PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam
menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling
efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling
melengkapi dan mendukung antara satru sama lain. Tujuan pendidikan adalah melestarikan
dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa
mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita
sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih
baik kedepannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya,
dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan
manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan
merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan,
agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan
umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu
pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia
akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian
seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau
kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu
dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia
dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya
oleh indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain
karena ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang
vokal berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kebudayaan mengenal ruang dan tempat
tumbuh kembangnya, dengan mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan. Manusia
tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat pindah ke ruang lain pada
masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada persebaran kebudayaan, dari masa ke masa,
dan dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang
berlainan, dimungkinkan adanya unsur-unsur persamaan di samping perbedaan-perbedaan.
Oleh karena itu di luar masanya, suatu kebudayaan dapat dipandang ketinggalan zaman
(anakronistik), dan di luar tempatnya dipandang asing atau janggal.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan dan kebudayaan ?
2. Apa saja unsur-unsur dalam pendidikan dan kebudayaan ?
3. Bagaimana Hubungan Pendidikan dengan kebudayaan ?
4. Bagaimana implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Jadi Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan
menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan
selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman
modern.
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan,
mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan
unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan
menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan
merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar
nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena
keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta
kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat
dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap
masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi
bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai
generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam
masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara
formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan
utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah
jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan
individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan
dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha
untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan
pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada
hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan
dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
Misalnya pendidikan sebagai transformasi budaya, Sebagai proses transformasi
budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya
tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat
kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut
mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja,
perkawinan, bercocok tanam, dan seterusya.
Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui sosialisasi
sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu menjadi satu dengan
dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan dalam kehidupan nyata.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar, 1998:1). Pendidikan secara praktis
tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling
efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan
bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh
pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga
proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter
bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada,
terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam
lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak
dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya.
Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih
mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di
lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa
dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing
dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak
mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan
terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai
budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan.
Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib dipertahankan dan dikembangkan, sebab
berfungsi sebagai filter (counter culture) dan motor penggerak dalam meningkatkan
kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang
terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak.