Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam
menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling
efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling
melengkapi dan mendukung antara satru sama lain. Tujuan pendidikan adalah melestarikan
dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikan, kita bisa
mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi kegenerasi selanjutnya, dan juga kita
sebagai masyarakat mencita-citakan terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih
baik kedepannya, maka sudah dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan menifestasinya,
dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman modern.
Manusia sebagai mahluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju, ketika alamlah yang mengendalikan
manusia dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keinginantahuan yang terus
berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dadpat mengubah alam menjadi
sesuatu yang berguna, maka alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Kebudayaan
merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusastraan,
agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan. Dalam pengertian yang sederhana dan
umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. 
 manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu
pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia
akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian
seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau
kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu
dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia
dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya
oleh indiividu lain. Berbagai gagasannya dapat dikomunikasikannya kepada orang lain
karena ia mampu mengembangkan gagasan-gagasannya itu dalam bentuk lambang-lambang
vokal berupa bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kebudayaan mengenal ruang dan tempat
tumbuh kembangnya, dengan mengalami perubahan, penambahan dan pengurangan. Manusia
tidak berada pada dua tempat atau ruang sekaligus, ia hanya dapat pindah ke ruang lain pada
masa lain. Pergerakan ini telah berakibat pada persebaran kebudayaan, dari masa ke masa,
dan dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai akibatnya di berbagai tempat dan waktu yang
berlainan, dimungkinkan adanya unsur-unsur persamaan di samping perbedaan-perbedaan.
Oleh karena itu di luar masanya, suatu kebudayaan dapat dipandang ketinggalan zaman
(anakronistik), dan di luar tempatnya dipandang asing atau janggal.
1.2. Rumusan Masalah
            1. Apa pengertian Pendidikan dan kebudayaan ?
2. Apa saja unsur-unsur dalam pendidikan dan kebudayaan ?
3. Bagaimana Hubungan Pendidikan dengan kebudayaan ?
4. Bagaimana implikasi teori kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Dan kebudayaan


      Pendidikan
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha
manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu
mengandung pengertian:
1. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku
yang berlaku dalam masyarakatnya
2. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan sosial dan
mengembangkan pribadinya.   
Sedangkan menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang
terkenal Cultural History of Western Education bahwa: Pendidikan adalah kegiatan menerima
dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke
generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas
yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan,
menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.

      Kebudayaan
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Jadi Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam hal berbagai bentuk dan
menifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan
selalu berkembang dan berubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman tradisional untuk memasuki zaman
modern.

Kebudayaan merupakan karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian,


kesusastraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
2.2 unsur-unsur pendidikan dan kebudayaan

           Unsur-unsur pendidikan, meliputi :

1.     Peserta Didik


                 Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom,
yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a.    Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan
yang unik.
b.    Individu yang sedang berkembang.
c.    Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d.    Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
2.    Orang yang membimbing (pendidik)
                     Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang
tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

3.    Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


                               Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.

4.    Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


a.     Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat
jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan
atas alat yang preventif dan yang kuratif.
b.    Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan).
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat.

           Unsur-unsur Kebudayaan, meliputi :

 Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan


bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di
berbagai penjuru dunia.Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :
1.      Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai
bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia
dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam
analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa
yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu.
2.      Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia.
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem
pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan
kemarau.
Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat
menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya
didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang
bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus
mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut.
Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan
bintang di langit..
3.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat
berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi
yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk
dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
4.      Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara
mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
a. berburu dan meramu
b. beternak
c. bercocok tanam di ladang
d. menangkap ikan
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di
daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam
mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk
tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya.
Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya
dalam mencari pekerjaan.
5.      Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu
melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.
Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar
Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada
zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
6.      Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut
berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran,
dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama
dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan
seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri
atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat
ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan
koreografi.

2.3 Hubungan pendidikan dengan kebudayaan

Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan,
mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan
unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan
menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan
merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar
nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena
keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta
kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat
dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap
masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi
bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai
generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam
masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara
formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan
utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah
jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan
individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan
dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha
untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan
pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada
hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan
dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
Misalnya pendidikan sebagai transformasi budaya, Sebagai proses transformasi
budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain. Seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya
tertentu. Di dalam lingkungan masyarakat dimana seorang bayi dilahirkan telah terdapat
kebiasaan-kebiasaan tertentu seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Hal-hal tersebut
mengenai banyak hal seperti bahasa, cara menerima tamu, makanan, istirahat, bekerja,
perkawinan, bercocok tanam, dan seterusya.

Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke


generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok untuk
diteruskan misalnya nilai-nilia kejujuran, rasa tanggung jawab, dan yang lain-lain.
Disini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semata-mata mengekalkan
budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai tugas meyiapkan peserta didik untuk
hari esok.

2.4 Implikasi  kebudayaan terhadap pendidikan di Indonesia

Budaya dicapai manusia melalui proses yang panjang, melalui pendidikan, melalui sosialisasi
sehingga diperoleh internalisasi nilai yang menjadikan sesuatu nilai itu menjadi satu dengan
dirinya, menjadi miliknya yang diaktualisasikan secara spontan dalam kehidupan nyata.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses budaya (Djohar, 1998:1). Pendidikan secara praktis
tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling
efektif adalah melalui proses pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena
saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan
bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh
pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga
proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter
bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses
internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di
masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik berada,
terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak terpishkan dalam
lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak
dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan peserta didik tercerabut dari akar budayanya.
Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia
menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih
mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di
lingkungan terdekat berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa
dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing
dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak
mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan
terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan. Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai
budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan.
Oleh karena itu kebudayaan suatu bangsa wajib dipertahankan dan dikembangkan, sebab
berfungsi sebagai filter (counter culture) dan motor penggerak dalam meningkatkan
kreatifitas yang tinggi, ketahanan jati diri, dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

Pendidikan dipandang sebagai proses melaksanakan acculturation and culturation, artinya


pendidikan adalah sebagai sarana pengembangan budaya, ekonomi, teknologi dan
pengetahuan sekaligus pula pendidikan harus dapat mengembangkan sikap hidup, cara
bekerja yang tercermin dalam sistem kemasyarakatan sehingga mampu menghadapi
perkembangan yang ada tanpa membawa akibat destruktif terhadap identitas bangsa sebagai
subjek budaya. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada
program pendidikan secara formal yaitu melalui pendidikan di sekolah. Melalui sekolah,
siswa belajar berbagai macam hal yang nantinya menunjukkan adanya perubahan yang
sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan
pengetahuan baru. Salah satu peran kebudayaan dalam pendidikan di sekolah adalah
membentuk kepribadian.
                           
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
        Kebudayaan adalah suatu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang
terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak.

pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan


potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan dengan
pendidikan sangat erat sekali keduanya saling berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan
karena saling dan membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dalam konteks, dapat dilihat hubungan antara pendidikan dan kebudayaan.
Kebudayaan akan terlestarikan dalam setiap ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila
para generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai-nilai budaya atau cara yang paling efektif dalam mentrasnfer nilai-nilai
budaya adalah dengan cara proses pendidikan, karena keduanya sangat erat hubungannya.
3.2 Saran
Adapun saran saya sebagai penyusun makalah ini yaitu:
1. Kita sebagai generasi bangsa Indonesia yang kaya akan budaya, sepatutnya kita
mempertahankan budaya lama yang baik sebagai warisan kebudayaan luhur menjadi
karakteristik bangsa kita.
2. kita kembangkan pendidikan kita yang sesuai dengan kebudayaan bangsa untuk meraih
kebudayaan dan peradaban yang cemerlang.

Anda mungkin juga menyukai