Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)


: LITERATUR REVIEW

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program


Pendidikan Diploma IV Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan

Oleh
TRI NOVITA
NIM PO7120316039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIV
KEPERAWATAN PALU
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh Pembimbing Poltekkes

Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi DIV Keperawatan Palu.

Nama : Tri novita


Nim : PO7120316039

Palu, 2 Oktober 2020


Pembimbing I,

I Wayan Supetran, S.Kep, Ns. M.Kes


NIP.196906051990210002

Palu, 28 Septembe 2020


Pembimbing II,

Helena Pangaribuan, S.Kep, Ns,.M.Kep


NIP.197205201996032002

Mengetahui,
Ketua Prodi DIV Keperawatan

Iwan, S.Kep.Ns.M.Kes
NIP.197703262003121004

ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Poltekkes Kemenkes Palu

Jurusan Keperawatan Prodi D-IV Keperawatan.

Nama : Tri novita


Nim : PO7120316039
Tim Penguji

Fitria Masulili, M.Kep Ns. Sp.Kep.An Penguji 1


NIP : 197812032000122001

Supirno, S.Kep., Ns., M.Kep Penguji 2


NIP : 197409141997031002

Hj. Azizah Saleh, SKM.,MM Penguji 3


NIP : 196909071997032001

Menyetujui, Mengetahui,
Direktur Poltekkes Kemekes Palu Ketua Jurusan Keperawatan

Nasrul, SKM, M.Kes Selvi Alfrida M, S.Kp, M.Si


NIP : 196804051988021001 NIP : 196604241989032002

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-IV KEPERAWATAN PALU

Tri novita. 2020. Hubungan Pengtahuan Dengan Sikap Remaja Tentang Penyakit
Infeksi Menular Seksual (IMS)Pembimbing: (1) I Wayan Supetran (2)
Helena Pangaribuan.

ABSTRAK
xi + 48 lembar + 4 tabel + 2 gambar

Penyakit infeksi menular seksual merupakan salah satu penyakit


menular yang paling luas dan berbahaya. salah satu penyebab akibat
pergaulan bebas sekarang ini dikalangan remaja. Angka kejadian IMS pada
remaja masih tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan
sikap remaja yang masih belum baik terhadap IMS. Tujuan peneliti ini
mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit
infeksi menular seksual (IMS).
Jenis dan desain penelitian merupakan penelitian literatur review
dengan metode analisis isi jurnal. Pencarian literatur melalui publikasi di
database kualitas sedang dan yang didapatkan tiga artikel sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi yang dipergunakan dalam penelitia.
Hasil analisis dari tiga jurnal penelitian ini menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit infeksi
menular seksual.
Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah ada
hubungan signitif antara pengetahuan dan sikap remaja pada infeksi menular
seksual (IMS).agar para remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan
wawasan meraka mengenai kesehatan reproduksi dengan cara memperbanya
sumber informasi melalui penyuluhan kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penyakit Infeksi Menukar Seksual


Daftar Pustaka : 24 Referensi (2011-2020)

iv
PALU CHEMISTRY HEALTH POLITECHNIC,
DEPARTMENT DIV NURSING PALU

Tri novita. 2020. Relationship between Knowledge and Attitudes of Adolescents


About Sexually Transmitted Infections (STIs). Advisor: (1) I Wayan
Supetran (2) Helena Pangaribuan.

ABSTRACT
xi + 48 sheet + 4 tables + 2 pictures

Sexually transmitted infections are one of the most widespread and


dangerous infectious diseases. one of the causes of promiscuity today among
teenagers. The incidence of STIs in adolescents is still high. This is due to the
lack of knowledge and attitudes of adolescents towards STIs. The aim of this
research is to know the relationship between knowledge and attitudes of
adolescents about sexually transmitted infections (STIs).
The type and design of the study is a literature review study with the
journal content analysis method. The literature search was done through
publications in a medium quality database and three articles were obtained
according to the inclusion and exclusion criteria used in the study.
The results of the analysis of this study indicate that there is a
relationship between knowledge and attitudes of adolescents about sexually
transmitted infections.
Conclusions and suggestions based on the results of this study are
that there is a significant relationship between the knowledge and attitudes of
adolescents about sexually transmitted infections (STIs) so that adolescents
can increase their knowledge and insights about reproductive health by
increasing information sources through health education.

Keyword : Knowledge, Attitudes, Sexually Transmitted Infectious


Diseases
Bibliography : 24 References (2011-2020)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’ala

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penyususnan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan

Dengan Sikap Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)” untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program studi D-IV

Kperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

Ucapan terima kasih, peneliti ucapkan kepada ibunda Kalsum Pettalolo,

Kakak Andi Syafitri dan Nurulsyafilah yang selalu memberikan semangat,

motivasi dan doa yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan pendidikan,

walaupun terdapat rintangan dan hambatan yang kadang kala membuat peneliti

ingin menyerah namun, tetap bangkit dan berusaha lagi. Dalam penulisan skripsi

tidak lepas pula bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada

kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Nasrul, SKM., M.Kes, Direktur politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

2. Selvi Afrida Mangundap, S.Kp., M.Si, Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palu.

3. Iwan Hamzah, S.Kep., SH., Ns., M.Kes, Ketua Program Studi D-IV

Keperawatan Palu.

4. I Wayan Supetran, S.Kep., Ns., M.Kes pembimbing 1 dan Helena

Pangaribuam, S.Kep, Ns., M.Kep pembimbing 2 yang telah meluangkan

waktu dan pukiranya untuk memberikan arahan, bimbingan serta dukungan

dalam penyusunan skripsi ini.


vi
5. Fitria Masulili, M.Kep Ns. Sp.Kep.An penguji 1, Supirno, S.Kep., Ns., M.Kep

penguji 2 dan Hj. Azizah Saleh, SKM.,MM penguji 3 yang telah memberikan

masukan dan saran kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi.

6. Dosen dan tenaga kependidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Palu yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama

menempuh pendidikan.

7. Terima kasih buat Nenek tercinta Hj.Badria Toara, Om tercinta Abd Hamid

Pettalolo, Tante tercinta Nur Aeni Pettalolo,Nurwahida Petalolo dan sepupu-

sepupu tersayang yang telah membantu dan memberikan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Orang-orang terkasih dan terdekat peneliti Asih Dwi Shafira Doho, Puspawati

Usman Dubaili, Ahmad Anugrah, Hermawan Malagado, Friska Apriliyani,

Isma Darwis, Ramly, Nur Atikah Rahmah, Iftit’tach Rezky dan teman kecil

yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi

ini.

9. Seluruh teman-teman D-IV Keperawatan regular Angkatan 2016.

Palu, 20 September 2020

Peneliti

Tri Novita

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI............................................................ iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan...................................................................... 5
1. Pengertian pengetahuan.......................................................... 5
2. Tingkat Pengetahuan.............................................................. 6
3. Cara Memperoleh Pengetahuan.............................................. 8
4. Proses Perilaku Tahu.............................................................. 8
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ................. 9
B. Konsep Sikap................................................................................. 10
1. Pengerian Sikap...................................................................... 10
2. Ciri-Ciri Sikap........................................................................ 11
3. Fungsi Sikap........................................................................... 12
4. Komponen Sikap.................................................................... 12
5. Tingkat Sikap.......................................................................... 12
6. Sifat Sikap............................................................................. 14
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi sikap............................ 14
8. Pengukuran Sikap................................................................. 14
C. Konsep IMS.................................................................................. 15
1. Pengertian IMS....................................................................... 15
2. Etiologi IMS........................................................................... 16
3. Gejala-Gejela IMS ................................................................. 24

viii
D. Kerangka Konsep......................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................... 26
B. Protokol Dan Registrasi................................................................. 26
C. Database Pencarian...................................................................... 27
D. Kata Kunci..................................................................................... 27
E. Kriteria Insklusi Dan Ekslusi......................................................... 28
F. Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi................................................. 29
G. Waktu Dan Tempat...................................................................... 31
H. Pengumpulan Data......................................................................... 31
I. Penyajian Data............................................................................... 31
J. Metode Penelitian.......................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil.................................................................................................. 35
B. Pembahasaan.................................................................................. 39
BAB VI KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN.............................................................................. 45
B. SARAN........................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kata Kunci Literatur Reviewa.......................................................... 28


Table 3.2 Format PICOS Literatur Review.................................................... 29
Tabel 3.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Tentang Penyakit Infeksi
Menular Seksual............................................................................... 33
Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literatur................................................................. 36

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir............................................................................. 25


Gambar 3.1 Diagram flow Pencarian Literatur............................................... 30

xi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi menular seksual (IMS) adalah salah satu penyakit menular

yang paling luas dan berbahaya. Diperkirakan baru setengah miliar kasus

IMS yang dapat disembuhkan di seluruh dunia setiap tahun. Sifilis, gonore

dan klamidia tetap menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian

meskipun dapat disembuhkan dengan antibiotik. Viral IMS, termasuk

Virus Herpes simpleks (HSV), Human papillomavirus (HPV), dan Human

Immunodeficiency Virus (HIV), tidak dapat disembuhkan. Infeksi dengan

IMS sangat memudahkan penularan HIV (WHO, 2013).

Berdasar kan hasil penelitian Lebih dari 30 jenis patogen dapat

ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis bervariasi

menurut jenis kelamin dan umur. Meskipun IMS terutama ditularkan

melalui hubungan seksual, namu penularan dapat juga terjadi dari ibu

kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah

atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang kadang dapat ditularkan

melalui alat kesehatan (Astuti et al., 2016)

Hasil penelitian Lia susanti, (2015) Mengatakan tingginya kasus

penyakit infeksi menular seksual, khususnya pada kelompok usia remaja,

salah satu penyebab ada akibat pergaulan bebas sekarang ini dikalangan

remaja. Pergaulan bebas semakin meningkat terutama dikota-kota besar

1
dan dilakukan sebelumnya mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan dan

sikap remaja terhadap IMS masih belum baik.(Lia susanti, 2015)

Hasil penelitian Indah mastikana, (2020) Mengatakan bahwa pada

remaja umur 15-19 tahun menunjukkan bahwa umur pertama kali pacaran

untuk 12-14 tahun pada wanita 23,7% dan pada pria 17,5%. Ternyata

perilaku pacaran mereka cukup beresiko seperti berciuman bibir 25,3%

pada wanita dan 28,8% pada laki-laki. Meraba atau merangsang yaitu

sekitar 5,6% pada wanita dan 20,1% pada pria, dan 2,4% wanita dan 5,3%

laki-laki umur 15-19 tahun mengaku telah melakukan hubungan seksual.

Dampak yang menonjol dikalangan remaja akibat gaya pacaran yang

berisiko adalah masalah seksualitas (sex pranikah, kehamilan tak

diinginkan, dan aborsi(Indah mastikana, 2020)

Penderita IMS sebagian besar berada di Asia Selatan dan Asia

Tenggara yaitu sebanyak 151 juta, diikuti Afrika sekitar 70 juta, dan yang

terendah adalah Australia dan Selandia Baru sebanyak 1 juta. Semakin

lama jumlah penderita IMS semakin meningkat dan penyebarannya

semakin merata di seluruh dunia. WHO memperkirakan morbiditas IMS di

dunia sebesar ± 250 juta orang setiap tahunnya. Peningkatan insidensi IMS

ini terkait juga dengan perilaku berisiko tinggi yang ada di masyarakat

dewasa ini (Suwandani, 2015)

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) (tahun 2010)

negara dengan prevalensi IMS tertinggi di dunia yaitu Papua New Guenia,

dimana kurang lebih 2 juta IMS didiagnosa setiap tahunnya, diantaranya

2
gonoroe sebanyak 34%, sifilis 26% dan bakterial vaginosis 57% 4.

(Handayani et al., 2013)

Hasil penelitian Pandjaitan et al., (2017) menunjukan bahwa angka

prevalensi IMS bervariasi menurut daerah. Hasil survei periodic

presumptive treatment (PPT) periode I bulan Januari 2007 menunjukkan

bahwa angka IMS di Banyuwangi 74,5%; Denpasar 36,6%; Surabaya

61,21%; dan Semarang 79,7%. Pada tahun 2016 Niode melaporkan

terdapat 404 pasien IMS dan ISR di Poliklinik Kulit dan Kelamin selama

periode 2012-2014.(Pandjaitan et al., 2017)

50% dari kasus infeksi Menular Seksual (IMS) akibat hubungan seks

yang tidak sehat di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dialami remaja.Dinas

Kesehatan Kota Palu dalam rilisnya menyebutkan dari 25 kasus IMS pada

tahun 2010, 50 persen di antaranya dialami remaja. (Tempo.co, 2011)

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

literature review tentang hubungan pengetahuan dengan sikap remaja

tentang penyakit infeksi menular seksual (IMS)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan dengan sikap pada remaja tentang

penyakit IMS ?

C. Tujuan Penelitan

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang

penyakit infeksi menular seksual (IMS)

3
D. Manfaat Penelitian

1. Terhadap Institusi Politeknik Kesehatn Kemenkes Palu

Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan

dan hasil penelitian nantinya diharap kan dapat bermanfaaat sebagai bahan

pengembangan ilmu pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah

wawasan khususnya mahasiswa/pembaca umumnya serta guna meningkat

kan mutu pendidikan selanjutnya

2. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang

penyakit ims.

3. Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang

cara mengembangankan kemampuan sains khususnya melalui metode

penelitin ini.

4. Bagi Anak Didik

Sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh

pengalaman langsung mengenai pembelajaran secara aktif.

5. Bagi Peneliti Yang Lain

Sebagai salah satu bahan bacaan dan perbandingan bagi peneliti lain

dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012)

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang

di hadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dalam pengalaman

langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan atau

ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behaviour) ( Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu

5
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak

berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukkan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu

(Wawan, A. dan Dewi, 2011)

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartika sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui dan

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

6
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Pengalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat di

atas (Notoatmodjo, 2014)

7
3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi

2 yang dikutip dari Notoatmodjo (2012) adalah sebagai berikut:

a. Cara Memperoleh Kebenaran Non-Ilmiah

1) Cara coba salah (Trial and Error)

2) Secara kebetulan

3) Cara kekuasaan atau otoritas

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

5) Cara akal sehat (common sense)

6) Kebenaran melalui wahyu

7) Kebenaran secara intuitif

8) Melalui jalan pikiran

9) Induksi

10) Deduksi

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer

disebut metodologi penelitian, yang kita kenal dengan penelitian

ilmiah.

4. Proses Perilaku “Tahu”

Wawan (2011) mengatakan bahwa perilaku adalah semua

kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung

maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum

8
mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

a. Kesadaran (Awareness) dimana orang tersebut menyadari atau

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Merasa tertarik (Interest) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus.

c. Menimbang-nimbang (Evaluation) yaitu individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Percobaan (Trial) dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adaptasi (Adaption) yaitu individu sudah beradaptasi terhadap

stimulus.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Wawan (2011) mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Pendidikan

2) Pekerjaan

3) Umur

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan

9
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok

2) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

B. Konsep Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek. Jadi sikap senantiasa terarah

terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap tanpa obyek. Manusia

dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal (Purwanto,

2012)

Sikap adalah kecenderungan individu untuk melakukan respons

tertutup terhadap stimulus ataupun objek di lingkukngan sekitarnya.

Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak

tingkah laku

Notoatmodjo (2014) mengatakan ada beberapa karakter sikap, yaitu:

a. Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan

bertindak.

b. Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi).

c. Sikap relatif menetap, dibanding emosi dan pikiran.

10
d. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluasi terhadap obyek,

dan mempunyai 3 komponen, yakni:

1) Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan

dengan apa yang dilakukan manusia.

2) Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan

dengan penilaian terhadap apa yang diketahui manusia.

3) Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan

dengan kecenderungan atau kemauan bertindak.

2. Ciri-ciri Sikap

Purwanto (2012) mengatakan bahwa ciri-ciri sikap, yaitu:

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan

obyeknya.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek.

d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.

Dalam sikap positif, kecenderuangan tindakan adalah mendekati,

11
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap

negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi menghindari, membenci,

tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 2012).

3. Komponen Sikap

Notoatmodjo (2014) mengatakan bahwa sikap itu terdiri dari 3

komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

4. Fungsi Sikap

Sunaryo (2013) mengatakan bahwa sikap memiliki beberapa

fungsi, yaitu:

a. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat.

b. Fungsi pertahanan ego.

c. Fungsi ekspresi nilai.

d. Fungsi pengetahuan.

e. Fungsi penyesuaian sosial.

5. Tingkatan Sikap

Notoatmojo (2014) mengatakan bahwa sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu:

12
a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Menanggapi/Merespon (responding)

Menanggapi diartikan seseorang dapat memberikan jawaban atau

tanggapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang

diberikan terlepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah, itu

berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk

merespons, mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dengan

orang lain adalah suatu indikasi sikap tingkatan ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap segala sesuatu yang telah di yakininya atau dipilihnya

dengan segala resiko.

13
6. Sifat Sikap

Wawan (2011) mengatakan bahwa sikap dapat pula bersifat positif

dan dapat pula bersifat negatif:

a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Wawan (2011) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap antara lain:

a. Pengalaman pribadi.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan atau media massa.

d. Lembaga pendidikan dan lembaga agama.

e. Faktor emosional.

8. Pengukuran Sikap

Wawan (2011) mengatakan bahwa beberapa teknik pengukuran sikap

antara lain :

a. Skala thurstone (Method of Equel-appearing Intervals )

14
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada

rentangan kontinum dari yang sangat unforable hingga sangat

fafoabel terhadap suatu obyek sikap.

b. Skala Likert (Method of Summateds Rating )

Likert mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih

sederhana di bandingkan dengan skala thurstone. Skala thurstone

yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi dua kelompok,

yaitu yang fovoreble dan yang unfavorable.

c. Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana sesesorang dapat

mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan

dengan pertanyaan.

d. Multidimensional Scaling

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila

dibandingkan dengan pengukuran sikap yang bersifat

unidimensional.

e. Pengukuran involuntary Behavior (pengukuran terselubung).

C. Konsep IMS

1. Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan

melalui

hubungan seksual baik secara vaginal, anal dan oral. IMS disebabkan oleh

lebih dari 30 Bakteri, virus, parasit, jamur, yang berbeda dimana dapat

15
disebarkan melalui kontak seksual dan kebanyakan infeksi ini bersifat

asimtomatik atau tidak menunjukkan gejalanya sama sekali.(Puspita,

2017).

Infeksi menular seksual merupakan penyakit menular seksual yang

menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di Dunia.Infeksi menular

seksual menjadi pandemic dan mengancam penduduk dunia dengan

berbagai dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.(Merapi et al.,

2019)

2. Etiologi

Penyakit IMS ini disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri yang

berbeda,virus dan parasit dan tersebar terutama melalui kontak

seksual,termasuk vagina, anal, dan oral seks (Tuti Amalia, 2017)

Berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual

2011.

Ada 5 jenis IMS yang ditimbulkan berdasarkan patogen penyebab, yaitu:

a. Infeksi bakteri

1. Gonore

a. Penyebab : Neiseria Gonorrhoeae

b. Pathogenesis setelah melekat gonokokus ke dalam sel epitel

dan melalui jaringan subepitel dimana gonokokus ini terpajan

kesistem imun (serum, komplemen, immunoglobulin A (IgA),

dll) dan difagositosis oleh neotrfil virulensi bergantung sel

16
penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fiagositosis,

dan permusnahan intraseluler oleh polimorfunokleosit. Factor

yang mendukung virulrnsi ini adalah pili, protein membrane

bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.

c. Menifestasi klinis : gejala infeksi 1 sampai 14 hari setelah

terpapar, meskipun ada kemungkinan terinfeksi gonore namun

tidak memiliki gejala. Diperkirakan hamper setenga wanita

yang terinfeksi gonore tidak merasakan gejala, atau memiliki

gejala nonspesifik

Pada pria : rasa panas selama buang aur kemih ada keluarnya

nanah dari penis (uretra).

Pada wanita : cairan putih keluar pada vagina, rasa nyeri

dibagian perut, namun pada wanita gonore seringkali tidak

menampilkan gejala-gejala

d. Pemeriksaan diagnostic: diagnostic ditegalkan melalui

identifikasi organisme. Pewarnaan gram secret uretra positif

pada 95% pria dan perwarnaan secret uretra positif pada 60%

wanita kultur penting pada wanita termasuk kultur rektal dan

orofaring. Konfirmasi identitas dapat dibuat dengan fermentasi

gula atau perangkat deteksi antigen spesifik N. gonorrhoeae.

Tes hibridisasi atau amplifikasi asam nukleat merupakan tes

nonkultur yang berguna untuk screening.

17
e. Terapi : terapi dosis tunggal dengan siprofloksasin oral atau

sefriakson IM, atau amoksilin oral (dosis tinggi 3 g) pada

daerah dengan resistensi penisilin rendah ata pada kehamilan.

2. Klamidia

a. Penyebab : Chlamydia trachomatis

b. Pathogenesis : dibagi menjadi 2 fase yaitu fase I dan II pada

fase I (fase noninfeksiosa) ini terjadi keadaan laten yang dapat

ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada fase ini

kuman bersifat intra seluler dan berada di dalam vakuol yang

letak nya melekat pada inti sel hospes (badan inklusi).

Selanjutnya pada fase II ( fase penularan) jika vakuol pecah,

kuman menyebar keluar dalam bentuk badan elementer yang

dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang baru

c. Menifestasi klinik: gejala dimulai dalam waktu 5 sampai 10

hari setelah paparan infeksi.

Gejala pada wanita : sakit perut, keputihan

abnormal,perdarahan diluar menstruasi, demam ringan,

hubungang seks meyakitkan, nyeri dan rasa terbakar saat

kencing, pembekalan didalam vagina atau disekitar anus, ingin

buang air kecil melebihi biasanya, pendarahan vagina setelah

berhubungan, keluarnya cairan kekuningan dari leher Rahim

yang mungkin memiliki bau yang kuat.

18
Gejala pada pria: nyeri atau rasa terbakar saat kencing, cairan

bernana atau susu dari penis, testi bengkak ata lembek,

pembekakkan di sekitar anus.

Selain gejala diatas, kalmidia yang menginfeksi mata dappat

menimbulkan kemerahan,gatal dan tahi m,ata sedangkan

klamidia yang menginfeksi tenggorokan dapat menyebabkan

rasa sakit.

d. Pemeriksaan diagnostik: PCR swab genital (vagina, serviks,

atau anus ) atau urin

e. Terapi : doksisklin selama 7 hari atau azitromisin tunggal

3. Limfogranuloma Venerium

a. Penyebab : Chlamydia trachomatis (galur L1-L3)

b. Pathogenesis : Chlamydia trachomatis tidak dapat menembus

kulit atau selaput lender yang utuh, tetapi memperoleh akses

melalui abrasi atau laserasi minor. Lesi primer ada ulkus atau

vesikel herpetiformis kecil yang tidak nyeri, basanya di dinding

vagina posterior. Lesi menetap hanya beberapa hari dan

sembuh tanpa jaringan perut. Infeksi kemudian menjalar

melalui pembuluh limfe ke kelenjar getah bening regional.

Kelenjar tersebut membesar dan membentuk massa yang

sangat nyeri kemudian menjadi abses kemudian cairan apses

keluar melalui kulit dan dapat cukup parah sehingga

menyebabkan obstruksi saluran limfe dan edema kronik.

19
c. Menifestasi klinis : lesi primer di dinding vagina posterior,

limfadenopati inguinalisis unilateral yang nyeri, proktokolitas,

peradangan pada jaringan limfe perirektu, fistula dan striktu.

d. Pemeriksaan diagnostic : tes frei dan tes ikatan komplemen.

e. Terapi : sulfametoksazol 2 x 400 mg dan trimetroprim 2 x 80

mg, kurang lebih selama 1-5 minggu tergantung berat ringan

penyakit dengan dosis sehari 2x selain itu sulfa dengan dosis 3x

1 gr sehari atau tetrasiklin 3 x 500 mg sehari.

4. Sifilis

a. Penyebab : Treponema pallidum

b. Pathogenesis : Enderteritis obliteratif terjadi pada semua tahap

penyakit keadaan ini berhubungan dengan infiltrasi

perivascular oleh makrofag dan sel plasma dalam chancre

primer, hyperkeratosis pada sifilis sekunder kutan, serta

nekrosis sentral dan granulomata pada guma. Treponema

masuk ketubuh melalui membrane mukosa atau kulit yang

mengalami abrasi di mana timbul chancre primer chancre ini

sembuh secara spontan dalam 2-4 minggu dan menghilang

bersamaan dengan tahap sekunder atau diseminat, ketika

treponema dapat didentifikasi dari lesi kulit, selain itu dari

darah, kelenjar getah bening, dan system saraf pusat.

20
c. Menifestasi klinis : Chancre primer pada 95% kasus bersifat

genital dan memiliki karakteristik berikut. Chancre biasanya

merupakan lesi bundar soliter,tidak nyeri, tidak nyeri tekan,

dengan tepi eritematosa berbatas tegas dan memiliki dasar

berih serta berindurasi. Menifestasi ini berhubungan dengan

limfadenopati inguinal seperti karet, terbuka,tidak nyeri dan

tidak nyeri tekan. Chancre merupakan ulkus yang dapat

sembuh tanpa membentuk jaringan parut dalam 4-6 minggu.

d. Pemeriksaan diaknostik : Pemeriksaan mikroskop lapangan

gelap terhadap eksudat dari chancer dan lesi mukokutis, uji

antibodi fluoresen langsung, uji nontreponema ( uji VDRL

dan RPR) dan uji treponema ( uji FTA-ABS dan MHA-TP)

atau uji serologik dengan uji lain

e. Terapi : suntikan panisilin G secara IM sebanyak 1 juta

satuan/hr selama 8-10 hr jika alergi terhadap panisilin maka

diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hr, atau eritromisin 4 x 500

mg/hr atau doksisiklin 2 x 100 mg/hr selama 15 atau 30 hari.

Golongan sefalosporin, misalnya sefeleksin 4 x 500 mg/hr

selama 15 hari.

5. Chancoroid ( Ulkus Mole)

a. Penyebab : Haemophilus ducreyl

b. Patogenesis: adanya trauma atau abrasi sangat penting untuk

organisme melakukan penetrasi epidemis. Jumlah inokolum

21
untuk menimbulkan infeksi tidak diketahui pada lesi,

organisme terdapat dalam magrofag dan neotrofil atau bebas

berkelompok (menumpul) dalam jaringan interstitial.

c. Menifestasi klinis : Gejala klasik ulkus mole adalah ulkus yang

superficial dan dangkal dalam ukuran beberapa millimeter

sampai 2 cm tepinya kasar atau berbentuk seperti kulit kerang

dan dikelilimgi oleh lapisan peradangan yang kemerahan.

Dasarnya tertutup eksudasi yang terdiri dari jaringan nekrosis

serta mudah berdarah bila eksudasi ini diangkat. Berbeda

dengan ulkus sifilis, ulkus mole ini sangat nyeri dan lunak serta

tidak idurasi. Pada pria lokalisasinya sering pada prepotium

dan frenulum, sedangkan pada wanita pada lbia dan perianal.

d. Pemeriksaan diagnostic : pemeriksaan sediaan hapus, biarkan

kuman dari pus atau lesi. Teknik imunofluoresensi untuk

menemukan antibody. Biopsi dan autoinokulasi.

e. Terapi : sulfonamide, dosis pertama 2-4 gr dilanjutkan dengan

1 gr tiap 4 jam sampai sembuh sempurna (± 10-14 hari). Tablet

kotrimoksazol ( kombinasi sulfametoksazol 400 mg dan

trimethoprim 80 mg) diberikan dengan 2 x 2 tablet selama 10

hari. Streptomisin, disuntikan setiap hari 1 gr selama 7-14 hari.

Kanamisin 2 x 500 mg IM selama 6-14 hari, eritromisin 4 x

500 mg sehari selama 1 minggu dan kuinolon (ofloksasin dosis

tunggal 400 mg).

22
6. Granuloma Inguinale ( Donovanosis)

a. Penyebab : klebsiela (calymmatobacterium) granulomatis,

Mycoplasma genitalium,dan Ureaplasma urealyticum

b. Pathogenesis : lesi primer dimulai sebagai suatu nodus yang

keras (berindurasi), jika terjadi kerusakan pada permukaannya

terjadi ulkus yang berwarna seperti daging dan granulomatosa.

Biasanya berkembang perlahan-lahan, sering menjadi satu

dengan lesi yang berhubungan atau membentuk lesi baru

dengan autoinokulasi, terutama pada daerah perianal. Timbul

akantosis hebat dan terdapat banyak histpsit. Beberapa leokosit

PMN terdapat pada focus infiltrat atau terbesar, limfosit jarang

ditemukan. Ploriferasi epitel marginal menyerupai gejala

epiteliomatosa permulaan. Gambaran patogonomonik

donovanosis adalah sel mononuklear besar yang terinfeksi,

berisi banyak kista intrasitoplasmik yang diisi oleh badan-

badan Donovan. Kadang terjadi penyebaran hematogen,

metastatic ke tulang-tulang ,sendi-sendi atau hati infeksi

sekunder akan menimbulkan destruksi jaringan kemudian

terjadi sikatriks.

c. Menifestasi klinis : terdapat satu atau lebih papul kecil, padat

dan induratif di tempat kontak yang dalam beberapa hari

sampai minggu mengalami ulserasi. Ulkur primer tampak

bersih,merah seperti daging, tidak nyeri dan tidak meradang

23
serta tidak menyebabkan limfadenopati. Nyeri, eksudat dan

limfadenopati merupakan tanda infeksi sekunder serta lesi yang

sering ditemukan di labia minora dan fourchette.

d. Pemeriksaan diagnostik: riwayat penyakit, gambaran

klinis,identifikasi badan Donovan melalui hapusan jaringan,

biakkan,biopsy,tes serum, inokulasi dan tes kulit.

e. Terapi : ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 1 bulan.

Streptomisin1 gr/hari i m selama 20 hari . tetrasiklin 4 x 500

mg selama 10-20 hari, eritromisin 1 mg/kg BB i m 2x/hari

selama 14 hari.

3. Gejala-gejala IMS

Berikut ini adalah gejala umum dari IMS:

a. Keluarnya cairan dari vagina, penis atau dubur berbeda dari

biasanya. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya

bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau

kemerahmudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap

dan berlendir.

b. Rasa perih, nyeri atau panas saat kencing, atau menjadi sering

kencing.

c. Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan atau sekitar

mulut (nyeri ataupun tidak).

24
d. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin

benjolan kecil-kecil, atau lecet di sekitar alat kelamin.

e. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin.

f. Terjadi pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan

paha.

g. Pada wanita, sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi

tidak ada hubungannya dengan haid), vagina bengkak dan

kemerahan, perdarahan di luar siklus haid.

h. Sakit saat berhubungan seks.

i. Mengeluarkan darah setelah berhubungan seks.

j. Secara umum merasa tidak enak badan, lemah, kulit menguning,

nyeri sekujur tubuh, atau demam (Astuti et al., 2016)

D. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini peneliti mengambil variabel bebas adalah

pengetahuan dengan sikap remaja sedangkan variabel terikat adalah

penyakit IMS

Pengetahuan

Penyakit IMS

Sikap

Keterangan gambar

25
: Variabel bebas

: Variable terikat

Gambar 2.1 Kerangka piker

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan

metode studi kepustakaan atau literatur review. Literatur review

merupakan ikhtisar komprehensif tentang penelitian yang sudah

dilakukan mengenai topik yang spesifik untuk menunjukkan kepada

pembaca apa yang sudah diketahui tentang topik tersebut dan apa

yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari penelitian yang

sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya (Nursalam,

26
2016a) . Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal,

buku, dokumentasi, internet dan pustaka. Metode studi literatur

adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah

bahan penulisan (Nursalam, 2016a). Jenis penulisan yang digunakan

adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil penulisan yang

berkaitan dengan topik atau variabel penulisan. Penulis melakukan

studi literatur ini setelah menentukan topik penulisan dan

ditetapkannya rumusan masalah, sebelum terjun ke lapangan 39 untuk

mengumpulkan data yang diperlukan (Nursalam, 2016)

B. Database Pencarian

Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh

beberapa studi penelitian yang ditentukan berdasarkan tema tertentu.

Pencarian literatur dilakukan pada bulan Agustus-september 2020.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.

Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi

baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah

ditentukan. Pencarian literatur dalam literature review ini

menggunakan database dengan kriteria kualitas tinggi sedang

(Nursalam,2020)

C. Kata Kunci

27
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword yang digunakan

untuk memperluas menspesifikasikan pencarian, sehingga mempermudah

dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang

digunakan dalam pencarian ini adalah (Pengetahuan) AND (sikap) AND

(Bahaya IMS).

Tabel 3.1 kata kunci Literatur Review

Pengetahuan Sikap Bahaya IMS


Sumber :(Nursalam, 2020)

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework, yang terdiri dari:

1. Population/problem yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis sesuai

dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review

2. Intervention yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus perorangan

atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan

tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

3. Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan

sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol dalam

studi yang terpilih.

4. Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang

sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam literature review.

5. Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di

review.

28
Tabel 3.2 Format PICOS dalam Literatur review

Kriteria Inklusi Ekslusi


Populasi Responden terdiri dari siswa usia Bukan termasuk siswa
remaja usia remaja
Intervensi
Pembanding Tidak ada pembanding Tidak ada
Hasil Analisis hubungan pengetahuan Bukan menganalisis
dengan sikap tentang penyakit hubungan pengetahuan
infeksi menular seksual pada siswa dengan sikap tentang
usia remaja penyakit infeksi menular
seksual pada siswa usia
remaja
Jenis dan Desain Cross-sectional study No exclusion
Studi
Tahun Publikasi Diatas 2015 Dibawa 2015
Bahasa Indonesia Indonesia
Sumber : (Nursalam, 2020)

F. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di data base yaitu

Google Scholar. Kemudian menggunakan kata kunci yang sudah disesuaikan,

peneliti mendapatkan 1.780 artikel yang berkaitan dengan kata kunci tersebut.

Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa duplikasi, ditemukan

terdapat 1.750 artikel yang sama dan tidak sesuai dengan judul sehingga

dikeluarkan dan tersisa 30 artikel. Peneliti kemudian melakukan skrining

berdasarkan judul (n = 30), abstrak (n = 25) dan full text (n =3) yang disesuaikan

dengan tema literature review. Assessment yang dilakukan berdasarkan kelayakan

29
terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 3 artikel yang

dipergunakan dalam literature review.

Gambar 3.1 Diagram flow pencarian literatur (Nursalam, 2020)

Pencarian Literatur di basis data


Google Scholar
(n = 1.780)
Catatan setelah duplikat dan tidak
sesuai judul
(n = 1.750)
Judul di identifikasi dan disaring
(n = 30)

Abstrak di identifikasi dan disaring


(n = 25)
Artikel tidak membahas tentang
Hubungan pengetahuan dengan
sikap tentang penyakit infeksi
Salinan lengkap diambil dan dinilai menular seksual pada siswa usia
untuk kelayakannya remaja

(n= 3) (n = 22)

G. Waktu dan Tempat


Studi yang di analisis
Peneliti akan melalukan analisis studi jurnal pada bulan September 2020
(n = 3)

H. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi

kepustakaan atau literatur review. Dilakukan dengan cara mempelajari buku-

buku, artikel, jurnal, website, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan

permasalah penelitian untuk memperoleh wawasan dan dasar teori sehingga bisa

30
digunakan sebagai informasi untuk menganilisis serta menunjang pembahasan

masalah penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini ad.alah data sekunder yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dengan berupa bukti, catatan,

atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang

dipublikasi maupun yang tidak dipublikasikan (Sugiyono, 2013).

I. Penyajian Data

Bentuk penyajian data dalam bentuk tabel dan teks tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan penelitian.

J. Metode Analisa Data

Jurnal penelitian yang sesuai akan dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal

meliputi nama peneliti, judul, tahun terbit jurnal, tujuan penelitian, rancangan

studi, , sampel, instrument (alat ukur) dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan

jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alfabel dan

tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas.

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan

dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi

yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Metode

analisis yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal (Nursalam, 2016c).

31
Tabel 3.3
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
No Nama Judul Peneliti Tahun Tujuan Peneliti Rancangan Sampel Alat Ukur Hasil Atau Temuan
Peneliti Terbit Studi
Jurnal Cara Jumlah

1. Marini C. Hubungan 2017 Untuk mengetahui Penelitian ini validitas dan 100 Quesioner Berdasarkan Hasil
Pandjaitan pengetahuan Hubungan menggunakan reliabilitas Responde penelitian memperlihatkan
Nurdjanna dengan sikap pengetahuan desain studi n bahwa sikap responden
h J. Niode tentang penyakit dengan sikap Deskriptif terhadap IMS berada
Pieter L. IMS pada remaja tentang penyakit dengan dalam kategori baik
Suling di SMA Frater IMS pada remaja pendekatan (71%), di ikuti dengan
Don Bosco di SMA Frater Don cross sectional kategori cukup (25%),
manado Bosco manado kategori kurang (4%);
tidak ada sikap responden
yang berada dalam
kategori buruk. Pada
penelitian ini, masing-
masing nilai r hitung
(Pearson correlation) dan
nilai r Alpha >0,3061
maka disimpulkan ada
hubungan signitif antara
pengetahuan dengan sikap
remaja dalam pencegahan
penyakit menular seksual.
2. Lia susanti Hubungan 2015 Untuk mengetahui Penelitian ini Random 82 Quesioner Berdasarkan Hasil
Ismayanti pengetahuan Hubungan menggunakan sampling Responde penelitian di dapatkan

32
dengan sikap pengetahuan Deskriptif dengan n bahwa dari 82 responden
tentang penyait dengan sikap analitik dengan pendekatan yang mempunyai
IMS pada remaja tentang penyait pendekatan simple pengetahuan baik dengan
kelas XI di SMK IMS pada remaja Cross Sectional. random sikap sangat setuju (32%)
puja bangsa kelas XI di SMK mempunyai pengetahuan
cikarang utara puja bangsa cukup (10%) pengetuan
cikarang utara kurang
(40%).Berdasarkan hasil
uji statistic didapat kan ρ .
value sebesar 0,029 maka
ρ velue < ᵅ 00,5
Maka disimpulkan ada
hubungan signitif antara
pengetahuan dengan sikap
remaja dalam pencegahan
penyakit menular seksual.

3. Indah Hubungan 2020 Untuk mengetahui kuantitatif yang probability 91 Quesioner Berdasarkan hasil
Mastikana pengetuan dengan Hubungan bersifat analitik sampling Responde penelitian bahwa dari 91
Intan sikap tentang pengetuan dengan dengan menggunakan n responden (7%) memiliki
Purnama penyakit IMS sikap tentang rancangan teknik pengetahuan kurang,
Sari pada remaja di penyakit IMS pada penelitian cross random (19%) memiliki
SMA N 8 batam remaja di SMA N sectional. sampling pengetahuan cukup, dan
8 batam (65%) memiliki
pengetahuan baik.

33
Berdasarkan hasil uji chi-
square nilai p-value yang
diperoleh yaitu 0,022 dan
0,035 maka disimpulkan
ada hubungan signitif
antara pengetahuan
dengan sikap remaja
dalam pencegahan
penyakit menular seksual.

34
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Karakteristik Studi Literatur

Berdasarkan hasil analisis jurnal yang dilakukan, tiga artikel memenuhi

syarat inklusi (Tabel 3.3) yang terbagi menjadi dua sub pembahasan

berdasarkan topik literature riview dalam sampel penelitian yaitu hubungan

pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit infeksi menular seksula

(IMS). dan menggunakan desain penelitian Cross Secctional. Jumlah rata –

rata responden sebanyak 273 responden. Secara keseluruhan setiap

penelitian membahas tentang hubungan pengetahuan dengan sikap remaja

tentang penyakit infeksi menular seksula (IMS). Studi yang sesuai dengan

tinjauan sistematis ini rata-rata dilakukan dikota manado,cikarang,batam.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas. Pada penelitian ini,

masing-masing nilai r hitung (Pearson correlation) dan nilai r Alpha

>0,3061.(Pandjaitan et al., 2017)

Berdasarkan hasil uji statistic didapat kan ρ value sebesar 0,029 maka ρ

velue < ᵅ 00,5 (Lia susanti, 2015)


Berdasarkan hasil uji chi-square nilai p-value yang diperoleh yaitu

0,022 dan 0,035.(Indah mastikana, 2020)

Berdasarkan hasil analisis jurnal yang dilakukan dapat disimpulkan

ada hubungan signitif antara pengetahuan dengan sikap remaja dalam

pencegahan penyakit menular seksual. Tiga artikel tersebut menggunakan

35
rancangan Deskriptif dengan pendekatan Cross Secctional. Jumlah rata-rata

responden dalam tiga artikel ini 273 individu (Pandjaitan et al., 2017, Lia

susanti,2015 & Indah mastikana,2020).

Tabel 4.1 Hasil Pencarian Literatur

Penulis Desain studi, sampel, Hasil analisis Ringkasan hasil


dan variabel, instrumen,
tahun analisis
(Pandjaita Desain : cross- Ada hubungan Tingkat pengetahuan
n et al., sectional yang kuat siswa-siswi secara
2017) Sampel : 100 siswa Terhadap keseluruhan memiliki
Variabel : perubahan tingkat pengetahuan
pengetahuan,sikap,peny pengetahuan pada maupun sikap tergolong
akit IMS kelompok yang baik terhadap infeksi
Instrumen : Quesioner diberikan menular seksual. Pada
Analisis : perlakuan setelah penelitian ini, masing-
Menggunakan uji diberi edukasi masing nilai r hitung
deskriptif dengan tentang hubungan (Pearson correlation) dan
desain potong lintang pengetahuan nilai r Alpha >0,3061
Tujuan Penelitian : dengan sikap maka disimpulkan ada
Untuk mengeksplorasi remaja tentang hubungan signitif antara
pengetahuan dan sikap penyakit infeksi pengetahuan dengan
siswa terhadap penyakit menular seksual sikap remaja dalam
infeksi menular seksual dikota manado pencegahan penyakit
menular seksual

(Lia Desain : cross- Terdapat Tingkat pengetahuan


susanti, sectional hubungan siswa-siswi secara
2015) Sampel : 82 Responden Pengetahuan, keseluruhan dapat
Variabel : sikap dan penyakit mengetahui pengetahuan
pengetahuan,sikap,peny IMS di kota remaja terdapat
akit IMS cikarang utara perbedaan sebelum dan
Instrumen : Quesioner setelah dilakukan
Analisis : intervensi dan mahasiswa
Menggunakan uji memiliki sikap positif
analitik terhadap penyait IMS.
Tujuan Peneliti : Berdasarkan hasil uji
Untuk menilai statistic didapat kan ρ
pengetahuan dan sikap value sebesar 0,029 maka

36
siswa-siswi tentang ρ velue < ᵅ 00,5
penyakit infeksi
Maka disimpulkan ada
menular seksual
hubungan signitif antara
pengetahuan dengan
sikap remaja dalam
pencegahan penyakit
menular seksual
(Indah Desain : cross- Ada hubungan terjadi peningkatan
mastikana, sectional tentang terhadap siswa tentang
2020) Sampel : 91 Responden Pengetahuan,sikap pengetahuan dan sikap
Variabel : dan penyakit IMS responden, hal ini
pengetahuan,sikap,peny disebabkan karena pada
akit IMS eksperimen sangat
Instrumen : Quesioner antusias saat diberikan
Analisis : probability intervensi dan pada saat
sampling menggunakan diskusi tentang penyakit
teknik random IMS. Berdasarkan hasil
sampling uji chi-square nilai p-
Tujuan Peneliti : value yang diperoleh
Untuk menentukan yaitu 0,022 dan 0,035
tingkat maka disimpulkan ada
pengetahuan,sikap dan hubungan signitif antara
penyakit IMS pengetahuan dengan
dikalangan siswa siswi sikap remaja dalam
pencegahan penyakit
menular seksual

2. Karakteristik Responden Studi Literatur

Responden dalam penelitian ini adalah remaja khususnya siswa di sekolah

sekolah menengah atas dan menenga kejuruan mencakup dalam bidang

kesehatan yang berada di Manado,Cikarang dan Batam. Dalam studi telah

disebutkan Hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit

infeksi menular seksual, dengan keseluruhan responden berjumlah 273 orang.

37
Responden dalam penelitian ini rata-rata berusia antara 14 - 17 tahun dan

bersifat multi wilayah.

3. Pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit infeksi menular seksual

a. pengetahuan

Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Frater Don Bosco Manado,

dengan jumlah responden 100 orang, mendapatkan tingkat pengetahuan

remaja tentang IMS berada dalam kategori baik, yaitu sebanyak 50%

responden berada dalam kategori tersebut. Cukup tingginya tingkat

pengetahuan tentang IMS pada responden tersebut diduga karena siswa-

siswi SMA Frater Don Bosco Manado telah mendapat-kan materi tentang

pendidikan kesehatan reproduksi dan memperlihatkan tingkat pengetahuan

responden tentang IMS berada dalam kategori baik (50%), diikuti dengan

kategori cukup (42%), kategori kurang (7%), dan kategori buruk (1%).

(Pandjaitan et al., 2017)

Hasil penelitian yang dilakukan di SMK Puja Bangsa Cikarang Utara

mengenai tingkat pengetahuan remaja dalam pencegahan penyakit

menular seksual. Dari 82 responden dalam kategori baik (73,2%),

sedangakan yang mempunyai pengetahuan kurang (8,8%) Cukup

tingginya tingkat pengetahuan tentang IMS pada responden tersebut.(Lia

susanti, 2015)

Hasil penelitian yang dilakukan di SMA N 8 Batam mengenai tingkat

pengetahuan tentang penyakit menular seksual 91 responden (7%)

38
memiliki pengetahuan kurang,(19%) memiliki pengetahuan cukup, dan

(65%) memiliki pengetahuan baik. (Indah mastikana, 2020)

b. Sikap

Hasil penelitian pada 100 responden di SMA Frater Don Bosco

Manado menwdapatkan bahwa sikap remaja terhadap IMS berada dalam

kategori baik, yaitu sebanyak 71%. Sikap remaja yang baik ini sejalan

dengan tingkat pengetahuan mereka yang tinggi terhadap IMS. bahwa

sikap merupakan reaksi kognitif sebagai penilaian terhadap suatu objek

yang didasarkan pada pengetahuan. sikap responden 100 dalam kategori

baik (71%), diikuti dengan kategori cukup (25%), kategori kurang (4%).

Hasil penelitian pada 82 responden di SMK Puja Cikarang utara

mendapat kan bahwa sikap ramaja tentang IMS berada dalam kategori

baik,yaitu sebanyak (73,2%).sikap remaja yang baik ini sejalan dengan

tingkat pengetahuan meraka yang tinggi terhadap IMS.sikap responden 82

dalam kategori baik (73,2) sedangkan kategori kurang (8,8%).

Hasil penelitian pada 91 responden di SMA N 8 Batam frekuensi sikap

tentang penyakit menular seksual yang terdiri dari 91 responden yaitu

sebanyak (48,9%) dalam kategori baik dan (42,1%) dalam kategori cukup.

(Indah mastikana, 2020)

B. Pembahasan

1. Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual

39
Berdasarkan hasil rata-rata tingkat pengetahuan responden adalah cukup.

Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan rata-rata tingkat pengetahuan

responden. Hasil uji menunjukkan perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan

setelah diberikan intervensi. Pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat

50% siswa memiliki tingkat pengetahuan baik dan terdapat 7% siswa yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang (Pandjaitan et al., 2017) . Hal ini

didukung oleh penelitian lain yang sebagai besar memiliki pengetahuan yakni

dalam kategori tinggi (Asmara & umu hani, 2016).

Hasil dari pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat 73,2% siswa

memiliki tingkat pengetahuan baik dan terdapat 7% siswa yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang. Ini disebabkan karena responden antusias saat

dilakukan intervensi, selain itu responden sangat antusias pada saat diskusi.

responden merasa mudah memahami materi yang diberikan. Ini dibuktikan

dengan peningkatan jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan

baik.(Lia susanti, 2015)

Sedangkan hasil pengumpulan data menunjukkan perbedaan rata-rata

tingkat pengetahuan pada siswa. Ini disebabkan karena responden antusias saat

dilakukan intervensi, selain itu responden antusias pada saat diskusi. Pada

topik tertentu salah satunya faktor yang dapat menyebabkan penyait infeksi

menular seksual. Hasil dari pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat

65% siswa memiliki tingkat pengetahuan baik dan terdapat 6,1% siswa yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang (Indah mastikana, 2020).

40
Kebanyakan responden sudah mengetahui apa itu penyakit menular

seksual. Ini dakarenakan informasi tentang jenis-jenis penyakit menular

seksual sudah bisa dengan mudah di dapatkan melalui media elektronik (Lia

susanti, 2015).

Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melaukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusi, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan pada

dasarnya terdiri dari jumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapanyan pengetahuan tersebut

diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang

lain (Notoatmodjo, 2010).

Hal ini dikarenakan banyaknya sumber informasi yang didapat siswa

melalui sumber informasi yang di dapat siswa melalui sumber-sumber

informasi sepeerti media elektronik,media cetak dan informasi langsung

khususnya tentang kesehatan reprodiksi yang berkaitan dengan penyakit

menular seksual. Tidak terdapat kesenjangan antara hasil penelitian dengan

teori yang ada, dan dapat disimpulkan bahwa dengan memiliki pengetahuan yg

baik dapat mebuat seseorang bersikap baik pula. Oleh karena itu pengetahuan

dapat di peroleh dengan banyak melalui sumber informasi dari manapun

karena sumber informasi membuat seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi

tahu.

41
2. Sikap Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menular Seksual

Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa sebagian responden

memiliki sikap negatif dalam bahahayanya penyakit infeksi menular seksual.

Hasil uji menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

sikap responden mengenai penyakit infeksi menular seksual. Namun,

sebenarnya terdapat responden yang sikapnya berubah dari negatif menjadi

positif setelah diberikan intervensi. Responden yang menolak akan

memunculkan sikap negatif, sedangkan yang menerima dapat memunculkan

sikap positif. Namun ada beberapa siswa yang kurang fokus pada saat

berdiskusi mengenai peristiwa tersebut. Hal ini yang menyebabkan responden

masih memiliki sikap negatif sehingga hasil penelitian menunjukkan

peningkatan sikap yang tidak signifikan. Namun pada hasil tes setelah

perlakuan hanya terdapat tiga responden yang sikapnya berubah menjadi

positif sehingga perubahan sikap setelah dilakukan intervensi tidak signifikan.

(Pandjaitan et al., 2017).

Hal ini didukung oleh penelitian lain berdasarkan hasil penelelitian yang

dilakukan diperoleh bahwa dari 45,8% responden yang bersikap positif,

sebanyak 38,9% diantaranya melakukan tindakan yang baik dalam pencegahan

IMS (Siregar, 2019)

Sedangkan hasil pengumpulan menunjukkan perbedaan rata-rata tingkat

pengetahuan setelah diberikan intervensi walaupun juga memiliki peningkatan

rata-rata. Ini disebabkan karena responden antusias saat dilakukan intervensi,

42
selain itu responden antusias pada saat diskusi. Pada topik tertentu salah

satunya yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual.(Lia susanti, 2015)

Pada hasil pengumpulan data Indah mastikana,(2020) meningkatkan

sikap siswa mampu diajak berfikir langsung tentang kesehatan reproduksi,

berisi pendapat siswa tentang hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap

penyakit infeksi menular seksual.Dari pertanyaan tersebut siswa diberi

kesempatan menjawab sesuai yang diberikan dan hasil yang diperoleh. (Indah

mastikana, 2020)

Hal ini sesuai dengan teori bahwa Sikap adalah pandangan atau perasaan

yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap obyek. Jadi

sikap senantiasa terarah terhadap suatu hal, suatu obyek, tidak ada sikap tanpa

obyek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap bermacam-macam hal

(Purwanto, 2012)

Sikap merupakan hal yang penting bukan hanya karena sikap itu sulit

untuk diubah, tetapi karena sikap sangat mempengaruhi pemikiran social

individu meskipun sikat tidak selalu direfleksikan dalam tingkah laku yang

tampak dan juga karena sikap seringkali mempengaruhi tingkah laku individu

terutama terjadi saat sikap yang dimiliki kuat dan mantap.

3. Hubungan pengetahuan dengan sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa dari 100

responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap sangat setuju

(60,5%).hasil uji validitas dan reliabilitas. Pada penelitian ini, masing-masing

nilai r hitung (Pearson correlation) dan nilai r Alpha >0,3061 ada hubungan

43
signitif antara pengetahuan dengan sikap remaja dalam pencegahan penyakit

menular seksual.(Pandjaitan et al., 2017)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa dari 82

responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap sangat setuju

(32%). Hasil analisis dengan menggunakan uji chi square dengan ᵅ 0,05

diperoleh ρ value sebesar 0,029 maka ρ value < ᵅ 0,05,dengan sikap remaja

dalam pencegahan penyakit menular seksual ada hubungan signitif antara

pengetahuan dengan sikap remaja dalam pencegahan penyakit menular

seksual.(Lia susanti, 2015)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dapatkan bahwa dari 91

responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap sangat setuju

(50%). Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p-value sebesar 0,022.

Hal ini menunjukkan p-value < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan

pengetahuan tentang penyakit menular seksual.(Indah mastikana, 2020)

44
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan pengetahuna dengan sikap remaja tentang penyakit infeksi menular

seksual (IMS) yang berada di manado,cikarang utara dan batam bahwa

remaja perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan penyakit

infeksi menular seksual agar terhindar dari faktor yang menyebabkan

penyakit infeksi menular seksual pada anak remaja dan ada hubungan signitif

antara pengetahuan dengan sikap remaja dalam pencegahan penyakit menular

seksual

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari

peneliti yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan :

1. Bagi Peneliti

45
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang hubungan

pengetahuan dengan sikap remaja tentang penyakit infeksi menular

seksual (IMS)

2. Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

Bagi Institusi agar dapat menyediakan panduan tetap mengenai studi

literatur dan dapat menyediakan referensi terbaru baik buku maupun

jurnal penelitian khususnya tentang pengetahuan dengan sikap tentang

penyakit infeksi menular seksual

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan pembanding dan dapat dipertimbangkan untuk

dikembangkan menjadi penelitian-penelitian berikutnya.

46
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, puspa winda, & umu hani. (2016). Hubungan Pengetahuan Dengan
Sikap Remaja Tentang Penyakit Infeksi Menuar Seksual Di SMA 17
Yogyakarta.
Astuti, D. W. I. Y., Santoso, S., & Estiwidani, D. (2016). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Usia
Subur Di Puskesmas Sleman.
Handayani, R., Tuntun, M., & Huda, M. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian IMS di Pantai Harapan Panjang Bandar Lampung. Jurnal
Analis Kesehatan, 2(1), 243–249. http://poltekkes-
tjk.ac.id/ejurnal/index.php/JANALISKES/article/view/430
Indah mastikana, I. purnama sari. (2020). Hubungan Pengethuan Dengan Sikap
Tentang Penyakit Infeksi Menural Seksual Pada Remaja Di SMA N Batam.
4.
Lia susanti, I. (2015). Hubungan Pengethahuan Dengan Sikap Tentang Penyakit
Infeksi Menular Seksual Pada Remaja Kelas XI Di SMK Puja Bangsa
Cikarang.
Merapi, J., No, R., Tebeng, K., & Bengkulu, K. (2019). analisa data Univariat
dan Bivariat dengan jenis desain. 7(1), 52–58.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Nursalam. (2016a). Literatur Review. 38–42.

47
Nursalam. (2016b). Literatur Riview.
Nursalam. (2016c). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : pendekatan
Praktis (E4). 38–42.
Nursalam. (2020). Penulisan Literatur Review dan Systematic Review Pada
Pendidikan Kesehatan (Contoh). Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.
Nursalam, P. H., & Hons, M. N. (2020). PENULISAN LITERATURE REVIEW
DAN SYSTEMATIC REVIEW PADA PENDIDIKAN KESEHATAN
( CONTOH ) Penulis :
Pandjaitan, M. C., Niode, N. J., & Suling, P. L. (2017). Hubungan Pengetahuan
dan Sikap terhadap Infeksi Menular Seksual pada Remaja di SMA Frater
Don Bosco Manado. E-CliniC, 5(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18281
Purwanto, H. (2012). Pengantar Perilaku Manusia Untuk keperawatan. EGC.
Puspita, L. (2017). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi
Menular Seksual pada Wanita Pekerja Seksual. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2(1), 31–44. https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.30
S Notoatmodjo. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Rineka
Cipta.
Siregar, I. A. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan
Pencegahan Penyakit Menular Seksual Pada Anak Buah Kapal Di Pelabuhan
Belawan 2019. Jurnal Kebidanan Kestra (Jkk), 2(1), 1–8.
https://doi.org/10.35451/jkk.v2i1.231
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan:(pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R & D). Alfabeta.
Suwandani, R. (2015). Knowledge and Attitude Risky Transvestite with the
Scene Sexually Transmitted Infection (STI) on Transvestite in Sidoarjo.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1), 35.
https://doi.org/10.20473/jbe.v3i12015.35-44
Tempo.co. (2011). 50% Penderita Infeksi Menular Seksual di Palu Dialami
Remaja. Tempo.Co. https://nasional.tempo.co/read/326107/50-persen-
penderita-infeksi-menular-seksual-di-palu-dialami-remaja/full&view=ok
Tuti Amalia. (2017). FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYEBAB IMS.
Wawan, A. dan Dewi, M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.
WHO. (2013). Sexually Transmitted Infections (STIs). WHO.

48

Anda mungkin juga menyukai