Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah, SKS : Bahasa Indonesia, 2

Program Studi : D-IV Kebidanan (Alih Jenjang)


Jurusan : Kebidanan Poltekkes
Tahun Akademik : 2019/2020
Dosen Pengasuh : Drs. Teuku Alamsyah, M. Pd.

Pertemuan ke-6 (13 April 2020)

Penulisan Kata dan Imbuhan


Penulisan Kata

A. Penulisan Kata Dasar


Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.

Adik naik sepeda baru

Ketiga kalimat di atas dibangun dengan gabungan kata dasar.

B. Penulisan Kata Turunan


(1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergerigi ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
(2) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani, berlipat ganda, lipat gandakan
(3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran secara
sekaligus, unsur gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Misalnya:*)
memberitahukan, ditandatangani, melipatgandakan
(4) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional,
kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, paripurna, prasangka,
purnawirawan, swadaya, telepon, transmigrasi

Jika bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung.
Misalnya:
non-Asia
neo-Nazi

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara,
lauk-pauk, mondar-mandir, porak-poranda, biri-biri, kupu-kupu, laba-laba

D. Gabungan Kata
(1) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah
sakit, terima kasih
(2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-
baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang tua-muda (ayah ibu
muda), kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
(3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu
sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera,
daripada, antarpemuda*, darmabakti, halalbihalal, kacamata, kilometer,
manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan

*) Seluruh unsur gabungan kata ini terdiri atas dua unsur. Unsur pertama (misalnya adi,
antar,

bio, dst.) tidak pernah dipakai berdiri sendiri walaupun mempunyai arti yang jelas

E. Kata ganti ku, kau, mu, dan nya


Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat dari kata aku dan engkau ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

[aku] […] aku bawa, aku ambil

[ku…] kubawa, kuambil

[engkau] […] engkau bawa, engkau ambil

Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.

Akan tetapi, perhatikan penulisan kalimat berikut!


Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada.
Misalnya:
Tinggallah bersama saya di sini.
Di mana orang tuamu?
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Penulisan kata depan di dan ke harus dibedakan dengan imbuhan di- dan ke-.
Imbuhan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di dan
ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Kue itu dimakan oleh Albert.
bukan, Kue itu di makan oleh Albert.
Kamu harus mengikuti kehendaknya.
bukan, Kamu harus mengikuti ke hendaknya.

G. Kata Sandang si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah Benar
Sikecil si kecil
sipemalu si pemalu
sangdiktator sang diktator
sangkancil sang kancil
H. Partikel
(1) Partikel –lah, -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas!
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
(2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya aku tetap tidak peduli.
Hendak makan pun lauknya sudah habis.
Satu kali pun dia belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok kata yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, misalnya adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun.
(3) Partikel per yang berarti ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu. (satu demi satu)
Harga kain itu Rp 2000,00 per meter. (tiap meter)
Membedakan kata depan di dan imbuhan di-

Kata depan di Imbuhan di-

Ciri-ciri Ciri-ciri
Mengikuti kata benda dan ditulis Mengikuti kata kerja dan ditulis serangkai
terpisah sebagai satu kesatuan
Contoh: Contoh:
meja, kursi, lemari, rumah, dll. ambil, bawa, tulis, catat, curi, terkam
Penulisan: Ditulis:
di meja, di kursi, di lemari, di rumah diambil, dibawa, ditulis, dicatat, dicuri,
diterkam
Menunjukkan tempat Dapat dipertentangkan dengan imbuhan
Contoh: meN-
di rumah, di kampus, di sekolah, di Contoh:
bawah, di atas, di sini, di sana, dll. diambil…. mengambil
dibawa …. membawa
ditulis… menulis
dicuri… mencuri
diterkam …. menerkam
Dapat disejajarkan dengan kata depan
ke dan dari
Contoh:
di rumah … ke rumah … dari rumah
di sini … ke sini … dari sini
di bawah …. ke bawah … dari bawah

Anda mungkin juga menyukai