Anda di halaman 1dari 9

Home > Askeb II (Persalinan) > Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan


Dasar Persalinan
Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi
seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta
dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan 
dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan
keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :

1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan
kelahiran.
2. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan
komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi
penyulit.
7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
8. Pemberian ASI sedini mungkin.

Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan.
Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan
yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan
kelahiran.

Konsep Asuhan Sayang Ibu


Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes, 2003 adalah sebagai berikut:

1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan
hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga
privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan,
menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan
melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa
yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Badan Coalition Of Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood


Intiative pada tahun 1987. CIMS merumuskan sepuluh langkah asuhan sayang ibu sebagai
berikut: (1) Menawarkan adanya pendampingan saat melahirkan untuk mendapatkan
dukungan emosional dan fisik secara berkesinambungan. (2) Memberi informasi mengenai
praktek kebidanan, termasuk intervensi dan hasil asuhan. (3) Memberi asuhan yang peka dan
responsif dengan kepercayaan, nilai dan adat istiadat. (4) Memberikan kebebasan bagi ibu
yang akan bersalin untuk memilih posisi persalinan yang nyaman bagi ibu. (5) Merumuskan
kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang berkesinambungan. (6)
Tidak rutin menggunakan praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah
tentang manfaatnya, seperti: pencukuran, enema, pemberian cairan intervena, menunda
kebutuhan gizi, merobek selaput ketuban, pemantauan janin secara elektronik. (7)
Mengajarkan pada pemberi asuhan dalam metode meringankan rasa nyeri dengan/ tanpa
obat-obatan. (8) Mendorong semua ibu untuk memberi ASI dan mengasuh bayinya secara
mandiri. (9) Menganjurkan tidak menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama. (10) Berupaya untuk mempromosikan pemberian ASI dengan baik.

Prinsip Umum Sayang Ibu


Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut: (1) Memahami bahwa kelahiran
merupakan proses alami dan fisiologis. (2) Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak
melakukan intervensi tanpa ada indikasi. (3) Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan
memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu. (4) Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu.
(5) Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu. (6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan
didukung secara emosional. (7) Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan
konseling yang cukup. (8) Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam
pengambilan keputusan. (9) Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama. (10)
Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama
kehamilan, persalinan dan nifas. (11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit.

Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan


Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
meliputi kegiatan: (1) Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan
dekat dengan bidan. (2) Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan bidan dalam pemberian asuhan. (3) Bidan memberikan penjelasan tentang
gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga. (4) Memberikan informasi
dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan. (5)
Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan. (6)
Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi
kegawatdaruratan kebidanan. (7) Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya
diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman. (8) Mempersiapkan
persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan
persalinan. (9) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan. (10) Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan
minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan
mengingatkan untuk berdoa. (11) Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi. (12)
Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan. (13) Membimbing dan
menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman. (14)
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi. (15) Menghargai dan
memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan. (16) Menghindari
tindakan yang berlebihan dan membahayakan. (17) Memberi kesempatan ibu untuk memeluk
bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan. (18) Membantu ibu memulai
pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu
membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.
Home > Askeb II (Persalinan) > Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam Tahapan Persalinan

Penerapan Asuhan Sayang Ibu Dalam


Tahapan Persalinan
Aug 25, 2009 4 Comments by lusa

Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama
proses persalinan.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan
sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang
ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga
saya yang sedang hamil?”

Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan dukungan emosional.


2. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
3. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
4. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara : (a) Mengucapkan kata-
kata yang membesarkan hati dan memuji ibu. (b) Membantu ibu bernafas dengan
benar saat kontraksi. (c) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut. (d)
Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain. (e) Menciptakan suasana
kekeluargaan dan rasa aman.
5. Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
6. Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan
mencegah dehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan
kurang efektif.
7. Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan
– Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan
menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko
perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu;
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
8. Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

Kala II
Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan
anggota keluarga yang lain.
2. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain : (a) Membantu
ibu untuk berganti posisi. (b) Melakukan rangsangan taktil. (c) Memberikan makanan
dan minuman. (d) Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik. (e) Memberikan
dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
3. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan
cara : (a) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga. (b)
Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan. (c) Melakukan pendampingan selama
proses persalinan dan kelahiran.
4. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara
memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran –
dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7. Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara : (a) Mengurangi perasaan tegang. (b)
Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. (c) Memberikan
penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong. (d) Menjawab
pertanyaan ibu. (e) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya. (f) Memberitahu
hasil pemeriksaan.
8. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2. Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3. Pencegahan infeksi pada kala III.
4. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5. Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

Kala IV
Kala IV adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta.
Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

1. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.


2. Membantu ibu untuk berkemih.
3. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan
massase uterus.
4. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5. Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti
perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui
bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7. Pendampingan pada ibu selama kala IV.
8. Nutrisi dan dukungan emosional.

Kala IV
Aug 21, 2009 25 Comments by lusa

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002).
Kesimpulan : persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui
jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.

Tahapan persalinan adalah :

1. Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm (lengkap)


2. Kala II : Pengeluaran janin
3. Kala III : Pengeluaran & pelepasan plasenta
4. Kala IV : dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam

Yang dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri

Asuhan Kala IV

1. Fisiologi Kala IV
2. Evaluasi Uterus
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
4. Pemantauan Kala IV

Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau
kondisi ibu.

Evaluasi Uterus

Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih
ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia
uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual.

Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva
bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :

1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum


Indikasi Episiotomi

1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
3. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.

Tujuan Penjahitan

1. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.


2. Mencegah kehilangan darah.

Keuntungan Teknik Jelujur

Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model
jelujur. Adapun keuntungannya adalah :

 Mudah dipelajari.
 Tidak nyeri.
 Sedikit jahitan.

Hal Yang Perlu Diperhatikan


Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :
1. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.
2. Menggunakan sedikit jahitan.
3. Menggunakan selalu teknik aseptik.
4. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.

Penggunaan Anestesi Lokal

 Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).


 Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
 Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).
 Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
 Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.

Tidak Dianjurkan Penggunaan


Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).
Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek
kerjanya).

Nasehat Untuk Ibu

Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang
diberikan diantaranya :

 Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.


 Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
 Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
 Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.
 Menganjurkan banyak minum.
 Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka
jahitan.

Pemantauan Kala IV

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :

1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.


2. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat.
3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6. Pendokumentasian.

Penilaian Klinik Kala IV


No Penilaian
Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya
Fundus dan
1 kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan
kontraksi uterus
tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.
Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi
Pengeluaran normal atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
2
pervaginam Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat
haid
Plasenta dan Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang
3
selaput ketuban tersisa dalam uterus.
Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu
4 Kandung kencing
involusio uteri
5 Perineum Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.
6 Kondisi ibu Periksa vital sign, asupan makan dan minum.
Apakah bernafas dengan baik?
Kondisi bayi baru
7 Apakah bayi merasa hangat?
lahir
Bagaimana pemberian ASI?
Diagnosis
No Kategori Keterangan
Tonus – uterus tetap berkontraksi.
Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat.
1 Involusi normal
Perdarahan – dalam batas normal (100-300ml).
Cairan – tidak berbau.
Sub involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.
2 Kala IV dengan penyulit
Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban.

Bentuk Tindakan Dalam Kala IV

Tindakan Baik: 1) Mengikat tali pusat; 2) Memeriksa tinggi fundus uteri; 3) Menganjurkan
ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi; 4) Membersihkan ibu dari kotoran; 5) Memberikan
cukup istirahat; 6) Menyusui segera; 7) Membantu ibu ke kamar mandi; 8 ) Mengajari ibu
dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat: 1) Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi. 2)


Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi. 3) Memisahkan ibu dan bayi. 4)
Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.

Pemantauan Lanjut Kala IV


Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :

1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >
100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam
atau perdarahan.
2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.

Tanda Bahaya Kala IV


Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :

1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3. Bekuan darah banyak.
4. Bau busuk dari vagina.
5. Pusing.
6. Lemas luar biasa.
7. Kesulitan dalam menyusui.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

Anda mungkin juga menyukai