Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
              Makanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Di dalam tubuh kita
terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses pencernaan. Dimana
antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Jika ada salah satu organ yang
mengalami gangguan maka sistem pencernaan di dalam tubuh manusia tidak akan berlangsung
secara optimal.
              Kita mengetahui bahwa  tidak ada satu individu yang dapat bertahan hidup tanpa adanya
organ sistem pencernaan,  karena sistem pencernan merupakan hal yang sangat vital di dalam
tubuh manusia. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai menyediakan makanan, air dan
lektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh melalui proses pencernaan.

B. Rumusan Masalah
              Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut.
1)      Organ-organ apa saja yang berperan dalam sistem pencernaan?
2)      Kelenjar apa saja yang berperan dalam proses pencernaan?
3)      Apa saja bentuk gangguan dari organ sistem pencernaan pada manusia?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organ Pencernaan Pada Manusia


Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ
pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta
kelenjarnya merupakan kesatuan system pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi
memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu: proses mekanis dan proses kimiawi.
1) Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan
makanan yang terjadi didalam lambung.
2) Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim
pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-molekul besar menjadi molekul yang
berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga
proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan
makanan meliputi hal-hal berikut.
1) Ingesti: pemasukan makanan kedalam tubuh melalui mulut.
2) Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3) Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4) Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan  bantuan
enzim, terdapat di lambung.
5) Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6) Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui
anus.

2
Makanan yang kita makan tidak dapat langsung diserap dan digunakan oleh alat-alat
tubuh kita. Agar dapat diserap oleh sel-sel jonjot usus, makanan harus dicerna terlebih
dahulu oleh alat-alat pencernaan. Organ-organ yang membentuk saluran pencernaan
terdiri dari:

1.      Oris/Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan, yang merupakan jalan masuk
untuk sistem pencernaan. Di dalam rongga mulut terdapat gigi , lidah dan juga kelenjar
ludah.Gigi dibedakan menjadi dua macam yaitu gigi sulung yang mulai tumbuh pada
anak 6-7 bulan dan jumlahnya 20 buah. Terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4
buah gigi taring (dens kanisus), dan 8 buah gigi geraham (morale). Dan gigi tetap (gigi
permanen) yang tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi yaitu :
a) Gigi seri berfungsi untuk memotong makanan.
b) Gigi taring berfungsi untuk merobek makanan.
c) Geraham berfungsi untuk mengunyah makanan.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot ini dapat
digerakan disegala arah. Lidah terbagi atas 3 bagian yaitu ;
1. apex lingua (ujung lidah)
2. dorsum lingua (punggung lidah)
3. radix lingua (akar lidah)
Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan, membantu proses penelanan makanan,
Sebagai alat/organ pengecap rasa antara lain asin, manis, asam dan pahit.
Kelenjar ludah atau glandula salivales bersifat pekat dan licin. Saliva ini banyak
mengandung lendir atau musin dan enzim ptyalin/amylase. Fungsi air liur/saliva yaitu
mempermudah proses penelanan dan pencernaan makanan, melindungi selaput mulut dan
mencerna makanan secara kimiawi.

3
2.      Faring (Tekak/Tenggorokan)
Faring menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan dan melakukan gerakan
mencegah masuknya makanan ke jalan pernapasan dengan menutup sementara (hanya
beberapa detik) dan mendorong makanan masuk ke dalam esofagus agar tidak
membahayakan pernapasan. Faring terbagi atas 3 bagian yaitu : Naso faring, Oro faring,
dan Laringo faring.

3.      Esofagus (Kerongkongan)


Esofagus menghubungkan faring dengan lambung yang panjangnya + 25 cm, mulai dari
faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Esofagus terletak di belakang
trakea (tenggorokan) dan di depan tulang punggung. Makanan didorong melalui
kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi, tetapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi
otot ritmik yang disebut dengan peristaltik.

4
4.      Lambung (gaster)
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster. Lambung atau gaster merupakan organ kantung besar yang
terletak di rongga perut agak ke kiri. Bagian lambung terdiri dari :
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
c) Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk sfingter pilorus.
d) Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvatura mayor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
f) Osteum kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke
lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Fungsi lambung atau ventriculus yaitu :
a) Menyimpan makanan dalam kurun waktu 2 – 5 jam.
b) Mengaduk makanan (dengan gerakan meremas).
c) Mencerna makanan dengan bantuan enzim.
d) Menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka waktu pendek.
e) Makanan dicairkan dan dicampur dengan asam hidrokhlorida dan dengan cara ini
disiapkan untuk dicernakan oleh usus. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.

5
f) Pencernaan lemak dimulai di dalam lambung.
g) Faktor antiadnemia dibentuk.
h) Khime, yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum.

5.      Usus Halus (intestinum minor)


Usus halus merupakan saluran panjang sekitar 8,25m. Usus halus dibagi menjadi 3
bagian utama yaitu :
a) Duodenum, disebut juga usus 12 jari, panjangnya + 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pangkreas. Pada bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut vateri. Pada papila vateri ini
bermuara duktus emperdu (duktus koleduokus) dan saluran pangkreas (duktus
wirsungi/dukus pankreatikus). Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa
yang banyak mengandung kelenjar yang disebut kelenjar brunner, yang berfungsi
memproduksi getah intestinum. Duodenum merupakan usus halus yang
berbatasan dengan ventriculus. Terjadi proses pemecahan lemak dan karbohidrat.
Panjangnya sekitar 25 cm/0,25m.
b) Jejunum, atau usus kosong merupakan usus halus yang berbatasan langsung
dengan duodenum dan ileum. Disini tidak terjadi proses penyerapan dan
pencernaaan makanan. Panjangnya sekitar 7m.
c) Ileum, atau usus penyerapan merupakan usus halus yang berbatasan dengan
jejunum dan intestinum crassum. Disinilah terjadi penyerapan sari-sari makanan.
Panjangnya sekitar 1 m.
Fungsi utama usus halus yaitu :
a) Menerima zat-zat makanan yang mudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfa.

6
b) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c) Menyerap karbohidrat dalam bentuk emulsi lemak

6.      Usus Besar (Intestinum Mayor)


Usus besar panjangnya + 1½ m, lebarnya 5-6 cm. lapisan-lapisan usus besar dari dalam
ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
Ada beberapa bagian yang membentuk usus besar :
a) Sekum
Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing. Panjangnya sekitar 6 cm, seluruhnya ditutupi
oleh peritoneum.
b) Kolon asenden
Panjangnya sekitar 13 cm, terletak di bawah abdomen, membujur ke atas dari ileum
ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri yang disebut fleksure hepatica, dan
dilanjutkan sebagai kolon tranvesum.
c) Kolon tranvesum
Panjangnya sekitar 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desendens,
sebelah kanan terdapat fleksure hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksure renalis.
d) Kolon desenden
Panjangnya sekitar 25 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kiri membujur dari atas
ke bawah dari fleksure renalis sampai ke kolon sigmoid.

7
e) Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan kelanjutan dari kolon desenden, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum. Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi
menyerap air serta elektrolit dari tinja. Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk
cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya menjadi padat. Banyaknya bakteri
yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K.

7.      Rektum
Rektum  terletak di bawah  kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis depan os sacrum dan os koksigis.
8.      Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia
luar. Merupakan lubang pada ujung saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar (udara luar). Di anus, terjadi proses perjalanan terakhir dari feces yang
telah dibentuk di colon. Proses pengeluaran feces melalui anus disebut defekasi. Anus
terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter yaitu :
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), involunter.
b) Sfingter levator ani, bersifat involunter.
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bersifat volunter.

8
B. Patologi Sistem Pencernaan
1. Mulut
a) Ulkus Aftosa
Morfologi
Ulkus aftosa (chanker sore, sariawan) adalah kawah-kawah berukuran kecil dan dangkal,
terasa nyeri dan mengalami dasar luka yang mengalami peradangan. Pada umumnya
ulkus aftosa terjadi di sepanjang lidah. Mereka dapat berjumalah banyak dan melibatkan
pula mukosa pipi, palatum, atau dasar mulut. Sariawan yang berukuran kecil (diameter
kurang dari 1 cm) sering muncul dalam satu kelompok yang terdiri dari 2-3 luka terbuka;
biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam 10 hari dan tidak menimbulkan
jaringan parut. Sariawan yang lebih besar, jarang terjadi, bentuknya tidak teratur,
memerlukan waktu beberapa minggu untuk penyembuhan dan sering menimbulkan
jaringan parut. Etiologi Penyebab pasti terjadinya ulkus aftosa (chanker sore, sariawan)
masih belum jelas. Kombinasi berbagai faktor dapat berkontribusi menjsdi penyebab
terjadinya ulkus aftosa. Faktor-faktor pemicu untuk terjadinya ulkus aftosa, antara lain :
(1) Trauma pada mulut, seperti menyikat gigi yang terlalu keras, pipi atau bibir yang
tergigit, makanan pedas atau asam.
(2) Pasta gigi dan obat kumur yang mengandung larutan sodium lauryl sulfate.
(3) Sensitivitas pada makanan tertentu, misalnya coklat, kopi, telur, kacang, keju,
makanan asam seperti nanas.
(4) Kekurangan vitamin B-12, zink, asam folat, dan zat besi
(5) Adanya reaksi alergi akibat bakteri tertentu di dalam mulut.
(6) Perubahan hormonal saat menstruasi.
(7) Stress psikis. Chanker shore juga dapat terjadi karena penyakit tertentu, seperti :
(a) Penyakit celiac, yaitu gangguan saluran cerna yang disebabkam oleh sensitivitas
terhadap produk gluten (protein pada gandum).
(b) Penyakit peradangan saluran cerna, seperti Crohn dan kolitis ulseratif.
(c) Penyakit Behcet. Penyakit ini jarang terjadi, menyebabkan peradangan pada
seluruh tubuh termasuk rongga mulut.

9
(d) Gangguan pada sistem kekebalan tubuh ; yang tidak menyerang virus atau
bakteri, melainkan menyerang sel-sel normal pada mulut.
(e) HIV/AIDS yang menekan sistem kekebalan tubuh.

b. Leukoplakia
Leukoplakia adalah warna putih pada mukosa mulut akibat proliferasi berlebihan sel
epitel sehingga terjadi hiperplasia epitel, perubahan diplastik sel epitel serta
hiperkeratosis. Lesi ini dianggap sebagai lesi prakanker. Warna merah kebiru-biruan
dapat disebabkan oleh atrofi mukosa, proliferasi pembuluh darah, kongesti pembuluh
darah atau ekstravasasi eritrosit. Warna kemerah-merahan dapat dijumpai pada radang
akut, granuloma piogenik, hematoma, hemangioma. Warna coklat kehitam-hitaman dapat
terjadi pada produksi melanin berlebihan atau terjadi timbun amalgam, logam berat
antara lain timbal, bismut, arsen dan merkuri
c. Pleomorphic adenoma Pleomorphic adenoma atau mixed tumor
merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar
ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit,
dapat digerakan, dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat
membesar mendesak jaringan sekitarnya (Syafriadi, 2008). Adenoma Pleomorfik adalah
tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada kelenjar parotis. Tumor ini
merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel,
mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya (Ansori,
2009). Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak. Secara
histologi dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti
gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata (Elsoin,
2009). Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetic Adenoma.
pleimorfik mempunyai gambaran klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan
lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal (Ansori, 2009). Pada daerah parotis, meskipun
diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat bertambah besar dan
menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total merupakan satu-satunya terapi.

10
Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf
dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan dengan tumor (Adam et al., 1997;
Elsoin, 2009). Diagnosis banding untuk Adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna:
karsinoma kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa
dalam, dan neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik
adalah perubahan ke arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma (carcinoma ex-
pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor campur jinak yang bermetastasis
(benign metastazing mixed tumors). Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna,
dengan angka kesembuhan mencapai 96 % (Asih, 2008). Perawatan tumor pleomorfic
adenoma adalah dengan pembedahan dengan mengupayakan seluruh jaringan tumor
terangkat. Jika pengambilan tumor tidak hati-hati dan meninggalkan sel tumor di dalam
jaringan mesenkim glandula, maka dapat terjadi kekambuhan. Jika tumor ini tumbuh
didalam jaringan parotis kadangkala nervus fasialis diikutsertakan diambil bersama
jaringan tumor. Prognosis setelah perawatan baik, karena umumnya jika terjadi
kekambuhan lokal tidak menunjukan tanda-tanda keganasan (Syafriadi, 2008).
2. Esofagus
a) Hiatus Hernia Esofagus
Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan secara
intermiten (sementara) atau secara permanen (menetap) bagian lambung, disertai
perpindahan bagian esophagus dari iintra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks)
di atas diagfragma melalui hiatus esophagus yang normal. Dikenal dengan 3 bentuk,
yaitu:
(1) Esofagus terlalu pendek, sehingga sebagian lambung (kardia) tertarik ke atas
diafragma, tetapi hiatus diafragma tidak melebar, sehingga bagian yang melebar diatas
diafragma setinggi diafragma menyempit lagi. Jadi bagian atas lambung tertarik ke dalam
rongga dada merupakan kasus terbanyak.
(2) Panjang esofagus normal, besarnya liang diafragma juga normal, tetapi di samping
liang ini terdapat satu liang lagi atau terjadi robekan, sehingga kardia masuk melalu liang
ini ke dalam rongga dada, biasanya kecil disebut sebagai para esophagial hiatal hernia,
kejadian ini kurang dari 10%.

11
(3) Esofagus panjangnya normal atau pendek akibat fibrosis karena radang, tetapi liang
diafragma melebar, sehingga sebagian besar lambung masuk ke dalam rongga dada, jarang
terjadi. Disebut pula true hiatal atau sliding hernia.

C. Patofisiologi Sistem Pencernaan

Mulut, Gigi, Faring Dan Kelenjar Liur


Kelainan Kongenital Rongga Mulut
Bibir Sumbing dan Celah Palatum
 
a) Penyakit Gigi Dan Gusi
(1) Gingivitis
b) Penyakit Mukosa Mulut 
(1) Kelainan Radang 
(2) Stomatitis aftosa 
(3) Stomatitis herpetika 
(4) Tumor 

c) Penyakit Faring 
(1) Faringitis 
(2) Tonsilitis 
(3) Tumor 

12
d) Penyakit Kelenjar Liur
Kelainan yang penting pada kelenjar liur adalah peradangan yang disebut dengan
Sialadenitis, yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Biasanya peradangan merupakan
lanjutan dari peradangan rongga mulut dengan faktor resiko keadaan rongga mulut
yang terlalu kering (xerostomia). 

e) Kelainan Kongenital
Kelainan ini merupakan kelainan kongenital pada rongga mulut yang sering dijumpai.
Sifat dari penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang diturunkan. 
Keadaan bibir sumbing (labioskizis) ini bisa disertai atau tanpa disertai palatoskizis
yaitu kelainan celah palatum / langit-langit mulut. Bila keadaan bibir sumbing disertai
celah palatum maka disebut dengan labiopalatoskizis. 

f) Karies Dentis
Karies merupakan kelainan gigi dimana terjadi destruksi komponen mineral
(kalsifikasi) dari gigi yang disebabkan oleh asam yang dihasilkan dari kuman
(Streptokokus mutans). Kerusakan yang terjadi bila tidak dirawat akan merambat ke
dalam ke jaringan pulpa, disebut dengan pulpitis, dan akhirnya dapat menyebar baik
secara lokal disertai dengan pembengkakan jaringan lunak sekitar ataupun secara
sistemik. Gingivitis dapat merupakan keadaan infeksi gusi akibat respon terhadap
karang gigi (plak) yang dapat melanjut sebagai peradangan jaringan sekitar gigi
(periodontitis) dan jaringan penyokong gigi berakibat gigi goyang bahakan mudah
lepas. Kelainan ini merupakan kelainan yang sering dijumpai dan lazim dikenal
sebagai Sariawan. Kelainan berupa ulkus yang dangkal pada mukosa mulut berwarna
keabu-abuan. Penyebab kelainan ini secara pasti belum diketahui, namun para ahli
berpendapat karena keadaan imunologi.
Peradangan pada mukosa mulut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks yang
ditandai dengan ulkus-ulkus dan vesikel-vesikel (plenting-plenting berisi cairan
jernih). Biasanya terjadi pada anak-anak.

13
g) Kandidiasis Oral
Kelainan peradangan ini disebabkan oleh jamur Candida albican. Kelainan ditandai
dengan lesi berwarna putih yang merupakan anyaman hifa dari jamur pada sel-sel
epitel mukosa. Kelainan ini terjadi pada bayi ataupun pada orang dewasa dengan
penurunan daya tahan tubuh (imunocompromised), misalnya pada penderita AIDS,
pengobatan dengan efek samping penurunan daya tahan (obat kanker, kortikosteroid)
dan penyakit Diabetes melitus (kencing manis) yang tidak terkontrol.
Tumor ganas mukos mulut yang sering terjadi adalah kanker bibir, dimana terjadi
pada orang tua dan dikaitkan dengan paparan sinar matahari. Penyebaran kanker ini
biasanya melalu aliran limfe ke kelenjar getah bening regional.
Merupakan kelainan peradangan dari mukosa faring. Menurut penyebabnya
faringitis dibagi menjadi faringitis viral, yang disebabkan oleh virus dan faringitis
streptokokus yang disebabkan oleh Streptokokus.
Merupakan peradangan jaringan tonsil, yaitu kumpulan jaringan limfoid yang
ditutupi oleh epitel skuamosa. Biasanya disebabkan oleh bakteri Streptokokus sering
bersifat kronik. Tumor di daerah ini yang sering terjadi adalah karsinoma nasofaring,
dimana terjadi keganasan di faring yang melanjut ke rongga hidung, sehingga
manifestasi pada penderita sesak dan sering terjadi perdarahan sehingga timbul
mimisen. Tumor ini diduga berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr.

h) Esofagus
Kelainan Kongenital
(1) Atresia Esofagus
Atresia esofagus yaitu suatu keadaan kelainan bawaan dimana pada bayi masih
terdapat esofagus tapi tidak berlubang. Pada bayi yang akan terjadi yaitu tidak
dapat menelan, sehingga mudah terjadi tersedak (aspirasi).
Istilah atresia dibedakan dengan agenesis esofagus, dimana sejak lahir bayi
memang tidak mempunyai esofagus, kasusnya jarang sekali.

14
(2) Esofagitis
Merupakan peradangan pada jaringan esofagus. Penyebab yang penting dari
esofagitis adalah infeksi jamur Candida (Candidiasis)

Kelainan Kongenital
(1) Stenosis Pilorus
Kelainan ini disebabkan oleh karena adanya hipertrofi (pembesaran) otot yang
melingkar di muara lambung (pilorus) sehingga menyebabkan bendungan
(obstruksi) di muara lambung tersebut.

(2) Gastritis Akuta


Merupakan keadaan peradangan lambung akibat trauma kemis, yaitu oleh zat –
zat kimia yang bersifat mengiritasi lambung, seperti alkohol, obat-obatan tertentu
(obat anti inflamasi , aspirin, dll) dan zat kimia lain.

Merupakan keadaan peradangan di lambung yang bersifat menahun, yang dapat


disebabkan karena faktor penyakit autoimun (adanya antibodi tertentu yang
melawan sel-sel epitel mukosa lambung), infeksi bakteri Helicobakter pilori,
ataupun respon terhadap bahan kimia yang menahun.

Kelainan ini merupakan kerusakan jaringan mukosa lambung dan dapat juga
duodenum (ulkus duodenum), yang dapat terkait dengan keadaan gastritis dengan
berbagai sebab, respon stress dan akibat keasaman lambung yang berlebihan.

(3) Tumor Jinak


Tumor jinak yang tersering adalah polip gaster, dimana terjadi penonjolan
jaringan dari mukosa lambung ke dalam lumen (ruangan) lambung. Keganasan
yang tersering adalah adenokarsinoma lambung, yaitu keganasan yang berasal
dari sel-sel kelenjar mukosa lambung, biasanya dilatar belakangi dengan keadaan
gastritis kronik sebelumnya. Kasusnya sering ditemukan terlambat sehingga
prognosisnya buruk.

15
Kelainan kongenital pada usus yang perlu diketahui adalah atresia dan
stenosis dari usus. Atresia adalah keadaan usus yang tidak berlubang, sedangkan
stenosis adalah bendungan (obstruksi) lumen usus oleh karena kontriksi
(mengkerutnya) otot-otot yang melingkar di usus yang terjadi secara kongenital.

i) Infeksi Bakteri
Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi di usus adalah : Salmonella,
Shigella, Vibrio Cholera dan beberapa bakteri lain. Kuman Salmonella biasanya dari
jenis Salmonella typhii, menyebabkan peradangan si usus dan sering menyebar ke
seluruh tubuh, disebut dengan penyakit demam tifoid. Kuman Shigella menyebabkan
diare yang bersifat disentri (disentri basiler). Sedangkan V. kolera menyebabkan
penyakit diare kolera.

j) Infeksi Virus
Infeksi virus merupakan penyebab tersering dari kasus diare, yaitu yang disebabkan
oleh virus Rota dan keadaan ini akan sembuh dengan sendirinya (self limiting
disease).

k) Penyakit Parasit
Penyakit parasit yang tersering adalah akibat infeksi amoeba (Entamoeba histolitika)
yang menyebabkan keadaan diare yang bersifat disentri (disentri amuba).

l) Apendiks (Usus Buntu)


Kelainan usus buntu yang terpenting adalah peradangan usus buntu atau apendisitis,
dengan disebabkab oleh berbagai faktor resiko yaitu antara lain keadaan feses yang
keras dan adanya sisa makanan yang terjebak dalam usus buntu.

16
m) Anus Dan Kanalis Anal

Kelainan yang penting di sini adalah hemoroid atau dikenal dengan wasir, keadaan ini
sering terkait dengan keadaan fese yang keras dan keadaan sembelit
(konstipasi/obstipasi).
Selain kelainan tersebut kelainan lain yang sering dijumpai adalah karsinoma
(keganasan) yang biasanya menyerang orang tua.

n) Hepar Dan Sistem Biliar (Empedu) 

(1) Ikterus
Ikterus merupakan kelainan dengan gejala kulit dan selaput lendir menjadi berwarna
kuning (orang awam sering menyebut dengan sakit kuning) akibat tingginya kadar
bilirubin dalam darah. Kelainan ini terjadi akibat ketidak mampuan hepar dan sistem
biliar (empedu) dalam memetabolisme bilirubin, dimana dapat terjadi akibat
kerusakan hepar ataupun sumbatan di dalam saluran empedu.

(2) Hepar
Kelainan Hepar yang tersering adalah peradangan hepar, yaitu yang disebut dengan
hepatitis. Menurut sifatnya dibedakan menjadi hepatitis akut dan kronik (menahun).
Sedangkan menurut penyebabnya, bisa disebabkan karena virus (yang tersering, virus
Hepatitis type A, B Non A Non B). Selain peradangan kelainan lain dapat berupa
keganasan (hepatoma) dimana sering merupakan proses lanjutan dari peradangan
kronik (hepatitis kronik) akibat virus. Kelanjutan dari peradangan kronik yang lain
dapat berupa sirosis hepar yaitu kematrian sel-sel jaringan hati dan timbulnya
jaringan ikat yang menggantikan struktur sel-sel normal di hepar (parenkhim hepar).
Dari pemeriksaan penunjang akan didapatkan hepar menjadi mengecil dan mengeras.

(3) Empedu dan Saluran Empedu


Kelainan yang sering adalah peradangan yaitu yang disebut Kolesistitis. Selain itu
dapat juga terjadi batu kandung dan empedu saluran empedu yang biasanya
disebabkan oleh timmbunan kolesterol dan pigmen empedu

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makanan mengalami proses pencernaan agar dapat diserap usus. Proses
pencernaan adalah proses perubahan makanan dari bentuk kasar (kompleks)
menjadi bentuk yang halus (sederhana) sehingga dapat diserap usus. Proses
pencernaan pada manusia dibedakan menjadi pencernaan secara mekanik dan
pencernaan secara kimiawi. Pencernaan secara mekanik yaitu mengubah makanan
dari bentuk kasar menjadi halus sedangkan pencernaan secara kimiawi yaitu
pencernaan dengan bantuan enzim.

18
DAFTAR PUSTAKA

Perry dan Potter. 2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

http://medicastore.com/penyakit/9/Biologi_Sistem_Pencernaan.html /

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2128948-defenisi-absorpsi/#ixzz28gL0F8iV

Gibson John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta : EGC

Pearce Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

Tambayong Jan. 2001. Anatomi & Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai