragama, harus didasarkan
kelompok agama yang satu dengan atas asumsi tentang adanya ke-
yang lain. mungkinan bertemunya berbagai
Dalam visi Midcti Ali, pendeka- penganut agama dalam suatu lan-
tan kelima inilah yang tepat dan co dasan bersama {common platform).
cok untuk dikembangkan dalam Pertanyaan kita sekarang adalah
membina toleransi dan kerukunan adakah titik temu agama-agama
hidup umat beragama di Indonesia tersebut?
yang terkenal sebagai masyarakat Sebagai bangsa yang sering di-
yang majemuk. Setiap pemeluk aga kagumi memiliki tingkat toleransi
ma hendaknya meyakini dan mem- kehidupan beragama yang tinggi,
percayai kebenaran agama yang bangsa Indonesia sepantasnya
dipeluknya. Ini adalah sikap yang memberi jawaban ya. Sebab, menu-
wajar dan logis. Kalau ia tidak me rut Nttrcholish Madjid (1995:91),
yakini dan memper- logika toleransi atau
cayai kebenaran aga kerukunan ialah sa
ma yang dipeluknya, Setiap pemeluk agama ling pengertian dan
ia telah berlaku bo- hendaknya meyakini dan penghargaan, yang
doh terhadap agama memperc^yai kebenaran pada urutannya me-
yang dianutnya. agama yang dipeluknya. ngandimg logika ti
Dalam konteks ter- Ini adalah sikap yang tik temu, meskipun
sebut, keyakinan ter wajar dan logis. Kalau ia tentu saja terbatas
hadap kebenaran aga tidak meyakini dan pada hal-hal yang
ma, tidak akan mem- mempercayai kebenaran prinsipil. Untuk
buat dia berlaku eks- hal-hal yang rinci se
agama yang dipeluknya, ia
klusif, akan tetapi jus- perti ekspresi yang
telah berlaku bodoh
tru mengakui adanya simbolis dan for-
terhadap agama yang
perbedaan dengan malistis, tentu sulit,
agama yang dianut dianutnya. bahkan tidak mimg-
orang lain, di samping kin dipertemukan.
tentu saja persamaan-persamaan Masing-masing agama, bahkan
dengan agama yang dipeluknya. masing-masing kelompok dalam
Sikap seperti ini akan membawa ke- suatu agama tertentu, memiliki idi
pada terciptanya sikap setuju dalam om yang khas danbersifat eksoteris
perbedaan, yang sangat diperlukan atau berlaku secara internal saja.
imtuk membina dan mengembang- Perbedaan idiom tersebut diha-
kan toleransi dan kerukunan hidup rapkan tidak menghalangi upaya
umat beragama di Indonesia. dialog antarumat beragama untuk

JPI Fakultas Tarbiyah UII, Vol.3 TH.IIMei 1997 37


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

membangion suatu peradaban se- masing-masing agama dan umat Is


cara bersama-sama dalam rangka lam sendiri dilarang keras untuk
menyejahterakan dan memakmur- mengikuti upacara ritual agama
kan kehidupan penghuni planet lain, sekalipun dengan jaminan
bumi. Islam sangatmenghargai dia bahwa penganut agama lain akan
log antarumat beragama, bahkan mengikuti pula ritual umat Islam,
mensyaratkan cara yang lebih balk ataupun atas nama toleransi dan ke-
yakni sopan, etis, dan penuh teng- rukunan umat beragama.
gang rasa (QS. 29:46).
Islam melarang umatnya untuk Lembaga Pendidikan dan Kehi
mendiskreditkan umat lain yang dupan Umat Beragama
tidak menyembah Allah, sebab pa- Agama monoteis, mengandung
da akhimya merekapun akan men- ajaran yang dapat membawa ma-
cela Allah karena rasa permusuhan nusia kepada sikap intoleran, na-
tanpa dasar pengetahuan (QS. mun ia juga memuat ajaran-ajaran
6:108). Bagaimanapun juga, rasa yang mendorong umat manusia
permusuhan tidak kepada toleransi dan
akan dapat menda- kerukunan hidup
tangkan ketentera- Bagaimanapun juga,
rasa permusuhan tidak beragama. Sikap in
man di hati umat toleran dan toleransi
beragama, karena akan dapat
mendatangkan antara umat beraga
masing-masing me- ma, menurut Hariin
ketenteraman di hati
rasa terancam oleh t^asution (1995:274),
yang lain. Padahal umat beragama, karena
masing-masing merasa lebih banyak tergan-
ketenteraman me- tung kepada pelak-
rupakan salah satu terancam oleh yang
lain. Padahal
sanaan ajaran-ajaran
syarat hadirnya ke- suatu agama.
bahagiaan hidup. ketenteraman
Dalam masyara-
Terhadap pe- merupakan salah satu
kat Indonesia, ke
meluk agama lain, ^arat hadirnya
hidupan umat ber
Islam menggaris- kebahagiaan hidup
agama seolah-olah
kan suatu prinsip tidak mengenal tole
"Bagimu agamamu dan bagiku ransi, karena ajaran yang sering dia-
agamaku" (QS. 109:60). Inl dapat jarkan oleh beberapa tokoh agama
menjadi satu konsep dasar toleransi kepcida jamaahnya atau guru agama
dalam arti untuk tidak saling me- kepada anak didiknya, terkadang
ngusik keberadaan masing-masing. cenderung memberikan kesan dan
Aspek yang lebih mendalam adalah pengertian yang kurang memberi
bahwa umat beragama tidak men- kan tempat bagi toleransi antar-
campuradukkan masalah ibadah umat beragama.

38 JPI Fakultas Tarbiyah UII, Vol.3 THM Mei 1997


Imam Moedjiono/ Peran Pendidikan

Upaya menjaga kerukunan an- nanaman toleransi di kalangan ma-


tarumatberagama tidak dapat dila- syarakat Indonesia yang majemuk
kukan dengan sambil lalu saja, apa- dan dapat dijadikan modal dasar
lagi hanya bersifat kuratif tempprer. penyusunan konsep teologi keru-
Upaya itu harus lebih bersifat pre- kur^, yakni, (1) mencoba meUhat ke-
ventif kontemporer. Untuk itu, di- benaran yang ada dalam agama lain,
perlukan konsep teologi kerukunan (2) memperkedl perbedaan yang ada
antarumat beragama yang disusun di antara agama-agama, (3) menon-
dalam suatu dialog intensif oleh jolkan persamaan-persamaan yang
para pemuka agama. Di samping ada dalam agama, (4)memupuk rasa
itu, diperlukan strategi penyebar- persaudaraan se-Tuhan, (5) memu-
luasan konsep tersebut kepada.se- satkan usaha pada pembinaan indi-
genap bangsa Indonesia. Bagi ma- vidu dan masyarakat manusia yang
syarakat Indonesia yang .majemuk baik, yang menjadi tujuan-beragama
ini, pemantapan toleransi bagi se- dari semua agama monoteis, (6) me-
genap bangsa secara sistematis, ha- ngutamakanpelaksanaan ajaran-ajar-
ruslah menjadi suatu upaya yang
an yang membawa
selalu ditumbuhkem-
kepada .toleransi
bangkan
Konsep tersebut beragama, dan (7)
Upaya-upaya sis
memwg perlu, menjauhi praktek
tematis, tersebut dapat
serang-menyerang
direalisasikan melalui didialogkan oleh
pendidikan sekolah antaragama.
para pemuka agama
maupun luar sekolah. Ketujuh uraian
dari masing-masihg di atas,'dinilai rele-
Ini sekaligus me- agama untuk
rupakan implemen- van untuk dikem-
dikonftrmasikan dan bangkan oleh para
tasi konsep teologi
kerukunan beragama tidak dim^sudkan pemuka masing-ma-
dan dapat ditempuh, untuk sing agama dalam
melalui pelajaran aga "merukunkan" merumuskan kon
ma di lembaga pen ajaran semua agama sep teologi keruku
didikan formal, mulai nan. Konsep terse
dari tingkat pendi- but memang perlu
dikandasarhinggaperguruantinggi. didialogkan oleh para pemuka
Memang diakui bahwa jam pelajaran agama dari masing-masing agama
agama sangat terbatas, dan untuk itu, untuk dikonfirmasikan dan tidak
tidak semua hal yang seharusnya dimaksudkan untuk "merukun-
diajarkan kepada para siswa dan kan" ajaran semua agama, melain-
mahasiswa dapat disampaikan. kan mencari butir-butir ajaran pada
Harun Nasiition memberikan tujuh suatu agama yang mengarah pada
pointers utama sebagai usaha pe- kehidupan bersama secara damai.

JPl Fakultas Tarbiyah UIl, Vol.3 TH.II Met 1997 39


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

Selanjutnya, butir ajarannya agama dengan menekankan per-


diintemalisasikan kepada pemeluk lunya toleransi telah menjadi se-
masing-masing agama. makin penting. Dengan begitu, jiwa
Upaya intemalisasi konsep ter- toleransi antarumat beragama di
sebut secara sistematis dapat dila- kalangan bangsa Indonesia akan da
kukan melalui lembaga pendidik pat ditumbuhkembangkan.
an, dengan memasukkan dalam ku- Terlepas dari kesimpulan ten-
rikulum. Mengingat jam untuk pen tang apakah yang melatarbelakangi
didikan agama dinilai kurang, ma- terjadinya peristiwa mengenaskan
ka sekaligus dilakukan penambah- di Sitiibondo, Tasikmalaya, dan
an jam pelajaran sebagai pengupa- Rengasdengklok adalah faktor agama
yaan penyebarluasan konsep teo- atau bukan, yang jelas peristiwa-
logi kerukunan. Untuk pendidikan peristiwa tersebut dapat meng-
di luar sekolah, upaya-upaya ini ganggu kerukunan hidup antar
dapat dilakukan melalui ceramah- umat beragama. Oleh karenanya,
ceramah keagamaan, penataran, kualitas kerukunan hidup antar
dialog antarumat umat beragama ha
beragama, dan se- ms ada strategi yang
bagainya. Melalui Bagi bangsa Indonesia, lebih intens dalam
upaya tersebut di- teologi kerukunan meningkatkannya.
harapkan akan ter- dalam konsep yang Maka tepatlah kira-
cipta pola hubung- lebih maju, merupakan nya seruan Menteri
an yang sehat dan tuntutan yang harus Agama RI Tarmidzi
harmonis di antara dipenuhi dan dalam Taher di hadapan
para pemeluk suatu kaitan dengan peserta Munas VII
agama dengan yang peningkatan BKPMRI di Ban
lain. insensitasnya, maka dung (Jawa Pos, 16/
Bagi bangsa In keberadaan lembaga 01/1997), agar para
donesia, teologi ke pemuka agama mem-
pendidikan sangat
rukunan dalam kon b angunkualitas umat-
bersifat strategis.
sep yang lebih ma- nya dan tidak mengej-
ju, merupakan tun- ar kuantitas umat de
tutan yang harus dipenuhl dan da ngan menambah-nambah jumlah
lam kaitan dengan peningkatan in- umat secara agresif. Di dalam mem-
sensitasnya, maka keberadaan lem bangun kualitas umat, secara im-
baga pendidikan sangat bersifat plisit juga membangun kualitas
strategis. Terlebih dalam mengha- • kemkunan hidup dengan umat la
dapi suasana era industrialisasi in.
yang segera dijalani masyarakat Pada kesempatan tersebut, Men
bangsa ini, penjelasan ajaran-ajaran teri Agama juga menyatakan bahwa

40 JPI Fakultas Tarbiyah UII, Vol.3 TH.IIMti 1997


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

yang dapat mensponsori kerukun- lah perididikan agama, sangat ber-


an antarumat beragama itu adalah kaitan dengan masalah toleransi
umat Islam, dengan menganalogi- beragama. Dalam masalah ini, pen
kan 200 juta penduduktidonesia da- didikan agama justm hams mam
lam sebuah perahu besar. Masing- pu menyumbangkan pola pemu-
masing kelompok masyarakat yang pukan toleransi antarumat ber
ada dalam perahu mesti menjaga agama dan peningkatan keijasama
agar jangan sampai perahu tersebut antarumat beragama dalam meng-
tenggelam gara-gara ulah suatu ke hadapi masalah-masalah sosial.
lompok masyarakat. Jika 87% pe- Pendidikan agama pada dasar-
numpang kapal tersebut berjing- nya adalah inheren dengan pem-
krak-jingkrak, kapal pun akan da- bentukan perilaku. Tidak ada pen
pat oleng. Lain halnya jika yang didikan agama tanpa pembentukan
10%, 2%, atau 1% sekalipun jumpa- perilaku dan budi pekerti luhur.
litan, kapalpun akan tetap melaju Segala upaya tersebut akan mene-
dengan tenang dan tidak oleng. Se- mui kegagalan jika tidak ada kete-
bagai kelompok ma- ladanan; yang me-
yoritas, metafor Tar- nurut Marwan Sa-
midzi Taher tersebut pendidikan Islam hams ridjo (1996:74) me
adalah bahwa umat mampu merespons situasi mpakan faktor do-
Islam merupakan pe- ini dengan lan^cah yang minan dalam pem
nentu utama keruku- dapat menanamkan atau bentukan perilaku
nan antarumat ber
mensosialisasikan kon^p dan watak anak
agama. Islam tentang kerukunan didik. Oleh karena
Dalam konteks
hidup beragama. Kepada itu, sikap pendidik
tersebut, maka pen anak didik bahkan h^s agama terhadap pe-
didikan Islam hams
dipertegas bahwa Islam meluk agama lain
mampu merespons
mempakan agama yang sangat berpengaruh
situasi ini dengan
cinta perdamaian, k^ena terhadap sikap anak
substansi Islam itu sendiii didik dalam meng-
langkah yang dapat
menanamkan atau
adalah perdamaian. hadapi pemeluk aga
mensosialisasikan ma lain. Seorangpen-
konsep Islam tentang kemkunan didik agama Islam hendaknya me-
hidup beragama. Kepada anak di- miliki wawasan tentang universal-
dik bahkan hams dipertegas bahwa isme Islam.
Islam mempakan agama yang cinta Melalui pendidikan agama Is-
perdamaian, karena substansi Islam lam kepada para siswa dapatlah di-
itu sendiri adalah perdamaian. tanamkan pemahaman bahwa se-
Soedjatmoko (1988:273) mengakui bagai umat yang telah diberi seman
urgensipenelaahan terhadap masa- untuk mencari "kalimatun sawa",

SPlFakultas Tarbiyah UII, Vol.3 TH.IIMei 1997 41


Imam Moedjiono, Peran Pendidikan.

maka selayaknya senantiasa men- saat ini kita telah sampai di depan
cari titik temu dan menonjolkan pintu gerbang sebuah abad yang
kesamaan dengan umat lain. Di sini serba cepat. Kalau kita selalu disi-
tidak dianjurkan untuk me bukkan dengan persoalan friksi ke-
nonjolkan perbedaan, tetapi dengan agamaan niscaya akan semakin ter-
segala kearifan justru harus berusa-
tinggal oleh bangsa lain yang sema
ha mengeliminasikan perbedaan- kin maju.
perbedaan yang ada untuk tidak di- Tantangan yang menghadang di
persoalkan dalam mewujudkan hadapan kita adalah bagaimana
kerjasama-kerjasama kebangsaan. melahirkan suatu generasi yang
Sirah Rasul yang sarat dengan nu- ahggun secara moral dan berwi-
ansa toleransi dan kerukunan se- bawa secara intelektual sehingga
pertl peristiwa fathu Makkah, pia- disegani bangsa lain. Sebagai lang-
gam Madinah, serta sikap Rasul kah pertama untuk menyelesaikan
kepada umat lain dapat dijadikan tantangan tersebut adalah meng-
rujukan dalam menumbuhkem- galang keutuhan dan kerukunan
bangkan kerukun antarumat beragama
an antarumat bera- sebagai suatu bangsa
gama. Kekhawatiran yang yang besar, dan da
Kekhawatiran masih Mta pendam lam hal ini lembaga
yang masih kita ad^ah, dapatkan pendidikan Islam
pendam adalah, da- pendidikan Islam di dan kalangan pendi-
patkan pendidikan Indonesia ikut dik muslim, harus
Islam di Indonesia menanggapinya de
berperan secara pasti
ikut berperan seca- ngan menunjukkan
dalam ikutserta
ra pasti dalam ikut- adanya kebaikan da
menciptakan
serta menciptakan lam ajaran agama lain
kehidupan yang
kehidupan yang dalam proses penga-
rukun antarumat
rukun antarumat jarannya, untuk me-
bergama? Pertanya- bergama?
ngurangi kepicikan
an ini mimcul kare- beragama anak di-
na asumsi-asumsi diknya.
pengajaran yang selama ini ber- Ini semua agar kita dapat tam-
langsung masih mendorong out- pil sebagai bangsa yang berwibawa
putnya pada bentuk kehidupan •dan memiliki rasa percaya dixi di
yang eksklusif. Namun begitu, de- masa yang akan datang. Untuk itu,
ngan mempercayai lahimya kesa- harus mampu merumuskan lang-
daran universalisme manusia, ma- kah-langkah taktis dan strategis da-
ka hal ini pasti mimgkin. •Apalagi, lam mengukir masa depan bangsa.

42 JPI Fakultas Tarbiyah UU, Vol.3 TH.nMei 1997


Imain Mujiono, Peran Pedidikan,

karena hanya dengan bermodalkan Hidayat, Komaruddin, 1995., "Ma-


kesatuan dan kekompakan antar- nusia dan Proses Penyempur-
segmen, dan senantiasa siap men- naan Diri" dalam Konstektu-
jaga kemkunan dengan saling meng- alisasi Doktrin Islarh dalam Se-
hormati sebagai saudara sebangsa jarah, Jakarta : Paramadina.
dan setanah air, maka bekerja keras Madjid, Nurcholish, 1995., Islam
kita dalam membangun bangsa Agama Kemanusiaan, Jakarta :
akan, menurut istilah A. Syafii Ma- Paramadina. •

arif, (Adil, No. 19,19/02/1997), me- Muthahhari, Murtadha, 1992., Per-


lahirkan peradaban yang asri dan spektif Al-Quran tentang Manu-
anggun, serta memiliki akar tiing- sia dan Agama, Bandimg: Mi-
zan.
gal nilai-nilai luhur kemanusiaan;
atau mengutip istilah Vaclav Havel, Nasution, Harun, 1992., Filsafat dan
mempunyai peradaban yang me Mistisisme dalam Islam, Jakarta:
miliki jangkar transendental. Bulan Bintang.
1995., Islam Rasional Gagas-
Kepustakaan an dan Pemikiran, Bandung.:
Mizan.
Abdullah, M. Ainin, 1996., Studi Said, W. Edward, 1978., Orientalism,
Agama Normativitas atau Histo- New York: Pantheon.
risitas?, Yogyakarta : Pustaka
Saridjo, Marwan, 1996., Bunga Ram-
Pelajar. pai Pendidikan Agama Islam, Ja
AH, A. Mukti, 1971., Faktor-Faktor karta : Amisco.
Penjiaran Islam, Jajasan Nida : Shihab, Quraish, 1996., Wawasan Al-
Yogyakarta. Quran, Bandung: Mizan.
Chittik, C. WilHam, Februari 1991., Zaini, Syahminan, 1994., Mengenal
"The Islamic Concept of Hu Manusia Lezvat Al-Quran, Sura
man Perfection," dalam The baya : Bina Ilmu.
World & I,. DinSa5ramsudin, Republika,6/01/1997

JPI Fakultas Tarbiyah UIl, Vol.3 TH.IIMei 1997


43

Anda mungkin juga menyukai