Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang di hadapi oleh Negara

yang masih berkembang. Salah satunya terdapat di negara Indonesia. Kemiskinan

dapat dilihat dari tingkat pendidikan suatu produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan

serta kesejahteraan hidup dan kebutuhan pokok lainnya. Kemiskinan merupakan

suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu dalam

memenuhi kebutuhan hidup dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal,

pendidikan dan kesehatan. Menurut Suryawati (2005) kemiskinan adalah keadaan

dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dimiliki seperti makanan,

pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

kemiskinan adalah masalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai kebutuhan

dalam kehidupan sehari-hari.

Kemiskinan merupakan fenomena dan masalah sosial yang terusmenerus

dikaji. Kemiskinan menjadi perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah

satu faktor penyebabnya adalah ketertinggalan dan penghambat dalam pembangunan

suatu bangsa karena tingginya angka kemiskinan yang memicu di suatu daerah.

Kemiskinan dapat menimbulkan dampak yang bersifat menyebar terhadap tatanan

kemasyarakatan secara menyeluruh. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara

perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius. Hal ini juga terjadi di salah

satu provinsi di Indonesia yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

1
Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian timur

Kepulauan Nusantenggara. Provinsi ini beribu kota di Kupang dan memiliki 22

Kabupaten yang salah satunya adalah Kabupaten Belu. Kabupaten Belu merupakan

Kabupaten yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang memiliki luas

wilayah 1.284,94 km2, terbagi dalam 12 Kecamatan, salah satunya yaitu Kecamatan

Raimanuk. Kecamatan Raimanuk merupakan sebuah kecamatan yang terdiri dari 9

Desa, dengan luas wilayah 179,42 km2 atau 13,96%. Untuk mengetahui jumlah garis

kemiskinan di Kabupaten Belu dapat di lihat dari data tabel 1.1

Tabel 1.1
Jumlah Garis Kemiskinan di Kabupaten Belu tahun 2014-2019

Tahun Garis Kemiskinan


(RP/Kapita/bulan)
2014 263.659
2015 279.442
2016 300.914
2017 319.280
2018 330.944
2019 349.414
TOTAL 1.843,653
Sumber data : BPS Kab. Belu 2019

Dari tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa jumlah Garis Kemiskinan mengalami

peningkatan setiap tahun. Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat

minimum pendapatan yang menjadi ukuran atau kriteria dalam penetapan kemiskinan

yang mendasar. Oleh karena itu persoalan kemiskinan menjadi tanggung jawab

bersama, terutama Pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan

masyarakat dalam mengurangi masalah kesenjagan kemiskinan dalam berbagai upaya

yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Belu salah satu kebijakannya

2
melalui beberapa program yaitu Rastra/BPNT (Bantuan Pangan Nontunai) dan PKH

(Pogram Keluarga Harapan). Dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Kabupaten

Belu melalui dinas sosial yang diharapkan pemerintah menjadi stimulan bagi para

Keluarga Penerima Manfaat (KPM), yang bertujuan untuk mengurangi beban

tanggungan keluarga, meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Belu, Kecamatan Raimanuk.

Salah satu program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Belu,

Kecamatan Raimanuk yang sudah berjalan adalah bantuan langsung tunai bersyarat

(conditional cash transfer) atau yang biasa disebut dengan Program Keluarga

Harapan (PKH). Program ini diharapakan dapat meningkatkan akses keluarga miskin

dan rentan terhadap komponen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial.

(Kemensos 2018). Kemiskinan dapat di sebabkan karena terjadinya faktor

pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan sehingga kurangnya kelangkaan

dalam pemenuhan kebutuhan hidup dasar dan sulitnya akses terhadap tingkat

pendidikan dan kesehatan sehingga pemerintah mengeluarkan salah satu kebijakan

yaitu bantuan langsung tunai atau Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah

berjalan sejak tahun 2007 yang program kerjanya melalui dinas sosial untuk

membantu dalam mengatasi keluarga miskin yang ada di Kabupaten Belu termasuk

Kecamatan Raimanuk. Untuk mengetahui jumlah keluarga sangat miskin di

kecamatan Raimanuk dapat dilihat dari data tabel 1.2

3
Tabel 1.2
Jumlah Keluarga Sangat Miskin (KSM)
di Kecamatan Raimanuk tahun 2014-2019

Tahun Jumlah Keluarga KSM Persentase (%)


2014 3.832 308 8,03
2015 3.949 301 7,62
2016 4.059 297 7,31 S
2017 4.164 257 6,17
2018 4.274 1.464 34,25
2019 4.414 1.355 30,69
TOTAL 24.692 3.982 100% su
mber
Data : Dinas Sosial Kab. Belu 2019

Berdasarkan data pada tabel 1.2 di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun

2015 jumlah keluarga sebesar 3.949 dengan jumlah keluarga sangat miskin sebesar

301 KK, dengan persentase terendah 7,62%. Pada tahun 2018 jumlah keluarga

sebesar 4.274 dengan jumlah keluarga sangat miskin sebesar 1.464 KK dengan

persentase tertinggi sebesar 34.25%. Hal ini dapat diketahui bahwa jumlah keluarga

sangat miskin di Kecamatan Raimanuk mengalami peningkatan. penyebab terjadinya

peningkatan angka kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu masyarakat

yang berada di Kecamatan Raimanuk mata pencahariannya adalah bertani dan

berternak, dengan tingkat pendapatan yang masih rendah menyebabkan angka

kemiskinan di Kecamatan Raimanuk mengalami peningkatan.

Kemiskinana merupakan permasalahan sosial yang bersifat multidimensi dan

identik dengan permasalahan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial lainnya.

Hal ini dapat diketahui bahwa kondisi permasalahan kemiskinana yang terjadi di

Kecamatan Raimanuk dapat di lihat dari ketidakmampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat. Kondisi permasalahan ini

4
mengakibatkan rendahnya tingka pendapatan dan sumberdaya produktif masyarakat

yang menjamin kehidupan yang berkesinambungan dan rendahnya tingkat kesehatan

dalam mengkonsumsi kebutuhan keluarga yang terbatas dan kurangnya akses

pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya. Kondisi permasalahan yang terus

terjadi dalam kehidupan sehari-hari juga berpengaruh pada tempat tinggal yang

kurang memadai, lingkungan yang tidak aman juga dapat mempengaruhi pada

kelangungan hidup masyarakat sehari-hari. Dalam hal ini, kesejahteraan sosial

mengacu kepada kebijakan pemerintah dalam memberikan pelayanan sosial kepada

fakir miskin dalam bidang kesehatan, pendidikan, perumahan dan jaminan sosial

lainnya guna meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat agar lebih sejahtera.

Berdasarkan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian

tentang “DETERMINAN FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI TERHADAP POLA

KONSUMSI KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BELU (STUDI KASUS

PADA PROGRAM KELUARGA HARAPAN DI KECAMATAN RAIMANUK)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Apakah pekerjaan (X1) berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga

miskin (Y) ?

2. Apakah pekerjaan (X1) berpengaruh terhadap beban tanggungan (X4) ?

3. Apakah pendidikan (X2) berpengaruh terhadap beban tanggungan (X4) ?

4. Apakah pendidikan (X2) mampu memediasi hubungan beban tanggungan

(X4) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y) ?

5
5. Apakah pendidikan (X2) berpengaruh terhadap pekerjaan (X1) ?

6. Apakah pendidikan (X2) berpengaruh terhadap pendapatan (X3) ?

7. Apakah pendapatan (X3) berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga

miskin (Y) ?

8. Apakah pendapatan (X3) berpengaruh terhadap beban tanggungan (X4) ?

9. Apakah pekerjaan (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3) dan beban

tanggungan (X4) berpengaruh terhadap pola konsumsi keluarga miskin

(Y) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh antara pekerjaan (X 1) terhadap pola

konsumsi keluarga miskin (Y)

2. Untuk mengetahui pengaruh antara pekerjaan (X1) terhadap beban

tanggungan (X4)

3. Untuk mengetahui pengaruh antara pendidikan (X2) terhadap pola

konsumsi keluarga miskin (Y)

4. Untuk mengetahui pengaruh antara pendidikan (X2) mampu memediasi

hubungan antara beban tanggungan (X4) terhadap pola konsumsi

keluarga miskin (Y)

5. Untuk mengetahui pengaruh antara pendidikan (X2) terhadap pekerjaan

(X1)

6. Untuk mengetahui pengaruh antara pekerjaan (X2) terhadap pendapatan

(X3)

6
7. Untuk mengetahui pengaruh antara pendapatan (X3) terhadap pola

konsumsi keluarga miskin (Y)

8. Untuk mengetahui pengaruh antara pendapatan (X3), terhadap beban

tanggungan (X4)

9. Untuk mengetahui pekerjaan (X1), pendidikan (X2) pendapatan (X3) dan

beban tanggungan (X4) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain

1) Manfaat praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang

bermanfaat bagi pemerintah daerah Kabupaten Belu dalam pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan pengembangan teori pekerjaan,

pendidikan, pendapatan, beban tanggungan terhadap keluarga miskin di

Kecamatan Raimanuk, dan untuk meningkatkan peran serta kualitas

pelayanan kepada masyarakat dalam pelaksanaan program keluarga harapan.

2) Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pada

perkembanagan dari teori determinan faktor sosial dan ekonomi terhadap pola

konsumsi keluarga kemiskinan.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kemiskinan (Pola Konsumsi Keluarga Miskin)

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidkamampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi

ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang maupun papan.

Kemampuan pendapatan yang rendah inijuga akan berdampak pada kurangnya

kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat

dan standar pendidikan. Berdasarkan undang-undang No 24 tahun 2004, kemiskinan

adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak

terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan

kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau

sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman

dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hakuntuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan bidang kesejahteraan rakyat

yang dikeluarkan oleh kementrian bidang kesejahteraan (kestra) tahun 2004

menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka

yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

pokok atau dasar.

8
Berdasarkan definisi mengenai kemiskinan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kemiskinan merupakan kurangnya kemampuan seseorang atau sekelompok

orang untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut (Chambers, 2001)kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan

uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, mengatakan

bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi,

yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan

menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence),dan

5) keterasingan (isolation)baik secara geografis maupun sosiologis.

Definisi menurut (Cahyat, 2004) kemiskinan adalah suatu situasi di mana

seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar,

sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari

kerentanan. Secara umum kemiskinan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu:

1. Kemiskinan absolut

Kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan

tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni

makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Bank dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di

bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari.

9
1) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial di mana seseorang dapat

memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding

masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat

penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula

jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin. Dengan kata lain, kemiskinan

relatif berkaitan erat dengan permasalahan distribusi pendapatan.

2.1.1 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan disebabkan oleh berbagai hal. Menurut Sharp, setelah melakukan

identifikasi, penyebab kemiskinan dari segi ekonomi adalah:

1. Kemiskinan secara makro lahir karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya, adanya sekelompok orang yang memonopoli

kepemilikan atas sumber daya dapat mengakibatkan munculnya kemiskinan.

2. Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya

manusia, hal ini terlihat bahwa kekurangan orang miskin untuk maju adalah

karena mereka tidak memiliki keilmuan, pengetahuan dan keahlian seperti

yang dimiliki oleh orang yang kaya.

3. Kemiskinan muncul sebagai akibat perbedaan akses dalam modal, hal ini yang

sering kali menjadi ketakutan orang apabila hendak berwirausaha yaitu

keterbatasan modal, sementara di sisi lain ada sekelompok orang yang mampu

memiliki akses terhadap sumber-sumber permodalan yang ada.

10
2.2 Pekerjaan

Manusia adalah makhluk yang berkembang dan makhluk yang aktif. Manusia

disebut sebagai makhluk yang suka bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi

kebutuhan pokoknya yang terdiri dari pakaian , sandang, papan serta memnuhi

kebutuhan sekunder seperti pendidikan tinggi, kendaraan, alat hiburan, dan

sebagainya (Mulyanto, 1985).

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala

kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi

namun usaha manusia untuk mendapat kepuasan dan mendapatkan impalan atau

upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan seorang

akan mepengaruhi kemampuan ekonominya. Untuk itu bekerja merupakan suatu

keharusan bagi setiap individu sebab dalam pekerjaan mengandung dua segi, yaitu

kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup. Dalam kaitan ini Soeroto

(1986) memberikan definisi mengenai pekerjaan adalah kegiatan yang mengahsilkan

barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang dilakukan dengan di

bayar maupun tidak dibayar.

Soeroto (1986) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang akan memperoleh

pendapatn, dari pendapatan yang diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan

keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan

demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah

nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembagunan.

11
Berdasarkan beberapa teori tentang pengertian pekerjaan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan aktivitas yang dilakukan

oleh setiap orang demi kelangsungan hidup dan untuk memenuhi berbagai macam

kebutuhan hidup pokonya dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pokok seperti

yang sudah kita ketahui adalah kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan dan

kebutuhan lainnya. Jadi yang dimaksud dengan pekerjaan adalah aktivitas utama yang

dilakukan manusia untuk memnuhi kebutuhan hidupnya.

Ditinjau dari segi sosial, tujuan bekerja tidak hanya berhubungan dengan

aspek ekonomi/mendapatkan pendapatan (nafkah) untuk keluarga saja, namun orang

yang bekerja juga berfungsi untuk mendapatkan status, untuk diterima menjadi

bagian satu unit status sosial ekonomi dan untuk memainkan suatu peranan dalam

statusnya (Kartono, 1991).

Dalam pedoman ISCO (international standart clasification of oecuption)

pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Profesional ahliteknik dan ahli jenis

2. Kepemimpinan dan ketatalaksana

3. Administrasi tata usaha dan sejenisnya

4. Jasa

5. Petani dan

6. Produksi dan operator barang angkut

12
Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliknya.

Dalam masyarakat tumbuh kecendrungan bahwa orang yang bekerja akan lebih

terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan eknomi.

2.3 Pendidikan.

Pada dasarnya pendidikan merupakan hal yang sangat penting didalam

kehidupan, dimana dengan pendidikan kita dapat merubah sikap dan perilaku kita

menjadi baik melalui sebuah pengajaran serta pelatihan. Selain itu dengan pendidikan

kita dapat meningkatkan kemampuan, serta pengetahuan dalam bidang apapun.

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat

bermafaat seumur hidup bagi manusia. dengan pendidikan, diharapkan seseoarng

dapat membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru bauik berupa teknologi, materi,

sistem teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara

alamiah untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan

tanah airnya

Ngadiono (1998) membedakan pendidikan menjadi 3 macam yaitu

1. Pendidikan formal, merupakan pendidikan resmi di sekolah-sekolah.

Penyelenggaraannya teratur dengan penjenjangan yang tegas, persyaratan yang

tegas, disertai dengan peraturan yang ketat, pendidikan ini didasarkan pada

peraturan yang ketat.

2. Pendidikan informasi merupakan pendidikan yang diperoleh melalui hasil

pengalaman, baik yang diterima dalam keluarga maupun masyarakat.

13
3. Pendidikan nonformal, merupakan pendidikan yang dilakukan diluar sekolah,

penyelenggaraannya teratur. Isi pendidikannya tidak seluar pendidikan formal,

egitu juga dengan peraturannya.

Tingkat pendidikan orang tua bergerak dari tamat D3-sarjana, tamat SMA,

tamat SMP dan tamat SD. Seseorang yang telah mendapatkan pendidikan diharapkan

dapat lebih baik dalam kepribadian, kemampuan dan keterampilannya agar bisa lebih

baik dalam bergaul dan beradaptasi ditengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga

mempermudah seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. (Abdullah, 1993).

2.4 Pendapatan

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan

yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002) definisi lain

dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil. Pekerjaan dan

biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan

demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam

masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan

kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok

pendapatan yaitu : pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi.

Pembagian diatas berkaitan dengan status, pendidikan, dan keterampilan serta jenis

pekerja seseorang namun sifatnya sangat relative (Endang Hariningsih dan Rintar

Agus Simatupang, 2008)

14
Christoper dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan

kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah

sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

Biro pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya

regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya

berasal dari

i. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja

lembur, dan kerja kadang-kadang.

ii. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,

penjualan dari kerajinan rumah.

iii. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.

Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik

kepribadian sendiri.

2. Pendapatan yang berupa barang yaitu pembayaran upah dan gaji yag ditentukan

dalam bentuk beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.

2.5 Beban tanggungan (jumlah tanggungan keluarga)

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tesebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal satu rumah tapi belum bekerja. Di negara berkembang

seperti Indonesia, banyak yang menganggap anak adalah investasi. Meskipun

peningkatan penghasilan digunakan untuk menambah jumlah anaknya, akan tetapi

lebih baik peningkatan penghasilan digunakan untuk menambah kualitas anaknya

15
melalui pendidikan. Sehingga ada kesempatan bagi anak untuk memperoleh

pendapatan yang lebih baik dari pada orang tuanya di masa depan. Karena semakin

banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula kebutuhan yang dipenuhi.

Sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhannya dan keluarga tersebut berada dalam keadaan tidak seimbang atau

miskin (Todaro, 1987).

Jumlah tanggungan keluarga ini mempunyai hubungan yang erat sekali

dengan masalah kemiskinan. Menurut Wirosuhardjo (1996), bahwa besarnya jumlah

tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap pendapatan karena semakin

banyaknya jumlah tanggungan keluarga atau jumlah anggota keluarga yang ikut

makan maka secara tidak langsung akan memaksa tenaga kerja tersebut untuk

mencari tambahan pendapatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa orang yang

memiliki jumlah tanggungan keluarga yang cukup banyak maka jumlah penghasilan

yang dibutuhkan juga akan semakin besar, apabila penghasilan yang dbutuhkan tidak

cukup maka akan terjadi kemiskinan. Para ahli ekonomi pada umumnya sependapat

bahwa perkembangan jumlah penduduk dapat menjadi suatu faktor pendorong

maupun penghambat dalam pembangunan ekonomi. Sebagai faktor pendorong karena

perkembangan itu meningkatkan jumlah tenaga kerja yang akhirnya dapat

memperluas pasar. Akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan

jumlah penduduk terhadap pembangunan adalah bila perkembangan tersebut dengan

tingkat produktifitas yang tinggi maka akan terjadi pengangguran di masyarakat.

Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan keluarga

serta hidupnya pun ditanggung (Ridwan Halim, 1990). Jumlah tanggungan adalah

16
banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih menempati atau

menghuni satu rumah dengan kepla rumah tangga, serta masih menjadi beban

tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah

tanggungan menurut Abu Ahmadi (2007) dapat digolongkanmenjadi 2 bagian yaitu :

(1). Tanggungan besar, apabila jumlah tanggungan lebih dari 5 orang. (2).

Tanggungan kecil, apabila jumlah tanggungan kurang dari 5 orang.

Proses pendidikan anak dipengaruhi oleh keadaan keluarga sebagai berikut

yang pertama adalah ekonomi orang tua yang banyak membantu perkembangan dan

pendidikan anak. Yang kedua adalah kebutuhan keluarga, kebutuhan keluarga yang

dimaksud adalah kebutuhan dalam struktur keluarga yaitu ada ayah, ibu dan anak.

Dan yang ketiga adalah status anak, apakah anak tunggal, anak kedua, anak bungsu,

anak tiri atau anak angkat. Jumlah tanggungan orang tua yaitu berapa banyak anggota

keluarga yang masih bersekolah dan membutuhkan biaya pendidikan yaitu 1 orang, 2

orang, 3 orang atau lebih dari 4 orang dan seterusnya. (Lilik, 2007)

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan

penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis

mengangkat beberapa jurnal terkait penelitian yang dilakukan penulis. Ada beberapa

penelitian empiris yang sudah dilakukan sebelumnya mengenai faktor sosial ekonomi

dapat dilihat pada tabel 2.1

17
Tebel 2.1
Penelitian terdahulu

No Nama Judul Tujuan penelitian, alat Hasil penelitian


penelitian analisis, jenis data dan
variabel penelitian
1 Sirilius Determinan Tujuan dari penelitian ini Hasil analisis pengujian
Seran, 2012 faktor sosial adalah untuk mengetahui secara simultan
dan ekonomi hubungan sebab akibat menunjukkan bahwa dari
Terhadap (kausal) antara variabel Kelima variabel ini
kemiskinan penelitian. Degan mempunyai kontribusi
penduduk menggunakan alat analisis terhadap penurunan angka
jalur (path analysis). kemiskinan penduduk
Data yang digunakan dalam sebesar 97%. Secara parsial,
penelitian ini adalah time diketahui bahwa masing-
series antara tahun 1999- masing dari kelima macam
2009 berasal dari Badan variabel tersebut
Pusat Statistik. berhubungan dengan
Variabel yang digunakan kemiskinan penduduk.
adalah pendidikan (X1), Pendidikan memiliki
inflasi (X2), pendapatan hubungan negati dan
perkapita (X3), konsumsi signifikan dengan nilai
(X4), perumbuhan ekonomi koefisien -0571 terhadap
(X5) dan kemiskinan (Y). kemiskinan penduduk,
sehingga hipotesis H1 yaitu
terdapat hubungan negatif
dan signifikan antara
pendidikan dengan
kemiskinan dinyatakan
terbukti diterima.

18
2 Arya Determinan Tujuan dari penelitian ini Hasil penelitian menunjukan
Dwiandana faktor sosial adalah: (1), untuk bahwa: (1), Secara simultan
putri dan dan ekonomi mengetahui pengaruh umur, faktor umur, pendidikan dan
Nyoman Terhadap pendidikan dan jenis jenis pekerjaan, berpengaruh
djinar kemiskinan pekerjaan secara simultan signifikan terhadap
Setiawina penduduk. terhadap pendapatan rumah pendapatan rumah tanga
tangga miskin. (2), Untuk miskin di desa Bebandem.
mengetahui pengaruh umur, (2), Secara parsial faktor
pendidikan dan jenis pendidikan dan jenis
pekerjaan secara parsial pekerjaan berpengaruh
terhadap pendapatan rumah positif dan signifikan
tangga miskin. (3), Untuk terhadap pendapatan rumah
mengetahui pengaruh yang tangga miskin di desa
dominan diantara umur, Bebandem. Variabel umur
pendidikan dan jenis tidak berpengaruh terhadap
pekerjaan terhadap rumah pendapatan rumah tangga
tangga miskin dengan miskin di desa Bebandem.
menggunakan alat analisis (3), Faktor yang
regresi linear berganda. berpengaruh dominan
Jenis Data yang digunakan terhadap pendapatan rumah
dalam penelitian ini adalah tangga miskin di desa
data primer dan data Bebandem adalah faktor
sekunder. umur.
Variabel yang digunakan
adalah umur (X1),
pendidikan (X2), jenis
pekerjaan (X3) dan tumah
tangga miskin (Y).

19
2.7 Hubungan Teoritis antara Variabel dan Pengembangan Hipotesis

2.7.1 Hubungan pekerjaan (X1) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y)

Pekerjaan merupakan aktivitas utama yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan uang, yang dimana hasil dari pekerjaan tersebut digunakan untuk

Manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Manusia disebut sebagai makhluk

yang suka bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang

terdiri dari pakaian, sandang, papan serta memenuhi kebutuhan sekunder seperti

pendidikan tinggi, kendaraan, alat hiburan, dan sebagainya (Mulyanto,

1985). Menurut (Cahyat, 2004) kemiskinan adalah suatu situasi di mana seseorang

atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Berdasarkan pengertian yang ditemukan oleh para ahli diatas maka dapat

disimpulkan adalah jika rendahnya suatu pekerjaan atau produktifitas seseorang maka

keluarga miskin akan meningkat. Begitupun sebaliknya jika tingginya suatu

pekerjaan atau produktifitas seseorang maka keluarga miskin akan menurun.

Berdasarkan hubungan variabel antara pendidikan dengan pola konsumsi

keluarga miskin tersebut maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pekerjaan (X 1) terhadap pola

konsumsi keluarga miskin (Y)

2.7.2 Hubungan pekerjaan (X1) terhadap beban tanggungan (X4)

Pekerjaan merupakan aktivitas utama yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan uang, yang dimana hasil dari pekerjaan tersebut digunakan untuk

Manusia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Manusia disebut sebagai makhluk

yang suka bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang

20
terdiri dari pakaian, sandang, papan serta memenuhi kebutuhan sekunder seperti

pendidikan tinggi, kendaraan, alat hiburan, dan sebagainya (Mulyanto, 1985) Beban

tanggungan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi kebutuhan

rumah tangga.

Berdasarkan pengertian yang ditemukan oleh para ahli diatas maka dapat

disimpulkan adalah jika rendahnya suatu pekerjaan atau produktifitas seseorang maka

beban tanggungan akan meningkat. Begitupun sebaliknya jika tingginya suatu

pekerjaan atau produktifitas seseorang maka beban tanggungan akan berkurang.

Berdasarkan hubungan variabel antara pekerjan dengan beban tanggungan

tersebut maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara pekerjaan (X1) terhadap beban

tanggungan (X4).

2.7.3 Hubungan pendidikan (X2) terhadap beban tanggungan (X4)

Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Siagian, 2006) Beban tanggungan

adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi kebutuhan rumah tangga.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan adalah jika pendidikan

semakin banyak dalam rumah tangga maka beban tanggungan pun akan meningkat

begitupun sebaliknya jika pendidikan dalam rumah tangga berkurang maka beban

tanggungan pun akan berkurang.

Berdasarkan hubungan variabel antara pendidikan dengan beban tanggugan

tersebut maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

21
H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan (X 1) terhadap beban

tanggungan (X4)

2.7.4 Hubungan pendidikan (X1) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y)

dimediasi oleh Beban tanggungan (X4)

Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Siagian, 2006). Beban tanggungan

adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi kebutuhan rumah tangga.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan adalah pendidikan sangat

berpengaruh terhadap beban tanggungan, jika banyak tanggungan dalam rumah

tangga untuk menyekolahkan anak yang begitu banyak maka beban tangungan akan

meningkat begitupun sebaliknya jika tanggungan dalam rumah tangga sedikit untuk

menyekolahkan anak maka beban tanggungan akan berkurang.

Berdasarkan hubungan variabel antara pendidikan dengan pola konsumsi

keluarga miskin yang di mediasi oleh beban tanggungan tersebut maka dibangun

hipotesis sebagai berikut :

H4 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan (X1) terhadap pola

konsusmi keluarga miskin (Y) yang dimediasi oleh beban tanggungan (X4)

2.7.5 Hubungan pendidikan (X2) terhadap pekerjan (X1)

Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Siagian, 2006). Pekerjaan merupakan

aktivitas utama yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan uang, yang dimana

22
hasil dari pekerjaan tersebut digunakan untuk Manusia memenuhi kebutuhan

pokoknya.. Manusia disebut sebagai makhluk yang suka bekerja, manusia bekerja

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari pakaian , sandang, papan serta

memnuhi kebutuhan sekunder seperti pendidikan tinggi, kendaraan, alat hiburan, dan

sebagainya (Mulyanto, 1985).

Berdasarkan pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan adalah

pekerjaan dilihat dari pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi pendidikan

semakin baik kondisi pekerjaan bagi seseorang, begitupun sebaliknya semakin rendah

pendidikan seseorang, maka kondisi pekerjan pun akan kurang baik bagi seseorang

dalam bekerja.

Berdasarkan hubungan variabel antara pendidikan dengan pekerjaan tersebut

maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H5 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan (X2) terhadap pekerjaan

(X1) 2.7.6 Hubungan pendidikan (X2) terhadap pendapatan (X3)

Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Siagian, 2006). Pendapatan merupakan

jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan

adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, dan

pendapatan rata-rata yang dimiliki oleh tiap jiwa disebut juga dengan pendapatan

perkapita diukur kemajuan atau perkembangan ekonomi. Pendapatan (income) adalah

total penerimaan seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu.

23
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan adalah pendidikan

mempengaruhi pendapatan yang dihasilkan. Semakin tinggi pendidikan yang

ditamatkan maka semkin meningkat pendapatan bagi seseorang. Begitupun sebalinya

semakin rendah pendidikan seseorang maka pendapatan pun akan berkurang bagi

penghasilan seseiorang.

Berdasarkan hubungan variabel antara pendidikan dengan pendapatan tersebut

maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H6 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan (X2) terhadap pendapatan

(X3)

2.7.7 Hubungan pendapatan (X3) terhadap pola kinsumsi keluarga miskin (Y)

Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup

masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan, dan pendapatan rata-rata yang dimiliki oleh tiap jiwa disebut

juga dengan pendapatan perkapita diukur kemajuan atau perkembangan ekonomi.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan seseorang atau suatu rumah tangga

selama periode tertentu. Menurut (Cahyat, 2004) kemiskinan adalah suatu situasi di

mana seseorang atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

dasar.

Berdasarkan pengertian yang ditemukan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan adalah jika suatu produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan

yang diterima maka akan menyebabkan kemiskinan yang tinggi. Begitupun

sebaliknya jika suatu produktivitas seseorang yang tinggi maka kemiskinana akan

menurun.

24
Berdasarkan hubungan variabel antara pendapatan dengan beban tanggungan

tersebut maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H7 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendapatan (X3) terhadap pola

konsumsi keluarga miskin (Y).

2.7.8 Hubungan pendapatan (X3), terhadap beban tanggungan (X4)

Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup

masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan, dan pendapatan rata-rata yang dimiliki oleh tiap jiwa disebut

juga dengan pendapatan perkapita diukur kemajuan atau perkembangan ekonomi.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan seseorang atau suatu rumah tangga

selama periode tertentu. Jumlah tanggungan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan

untuk mengkonsumsi kebutuhan rumah tangga.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan sangat

berpengaruh terhadapat beban tanggungan jika dalam rumah tangga pendapatan

seseorang yang diperoleh sedikit maka beban tanggungan dalam keluarga tidak

dipenuhi dalam mengkonsumsi kebutuhan rumah tangga sehari-sehari. Begitupun

sebaliknya jika pendapatan yang diperoleh banyak maka akan terpenuhinya pola

konsumsi dalam kebutuhan rumah tangga sehari-hari

Berdasarkan hubungan variabel antara pendapatan, terhadap beban

tanggungan tersebut maka dibangun hipotesis sebagai berikut :

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pendapatan (X 3), terhadap

beban tanggungan (X4)

25
2.7.9 Hubungan Pekerjaan (X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X3), Beban

Tanggungan (X4) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

Pekerjaan merupakan aktivitas utama yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan uang, yang dimana hasil dari pekerjaan tersebut digunakan untuk

Manusia memenuhi kebutuhan pokoknya.. Manusia disebut sebagai makhluk yang

suka bekerja, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokoknya yang terdiri dari

pakaian , sandang, papan serta memnuhi kebutuhan sekunder seperti pendidikan

tinggi, kendaraan, alat hiburan, dan sebagainya (Mulyanto, 1985). Pendidikan adalah

keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan

suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. (Siagian, 2006). Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang

memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang

dimiliki masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, dan pendapatan rata-rata yang

dimiliki oleh tiap jiwa disebut juga dengan pendapatan perkapita diukur kemajuan

atau perkembangan ekonomi. Pendapatan (income) adalah total penerimaan seseorang

atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Beban tanggungan adalah jumlah

biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi kebutuhan rumah tangga. Menurut BPS

keluarga miskin adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan makana maupun non makanan yang bersifat mendasar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan,

pendidikan, pendapatan, dan beban tanggungan berpengaruh terhadap jumlah

konsumsi keluarga miskin, artinya Semakin tinggi pendidikan semakin baik kondisi

pekerjaan bagi seseorang dan dengan adanya bekerja seseorang dapat memenuhi

26
kebutuhan hidupnya melalui pendapatan yang diperoleh, kemudian dari pendapatan

tesebut beban tanggungan akan terpenuhi dan dapat mengurangi pola konsumsi

keluarga miskin. Begitupun sebaliknya semakin rendah pendidikan maka kondisi

pekerjaan pun kurang baik bagi seseorang sehingga kurang memenuhi kebutuhan

hidup karena pendapatan yang diperoleh sedikit sehingga beban tanggungan kurang

terpenuhi dan akan meningkatkan pola konsumsi keluarga miskin.

Berdasarkan hubugan variabel antara pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

beban tanggungan dengan pola konsumsi keluarga miskin maka dibangun hipotesis

sebagai berikut :

H9 : Terdapat pengaruh signifikan antara pendidikan (X 1), pekerjaan (X2),

pendapatan (X3), dan beban tanggungan (X4) terhadap keluarga miskin (Y)

27
2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel

bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka

pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pola konsumsi keluarga miskin

(Sebagai Variabel Terikat) yang dipengaruhi oleh pekerjaan, pendidikan, pendapatan,

dan beban tanggungan (Sebagai Variabel Bebas). Dapat di lihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Kerangka Pikir

Pekerjaan
(X1)

Pola konsumsi
Beban tanggungan keluarga miskin
Pendidikan
(X4) (Y)
(X2)

Pendapatan
(X3)

2.9 Definisi Konsep dan Operasional Variabel

Masri Singaribun dan Soffian Effendi (2001), mengemukakan definesi konsep

sebagai istilah atau konsep yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan dari kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu

sosial maupun alam. Masri Singaribun dan Soffian Effendi (2001), berpendapat

28
bahwa defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana

mengukur suatu variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan

variabel bebas. Variabel terikat adalah tipe variabel yang yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel bebas. Penelitian ini menggunakan lima variabel penelitian

yaitu: pendidikan, pekerjaan, pendapatan, beban tanggungan dan pola konsumsi

keluarga miskina. Yang terdapat di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklrifikasi menjadi

dua bagian yaitu:

2. Variabel terikat ( Dependent Variable ) dalam penelitian ini adalah variabel

pola konsumsi keluarga miskin

3. Variabel bebas (Independent Variable) yang meliputi pekerjaan, pendidikan,

pendapatan, dan beban tanggungan.

4. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti

dalam mengukur suatu variabel yang akan digunakan. Terdapat satu variabel

terikat dan empat variabel bebas yang digunakan dalam analisis pola konsumsi

keluarga miskin.

29
Tabel 2.2
Definisi Konsep dan Operasional

Variabel Definisi Konsep Definisi Indikator Skala


Operasional Pengukuran.
Pekerjaan merupakan Dilihat dari
Pekerjaan suatu kegiatan atau matapencaharian 1. Tani Nominal
(X1) aktivitas seseorang dalam pokok yang 2. Pedangang
bekerja untuk laksanakan oleh 3. lainnya
mendapatkan uang dalam keluarga miskin
memenuhi kebutuhan di Kecamatan
hidup sehari-hari Raimanuk
Pendidikan adalah Dilihat dari
Pendidikan keseluruhan proses teknik pendidikan 1. SD Ordinal
(X2) dan metode belajar terakhir yang 2. SMP
mengajar dalam rangka ditamatkan oleh 3. SMA
mengalihkan suatu keluarga
pengetahuan dari miskin di
seseoang kepada orang Kecamatan
lain sesuai dengan standar Raimanuk
yang telah di tetapkan.
Pendapatan adalah hasil dilihat dari
Pendapatan dari suatu perusahaan atau penghasilan Penghasilan yang Rasio
(X3) suatu pekerjaan yang perbulan yang diperoleh perbulan.
sudah dikerjakan yang diperoleh
berupa upah atau keluarga miskin
peghasilan lainnya di Kecamatan
sebagai imbalan balas jasa Raimanuk.
seseorang.
Beban tanggungan adalah Dilihat dari Jumlah anggota
Beban jumlah biaya yang jumlah anak yang keluarga yang Rasio
tanggungan dikeluarkan untuk menjadi menjadi
(X4) memenuhi kebutuhan tanggungan tanggungan
pokok rumah tangga. keluarga miskin
di Kecamatan
Raimanuk
keluarga miskin adalah Dilihat dari pola Jumlah pengeluaran
Pola ketidakmampuan dari sisi konsumsi untuk membiayai Interval
konsumsi ekonomi untuk memenuhi perbulan oleh kebutuhan pokok
Keluarga kebutuhan pokok baik keluarga miskin keluarga miskin
miskin makanan maupun non di Kecamatan
(Y) makanan yang bersifat Raimanuk
mendasar.

30
BAB III
METODE PENELITIAN

3.l Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada wilayah Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu. Waktu penelitian dilaksanakan dalam waktu kurang lebih selama 2

bulan

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Gulo. W (2003) bahwa populasi adalah keseluruhan sesuatu analisa yang

merupakan sasaran penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga

Miskin sebanyak 1.355 orang di kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi karena ia merupakan bagian dari

populasi tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Metode

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode Simple Random Sampling atau dikatakan sampel acak

sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak

tanpa memperhatikan serta yang ada dalam populasi. Untuk mewakili populasi dalam

penelitian maka sampel yang digunakan sebanyak 94 orang responden di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu. Untuk menghitung besarnya sampel adalah menggunakan

rumus slovin:

31
N
n¿
1+ ( N ) e 2

1.335
n¿
1+1.335 ( 0,1 )2

1.335
n=
1+ 1.355(0,01)²

1.335
n=
1,455

n = 0,93 (dibulatkan menjadi 94)

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah total populasi

E = batas toleransi error

3.3 Data dan Variabel Penelitian

Data merupakan kumpulan angka atau keterangan kalimat yang menjelas

tentang sesuatu kejadian atau sesuatu peristiwa pada suatu periode tertentu (Seran,

2012). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari responden melalui pengamatan, wawancara

berdasarkan pertanyaan yang di siapkan oleh peneliti terhadap keluarga sangat

miskin. Data primer berupa data mengenai pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

dan beban tanggungan.

32
b. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan

dengan hasil penelitian ini, misalnya data dari BPS Kabupaten Belu 2019.

3.4 Variabel Penelitian

Ada 2 macam variabel penelitian yaitu

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent atau variabel stimulus merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Sugiono, 2013). Variabel Bebas dalam penelitian ini

adalah pekerjaan (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3) dan beban

tanggungan (X4).

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat atau sering disebut juga sebagai variabel output merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas (Sugiono, 2013) variabel terikat dalam penelitian ini adalah pola

konsumsi keluarga miskin (Y).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini adalah :

1. Observasi, merupakan cara peneliti melakukan pengamatan langsung

pada objek yang diteliti

2. Wawancara, adalah peneliti melakukan tanya jawab langsung dengan

responden.

33
3. Kuesioner, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden.

Peneliti memberikan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan.

3.6 Uji Asumsi Klasik

Uji ini di lakukan untuk mengetahui bahwa data yang di olah adalah sah (tidak

terdapat penyimpanan)serta distribusi normal, maka data tersebut akan di uji melalui

uji asumsi klasik, yaitu :

1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas yang adalah kolmogorov smirnov

test, dalam uji Ho yang diajukan adalah data observasi residual yang

berdistribusi secara normal, dengan demikian jika hasil uji kolmogrov-

smirnov yang menunjukan angka signifikan (jauh dibawah alfa = 0,05) berarti

data residual observasi yang diuji tidak normal, sebaliknya jika hasil uji

kolmogrov-smirnov yang menunjukan angka signifikan diatas 0,05 maka data

residual observasi berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangung atau residual

memiliki distribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya multiklinearitas dapat dilihat dengan

berdasakan nilai toleranace dan VIF pada hasil regresi dengan variabel

dependen. Apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak

terdapat multikolinearitas dalam model regresi ini. Dan Sebaliknya. Uji ini

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

34
antar variabel bebas (independen) model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independen.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini dimaksud untuk menggambarkan karakteristik masing-masing

variabel penelitian, dengan cara menyajikan data kedalam tabel distribusi frekuensi,

menghitung nilai rata-rata, skor total, dan tingkat pencapaian responden dan

mengimpretasikannya.

3.7.2 Path Analisis (Diagram Jalur)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path

analysis)karena untuk mengetahui hubungan sebab akibat, dengan tujuan menjelaskan

pengaruh langsung atau tidak langsung antar variabel eksogen dengan variabel

endogen.

Dalam penelitian ini, penulis ingin menganalisis dan memastikan apakah ada

pengaruh pendidikan, pekerjaan, pendapatan, beban tanggungan terhadap pola

konsumsi keluarga miskin di Kecamatan Rai Manuk. Menurut Saparina (2013)

analisis jalur adalah bagian dari model regresi yang dapat digunakan untuk

menganalisis hubungan sebab akibat antar satu variabel dengan variabel lainnya.

Analisis jalur digunakan dengan menggunakan korelasi, regresi dan jalur sehingga

dapa diketahui untuk sampai pada variabel intervening. Adapun pendapat dari

kuncoro (2014) model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan

antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak

35
langung variabel independen (eksogen) terhadap variabel dependen (endogen).

Metode analisis jalur dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Model informal. Ditampilkan dalam bentuk sumber variabel dengan simbol-

simbol nilai proporsi antara variabel peneliti

Pekerjaan (X1) Py1x1

P1x2 P41x1

Pola konsumsi
Pendidikan (X2) P42x2 Beban Tanggungan 
py4x4 keluarga miskin (Y)
(X4)
P3x2 P43x3

Py3x3
Pendapatan (X3)
Py2x2

2. Model formal ditampilkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

I. X2 = P1X2+PQ.r

II. X3 = P3X2+P.R.r

III. X4 = P41X1+P42X2+P43X3+P.S.S

IV. Y = PY1X1+PY2X2+PY3X3+PY4X4+FIX1X4+FIX2X4+FIX3X4+P.t

X1 = Pekerjaan

X2 = Pendidik

X3 = Pendapatan

X4 = Beban Tanggungan

Y = Pola Konsumsi Keluarga Miskin

36
3.8 Koefisien Regresi (R)

Besarnya nilai koefisien regresi (R²) berupa persentase yang menunjukkan

persentase variasi dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi. Apabila nilai

koefisien determinasi (R²) dalam model regresi semakin kecil (mendekati nol) berarti

semakin kecil pengaruh semua dalam model regresi memberikan hampir semua

informasi yang diperlukan untuk memprediksi variabel dependennya atau semakin

besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Rumus untuk menghitung nilai (R²):

R² = (TSS - SSE) / TSS = SSR / TSS

Keterangan:

R² = Koefisien Determinasi

TSS = total Sum Of Squares

SSE = Sum Of Squares Residul

SSR = Sum OF Square Regresion.

3.9 Koefisien Determinan ( Uji R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur tentang sebesarnya

presentasi variasi nilai variabel tak bebas (Y) dijelaskan oleh variabel bebas (X) yang

di perhatikan didalam model. Dengan demikian maka makin besar nilai R 2

mencerminkan tentang makin sempurna model yang dibangun dalam penelitian

(Seran 2011). Rumus untuk menghitung nilai R2 (Kuncoro,2003 dalam Seran 2011).

(TTS−SSE)
R2¿ =SSR/TSS
TTS

Dimana:

37
R2 = Koefisien determinan

TSS = Total Sum Of Square

SSE = Sum Of Square Residual

SSR = Sum Of Squres Regresion

3.10 Sumbangan Efektif dan Jalur Hubungan Langsung dan Tak Langsung

Untuk melengkapi analisis jalur (path) disajikan Sumbangan Efektif (SE) dan

koefisien Hubungan dan Hubungan Tidak Langsung tabel hubungan langsung dan tak

langsung antara variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) sebagai berikut:

Tabel 3.1
Sumbangan Efektif Variabel Bebas Terhadap (Y)
No. Variabel Koefisien Koefisien Sumbangan
korelasi PM betanol Efektif
standar
1. X1 Xxx Xxx xx
2. X2 Xxx Xxx xx
3. X3 Xxx Xxx xx
4 X4 Xxx Xxx xx
Jumlah
Keterangan: 1. Total SE sama besarnya dengan nila R2
2. Nilai parameter akan dilengkapi setelah analisis Inferensial

Tabel 3.2
Hubungan Langsung dan Hubungan Tidak Langsung
Variabel X Terhadap Y
No. Variabel Model Hubungan Total
Langsung Tidak
Langsung
1. X1 Xxx Xxx Xx
2. X2 Xxx Xxx Xx
3. X3 Xxx Xxx Xx
4 X4 Xxx Xxxx Xx
Keterangan: Nilai Hubungan langsung dan tidak langsung akan dilengkapi setelah
Analisis Inferensial

38
3.11 Teknik Uji Hipotesis

3.11.1 Uji t

Digunakan untuk menguji singnifikan hubungan antara masing-masing

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), yakni signifikan hubunngan antara :

1. Variabel pekerjaan (X1) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y)

di kecamatan Raimanuk

2. Variabel pendidikan (X2) terhadap pola konsumsi keluarga miskin

(Y) di kecamatan Raimanuk

3. Variabel pendapatan (X3) terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y)

di kecamatan Raimanuk

4. Variabel beban tanggungan (X4) terhadap pola konsumsi keluarga

miskin (Y) dikecamata Raimanuk

Rumus :

β ₁−β ₀
t=
Sb

Keterangan :
Sb =
√ (x) 2
∑x n

n = Jumlah sampel

39
t = t hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel

b1 = Koefisien regresi

b0 = Konstanta intercept

sb = Simpangan baku

Kriteria pengujiannya adalah :

a. Bila thitung > ttabel pada derajat kebebasan (dk = n-5 = 94-5= 89) dan tingkat

kepercayaan alpha (ά) 0,05 hipotesis diterima, artinya ada pengaruh yang

nyata/signifikan antara masing-masing variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat pola konsumsi keluarga miskin (Y).

b. Bila thitung < ttabel pada derajat kebebasan (dk=n-5 =94-5= 89) dan tingkat

kepercayaan alpha (α) 0,05 hipotesis ditolak, artinya tidak ada pengaruh

yang nyata/signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

pola konsumsi keluarga miskin (Y).

3.11.2  Uji f

Uji F untuk mengetahui signifikansi hubungan secara simultan (serentak)

antara semua Variabel bebas (X1,X2,X3,X4 ) terhadap variabel terikat (Y).

Rumusnya ( sugiyono, 2008) adalah :

R 2 ( n−m−1 )
Fhitung¿
m ( 1−R2 )

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel

m = jumlah varians pengaruh (predikator)

40
Kriteria pengujiannya adalah :

a. Jika Fhitung > Ftabel pada derajat kebebasan pembilang (dk pembilang =k-

1=5-1=4) dan derajat kebebasan penyebut (dk penyebut = n-k-1= 94-4-1=

89) dengan tingkat alpha (α) 0,05 maka hipotesis diterima yang artinya

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pekerjaan (X1),

pendapatan (X2), tingkat pendidikan (X3), beban tanggungan (X4) secara

serentak terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y).

b. Jika Fhitung < Ftabel pada derajat kebebasan pembilang (dk pembilang = k-

1=5-1-4) dan derajat kebebasan penyebut (dk penyebut = n-k-1=94-4-1=

89) dengan tingkat alpha (α) 0,05, maka hipotesis ditolak yang artinya

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pekerjaan (X1),

pendapatan (X2), tingkat pendidikan (X3) beban tanggungan (X4) secara

serentak terhadap pola konsumsi keluarga miskin (Y).

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini berjumlah 94 orang.

Identitas responden yang di ambil diklasifikasikan menurut jenis kelamin dan umur

IV.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Presentasi %
Laki-laki 36 38,30%
Perempuan 58 61,70%
Jumlah 94 100%
Sumber Data : Hasil olahan data primer, 2020
Selain tabel diatas karakteristik responden menurut jenis kelamin dapat dilihat

pada grafik berikut ini :

42
Grafik 4.1
Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin

70

60 58

50

40 36

30

20

10

Laki-laki Perempuan

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah

responden berjenis kelamin Laki-laki sebesar 36 orang (38,30%) lebih kecil

dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 58

orang (61,70%)

IV.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 4.2
Distribusi Responden Menurut Umur
Umur Jumlah Presentase%
29 – 33 5 5,32%
34 – 38 13 13,83%
39 – 43 16 17,02%
44 – 48 16 17,02%
49 – 53 17 18,08%
54 – 58 18 19,14%
59 – 63 5 5,32%
64 – 68 4 4,25%
Jumlah 94 100%
Sumber Data : Hasil olahan data primer, 2020

43
Selain tabel diatas karakteristik responden menurut kelompok umur juga

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Grafik 4.2
Jumlah Responden Menurut Umur

20
18
18 17
16 16
16
14 13
12
10
8
6 5 5
4
4
2
0
29 – 33 34 – 38 39 – 43 44 – 48 49 – 53 54 – 58 59 – 63 64 – 68

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.2 diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah

responden terbanyak berada pada umur 54 – 58 tahun dengan jumlah sebesar 18

orang, kemudian diikuti oleh kelompok umur 49 - 53 tahun dengan jumlah sebesar 17

orang, kelompok umur 39 – 43 tahun dan kelompok umur 44 – 48 sebanyak 16 orang,

kelompok umur 34-38 tahun dengan jumlah sebanyak 13 orang, kelompok umur 29 –

33 dan kelompo umur 59 – 63 tahun dengan jumlah sebanyak 5 orang dan kelompok

umur 64 - 68 tahun dengan jumlah sebanyak 4 orang.

4.2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah data mengalami

penyimpangan atau tidak. Uji klasik terdiri dari

44
4.2.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah kolmogorov

smirnov test, dalam uji ini H0 yang diajukan adalah data observasi residual yang

berdistribusi secara normal, dengan demikian jika hasil uji kolmogorov-smirnov

menunjukkan angka yang signifikan (jauh di bawah alfa = 0,05) berarti data residual

yang di uji tidak normal, sebaliknya jika hasil uji kolmogorov-smirnov menunjukkan

angka di atas 0,05 maka data residual observasi berdistribusi normal. Uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Untuk mendetail tentang uji normalitas dapat

dilihat pada tabel output Spss berikut ini :

Tabel 4.5
One Sample Kolmogrof Simirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pekerjaan Pendidikan Pendapatan Beban Konsumsi


Tanggungan Keluarga Miskin

N 94 94 94 94 94

Mean 3.2872 4.5000 4.7234 6.1170 4.0532


a,b
Normal Parameters Std.
1.24971 1.52928 1.19501 1.16265 .92011
Deviation

Absolute .293 .209 .270 .289 .225


Most Extreme
Positive .293 .192 .270 .289 .225
Differences
Negative -.159 -.209 -.208 -.212 -.221

Kolmogorov-Smirnov Z 2.841 2.026 2.619 2.803 2.180

Asymp. Sig. (2-tailed) .102 .211 .087 .140 .295

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

45
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Berdasarkan hasil output diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Kolmogorov

SmirnovzAsymp. Sig (2-tailed) untuk variabel Pekerjaan (X1) sebesar 2,841 >α =

0,05, maka data sampel yang diambil mengikuti sebaran distribusi normal. Kemudian

nilai Kolmogorov-Smirnovz Asymp. Sig (2-tailed)untuk variabel Pendidikan (X2)

sebesar 2,026>α = 0,05, maka data sampel yang diambil mengikuti sebaran distribusi

normal. Hasil analisis nilai Kolmogorov-Smirnovz Asymp. Sig (2-tailed)untuk

variabel Pendapatan(X3) sebesar 2,619>α = 0,05, maka data sampel yang diambil

mengikuti sebaran distribusi normal. Hasil analisis nilai Kolmogorov-Smirnovz

Asymp. Sig (2-tailed)untuk variabel Beban Tanggungan (X4) sebesar 2,803>α = 0,05,

maka data sampel yang diambil mengikuti sebaran distribusi normal dan Hasil

analisis nilai Kolmogorov-Smirnovz Asymp. Sig (2-tailed)untuk variabel Pola

Konsumsi Keluarga Miskin (Y) sebesar 2,180 >α = 0,05, maka data sampel yang

diambil mengikuti sebaran distribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data sampel yang diambil telah mengikuti sebaran distribusi normal.

4.2.2 Uji Multikoloniaritas

Multikoliniaritas adalah keadaan dimana pada model regresi ditemukan

adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variable independen.

Pada model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi yang sempurna di

antara variable bebas. Metode Uji Multikolonearitas yaitu dengan melihat nilai

Tolerance dan Invlation Faktor (VIF) pada model regresi. Apabila nilai tolerance >

0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala Multikolinearitas. Sebaliknya

46
apabila nilai Tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 maka terdapat gejala

multikolinearitas dalam model . Hasil uji multikoloniaritas dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.6

Hasil uji multikoloniaritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 4.481 .685 6.542 .000

Pekerjaan -.114 .079 -.155 -1.453 .150 .959 1.043

Pendidikan -.005 .091 .000 -.001 .999 .476 2.100

Pendapatan -.023 .117 -.030 -.199 .843 .474 2.111

Beban
.010 .085 .012 .113 .910 .951 1.051
Tanggungan

a. Dependent Variable: Pola Konsumsi Keluarga Miskin


Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Berdasarkan tabel Output Coefficient diatas dapat diketahui bahwa nilai

Tolerance variable Pekerjaan adalah sebesar 0,959 dan VIF sebesar 1,043, variabel

Pendidikan memiliki nilai tolerance sebesar 0,476 dan VIF sebesar 2,100,variabel

Pendapatan memiliki nilai tolerance sebesar 0,474 dan VIF sebesar 2,111 dan

variabel Beban Tanggungan memiliki nilai Tolerance sebesar 0,951 dan VIF sebesar

1,051. Hasil uji Multikoloniaritas ini menjelaskan bahwa semua variabel dalam

penelitian ini memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10

47
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas pada model

penelitian ini

4.2.3 Uji Heteroskedastitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidak samaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Heterokedastisitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap pola scaterplot yang

dihasilkan melalui program SPPS. Apabila pola scater plot membentuk pola tertentu,

maka model regresi memiliki gejala heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas

dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka dapat

disimpulkan bebas heterokedastisitas sehingga model regresi dapat dipakai. Hasil

dari uji heterokedastisitas dengan menggunakan program SPSS 20 adalah sebagai

berikut :

Gambar 4.1
Scaterplot

48
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan Spss versi 2020
Pada grafik scatterplot diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y dan tidak

membentuk pola jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas pada model regresi ini.

4.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari

nilai, grafik dan tabel. Berikut ini akan dideskripsikan variabel Pekerjaan(X1),

Pendidikan(X2), Pendapatan(X3), Beban Tanggungan (X4) dan Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) di Kabupaten Belu (Studi Kasus Pada Program Keluarga

Harapan di Kecamatan Raimanuk).

1. Pekerjaan (X1)

Tabel 4.8

49
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pekerjaan(X1)
Item Buruh Petani Swasta PNS
Pernyataan Bangunan
1 30 41 17 6
2 67 26 1 0
Sumber : Hasil olahan data primer, 2020
Selain tabel diatas rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Pekerjaan

(X1) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik.4.3
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pekerjaan (X1)

80
70 67

60
50
41
40
30
30 26
20 17

10 6
1 0
0
Buruh Bangunan Petani Swasta PNS

X1.1 X1.2

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Pekerjaan

(X1) seperti pada tabel 4. dan grafik 4. Diatas maka dapat diketahui bahwa :

1. Pertanyaan pertama dari variabel Pekerjaan yaitu apa pekerjaan utama

bapak /ibu. Pertanyaan ini memperoleh jawaban dari responden yang bekerja

50
sebagai buruh bangunan sebanyak 30 orang, petani sebanyak 41 orang,

Wiraswasta sebanyak 17 orang dan PNS sebanyak 6 orang. Kondisi ini

menggambarkan bahwa mayoritas masyarakat di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Pertanyaan kedua dari variabel Pekerjaan yaitu apa pekerjaan sampingan

bapak/ibu. Pertanyaan ini memperoleh jawaban dari responden yang bekerja

sampingan sebagai buruh bangunan sebanyak 67 orang, petani sebanyak 26

orang, Wiraswasta sebanyak 1 orang. Kondisi ini menggambarkan bahwa

mayoritas masyarakat di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu bekerja

sampingan sebagai buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Pendidikan (X2)

Tabel 4.9
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pendidikan(X2)
Item SD SMP SMA PT
Pernyataan (1-6 Tahun) (6-9 Tahun) (9-12 Tahun) (12-17
Tahun)
1 19 41 33 2
2 16 37 38 2
Sumber data : Hasil olahan data primer, 2020
Selain tabel diatas rekapitulasi jawaban responden untuk variabel

Pendidikan(X2) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.4
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pendidikan (X2)

51
45
41
40 37 38

35 33

30

25

20 19
16
15

10

5 2 2
0

X2.1 X2.2

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Pendidikan

(X2) seperti pada tabel 4. dan grafik 4. Diatas maka dapat diketahui bahwa :

1. Pertanyaan pertama dari variabel Pendidikan yaitu apa tingkat pendidikan

terakhir bapak/ibu. Pertanyaan ini memperoleh jawaban dari responden yang

berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang, tingkat pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 41 orang, tingkat pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 33 orang dan tingkat pendidikan

Perguruan Tinggi (PT) sebanyak 2 orang. Kondisi ini menggambarkan bahwa

mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Raimanuk, Kabupaten

Belu adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2. Pertanyaan kedua dari variabel Pendidikan yaitu berapa lama bapak/ibu

menyelesaikan tingkat pendidikan formal. Pertanyaan ini memperoleh

jawaban dari responden yang menyelesaikan tingkat pendidikan selama 1-6

52
tahun sebanyak 16 orang, responden yang menyelesaikan tingkat pendidikan

6-9 tahun sebanyak 37 orang, responden yang menyelesaikan pendidikan

selama 9-12 tahun sebanyak 38 orang dan responden yang menyelesaikan

tingkat pendidikan selama 12-17 tahun sebanyak 2 orang. Kondisi ini

menggambarkan bahwa mayoritas masyarakat Kecamatan Raimanuk

menyelesaikan tingkat pendidikan formal selama 9-12 tahun.

3. Pendapatan (X3)

Tabel 4.10
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pendapatan(X3)
Item < Rp. 500.000 – Rp. 1 Juta – 2 Rp. 2 Juta –
Pernyataan Rp.500.000 1 Juta Juta 5 Juta
1 7 38 41 8
2 15 47 31 1
Sumber data : Hasil olahan data primer, 2020
Selain tabel diatas rekapitulasi jawaban responden untuk variabel

Pendapatan(X3) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.5
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Pendapatan (X3)

53
50 47
45 41
40 38
35 31
30
25
20
15
15
10 7 8
5 1
0
< Rp.500.000 Rp. 500.000 – 1 Juta Rp. 1 Juta – 2 Juta Rp. 2 Juta – 5 Juta

X3.1 X3.2

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden untuk variabel

Pendapatan(X3) seperti pada tabel 4. dan grafik 4. Diatas maka dapat diketahui

bahwa :

1. Pertanyaan pertama dari variabel Pendapatan yaitu berapa pendapatan

bapak/ibu yang diterima dari pekerjaan pokok yang bapak/ibu lakukan.

Pertanyaan ini memperoleh jawaban dari responden yang memperoleh

pendapatan < Rp. 500.000 sebanyak 7 orang, responden yang memperoleh

pendapatan sebesar Rp. 500.000 – 1 juta sebanyak 38 orang, responden yang

memperoleh pendapatan sebesar Rp.1juta – 2 juta sebanyak 41 orang dan

repsonden yang memperoleh pendapatan sebesar Rp. 2 juta – 5 juta sebanyak

8 orang. Kondisi ini menggambarkan bahwa mayoritas masyarakat

Kecamatan Raimanuk kabupaten Belu memiliki pendapatan sebesar Rp. 1 juta

– 2 juta dari pekerjaan pokok yang mereka lakukan.

2. Pertanyaan kedua dari variabel Pendapatan yaitu berapa pendapatan yang

diperoleh dari pekerjaan sampingan yang bapak/ibu lakukan. Pertanyaan ini

54
memperoleh jawaban dari reponden yang memperoleh pendapatan < Rp.

500.000 sebanyak 15 orang, responden yang memperoleh pendapatan sebesar

Rp. 500.000 – 1 juta sebanyak 47 orang, responden yang memperoleh

pendapatan sebesar Rp.1juta – 2 juta sebanyak 31 orang dan repsonden yang

memperoleh pendapatan sebesar Rp. 2 juta – 5 juta sebanyak 1 orang. Kondisi

ini menggambarkan bahwa mayoritas responden memperoleh pendapatan

sebesar Rp. 500.000 – 1 juta dari pekerjaan sampingan yang mereka lakukan.

4. Beban Tanggungan (X4)

Tabel 4.11
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Beban Tanggunagn(X4)
Item Tidak ada Sedikit (1-2 Cukup Banyak (> 5
Pernyataan orang) banyak (2-5 orang)
orang)
1 0 53 36 5
2 0 55 38 1
3 75 19 0 0
Sumber data : Hasil olahan data primer, 2020
Selain tabel diatas rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Beban

Tanggungan(X4) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.6

55
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Beban Tanggungan (X4)

80 75
70

60 55
53
50

40 36 38

30
19
20

10 5
0 0 0 1 0
0
Tidak ada Sedikit (1-3 orang) Cukup banyak (3-5 Banyak (> 5 orang)
orang)

X4.1 X4.2 X4.3

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Beban

Tanggungan (X4) seperti pada tabel 4. dan grafik 4. Diatas maka dapat diketahui

bahwa :

1. Pertanyaan pertama dari variabel Beban Tanggungan yaitu berapa jumlah

anggota keluarga yang menjadi tanggungan bapak/ibu. Pertanyaan ini

memperoleh jawaban dari responden yang memiliki jumlah tanggungan

sedikit (1-3 orang) sebanyak 53 orang, responden yang memiliki jumlah

tanggungan dengan kategori cukup banyak (4-5 orang) sebanyak 36 orang dan

responden yang memiliki jumlah tanggungan dengan kategori banyak (> 5

orang ) sebanyak 5 orang. Kondisi ini menggambarkan bahwa mayoritas

penduduk Kacamatan Raimanuk Kabupaten Belu memiliki beban tanggungan

dengan kategori sedikit (1-3 orang).

56
2. Pertanyaan kedua dari variabel Beban Tanggungan yaitu berapa jumlah anak

kandung bapak/ibu. Pertanyaan ini memperoleh jawaban dari responden yang

memiliki jumlah anak kandung dengan kategori sedikit (1-3 orang) sebanyak

55 orang, responden yang memiliki jumlah anak dengan kategori cukup

banyak (4-5 orang) sebanyak 38 orang dan responden yang memiliki jumlah

anak dengan kategori banyak (>5 orang) sebanyak 1 orang. Kondisi ini

menggambarkan bahwa mayoritas penduduk di kecamatan Raimanuk

kabupaten Belu memiliki jumlah anak dengan kategori sedikit (1-3 orang)

3. Pertanyaan ketiga dari variabel Beban Tanggungan yaitu berapa jumlah anak

angkatyang dipelihara oleh bapak/ibu Pertanyaan ini memperoleh jawaban

dari responden yang tidak memiliki anak angkat sebanyak 75 orang dan

responden yang memiliki jumlah anak dengan kategori sedikit (1-3 orang)

sebanyak 19 orang. Kondisi ini menggambarkan bahwa mayoritas penduduk

di kecamatan Raimanuk kabupaten Belu tidak memiliki jumlah anak angkat.

5. Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

Tabel 4.12
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Konsumsi Keluarga Miskin(Y)
Item < Rp. 500.000 – Rp. 1 Juta – 2 Rp. 2 Juta –
Pernyataan Rp.500.000 1 Juta Juta 5 Juta
1 41 52 1 0
2 0 51 41 2
Sumber data : Hasil olahan data primer, 2020

Selain tabel diatas rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Konsumsi

Keluarga Miskin(Y) dapat dilihat pada grafik berikut ini :

57
Grafik 4.7
Rekapitulasi Jawaban Responden Variabel Konsumsi Keluarga Miskin(Y)

60
52 51
50
41 41
40

30

20

10
1 2
0 0
0
< Rp.500.000 Rp. 500.000 – 1 Rp. 1 Juta – 2 Juta Rp. 2 Juta – 5 Juta
Juta

Y1 Y2

Sumber data : hasil olahan data primer, 2020


Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden untuk variabel Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) seperti pada tabel 4. dan grafik 4. Diatas maka dapat diketahui

bahwa :

1. Pertanyaan pertama dari variabel Konsumsi Keluarga Miskin yaitu berapa

biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi selama seminggu. Pertanyaan ini

memperoleh jawaban dari responden yang memiliki pengeluaran kurang dari

Rp.500.000 seminggu sebanyak 41 orang, responden yang memiliki

pengeluaran Rp.500.000 – 1 juta seminngu sebanyak 52 orang dan responden

yang memiliki pengeluaran antara Rp.1-2 juta seminggu sebanyak 1 orang.

Kondisi ini menggambarkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu memiliki pengeluaran antara Rp.500.000 – 1 juta

seminggu untuk konsumsi.

58
2. Pertanyaan kedua dari variabel Konsumsi Keluarga Miskin yaitu berapa

pengeluaran bapak/ibu selama sebulan untuk konsumsi. Pertanyaan ini

memperoleh jawaban dari responden yang memiliki pengeluaran antara

Rp.500.000 – 1 juta sebulan sebanyak 51 orang, responden yang memiliki

pengeluaran antara Rp.1 – 2 juta sebulan sebanyak 41 orang dan responden

yang memiliki pengeluaran antara Rp. 2-5 juta sebulan sebanyak 2 orang.

Kondisi ini menggambarkan bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu memiliki pengeluaran antara Rp. 500.000- 1 juta

sebulan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

4.4. Path Analisis ( Diagram Jalur )

Analisis jalur digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat, dengan

tujuan menjelaskan pengaruh langsung atau tidak langsung antar variabel eksogen

dengan variabel endogen

4.6.1. Model Persamaan Formal Pertama Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap

Pekerjaan (X1)

Analisis pengaruh variabel Pendidikan (X2) terhadap Pekerjaan (X1)

menggunakan analisis inferensial untuk mengetahui hubungan jalur diantara variabel

penelitian. Hasil analisis data dari persamaan struktural yang pertama dapat dilihat

pada table Output Spss di bawah ini:

Tabel 4.13
Pengaruh Pendidikan(X2) terhadap Pekerjaan (X1)
Coefficientsa

59
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 3.194 .405 7.895 .000


1
Pendidikan .021 .085 .025 .243 .809

a. Dependent Variable: Pekerjaan

Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Besarnya nilai koefisen jalur antara variabel Pendidikan (X2) terhadap

Pekerjaan (X1) adalah sebagai berikut :

Bentuk Persamaan Struktural I :

X1 = Py2X2+ zPz

X1 = 0,025X2 + 0,999
(0,809)

Nilai koefisien Jalur di luar model (zPz) diperoleh dari hasil perhitungan

zPz=√ 1−0,001 = 0,999

Berdasarkan hasil koefisien jalur diatas maka dapat disimpulkan bahwa :Nilai

signifikansi variabel Pendidikan (X2) terhadap Pekerjaan(X1) adalah sebesar

0,809>0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan

t hitungsebesar 0,243. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana

0,243 < 1,662. Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel Pekerjaan(X1) di Kecamatan Raimanuk

Kabupaten Belu

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate

60
1 .025a .001 -.010 1.25608

a. Predictors: (Constant), Pendidikan


b. Dependent Variable: Pekerjaan
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan

antara dua variabel, peneliti memberikan kriteria sebagai berikut :

1. 0 : Tidak ada hubungan antara dua variabel

2. > 0 – 0,25 : hubungan sangat lemah

3. > 0,25 – 0,5 : hubungan cukup

4. > 0,5 – 0,75 : hubungan kuat

5. > 0,75 – 0,99 : hubungan sangat kuat

6. 1 : hubungan sempurna

Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai

koefisien jalur variabel Pendidikan (X2) terhadap variabel Pekerjaan (X1) adalah

sebesar 0,025 yang berarti bahwa antara variabel Pendidikan (X2) dan Pekerjaan

(X1) memiliki hubungan yang sangat lemah.

Besarnya nilai determinasi ( R2) yang terdapat pada model Summary adalah

sebesar 0,001. Hasil ini menunjukan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh

variabel Pendidikan (X2) terhadap variabel Pekerjaan (X1) adalah sebesar 0,1%

sementara sisanya sebesar 99,9% dipengaruhi oleh variabel – variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model penelitian ini.

4.6.2. Model Persamaan Formal Kedua Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap

Pendapatan (X3)

61
Hasil analisis data dari persamaan formal yang kedua dapat dilihat pada table

Output Spss di bawah ini:

Tabel 4.14
Pengaruh Pendidikan(X2) terhadap Pendapatan(X3)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 2.179 .267 8.158 .000


1
Pendidikan .566 .056 .724 10.059 .000

a. Dependent Variable: Pendapatan

Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Besarnya nilai koefisen jalur antaravariabel Pendidikan (X2) terhadap

Pendapatan (X3) adalah sebagai berikut :

Bentuk Persamaan Struktural II :

X3 = Py2X2+ zPz

X3 = 0,724X2 + 0,689
(0,000)

Nilai koefisien Jalur di luar model (zPz) diperoleh dari hasil perhitungan

zPz=√ 1−0,524 = 0,689

Berdasarkan hasil koefisien jalur diatas maka dapat disimpulkan bahwa :Nilai

signifikansi variabel Pendidikan (X2) terhadap Pendapatan (X3) adalah sebesar 0,00

< 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitung

sebesar 10,059. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih besar dari t tabeldimana 10,059

62
> 1,662. Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) berpengaruh

signifikan terhadap variabel Pendapatan(X3) di Kecamatan Raimanuk Kabupaten

Belu

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate
a
1 .724 .524 .519 .82916

a. Predictors: (Constant), Pendidikan


b. Dependent Variable: Pendapatan
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Tabel output diatas menjelaskan bahwa besarnya nilai koefisien jalur variabel

Pendidikan (X2) terhadap variabel Pendapatan (X3) adalah sebesar 0,724 yang berarti

bahwa antara variabel Pendidikan (X2) dan Pendapatan (X3) memiliki hubungan

yang kuat.

Besarnya nilai determinasi ( R2) yang terdapat pada model Summary adalah

sebesar 0,524. Hasil ini menunjukan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh

variabel Pendidikan (X2) terhadap variabel Pendapatan (X3) adalah sebesar 52,4%

sementara sisanya sebesar 47,6% dipengaruhi oleh variabel – variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model penelitian ini

4.6.3. Model Persamaan Formal Ketiga Pengaruh Pekerjaan (X1), Pendidikan

(X2) dan Pendapatan (X3) Terhadap Beban Tanggungan (X4)

Hasil analisis data dari persamaan formal yang ketiga dapat dilihat pada table Output

Spss di bawah ini:

Tabel 4.15

63
Pengaruh Pekerjaan (X1), Pendidikan(X2) dan Pendapatan(X3) Terhadap
Beban Tanggungan (X4)
Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 5.950 .574 10.373 .000

Pekerjaan .187 .096 .201 1.955 .045


1
Pendidikan .003 .113 .004 .028 .977

Pendapatan -.098 .145 -.101 -.676 .501


a. Dependent Variable: Beban Tanggungan

Sumber data: Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Besarnyanilai koefisen jalur antaravariabelPekerjaan (X1), Pendidikan

(X2) ,Pendapatan (X3) terhadap Beban Tanggungan (X4)adalah sebagai berikut :

Bentuk Persamaan Struktural III :

X4 = Py1X1+ Py2X2+Py3X3+ zPz

X4 = 0,201X1 + 0,004X2 – 0,101X3 + 0,975


(0,045) (0,977) (0,501)

Nilai koefisien Jalur di luar model (zPz) diperoleh dari hasil perhitungan

zPz=√ 1−0,049 = 0,975

Berdasarkan hasil koefisien jalur diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai signifikansi variabel Pekerjaan (X1) terhadap Beban Tanggunagan(X4)

adalah sebesar 0,045< 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh

t tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar 1,955. Dengan demikian maka nilai t hitung

lebih besar dari t tabeldimana 1,955> 1,662. Hasil ini menunjukan bahwa

64
variabel Pekerjaan (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel Beban

Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu

2. Nilai signifikansi variabel Pendidikan (X2) terhadap Beban

Tanggunagan(X4) adalah sebesar 0,977> 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89),

maka dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar 0,028. Dengan

demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana 0,028 < 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Beban Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk

Kabupaten Belu

3. Nilai signifikansi variabel Pendapatan (X3) terhadap Beban

Tanggunagan(X4) adalah sebesar 0,501> 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89),

maka dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar -0,676. Dengan

demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -0,676 > 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pendapatan (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Beban Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk

Kabupaten Belu.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the


Estimate
a
1 .221 .049 .017 1.15256

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Pekerjaan, Pendidikan


b. Dependent Variable: Beban Tanggungan
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

65
Tabel output diatas menjelaskan bahwa besarnya nilai koefisien jalur variabel

Pekerjaan (X1), Pendidikan(X2) dan Pendapatan (X3) terhadap variabel Beban

Tanggungan (X4) adalah sebesar0,221 yang berarti bahwa antara variabel Pekerjaan

(X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X3) dan Variabel Beban Tanggungan (X4)

memilikihubungan yang sangat lemah.

Besarnya nilai determinasi ( R2) yang terdapat pada model Summary adalah

sebesar 0,049. Hasil ini menunjukan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh

variabel Pekerjaan (X1),Pendidikan(X2) dan Pendapatan (X3) terhadap variabel

Beban Tanggungan (X4) adalah sebesar 4,9% sementara sisanya sebesar 95,1%

dipengaruhi oleh variabel – variabel lain yang tidak dimasukan dalam model

penelitian ini.

4.6.4. Model Persamaan Formal Keempat Pengaruh Pekerjaan (X1),

Pendidikan (X2), Pendapatan (X3) dan Beban Tanggungan (X4) secara

parsial dan simultan Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

Hasil analisis data dari persamaan formal yang keempat dapat dilihat pada

table Output Spss di bawah ini:

Tabel 4.16
Pengaruh Pekerjaan (X1), Pendidikan(X2) dan Pendapatan(X3) dan Beban

Tanggungan (X4)secara parsial Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

66
(Constant) 4.481 .685 6.542 .000

Pekerjaan -.114 .079 -.155 -1.453 .150

1 Pendidikan -.005 .091 .001 -.001 .999

Pendapatan -.023 .117 -.030 -.199 .843

Beban Tanggungan .010 .085 .012 .113 .910

a. Dependent Variable: Pola Konsumsi Keluarga Miskin

Sumber data: Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Besarnyanilai koefisen jalur antaravariabelPekerjaan (X1), Pendidikan (X2),

Pendapatan (X3)dan Beban Tanggungan (X4) adalah sebagai berikut :

Bentuk Persamaan Struktural IV :

Y = Py1X1+ Py2X2+Py3X3+ Py4X4 + zPz

Y = -0,155X1 + 0,001X2 – 0,030X3 + 0,012X4 + 0,987


(0,150) (0,999) (0,843) (0,910)

Nilai koefisien Jalur di luar model (zPz) diperoleh dari hasil perhitungan

zPz=√ 1−0,025 = 0,987

Berdasarkan hasil koefisien jalur diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai signifikansi variabel Pekerjaan (X1) terhadap Pola Konsumsi Keluarga

Miskin(Y) adalah sebesar 0,150> 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka

dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar -1,453. Dengan demikian

maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -1,453 < 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pekerjaan (X1) tidak berpengaruh signifikan

67
terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu

2. Nilai signifikansi variabel Pendidikan(X2) terhadap Pola Konsumsi Keluarga

Miskin(Y) adalah sebesar 0,999 > 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka

dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar -0,001. Dengan demikian

maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -0,001< 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu

3. Nilai signifikansi variabel Pendapatan(X3) terhadap Pola Konsumsi Keluarga

Miskin(Y) adalah sebesar 0,843 > 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka

dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar -0,199. Dengan demikian

maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -0,199 < 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pendapatan (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu

4. Nilai signifikansi variabel Beban Tanggungan(X4) terhadap Pola Konsumsi

Keluarga Miskin(Y) adalah sebesar 0,910 > 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89),

maka dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar 0,113. Dengan

demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana 0,113 < 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Beban Tanggungan (X4) tidak berpengaruh

68
signifikan terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di

Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu

Pengaruh Pekerjaan (X1), Pendidikan (X2), Penadapatan (X3) dan Beban

Tanggungan (X4) Secara simultan dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.17
Pengaruh Pekerjaan (X1), Pendidikan(X2) dan Pendapatan(X3) dan Beban
Tanggungan (X4)secara simultan Terhadap Pola Konsumsi Keluarga
Miskin (Y)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1.949 4 .487 .565 .689b

1 Residual 76.785 89 .863

Total 78.734 93

a. Dependent Variable: Pola Konsumsi Keluarga Miskin


b. Predictors: (Constant), Beban Tanggungan, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan
Sumber data : Hasil olahan data Primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Berdasarkan hasil output Spss diatas maka dapat dijelaskan bahwa Untuk

alpha ( α ) sebesar 0,05 dengan df1 = k -1 ( 5 – 1 = 4) dan df2 = n-k-2 ( 94-5-2 =

87) , maka dapat diperoleh F tabel sebesar 2,71 dan F hitungsebesar 0,565. Dengan

demikian maka nilai F hitunglebih besar dari F tabel dimana 0,565 < 2,71dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,689 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara

simultan tidak terdapat pengaruh yangsignifikan antara variabel

Pekerjaan( X1 ),Pendidikan(X2 ),Pendapatan (X3) dan Beban Tanggungan (X4)

terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu.

Model Summaryb

69
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
a
1 .157 .025 -.019 .92884

a. Predictors: (Constant), Beban Tanggungan, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan

b. Dependent Variable: Pola Konsumsi Keluarga Miskin


Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan SPSS versi 2020

Tabel output diatas menjelaskan bahwa besarnya nilai koefisien jalur variabel

Pekerjaan (X1), Pendidikan(X2),Pendapatan (X3) dan Beban Tanggungan (X4)

terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) adalah sebesar0,157 yang

berarti bahwa antara variabel Pekerjaan (X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X3),

Beban Tanggungan (X4) dan variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

memilikihubungan yang sangat lemah.

Besarnya nilai determinasi ( R2) yang terdapat pada model Summary adalah

sebesar 0,025. Hasil ini menunjukan bahwa kontribusi atau sumbangan pengaruh

variabel Pekerjaan (X1),Pendidikan(X2) dan Pendapatan (X3), Beban Tanggungan

(X4) terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)adalah sebesar 2,5%

sementara sisanya sebesar 97,5% dipengaruhi oleh variabel – variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model penelitian ini.

4.5. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif (SE) dimaksudkan untuk mengetahui besar pengaruh atau

kontribusi masing-masing variabel bebas (X) terhadap besarnya nilai variabel terikat

(Y). Total kontribusi dari setiap variabel bebas (X) akan sama besarnya dengan nilai

koefesien determinasi (R2)

70
Tabel 4.18
Rekapitulasi Nilai Koefisien beta, Koefisien Korelasi dan SE
Variabel Koefisien Beta Koefisien SE
Korelasi
Pekerjaan -0,155 -0,154 0,024
Pendidikan 0,001 -0,027 -0,000
Pendapatan -0,030 -0,035 0,001
Beban 0,012 -0,016 -0,000
Tanggungan
Jumlah 0,025
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan Spss versi 2020

Rumusan untuk menghitung SE adalah sebagai berikut :


SE (X)% = Betax x Koefisien Korelasi
1. Sumbangan Efektif variabel Pekerjaan (X1) terhadap Pola Konsumsi
Keluarga Miskin(Y)yaitu :
SE(X1)% = BetaX1 x rxy x
SE(X1)% = ( -0,155 ) x ( -0,154)
SE(X1)% = 0,024

2. Sumbangan Efektif variabel Pendidikan (X2) terhadap Pola Konsumsi


Keluarga Miskin (Y) yaitu :
SE(X2)% = BetaX2 x rxy
SE(X2)% = (0,001) x (-0,027)
SE(X2)% = -0,000
3. Sumbangan Efektif variabel Pendapatan (X3) terhadap Pola Konsumsi
Keluarga Miskin (Y) yaitu :
SE(X3)% = BetaX3 x rxy
SE(X3)% = (-0,030) x ( -0,035)
SE(X3)% = 0,001
4. Sumbangan Efektif variabel Beban Tanggungan (X4) terhadap Pola Konsumsi
Keluarga Miskin (Y) yaitu :
SE(X3)% = BetaX4 x rxy

71
SE(X3)% = (0,012) x ( -0,016)
SE(X3)% = -0,000

Jadi Sumbangan Efektif (SE) total dapat dihitung sebagai berikut :


SE total = SE(X1)+ SE(X2) + SE(X3) + SE(X4)
SE total = 0,024 – 0,000 + 0,001 – 0,000
SE total = 0,025
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa sumbangan

efektif (SE) variabel Pekerjaan(X1) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

adalah sebesar 0,024, kemudian sumbangan efektif variabel Pendidikan (X2)

terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) adalah sebesar -0,000, sumbangan

efektif variabel Pendapatan(X3) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) adalah

sebesar 0,001 dan sumbangan efektif variabel Beban Tanggungan (X4) terhadap Pola

Konsumsi Keluarga Miskin (Y) adalah sebesar -0,000 . Untuk sumbangan total

adalah sebesar 0,025 atau sama dengan koefisien determinasi(R square) analisis

regresi yakni 0,025

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pekerjaan (X1)

memiliki pengaruh lebih dominan terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga

Miskin(Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu dari pada variabel Pendidikan

(X2), Pendapatan (X3) dan Beban Tanggungan (X4)

4.6. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung

Berdasarkan hasil penelitian pada persamaan struktural pertama, kedua,

Ketiga dan Keempat maka dapat di ketahui bahwa :

72
1. Hubungan langsung variabel Pekerjaan (X1) terhadap Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu yaitu sebesar

-0,155 atau sebesar -15,5%

2. Hubungan langsung variabel Pendidikan (X2) terhadap Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu yaitu sebesar

0,001 atau sebesar 0,1%

3. Hubungan langsung variabel Pendapatan (X3) terhadap Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu yaitu sebesar

-0,030 atau sebesar -3%

4. Hubungan langsung variabel Beban Tanggungan (X4) terhadap Pola

Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

yaitu sebesar 0,012 atau sebesar 1,2%

5. Hubungan langsung variabel Pekerjaan (X1) terhadap variabel Beban

Tanggungan (X4) yaitu sebesar 0,201 atau sebesar 20,1%

6. Hubungan langsung variabel Pendidikan (X2) terhadap variabel Beban

Tanggungan (X4) yaitu sebesar 0,004 atau sebesar 0,4%

7. Hubungan langsung variabel Pendapatan (X3) terhadap variabel Beban

Tanggungan (X4) yaitu sebesar -0,101 atau sebesar -10,1%

8. Pengaruh tidak langsung variabel Pendidikan (X2) terhadap Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) melalui variabel Beban Tangungan (X4) sebagai

variabel mediasi yaitu perkalian nilai beta variabel Pendidikan (X2) terhadap

variabel Beban Tanggungan (X4) dengan nilai beta variabel Beban

73
Tanggungan (X4) terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

yaitu 0,004 x 0,012 = 0,000

Dari hasil perhitungan hubungan langsung (direct effect ) dan hubungan tidak

langsung (indirect effect) di atas, maka untuk menyederhanakan interpretasinya,

dibuat dalam bentuk rekapitulasi hasil perhitungan yang dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini:

Tabel 4.19
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung antara Variabel X Terhadap
Variabel Y
Variabel Hubungan Langsung Hubungan
Tidak Total
Langsung
X4 Y Y
X1 0,201 -0,155 - 0,046
X2 0,004 0,001 0,000 0,005
X3 -0,101 -0,030 - -0,131`
X4 - 0,012 - 0,012
Total 0,104 -0,172 0,000
Sumber data : Hasil olahan data primer dengan bantuan Spss versi 2020

74
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan hubungan langsung dan tidak

langsung di atas maka dapat digambarkan hubungan struktural antara variabel

independen dan dependen seperti pada diagram berikut ini :

Gambar 4.2
Hubungan Struktural Analisis Jalur Pekerjaan(X1), Pendidikan(X2),
Pendapatan (X3)TerhadapPola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) Melalui Beban
Tanggungan(X4) sebagai Variabel Moderasi

0,975

Pekerjaan 0,987
-0,155
(X1)

0,201

Pendidikan 0,004 Pola


Beban 0,012
(X2) Konsumsi
Tanggungan
(X4) Keluarga
Miskin (Y)
-0,101
-0,030
0,001
Pendapatan
Berdasarkan gambar struktural diatas maka dapat dibuat persamaan struktural
(X3)
sebagai berikut :

Persamaan Struktural I : 0,201X1 + 0,004X2 - 0,101X3 + 0,975

Persamaan Struktural II : -0,155X1 + 0,001X2 – 0,030X3 + 0,012X4 + 987

4.7. Pembahasan Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diatas maka dapat

dijelaskan sebagai berikut :

75
1. Pengaruh Pekerjaan (X1) Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y)

di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel

Pekerjaan (X1) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) adalah sebesar 0,150 >

0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitung

sebesar -1,453. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -1,453 <

1,662. Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pekerjaan (X1) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di Kecamatan

Raimanuk Kabupaten Belu.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan

akan menentukan status social ekonomi seseorang karena dari bekerja segala

kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi

namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau

upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Soeroto

(1986) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan, dari

pendapatan yang diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan keluarganya untuk

mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan menjadi lebih jelas,

barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara

nyata dan aktif dalam pembangunan.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. kondisi ketidak

mampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi

76
kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang maupun papan. Kemampuan

pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kurangnya kemampuan untuk

memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar

pendidikan. Menurut Chambers (2001) menyebutkan bahwa kemiskinan dipahami

sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang

lima dimensi yaitu Kemiskinan, ketidak berdayaan, kerentanan menghadapi situasi

darurat, ketergantungan dan keterasingan baik secara geografis maupun sosiologis.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pekerjaan

(X1) berpengaruh signifikan terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di

Kecamatan Raimanuk, Kabuaten Belu.

2. Pengaruh Pekerjaan (X1) Terhadap Beban Tangungan (X4) di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa nilai signifikansi

variabelPekerjaan (X1) terhadap Beban Tanggunagan(X4) adalah sebesar 0,045<

0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitung

sebesar 1,955. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih besar dari t tabeldimana

1,955>1,662. Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pekerjaan (X1) berpengaruh

77
signifikan terhadap variabel Beban Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk

Kabupaten Belu. Kondisi ini menjelaskan bahwa dengan bekerja maka seseorang

akan mendapatkan pendapatan yang nantinya digunakan untuk menanggung semua

kebutuhan hidup anggota keluarga .

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat dijelaskan bahwa

pekerjaan akan menentukan status social ekonomi seseorang karena dari bekerja

segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai

ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan

imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soeroto (1986) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang akan memperoleh

pendapatan, dari pendapatan yang diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan

keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan

menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata

berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal 1 rumah tapi belum bekerja. Menurut Todaro (1987)

mengatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula

kebutuhan yang terpenuhi, sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tersebut berada dalam keadaan

tidak seimbang atau miskin.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas mampu memperkuat hipotesis yang mengaatakan bahwa Pekerjaan (X1)

78
berpengaruh signifikan terhadap Beban Tanggungan (X4) di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu.

3. Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap Beban Tangungan (X4) di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel

Pendidikan (X2) terhadap Beban Tanggungan(X4) adalah sebesar 0,977 > 0,05 dan

dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar

0,028. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana 0,028 < 1,662.

Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Beban Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat dijelaskan bahwa

pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat bermanfaat

seumur hidup bagi manusia, dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat

membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem

teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara alamiah

untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan tanah

airnya. Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Siagian, 2006).

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal 1 rumah tapi belum bekerja. Menurut Todaro (1987)

79
mengatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula

kebutuhan yang terpenuhi, sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tersebut berada dalam keadaan

tidak seimbang atau miskin.

Dengan demikian maka berdarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pendidikan

(X2) berpengaruh signifikan terhadap Beban Tanggungan (X4) di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu.

4. Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin

(Y) Melalui Variabel Beban Tanggungan (X4) Sebagai Variabel Mediasi

di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa pengaruh langsung Pendidikan

(X2) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) adalah sebesar 0,001 dan

Pengaruh tidak langsung variabel Pendidikan (X2) terhadap Pola Konsumsi Keluarga

Miskin (Y) melalui variabel Beban Tangungan (X4) adalah sebesar 0,000. Dengan

demikian maka pengaruh langsung sebesar 0,001 lebih besar dari pada pengaruh tidak

langsung sebesar 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara langsung

Pendidikan (X2) berpengaruh terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin tanpa

dimediasi oleh variabel Beban Tanggungan (X4).

80
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat dijelaskan bahwa

pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat bermanfaat

seumur hidup bagi manusia, dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat

membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem

teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara alamiah

untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan tanah

airnya. Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Siagian, 2006).

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal 1 rumah tapi belum bekerja. Menurut Todaro (1987)

mengatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula

kebutuhan yang terpenuhi, sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tersebut berada dalam keadaan

tidak seimbang atau miskin.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. kondisi ketidak

mampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang maupun papan. Kemampuan

pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kurangnya kemampuan untuk

memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar

81
pendidikan. Menurut Chambers (2001) menyebutkan bahwa kemiskinan dipahami

sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang

lima dimensi yaitu Kemiskinan, ketidak berdayaan, kerentanan menghadapi situasi

darurat, ketergantungan dan keterasingan baik secara geografis maupun sosiologis.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Beban

Tanggungan (X4) mampu memediasi pengaruh Pendidikan (X2) terhadap Pola

Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

5. Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap Pekerjaan (X1) di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu.

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwaNilai signifikansi variabel

Pendidikan (X2) terhadap Pekerjaan(X1) adalah sebesar 0,809>0,05 dan dk = n –k

(94 – 5 = 89), maka dapat diperoleht tabel sebesar 1,662 dan t hitun gsebesar 0,243.

Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana 0,243 < 1,662. Hasil ini

menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel Pekerjaan(X1) di Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat dijelaskan bahwa

pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat bermanfaat

seumur hidup bagi manusia, dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat

membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem

82
teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara alamiah

untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan tanah

airnya. Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Siagian, 2006).

pekerjaan akan menentukan status social ekonomi seseorang karena dari

bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai

nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan

imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soeroto (1986) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang akan memperoleh

pendapatan, dari pendapatan yang diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan

keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan

menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata

berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pendidikan

(X2) berpengaruh signifikan terhadap Pekerjaan (X1) di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu

6. Pengaruh Pendidikan (X2) Terhadap Pendapatan (X3) di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu

83
Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwaNilai signifikansi variabel

Pendidikan (X2) terhadap Pendapatan(X3) adalah sebesar 0,00<0,05 dan dk = n –k

(94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar 10,059.

Dengan demikian maka nilai t hitunglebih besar dari t tabeldimana 10,059 > 1,662. Hasil

ini menunjukan bahwa variabel Pendidikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap

variabel Pendapatan(X3) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas dapat dijelaskan bahwa

pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat bermanfaat

seumur hidup bagi manusia, dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat

membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi, sistem

teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara alamiah

untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan tanah

airnya. Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar

dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Siagian, 2006).

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan

yang menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu ( Samuelson dan Nordhaus, 2002). Defenisi lain

dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan

biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan

demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam

masyarakat.

84
Dengan demikian maka berdasarkan penjelasan hasil pengujian hipotesis dan

penjelasan teori diatas mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa

Pendidikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan (X3) di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu.

7. Pengaruh Pendapatan (X3) Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin

(Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa Nilai signifikansi variabel

Pendapatan(X3) terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) adalah sebesar 0,843

> 0,05 dan dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitung

sebesar -0,199. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -0,199 <

1,662. Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pendapatan (X3) tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel Pola Konsumsi Keluarga Miskin(Y) di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat dijelaskan bahwa

pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup

masyaraka, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep

pendapatan yang menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Defenisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.

85
Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi

keluarga dalam masyarakat.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. kondisi ketidak

mampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang maupun papan. Kemampuan

pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kurangnya kemampuan untuk

memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar

pendidikan. Menurut Chambers (2001) menyebutkan bahwa kemiskinan dipahami

sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang

lima dimensi yaitu Kemiskinan, ketidak berdayaan, kerentanan menghadapi situasi

darurat, ketergantungan dan keterasingan baik secara geografis maupun sosiologis.

Dengan demikian berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan teori

diatas maka tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa

Pendapatan (X3) berpengaruh signifikan terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin

(Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

8. Pengaruh Pendapatan (X3) Terhadap Beban Tangungan (X4) di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Hasil analisis jalur (Path) menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel

Pendapatan (X3) terhadap Beban Tanggunagan(X4) adalah sebesar 0,501 > 0,05 dan

dk = n –k (94 – 5 = 89), maka dapat diperoleh t tabel sebesar 1,662 dan t hitungsebesar

86
-0,676. Dengan demikian maka nilai t hitunglebih kecil dari t tabeldimana -0,676 <1,662.

Hasil ini menunjukan bahwa variabel Pendapatan (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel Beban Tanggungan(X4) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat dijelelaskan bahwa

pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup

masyaraka, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep

pendapatan yang menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Defenisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.

Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi

keluarga dalam masyarakat.

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal 1 rumah tapi belum bekerja. Menurut Todaro (1987)

mengatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula

kebutuhan yang terpenuhi, sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tersebut berada dalam keadaan

tidak seimbang atau miskin.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa Pendapatan

87
(X3) berpengaruh signifikan terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

9. Hubungan Pekerjaan (X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X3) dan Beban

Tanggungan (X4) Terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menjelaskan bahwa Untuk alpha ( α )

sebesar 0,05 dengan df1 = k -1 ( 5 – 1 = 4) dan df2 = n-k-2 ( 94-5-2 = 87) , maka

dapat diperoleh F tabel sebesar 2,71 dan F hitungsebesar 0,565. Dengan demikian maka

nilai F hitunglebih besar dari F tabel dimana 0,565 < 2,71 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,689 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel Pekerjaan( X1 ),Pendidikan (X2 ),

Pendapatan (X3) dan Beban Tanggungan (X4) terhadap variabel Pola Konsumsi

Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diatas maka dapat dijelaskan bahwa

pekerjaan akan menentukan status social ekonomi seseorang karena dari bekerja

segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai

ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan

imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Soeroto (1986) menjelaskan bahwa dengan bekerja orang akan memperoleh

pendapatan, dari pendapatan yang diterima orang tersebut diberikan kepadanya dan

keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan

88
menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata

berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan dapat

bermanfaat seumur hidup bagi manusia, dengan pendidikan diharapkan seseorang

dapat membuka pikiran untuk menerima hal-hal baru baik berupa teknologi, materi,

sistem teknologi, maupun berupa ide-ide baru serta bagaimana cara berpikir secara

alamiah untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan dirinya, bagi masyarakat dan

tanah airnya. Pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar

mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang

lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Siagian, 2006).

Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang memenuhi tingkat hidup

masyaraka, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat

memenuhi kebutuhan. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep

pendapatan yang menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Defenisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil

pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.

Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi

keluarga dalam masyarakat.

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan dari rumah tangga tersebut, baik itu saudara kandung maupun saudara

bukan kandung yang tinggal 1 rumah tapi belum bekerja. Menurut Todaro (1987)

mengatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar pula

89
kebutuhan yang terpenuhi, sehingga terjadilah penerimaan pendapatan yang tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan keluarga tersebut berada dalam keadaan

tidak seimbang atau miskin.

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara ekonomi untuk

memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. kondisi ketidak

mampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang maupun papan. Kemampuan

pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak pada kurangnya kemampuan untuk

memenuhi standar hidup rata-rata seperti kesehatan masyarakat dan standar

pendidikan. Menurut Chambers (2001) menyebutkan bahwa kemiskinan dipahami

sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.

Dalam arti luas mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang

lima dimensi yaitu Kemiskinan, ketidak berdayaan, kerentanan menghadapi situasi

darurat, ketergantungan dan keterasingan baik secara geografis maupun sosiologis.

Dengan demikian maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan penjelasan

teori diatas tidak mampu memperkuat hipotesis yang mengatakan bahwa

Pekerjaan(X1), Pendidikan (X2), Pendapatan (X3), dan Beban Tanggungan (X4)

terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin (Y) di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten

Belu.

90
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya , maka

dapat ditarikbeberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pekerjaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu

2. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pekerjaan berpengaruh signifikan

terhadap Beban Tanggungan di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

91
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendidikan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Beban Tanggungan di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

4. Hasil penelitian menunjukan bahwa Beban Tanggungan tidak mampu

memediasi pengaruh Pendidikan terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin di

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendidikan tidak berpegaruh signifikan

terhadap Pekerjaan di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

6. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap Pendapatan di Kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu

7. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kecamatan Raimanuk,

Kabupaten Belu

8. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Beban Tanggungan di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu

9. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara Pekerjaan, Pendidikan, Pendapatan dan Beban

Tanggungan terhadap Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kecamatan

Raimanuk, Kabupaten Belu

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan uraian di atas maka ada

beberapa hal penting yang bisa penulis rekomendasikan kepada masyarakat

Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu antara lain:

92
1. Masyarakat kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu perlu untuk meningkatkan

pendapatan dengan menggali semua potensi sumber daya yang dimiliki guna

untuk memenuhi semua kebutuhan hidup sehingga bisa mengurangi angka

kemiskinan

2. Kepada pembaca penulis berharap tulisan ini bisa memberikan suatu

informasi dan untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai

pengaruh Pekerjaan, Pendidikan, Pendapatan dan Beban Tanggungan terhadap

Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

93

Anda mungkin juga menyukai