Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

OLEH:
NAMA : ZELNI FADDIA EFFENDI
NIM : P031814401080
PRODI : D III KEPERAWATAN/ III B

CLINICAL TEACHER (CT) CLINICAL INSTRUCTURE(CI)

( ) ( )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D III KEPERAWATAN
TA. 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental,
dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga
berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti
akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan
secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat
lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman.
(Keliat, 2011).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. (Departemen Kesehatan
RI, 2000)
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia.(Keliat, Budi, 2006)

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Yang mempengaruhi harga diri : penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang
b. Yang mempengaruhi performa peran : sterotip peran gender,
tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma : misal penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran : hubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi : Ada 3
transisi peran yaitu transisi perkembangan seperti perubahan
normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Transisi peran
situasi, terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian. Transisi peran sehat
sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
(Stuart GW, Sundeen S.J.2005)

C. Manifestasi Klinis
1. Data subjektif:
a. Perasaan tidak mampu
b. Rasa bersalah
c. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
d. Sikap negative pada diri sendiri
e. Sikap pesimis pada kehidupan
f. Keluhan sakit fisik
g. Pandangan hidup yang terpolarisasi
h. Menolak kemampuan diri sendiri
i. Mengungkapkan kegagalan diri sendiri
j. Ketidakmampuan menetukan tujuan

2. Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Mengukur diri sendiri dan orang lain
c. Destruktif pada orang lain
d. Destruktif terhadap diri sendiri
e. Menolak diri secara sosial
f. Penyalahgunaan obat
g. Menarik diri dan realistis
h. Khawatir
i. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
j. Menunujukkan tanda depresi (susah tidur dan tidak nafsu makan)

(Sudden & Stuart, 2005)

D. Patopsikologi
Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor
predisposisi yang diantaranya pengalaman kanak-kanak yang merupakan
faktor kontribusi pada gangguan konsep diri, arah yang tidak menerima
kasih sayang, individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan
kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri,
penolakan orang tua, harapan realistis. Selain faktor predisposisi, faktor
presipitasi juga salah satu penyebab terjadinya harga diri rendah yang
diantaranya pola asuhan anak yang tidak cepat atau dituruti, kesalahan dan
kegagalan berulang kali, cita-cita yang tidak dapat dicapai gagal,
bertanggung jawab tehadap diri sendiri.
(Keliat, Budi Anna, 2006)

E. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep diri : Harga Diri Rendah

Koping individu

F. Klasifikasi
1. Situasional: terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya operasi,
kecelakaan, perceraian, dan korban pemerkosaan
2. Kronik: perasaan negatif tela berlangsung lama, yaitu sebelum dirawat
klien mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif pada dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan proses respon yang maladaptif.

G. Penatalaksanaan
1. Psikofarmako
a. Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan
menilai realistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku aneh
Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
b. Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk
pascaenchepalitis dan idiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis
berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna
2. Psikoterapi
a. Terapi okupasi/ rehabilitasi
Terapi terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan
menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut
berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan
dan kekurangan pasien. Selain itu sebagai strategi penurunan stress
dan mengenal masalah dan perlibatan kembali pasien ke dalam
aktivitas.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan
maksud untuk
3. Manipulasi lingkungan
a. Bersikap menerima psien dan negatifismenya
b. Melibatkan pasien dalam aktivitas kelompok dan aktivitas di
ruangan
c. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan
tanggungjawabnya sendiri. Misalnya, menata tempat tidur,
membersihkan alat makan, dan minum obat.
d. Memberikan umpan balik positif untuk tugas-tugas yang dilakukan
secara mandiri

H. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
2. CT Scan
3. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
4. MRI
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Fokus Pengkajian
- Data Subyektif : Klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaaan malu terhadap orang lain dari diri-sendiri
- Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin
mengakhiri hidup.
(Stuart GW.Sundeen, 2005)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Isolasi sosial

(Keliat, BA.2006)

C. Intervensi
 Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
- Tujuan Umum : Klienmemiliki konsep diri yang positif
- Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubngan saling percaya
Intervensi :
a. Sapa klien dengan ramah dan nama panggilan yang
disukai klien
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Beri perhatian kepada klien dan perjhatikan kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
b. Hindarkan pemberi penilaian negatif setiap bertemu
klien
c. Untuk memberi pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki
a. Rencanakan bersama aktivitas klien yang dapat
dilakukan setiap hari
b. Tingkatkan kegiatna sesuai kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
a. Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan
b. Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
c. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
d. Diskusikan kemungkinan pelaksaan kegiatan setelah
pulang
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
dirumah
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
 Isolasi Sosial
- Tujuan Umum: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
- Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi:
a. Beri salam setiap interaksi
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janjji setiap kali
berinteraksi
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
klien
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
a. Tanyakan pada klien tentang:
- Orang yang tinggal serumah atau teman
sekamar klien
- Orang yang paling dekat dengan klien di rumah
atau di ruang perawatan
- Apa yang membuat klien dekat dengan orang
tersebut
- Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah
atau di ruang perawatan
- Apa yang membuat klien tidak dekat dengan
orang tersebut
- Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan
orang lain
b. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan orang lain
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
3. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan
social dan kerugianmenarik diri
a. Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan social
dan kerugian menarik diri
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan social dan kerugian menarik diri
c. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
a. Observasi perilaku klien saat berhubungan social
b. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan perawat lain, klien lain dan
kelompok.
c. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
d. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
e. Beti motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat
f. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
5. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah
berhubungan social
a. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah
berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok
b. Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
6. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan sosial
a. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
b. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien
mengatasi perilaku menarik diri
c. Jelaskan pada keluarga tentang:
- Pengertian menarik diri
- Tanda dan gejala menarik diri
- Penyebab dan akibat menarik diri
- Cara merawat kllien menarik diri
d. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
e. Tanyakan perasaan keluarga setalah mencoba cara yang
dilatihkan
f. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk
bersosialisasi
g. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya
merawat klien di rumah sakit
7. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian
tidak minum obat, nama, warna, dosisi, cara, efek
terapi dan efek samping penggunaan obat
b. Pantau klien saat penggunaan obat
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultsi
dengan dokter
e. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau
perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
2. SP-2 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih pasien
melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan  kemampuan  pasien.
3. SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan
masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.
4. SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2: Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri
rendah langsung kepada pasien.

D. Implementasi
1. Perawat mengimplementasikan intervensi yang teridentifikasi
dalam rencana asuhan.
2. Perawat menggunakan intervensi yang luas dirancang untuk
mencegah penyakit fisik dan mental, meningkatkan,
mempertahankan dan memulihkan kesehatan fisik dan mental
pasien.

E. Evaluasi
S: respon subjektif pasien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O: respon objektif pasien terhadap tindakan yang dilaksanakan
A: analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
masalah masih ada atau timbul masalah baru
P: tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon pasien.
BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37004552/LAPORAN_PENDAHULUAN_HARGA_
DIRI_RENDAH
https://www.academia.edu/7117564/LP_HDR
https://www.academia.edu/36053385/LAPORAN_PENDAHULUAN_HDR

Anda mungkin juga menyukai