Anda di halaman 1dari 48

BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Menurut tahun Perkeni 2002, diabetes mellitus atau kencing manis

adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan kadar gula dalam darah akibat kekurangan insulin, baik absolut

maupun relatif. Absolut artinya pankreas sama sekali tidak bisa menghasilkan

insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari luar (melalui suntikan) dan

relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya

berbeda pada setiap orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

atau penurunan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-keduanya oleh sel beta

pankreas dan atau gangguan fungsi insulin/resistensi insulin (Suyono, 2006 &

Fatimah, 2015). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yank

berlangsung kronik di mana penderita diabetes tidak memproduksi insulin

dalam jumlah yank cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin

secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula darah (Atun M Januari, 2010).

B. ETIOLOGI

6
7

1. Tipe I

Menurut William & Wilkins (2015), ada beberapa hal yang

merupakan faktor penyebab diabetes mellitus, yaitu :

a. Faktor-faktor penyebab perkembangan diabetes mellitus adalah:

1) Gangguan sekresi insulin, gangguan insulin terjadi karena

kehancuran autoimun sel beta yang menyebabkan defisiensin

insulin.

2) Produksi glukosa hepatik yang tidak sesuai, terjadi karena kadar

insulin dalam darah tidak setabil dan tidak normal.

3) Insensitivitas reseptor insulin perifer.

b. Faktor penyebab lainnya:

1) Proses autoimun yang dicetuskan oleh faktor-faktor lingkungan

atau viral.

2) Idiopatik (tidak ada tanda proses autoimun).

c. Faktor resiko

1) Gangguan autoimun (penyakit Addison, penyakit seliak,

autoimunitas tiroid, anemia pernisiosa).

2) Riwayat keluarga

3) Etnisitas (yang lebih banyak terserang adalah kulit hitam, hispanik,

asia atau asli Amerika).

Diabetes tipe I ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pankreas.


8

Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula lingkungannya

(misalnya infeksi virus) diperkirakan ikut menimbulkan destruksi sel beta.

Menurut Brunner & Suddarth (2013), penyebab diabetes mellitus Tipe I

yaitu:

a. Faktor-faktor genetik

Penderita diabetes ini mewarisi penyakit diabetes sendiri dari

keturunan keluarganya. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)

tertentu. HLA merupakan sekumpulan suatu gen yang bertanggung

jawab terhadap anti gen transplantasi dan proses imun lainnya.

Sebanyak 95% pasien yang berkulit putih (Caucasian) dengan diabetes

tipe ini memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 atau DR4).

b. Faktor-faktor imunologi

Pada diabetes ini terdapat bukti terjadi suatu respon autoimun.

Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut

seolah-olah sebagai jaringan asing. Antibodi terhadal sel-sel pulau

langerhans dan insulin endogen terdeteksi pada saat diagnosis dibuat

dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis.

c. Faktor-faktor lingkungan

Penyelidikan juga sedang dilakukan untuk mengetahui faktor-

faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh,

hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu

dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

Interaksi pada faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam gejala


9

diabetes tipe ini merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut,

karena faktor-faktor ini sangat mempengaruhi resiko tarjadinya penyakit

diabetes pada seseorang.

2. Diabetes tipe II

Menurut Brunner & Suddarth (2013), penyebab diabetes mellitus

Tipe 11 yaitu:

a. Usia (resitensi cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b. Obesitas (kenaikan atau berat badan yang tidak normal)

c. Riwayat keluarga (adanya faktor keturunan diabetes di dalam

keluarga).

Menurut Williams & Wilkins (2015), penyebab diabetes mellitus

Tipe II yaitu:

a. Faktor gentik signifikan dan onset dipercepat pada obesitas dan gaya

hidup kurang gerak

b. Gangguan sekresi insulin

c. Produksi gula hepatik yang tidak sesuai.

3. Diabetes kehamilan

Menurut Brunner & Suddarth (2015), penyebab diabetes kehamilan

yaitu:

a. Obesitas (kenaikan berat badan atau berat badan yang melebihi ukuran

normal)

b. Riwayat personal yang dulu pernah mengalami diabetes saat

kehamilan

c. Riwayat keluarga (keluarga yang mempunyai keturunan yang


10

mengalami penyakit diabetes millitus).

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi etiologis Diabetes Mellitus menurut American Diabetes

Association (2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab

autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi

insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya

sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari

penyakit ini adalah ketoasidosis.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus)

Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak

bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi

insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang

pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat

produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin

(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi

dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut

dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa

bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan

mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.

Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik.

Adanya resistensi yang terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan


11

sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering

terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.

3. Diabetes Melitus Tipe Lain

Diabetes Mellitus tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek

genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin

pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus,

penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.

4. Diabetes Melitus Gestasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa

didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua

dan ketiga. Diabetes Mellitus gestasional berhubungan dengan

meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki

risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu

5-10 tahun setelah melahirkan.

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dihubungkan dengan

efek utama kekurangan insulin (Riyadi, 2008), yaitu:

1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang mengkibatkan

peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi 300-1200 mg per

100 ml.

2. Lemak yang meningkat sehingga menyebabkan kelainan metabolisme

lemak dan pengendapan lipid pada dinding vaskuler.

3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.


12

Keadaan tersebut dapat menyebabkan:

a. Hiperglikemia

Hiperglikemia merupakan peningkatan glukosa darah sekitar 140-160

mg/100ml darah. Hiperglikemia kronis dalam waktu yang lama akan

menyebabkan neuropatik diabetika yaitu suatu gangguan pada syaraf

perifer, keadaan ini disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang

disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-

kecil yang memperdarahi syaraf (vasa nervorum). Neuropati diabetika

bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan

otonom (Suhartono, 2009).

b. Hiperosmolaritas

Hipermolaritas adalah peningkatan tekanan osmotik pada plasma sel

karena peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmotik

merupakan tekanan yang dihasilkan karena peningkatan konsentrasi

larutan pada zat cair. Pada diabetes mellitus terjadinya

hiperosrmolaritas karena meningkatnya konsentrasi glukosa dalam

darah.

c. Starvasi selluler

Starvasi selluler merupakan kondisi lapar yang dialami oleh sel karena

glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak glukosa. Adanya

starvasi selluler meningkatkan munculnya rasa ingin makan terus-

menerus (polifagia). Adanya starvasi selluler dapat menyebabkan

kelemahan tubuh karena penurunan produksi energi dan kerusakan

organ reproduksi salah satunya timbul impotensi dan organ persarafan

perifer dan mata yang salah satunya akan mengalami rasa baal dan

mata kabur.
13

E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Bararah dan Jauhar (2013) manifestasi klinis yang sering

dijumpai pada pasien Diabetes Mellitus yaitu:

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) merupakan gejala yang paling

utama yang dirasakan oleh setiap pasien. Jika konsentrasi glukosa dalam

darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang

tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin

(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin,

eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.

Keadaan ini dinamakan diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan

cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria).

2. Polidipsia

Peningkatan rasa haus akibat volume urine yang besar dan keluarnya air

yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti

dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar mengikuti

penurunan gradien konsentrasi ke plasma hipertonik. Dehidrasi intrasel

merangsang pengeluaran ADH (antideuretik hormone) dan menimbulkan

rasa haus.

3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula

didalam tubuh meskipun kadar gula darah tinggi


14

4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes

lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel

untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

5. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan

antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan

fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

6. Kelainan kulit

Kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat

tumbuhnya jamur.

7. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati

Pada penderita diabetes miletus regenerasi sel persyarafan mengalami

gangguan akibat kurangnya bahan dasar utama yang berasal dari unsur

protein. Akibat banyak persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan.

8. Luka yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein

dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan

protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan

dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.

Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh

pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.

9. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada

lensa oleh hiperglikemia. Dapat dsebabkan juga kelainan pada korpus

itreum.
15

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Garnadi (2012), pemeriksaan penunjang pada diabetes

mellitus meliputi:

1. Pemeriksaan gula darah

a. Pemeriksaan gula darah sewaktu

Pemeriksaan gula darah yang waktunya dapat dilakukan kapan saja

tanpa memerlukan persiapan puasa.

b. Tes gula darah puasa

Tes gula darah puasa adalah tes gula darah saat setelah puasa.

Persiapan untuk melakukan tes ini adalah harus puasa sedikitnya 8 jam

sebelum pemeriksaan.

c. Uji toleransi glukosa oral 2 jam

Tes ini dilakukan setelah dua jam tes gula darah puasa. Setelah tes

gula darah puasa, petugas laboratorium akan memberikan minuman

manis yang sudah ditakar kadar gulanya. Setelah itu tes gula darah

akan dilakukan kembali setelah 2 jam kemudian.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Menilai Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu dengan menghitung bobot

badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (cm)

b. Pemeriksaan ketajaman penglihatan mata

c. Pemeriksaan saraf motorik dan sensorik

d. Pemeriksaan gigi dan mulut


16

e. Pemeriksaan kaki.

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb),

leukosit, hitung jenis leukosit dan laju endap darah

b. Pemeriksaan fibrinogen

c. Pemeriksaan HbA1c, berguna untuk menilai kendali gula darah dalam

tiga bulan terakhir

d. Pemeriksaan ureum dan kreatinin, bertujuan untuk mengetahui fungsi

ginjal (ada tidaknya komplikasi pada ginjal). Penilaian ini berdampak

juga pada keputusan dokter dalam memilih obat hipoglikemik oral

e. Pemeriksaan albumin dan mikro-albumin, keduanya bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya kebocoran protein pada ginjal

f. Pemeriksaan SGPT, berguna untuk mengetahui adanya komplikasi

perlemahan hati

g. Pemeriksaan profil lemak darah, seperti pemeriksaan kolesterol total,

kolestrol LDL dan HDL dan trigliserida. Pemeriksaan tersebut

bertujuan untuk mengetahui terjadinya dislipidemia (gangguan profil

lemak darah), nilai dari pemeriksaan ini akan berdampak pada

keputusan perencanaan makan dan obat pada diabetes

h. Pemeriksaan urin (urinalisis)

1) Biasanya ditemukan positif benda keton. Artinya telah terjadi

pembakaran lemak karena kegagalan tubuh dalam membakar

glukosa
17

2) Adanya gula urine positif. Artinya terjadi glukosuria karena kadar

gula darah yang tinggi dapat melewati ambang ginjal

i. EKG dan treadmill yaitu untuk deteksi dini kelainan jantung

j. Foto sinar X dada (rontgen)

k. Funduskopi atau pemeriksaan mata untuk mendeteksi adanya

retinopati diabetik.

G. KOMPLIKASI

Menurut Brunner & Suddarth (2013), komplikasi yang dapat terjadi

adalah:

1. Hipoglikemia (reaksi insulin)

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi

jika kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl (2,7 hingga 3,3

mmol/l). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat

yang berlebihan, komsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena

aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat di waktu

siang dan malam hari. Kejadian ini di jumpai sebelum makan, khususnya

jika waktu makan tertunda atau bila pasien lupa makan.

Gejala yang dapat terjadi di dalam komplikasi hipoglikemia ini

dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu gejala adrenergik dan

gejala sistem saraf pusat.

a. Hipoglikemia ringan
18

Ketika kadar glukosa menurun sistem saraf simpatik akan

terangsang. Pelimpahan ardenalin dalam darah menyebabkan gejala

seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa

lapar.

b. Hipoglikemia sedang

Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-

tanda gangguan sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan

berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,

mati rasa di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tidak

terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

penglihatan ganda dan rasa ingin pingsan.

c. Hipoglikemia berat

Fungsi saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat

sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi

hipoglikemi yang di atasinya. Gejala yang dapat timbul mencakup

perilaku disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur

atau bahkan dapat kehilangan kesadaran.

2. Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau

kurangnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan pada

gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Ada tiga


19

gambaran klinis pada diabetes ketoasidosis:

a. Dehidrasi

b. Kehilangan elektrolit

c. Asidosis

Ada tiga penyebab utama diabetes ketoasidosis yaitu:

a. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi

b. Keadaan sakit atau infeksi

c. Manifestasi pertama pada penderita diabetes yang tidak terdiagnosis

dan tidak di obati.

3. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik

Keadaan ini sering terjadi pada individu yang berusia 50 hingga 70

tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes. Timbulnya keadaan akut

tersebut diketahui dengan melacak beberapa kejadian pencetus seperti

penyakit yang akut, mengkonsumsi obat-obatan yang diketahui akan

menimbulkan insufiensi insulin. Pada sindrom hiperglikemik hiperosmolar

nonketotik akan terjadi gejala poliuria selama beberapa hari sampai

berminggu-minggu disertai asupan cairan yang tidak adekuat.

Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah terjadi

diabetes mellitus, komplikasinya mencakup:

a. Penyakit makrovaskuler

Pembuluh darah besar mempengaruhi sirkulasi koroner,

pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.

b. Penyakit mikrovaskuler
20

Pembuluh darah kecil mempengaruhi mata (retinopati) dan

ginjal (nefropati). Kontrol gula darah untuk mengkontrol, menunda

atau mencegah terjadinya komplikasi makrovaskuler maupun

mikrovaskuler.

c. Penyakit neuropatik

Mempengarui sistem saraf sensorik motorik dan otonom serta

berperan memunculkan sejumlah masalah seperti impotensi dan ulkus

kaki.

Menurut Kowalak (2013 : 520) terdapat beberapa komplikasi pada

penderita diabetes mellitus yaitu:

a. Penyakit mikrovaskuler termasuk retinopati, nefropati, dan neuropati

b. Dislipidemia

c. Penyakit makrovaskuler, termasuk penyakit arteri koroner, arteri

perifer dan arteri serebri

d. Ketoasidosis diabetik

e. Sindrom hiperosmolar hiperglikemik nonketotik

f. Kenaikan berat badan yang berkelebihan

g. Ulserasi kulit

h. Gagal ginjal kronis.

Menurut Garnadi (2012) ada kaitannya gejala dengan komplikasi

terhadap penyakit diabetes mellitus yaitu:

a. Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh

darah, baik yang berukuran kecil ataupun besar. Dalam dunia medis
21

sering disebut dengan angiopati

b. Kerusakan pembuluh darah dapat menimbulkan dampak berupa

kerusakan sistem saraf atau sering disebut dengan neuropati

c. Kerusakan pembuluh darah dan saraf dapat berlanjut menjadi suatu

kerusakan organ seperti kerusakan organ ginjal, jantung, otak, mata,

dan organ lainnya.

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraputik pada setiap tipe DM

adalah mencapai kadar gglukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi

hipoglekemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima

komponen dalam penatalaksanaan DM (Sugondo, 2013), yaitu:

1. Diet

Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk

membantupasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk

mendapatkan kontrolmetabolik yang lebih baik (Kemenkes RI, 2011).

a. Jumlah Sesuai Dengan Kebutuhan

Kebutuhan zat gizi pada pasien DM menurut Kemenkes RI (2011)

adalah:
22

1) Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan

untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal,

ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus,

misalnya kehamilan atau lakatasi dan adanyakomplikasi.

2) Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energitotal.

3) Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energitotal ( <10% dari

lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak

tidak jenuh tunggal). Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300

mg/hari.

4) Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.

5) Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah

sudah terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai

5 % dari kebutuhan energi total.

6) Serat dianjurkan 25 gr / hari.

b. Jadual Diet Ketat

Pada pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar terkendali

gula darahnya. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang,

makan malam dan snack antara makan besar. Makan saat lapar

porsinya biasanya lebih besar di bandingkan makan sebelum lapar.

Karena itu pasien DM dianjurkan makan sebelum lapar. Jumlah kalori

diet Diabetes Mellitus sesuai dengan status gizi pasien,berkisar antara

110–2500 kalori (Kemenkes RI, 2011)

c. Jenis: boleh dimakan / tidak.


23

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan

khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya

adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu

sangat penting bagi kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek

dari makanan pada glukosa darah.

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang

tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM menurut Almatsier

(2006), yaitu:

1) Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah:

(a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,

singkong, ubi dan sagu.

(b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa

kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.

(c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan

yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan

cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

2) Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk

penderita DM adalah:

(a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula

jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental

manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan

tarcis.
24

(b) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji

(fast-food), goreng-gorengan.

(c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan

makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006).

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM menurut

American Diabetes Association (ADA, 2010), adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake).

b. Mencegah kegemukan.

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supplai oksigen.

d. Meningkatkan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

merangsang pembentukan glukosa baru.

f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan

penyakit, pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditmbulkan

dan resikonya, intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara

mengatasi hipoglikemi, olahraga yang teratur dan cara menggunakan

fasilitas kesehatan. Perencanaan diet yang tepat yaitu cukup asupan kalori,

protein, lemak, mineral dan serat. Ajarkan pasien untuk dapat mengontrol

gula darah untuk mencegah komplikasi dan mampu merawat diri sendiri
25

(American Diabetes Association, 2010). Penyuluhan tentang DM dapat

menggunakan media leaflet, poster, TV, Video, diskusi kelompok, atau

alat peraga lain yang dapat digunakan media untuk penyuluhan.

4. Obat

Obat untuk penderita DM ada obat hipoglikemik oral dan Insulin yang

diberikan sesuai kebutuhan. Obat hipoglikemik oral dapat dibedakan

menjadi 3 golongan berdasarkan cara kerjanya yaitu:

a. Pemicu sekresi insulin Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi

insulin pada otot dan sel beta pankreas, meningkatkan performance

dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan

efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport

karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak, penurunan produksi

glukosa oleh hati, bekerja melalui alur kalsium sensitif terhadap ATP.

Contohnya obat Khlorpropamid, Glibenklamid, Gliklasid, Glikuidon,

Glipsid, Glimepiri Glinid obat generasi baru tapi cara kerjanya sama

dengan Sulfonilurea. Contoh obatnya Repaglinid dan Nateglinid.

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin Biguanid. Cara kerjanya tidak

merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah

sampai normal (euglikemia), dan tidak menyebabkan hipoglikemia

Contoh obat ini adalah Metformin dan Thiazolindion/ glitazon.

c. Penghambat alfa glukosidase/ Acarbose. Cara kerja obat ini adalah

menghambat enzim alfa glukosidase pada dinding usus halus yang

dapat mengurangi digesti karbohidrat kompleks dan absorbsinya


26

sehingga mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial. Obat

ini hanya memepengaruhi kadar glukosa pada saat makan dan tidak

mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu jadi pemberian obat ini

yang tepat adalah pada saat makan.

Pasien DM yang mendapat pengobatan suntikan insulin multiple berisiko

hipoglikemia, untuk pencegahannya diperlukan pemantauan gula darah

sebanyak empat kali sehari yaitu sebelum sarapan pagi, sebelum makan

siang, sebelum makan malam, dan sebelum tidur. Pasien yang mendapat

suntikan insulin dengan dosis 1 atau 2 kali per hari, bertujuan mencegah

hipoglikemi dan ketosis, pemantauan kadar gula darah dilakukan lebih

jarang yaitu 1 kali sehari sebelum sarapan pagi atau sebelum makan

malam (PERKENI, 2011).

5. Cangkok Pankreas

Merupakan pencegahan tersier yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dan kecacatan akibat diabetes mellitus, pada individu yang

telah mengidap diabetes (PERKENI, 2011). Pencegahan tersier terdiri dari

tiga tahap:

a. Mencegah terjadinya komplikasi.

b. Mencegah komplikasi berkembang dan merusak organ atau jaringan.

c. Mencegah terjadinya kecacatan akibat kegagalan organ atau jaringan.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek

dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan


27

keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Berikut adalah konsep asuhan

keperawatan keluarga menurut Mubarak, Chayatin & Santoso (2009).

1. Pengkajian

Pengkajian menurut Mubarak, Chayatin & Santoso (2009), adalah

tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus

terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal-hal yang perlu dikaji pada

tahap ini adalah sebagai berikut :

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Genogram keluarga 3 generasi keatas

6) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah terjadi dalam jenis tipe keluarga tersebut

7) Suku bangsa atau latar budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa

keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa

8) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan

9) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

10) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang, mengkaji penggunaan

waktu luang atau senggang keluarga, seperti rekreasi keluarga,


28

menonton tv, mendengarkan radio dan lainnya.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Pengkajian riwayat dan tahap perkembangan keluarga antara lain:

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua

dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga

3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada

keluarga inti, meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan yang di

gunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang

hilang.

4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang tua,

hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang

tua.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah identifikasikan dengan melihat luas


29

rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak

septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan

serta denah rumah.

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/ kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobiltas geografis keluarga

Keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah

tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga

untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh

mana keluarga berinteraksi dengan masyarakt.

5) Sistem pendukung keluarga

Menjelaskan yang termasuk pada sistem pendukung

keluarga adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang

dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup,

fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

d. Struktur keluarga
30

1) Pola-pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga dalam mengendalikan orang lain.

3) Struktur peran

Pengkajian pada struktur peran antara lain menjelaskan peran dari

masing-masing anggota keluarga, baik secara formal ataupun

informal.

4) Struktur nilai atau norma keluarga

Penulisan pada struktur nilai atau norma keluarga antara lain

menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunitas, serta bagaimana nilai-nilai

keluarga memengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi keluarga

Pengkajian pada fungsi keluarga terdiri dari

1) Fungsi afektif

Pengkajian pada fungsi afektif menjelaskan tentang gambaran diri

tentang anggota keluarga, kebutuhan keluarga serta keterikatan

atau keterpisahan hubungan keluarga

2) Fungsi sosialisasi

Pengkajian pada fungsi sosialisasi menjelaskan tentang bagaimana

keluarga itu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.


31

f. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit.

Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan kesehatan

dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas

kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah

kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat

dilingkungan setempat.

1) Fungsi reproduksi

Pengkajian pada fungsi reproduksi keluarga yaitu mengkaji berapa

jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, serta metode

apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah

anggota keluarga.

2) Fungsi ekonomi

Pengkajian pada fungsi ekonomi keluarga yaitu mengkaji sejauh

mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Serta bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat guna meningkatkan status kesehatan keluarga.

g. Stres dan koping keluarga


32

Pengkajian pada stres dan koping keluarga antara lain:

1) Stressor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

2) Stressor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi dan stressor,

mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi stressor

4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional

yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

h. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode

yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak jauh beda dengan

pemeriksaan fisik di klinik.

i. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat mengkaji terkait dengan harapan

keluarga terhadap pemenuhan kesehatan dan penyelesaian masalah

kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan

a. Pathway

Gambar 2.1 Pathway Diabetes Melitus


Obesitas, usia, gaya hidup,
keturunan, lingkungan
Gagal melakukan
Sel pankreas beta terganggu
Produksi
tinndakan pencegahan
kesehatan insulin
Dx. Kelg
Gagal mencapai
Resiko
pengendalian
infeksi
optimal
33

Hipoglikem
Berta Hiperglikemi i
mbah Reseptor insulin untuk
Dx. Kelg Perilaku
kesehatan cenderung memasukan glukosa
beresiko kedalam sel tidak peka
Sel tubuh
Glukosuri kekurangan
a energi
Diuresisi
Dx. Individu
osmotik Pecahnya
Kekurangan
Klien merasa lapar glikogen
volume cairan
Poliuria menjadi
Polifagia glukosa
Dehidrasi
Peleburan lemak
Mikroangiopati G.Ginjal dan protein menjadi
glukosa
Makropati Gangguan Dx. Kelg
Retina Glukosa tidak
pengelihatan Resiko
a dapat diserap
Jatuh.
tubuh
Jantung Serebra Ekstermitas
Dx. Individu
l BB turun &
Ketidakseimbangan nutrisi
Miokard Stroke Dx. Individu kurang dari kebutuhan tubuh Fatigue
infark Kerusakan
integritas Dx.
Dx. Kelg: Penurunan
kulit IndividuR
koping keluarga
isiko
intoleran
aktivitas
34

b. Masalah keperawatan

Menurut Herdman & Kamitsuru (2015), masalah keperawatan

yang mungkin muncul:

1) Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam mengenal masalah kesehatan diabetes melitus.

2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang terkena

diabetes melitus.

3) Resiko Jatuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang terkena diabetes melitus.

4) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan diabetes melitus.

5) Risiko intoleran aktivitas berhubungan dengan fisik kurang bugar.

6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis.

7) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif.

8) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

akibat diabetes melitus.


35

c. Prioritas Masalah

Tabel 2.1 Tabel Priorits Masalah Keperawatan Keluarga (Balilon

Maglaya)

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
a. Tidak/kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau kejadian 1
sejahtera
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah 2 2
b. Hanya sebagian 1
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk
dicegah
a. TinggiCukup 3 1
b. Rendah 2
1
4 Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus 2
segera ditangani
b. Ada masalah, tetapi tidak 1
perlu segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0 1

Sumber : Mubarak, dkk (2009)& Suprajitno (2013).

Apabila masalah lebih dari satu maka akan dilakukan dengan

menggunakan cara skoring yaitu:

Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat:

1) Selanjutnya skor di bagi angka tertinggi dikali bobot

Skor x bobot
Angka tertinggi
2) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.
36

3) Skor tertinggi yang diprioritaskan.

3. Fokus Intervensi Keperawatan

Fokus intervensi dengan salah satu anggota keluarga yang

menderita diabetes melitus tipe II menurut Bulechek, et al. (2016) &

Moorhead, et al. (2016), di jelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Fokus Intervensi Keperawatan dengan salah satu anggota keluarga

yang menderita diabetes melitus tipe II

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan


Keperawatan
No Kode NIC NIC
1. Domain 9 Setelah dilakukan tindakan Koping 1. Peningkatan
Kelas 2 keperawatan selama 3x24 jam keluarga, keterlibatan
Penurunan diharapkan keluarga mampu : penurunan keluarga
Koping 1. Mengenal masalah penurunan (5230) 2. Berikan
keluarga koping keluarga dengan kriteria pendidikan
00072 hasil : kesehatan
peningkatan koping keluarga yang tentang
lebih baik (5230)dari 2 menjadi 4 penanganan dan
pencegahan
penyakit pasien
2. Mengambil keputusan dengan Decision 1. Berikan
kriteria hasil :Keluarga mampu Making dukungan kepada
dalam memutuskan perawatan Suport (5250) keluarga
(1606) kesehatan dengan mengenai
indikator :Keluarga mampu masalah
mengambil keputusan dari 3 kesehatan
menjadi 4 2. Beri
reincforment
positif atas usaha
yang telah
dilakukan
3. Merawat keluarga yang sakit Health 1. Ajarkan tehnik
dengan kriteria hasil :Keluarga education relaksasi nafas
mampu dalam memberikan (5310) dalam
perawatan secara langsung (2205) 2. Ajarkan klien
dengan indikator percaya diri untuk
dalam melakukan tugas yang mengidentifikasi
dibutuhkan dari 2 menjadi 4 dan menghindari
pemicu sebisa
37

4. Memodifikasi lingkungan dengan mungkin


kriteria hasil :Keluarga mampu
mengontrol resiko (1902) dengan 1. Sediakan
indikator keluarga mengerti cara lingkungan yang
memodifikasi lingkungan yang aman dan bersih
aman dari 2 menjadi 4 2. Sesuaikan suhu
ruangan yang
5. Menggunakan fasilitas kesehatan paling
dengan kriteria hasil :Keluarga Teaching menyamankan
mengetahui sumber pelayanan procedure individu
kesehatan (1603) dengan indikator (5618)
mengetahui sumber pelayanan 1. Rujukan
kesehatan dari 3 menjadi 4 2. Konsultasi

Domain 1 Setelah dilakukan tindakan


Kelas 2 keperawatan selama 3x24 jam
2. Perilaku diharapkan keluarga mampu: 1. Gali pengetahuan
kesehatan 1. Mengenal masalah kesehatan klien dan
cenderung dengan kriteria hasil keluarga
beresiko :Keluarga mampu mencari mengenai
Kode 00188 informasi tentang masalah penyakit diabetes
kesehatan (1827) dengan melitus
indikator mengetahui informasi 2. Anjurkan klien
tentang masalah kesehatan dari dan keluarga
2 menjadi 4 untuk mengambil
keputusan untuk
mengatasi faktor
resiko
kekambuhan
3. Jelaskan faktor
internal
2. Mengambil keputusan dengan
kriteria hasil : 1. Informasikan
Keluarga mampu berpartisipasi pasien dan
dalam keputusan perawatan keluarga tentang
kesehatan (1606) dengan pengobatan yang
indikator mampu menunjukkan tepat
pengarahan diri dalam 2. Diskusikan pada
membuat keutusan dari 2 keluarga untuk
menjadi 3 pengobatan yang
sesuai
3. Instrusikan pada
keluarga untuk
berikan dukungan
38

3. Merawat anggota yang sakit


dengan kriteria hasil : 1. Motivasi klien
Keluarga mengetahui tentang dan keluarga
pencegahan penyakit (1864) untuk
dengan indikator : mengetahui mengidentifikasi
pencegahan penyakit dari 2 tanda-tanda
menjadi 4 diabetes melitus

4. Memodifikasi lingkungan
dengan kritera hasil :Keluarga 1. Sesuaikan suhu
mampu mengontrol resiko lingkungan dan
(1902) dengan indikator : kebutuhan pasien
mampu memonitor faktor 2. Ciptakan
risiko di lingkungan dari 3 lingkungan yang
menjadi 4 aman bagi pasien

5. Menggunakan fasilitas 1. Rujukan


kesehatan dengan kriteria 2. Konsultasi
hasil :Keluarga mengetahui
sumber-sumber kesehatan
(1806) dengan indikator
mengetahui strategi untuk
mengakses layanan kesehatan
dari 3 menjadi 4
3 Domain 11 Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen
Kelas 2 keperawatan selama 3x24 jam lingkungan
Resiko jatuh diharapkan keluarga mampu: keselamatan
00155 1. Mengenal masalah kesehatan Risiko jatuh 2. Pencegahan jatuh
dengan kriteria hasil :Keluarga 3. Bantuan
mampu mencegah resiko terjadinya perwatan diri
jatuh (1912) dengan indikator
:jatuh saat beraktivitas berkurang
dari 2 menjadi 4

2. Mengambil keputusan dengan Pengambilan


kriteria hasil : Keluarga mampu keputusan,
mengambil keputusan (2602) kesiapan
dengan indikator : Keluarga meningkatkan
mampu berpartisipasi dalam
keputusan perawatan kesehehatan
dari 3 menjadi 4
39

3. Merawat anggota keluarga Peningkatan 1. Peningkatan


yang sakit dengan kriteria hasil sistem keterlibatan
:Pengetahuan prosedur dukungan(544 keluarga
penanganan (1814) 0) 2. Peningkatan
dengan indikator : memahami kesedaran
tindakan pencegahan yang kesehatan
berkaitan dengan prosedur dari 3. dukungan
3 menjadi 4 pengambilan
keputusan

4. Memodifikasi lingkungan Manajemen 1. Identifikasi


dengan kriteria hasil : lingkungan sumber daya
Keluarga mampu kenyamanan yang tersedia
memodifikasi lingkungan yang (6482) terkait dengan
aman (2009) dengan indikator : dukungan
mampu memodifikasi pemberi
lingkungan yang kondusif perawatan
untuk kesehatan dari 3 2. Libatkan
menjadi4 keluarga, orang
terdekat, dan
teman-teman
dalam perawatan
dan perencanaan

5. Menggunakan Fasilitas Panduan 3. Tentukan tujuan


kesehatan dengan kriteria sisitem pasien dan
hasil : Keluarga mengetahui pelayanan keluarga dalam
sumber-sumber kesehatan kesehatan mengelola
(1806) dengan indikator : (7400) linkungan dan
mengetahui sumber kenyamanan
yang optimal
4. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung

4 Domain 11 Setelah dilakukan tindakan Pengajaran 1. Koordinasikan


Kelas 1 keperawatan selama 3x24 jam proses rujukan ke
Infeksi diharapkan keluarga mampu : penyakit penyedia layanan
Resiko 1. Mengenal masalah kesehatan (5602) kesehatan yang
infeksi dengan kriteria hasil : tepat
00004 Keluarga mampu mengetahui 2. Dorong
proses penyakit (1803) diabetes pasien/keluargaunt
melitus dengan indikator : uk bertanya
mengetahui tanda dan gejala mengenai layanan
penyakit dari 3 menjadi 4 kesehatan
40

2. Mengambil keputusan dengan Pengambilan


kriteria hasil :Keluarga mampu keputusan,1. Kaji tingkat
mengambil keputusan (2602) kesiapan pengetahuan
dengan indikator : Keluarga meningkatkan terkait dengan
mampu berpartisipasi dalam proses penyakit
keputusan perawatan kesehehatan secara spesifik
dari 3 menjadi 4 2. Jelaskan
mengenai proses
3. Merawat anggota keluarga yang Peningkatan penyakit sesuai
sakit dengan kriteria hasil: sistem kebutuhan
Kesiapan proses keluarga yang dukungan(544 3. Edukasi pasien /
lebih baik 0) keluarga
dengan indikator : Dukungan mengenai
keluarga selama perawatan dari 3 tindakan untuk
menjadi 4 mengontrol /
meminimalkan
gejala sesaui
kebutuhan
4. Memodifikasi lingkungan dengan Manajemen
kriteria hasil : lingkungan 1. Peningkatan
Keluarga mampu memodifikasi kenyamanan keterlibatan
lingkungan yang aman (2009) (6482) keluarga
dengan indikator : mampu 2. Peningkatankese
memodifikasi lingkungan yang daran kesehatan
kondusif untuk kesehatan dari 3 3. dukungan
menjadi 4 pengambilan
keputusan

5. Menggunakan Fasilitas kesehatan Panduan


dengan kriteria hasil : sisitem 1. Identifikasi
Keluarga mengetahui sumber- pelayanan sumber daya
sumber kesehatan (1806) dengan kesehatan yang tersedia
indikator : mengetahui sumber (7400) terkait dengan
perawatan kesehatan terkemuka dukungan
dari 3 menjadi 4 pemberi
perawatan
2. Libatkan
keluarga, orang
terdekat, dan
teman-teman
dalam perawatan
dan perencanaan
41

5 Domain 2 Setelah dilakukan tindakan Domain 1


Kelas 1 keperawatan selama 3x24 jam Kelas 4 1. Tentukan tujuan
Ketidakseim diharapkan nutrisi kembali seimbang Terapi nutrisi pasien dan
bangan Domain 2, Kelas 11, Kode 1008 (1120) keluarga dalam
nutrisi Indikator : Menunjukan Asupan mengelola
kurang dari nutrisi parenteral dari 2 menjadi 4. linkungan dan
kebutuhan kenyamanan
tubuh yang optimal
00002 2. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan
mendukung

1. Koordinasikan
rujukan ke
penyedia layanan
kesehatan yang
tepat
2. Dorong pasien /
keluarga untuk
bertanya
mengenai
layanan
kesehatan

1. Monitor intake
makanan / cairan.
2. Kaji kebutuhan
nutrisi parenteral
3. Berikan nutrisi
parenteral sesuai
kebutuhan.
4. Sediakan bagi
pasien makanan
dan minuman
bernutrisi yang
tinggi protein,
tinggi kalori,dan
mudah
dikonsumsi
sesuai
kebutuhan.
42

6 Domain 2 Setelah dilakukan tindakan Menejemen 1. Monitor adanya


Kelas 5 keperawatan selama 3x24 jam elektrolit / tanda dan gejala
Kekurangan diharapkan volume cairan kembali cairan overhidrasi yang
volume normal Domain 2, Kelas 7, Kode (2080) memburuk atau
cairan 0601 dehidrasi
00027 Indikator : Menunjukan Keseimbngan 2. Berikan cairan
intake dan out put dalam 24 jam dari 3 yang sesuai
menjadi 4 3. Tingkatkan
intake / asupan
cairan peroral.
4. Monitor
kehilangan
cairan.
5. Monitor tanda-
tanda vital yang
sesuai.

7 Domain 11 Setelah dilakukan tindakan Menejemen 1. Periksa kulit dan


Kelas 2 keperawatan selama 3x24 jam kulit / Luka selaput lendir
Kerusakan diharapkan integritas kulit kembali (3590) terkait dengan
Integritas normal Domain 3, Kelas 12, adanya
kulit Kode1101 kemerehan,
00046 Indikator : Menunjukan Elastisitas kehangatan
kulit dari 3 menjadi 4. ekstrim, edema
atau drainase
2. Monitor kulit dan
selaput lendir
terhadap area
perubahan
warna, memar
dan pecah
3. Monitor warna
dan suhu kulit
4. Ajarkan klien
dan keluarga
mengenai tanda –
tanda kerusakan
kulit
8. Domain 4 Setelah di lakukan tindakan Terapi 1. Bantu klien
Kelas 4 keperawatan selama 3x24 jam aktivitas untuk
Risiko diharapkan resiko intoleransi aktifitas (4310) mengidentifikasi
intoleran kembali normal Domain 1, Kelas 1, yang diinginkan
aktifitas Kode 0005
00094
43

Indikator : Kemudahan dalam 2. Bantu klien


melakukan aktifitas hidup untuk
harianActivities of Daily Living (ADL) meningkatkan
dari 2 menjadi 4. motivasi diri dan
penguatan
3. Berikan pujian
positif karena
kesedianya untuk
terlibat dalam
aktivitas
kelompok
4. Ciptakan
lingkungan yang
aman

a. Domain 9, Kelas 2, Penurunan Koping keluarga (00072)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan penurunan koping keluarga dapat teratasi.

2) Tujuan Khusus : Keluarga mampu

a) Mengenal masalah penurunan koping keluarga dengan kriteria

hasil :

Peningkatan koping keluarga yang lebih baik (5230)dari 2

menjadi 4.

(1) Intervensi : Koping keluarga, penurunan (5230)

(a) Peningkatan keterlibatan keluarga.

(b) Berikan pendidikan kesehatan tentang penanganan dan

pencegahan penyakit pasien.

b) Mengambil keputusan dengan kriteria hasil : Keluarga mampu

dalam memutuskan perawatan (1606) kesehatan dengan

indikator : Keluarga mampu mengambil keputusan dari 3


44

menjadi 4.

(1) Intervensi :

(a) Berikan dukungan kepada keluarga mengenai masalah

kesehatan.

(b) Beri reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan.

c) Merawat keluarga yang sakit dengan kriteria hasil : Keluarga

mampu dalam memberikan perawatan secara langsung (2205)

dengan indikator percaya diri dalam melakukan tugas yang

dibutuhkan dari 2 menjadi 4.

(1) Intervensi : Decision Making Suport (5250)

(a) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.

(b) Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan menghindari

pemicu sebisa mungkin.

d) Memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil : Keluarga

mampu mengontrol resiko (1902) dengan indikator keluarga

mengerti cara memodifikasi lingkungan yang aman dari 2

menjadi 4.

(1) Intervensi :

(a) Sediakan lingkungan yang aman dan bersih.

(b) Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan

individu.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan dengan kriteria hasil :

Keluarga mengetahui sumber pelayanan kesehatan (1603)

dengan indikator mengetahui sumber pelayanan kesehatan dari

3 menjadi 4.
45

(1) Intervensi :

(a) Rujukan.

(b) Konsultasi.

b. Domain 1, Kelas 2, Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan Perilaku kesehatan cenderung beresiko dapat teratasi.

2) Tujuan Khusus : Keluarga mampu

a) Mengenal masalah kesehatan dengan kriteria hasil :Keluarga

mampu mencari informasi tentang masalah kesehatan (1827)

dengan indikator mengetahui informasi tentang masalah

kesehatan dari 2 menjadi 4.

(1) Intervensi : Health education (5310)

(a) Gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai

penyakit diabetes melitus.

(b) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengambil

keputusan untuk mengatasi faktor resiko

kekambuhan.

(c) Jelaskan faktor internal.

b) Mengambil keputusan dengan kriteria hasil :

Keluarga mampu berpartisipasi dalam keputusan perawatan

kesehatan (1606) dengan indikator mampu menunjukkan


46

pengarahan diri dalam membuat keutusan dari 2 menjadi 3.

(1) Intervensi : Teaching procedure (5618)

(a) Informasikan pasien dan keluarga tentang pengobatan

yang tepat.

(b) Diskusikan pada keluarga untuk pengobatan yang

sesuai.

(c) Instrusikan pada keluarga untuk berikan dukungan.

c) Merawat anggota yang sakit dengan kriteria hasil :

Keluarga mengetahui tentang pencegahan penyakit (1864)

dengan indikator : mengetahui pencegahan penyakit dari 2

menjadi 4.

(1) Intervensi :

(a) Motivasi klien dan keluarga untuk mengidentifikasi

tanda-tanda diabetes melitus.

d) Memodifikasi lingkungan dengan kritera hasil : Keluarga

mampu mengontrol resiko (1902) dengan indikator : mampu

memonitor faktor risiko di lingkungan dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi :

(a) Sesuaikan suhu lingkungan dan kebutuhan pasien.

(b) Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan dengan kriteria hasil :

Keluarga mengetahui sumber pelayanan kesehatan (1603)

dengan indikator mengetahui sumber pelayanan kesehatan dari


47

3 menjadi 4.

(1) Intervensi :

(a) Rujukan.

(b) Konsultasi.

c. Domain 11, Kelas 2, Resiko jatuh (00155)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan Resiko jatuh dapat teratasi.

2) Tujuan Khusus : Keluarga mampu

a) Mengenal masalah kesehatan dengankriteria hasil :Keluarga

mampu mencegah resiko terjadinya jatuh (1912) dengan

indikator : Jatuh saat beraktivitas berkurang dari 2 menjadi 4.

(1) Intervensi : Risiko jatuh

(a) Manajemen lingkungan keselamatan.

(b) Pencegahan jatuh.

(c) Bantuan perwatan diri.

b) Mengambil keputusan dengan kriteria hasil : Keluarga mampu

mengambil keputusan (2602) dengan indikator : Keluarga

mampu berpartisipasi dalam keputusan perawatan kesehehatan

dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi: Pengambilan keputusan, kesiapan meningkatkan

(a) Peningkatan keterlibatan keluarga.

(b) Peningkatan kesedaran kesehatan.


48

(c) dukungan pengambilan keputusan.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan kriteria hasil :

Pengetahuan prosedur penanganan (1814) dengan indikator :

memahami tindakan pencegahan yang berkaitan dengan

prosedur dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Peningkatan sistem dukungan (5440)

(a) Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan

dukungan pemberi perawatan.

(b) Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman

dalam perawatan dan perencanaan.

d) Memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil : Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan yang aman (2009) dengan

indikator : mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif

untuk kesehatan dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Manajemen lingkungan kenyamanan (6482)

(a) Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola

linkungan dan kenyamanan yang optimal.

(b) Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung.

e) Menggunakan Fasilitas kesehatan dengan kriteria hasil :

Keluarga mengetahui sumber-sumber kesehatan (1806) dengan

indikator : mengetahui sumber.

(1) Intervensi : Panduan sisitem pelayanan kesehatan (7400)

(a) Koordinasikan rujukan ke penyedia layanan kesehatan

yang tepat.

(b) Dorong pasien/ keluarga untuk bertanya mengenai


49

layanan kesehatan.

d. Domain 11, Kelas 1 Infeksi, Resiko infeksi (00004)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan Resiko infeksi dapat teratasi.

2) Tujuan Khusus : Keluarga mampu

a) Mengenal masalah kesehatan dengan kriteria hasil : Keluarga

mampu mengetahui proses penyakit (1803) diabetes melitus

dengan indikator : mengetahui tanda dan gejala penyakit dari 3

menjadi 4.

(1) Intervensi : Pengajaran proses penyakit (5602)

(a) Kaji tingkat pengetahuan terkait dengan proses penyakit

secara spesifik.

(b) Jelaskan mengenai proses penyakit sesuai kebutuhan.

(c) Edukasi pasien/ keluarga mengenai tindakan untuk

mengontrol/ meminimalkan gejala sesaui kebutuhan.

b) Mengambil keputusan dengan kriteria hasil : Keluarga mampu

mengambil keputusan (2602) dengan indikator : Keluarga

mampu berpartisipasi dalam keputusan perawatan kesehehatan

dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi:Pengambilan keputusan, kesiapan meningkatkan.

(a) Peningkatan keterlibatan keluarga.

(b) Peningkatankesedaran kesehatan.


50

(c) dukungan pengambilan keputusan.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit dengan kriteria hasil :

Kesiapan proses keluarga yang lebih baik dengan indikator :

Dukungan keluarga selama perawatan dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Peningkatan sistem dukungan(5440)

(a) Identifikasi sumber daya yang tersedia terkait dengan

dukungan pemberi perawatan.

(b) Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman

dalam perawatan dan perencanaan.

d) Memodifikasi lingkungan dengan kriteria hasil : Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan yang aman (2009) dengan

indikator : mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif

untuk kesehatan dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Manajemen lingkungan kenyamanan (6482)

(a) Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola

linkungan dan kenyamanan yang optimal.

(b) Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung.

(c) Menggunakan Fasilitas kesehatan dengan kriteria hasil :

e) Keluarga mengetahui sumber-sumber kesehatan (1806) dengan

indikator : mengetahui sumber perawatan kesehatan terkemuka

dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Panduan sisitem pelayanan kesehatan (7400)

(a) Koordinasikan rujukan ke penyedia layanan kesehatan

yang tepat.

(b) Dorong pasien/ keluarga untuk bertanya mengenai


51

layanan kesehatan.

e. Domain 2, Kelas 1, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh (00002)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nutrisi kembali seimbang Domain 2, Kelas 11, Kode

(1008)

Indikator : Menunjukan Asupan nutrisi parenteral dari 2 menjadi 4.

(1) Intervensi : Terapi nutrisi (1120)

(a) Monitor intake makanan/ cairan.

(b) Kaji kebutuhan nutrisi parenteral.

(c) Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.

(d) Sediakan bagi pasien makanan dan minuman bernutrisi

yang tinggi protein, tinggi kalori,dan mudah dikonsumsi

sesuai kebutuhan.

f. Domain 2, Kelas 5, Kekurangan volume cairan (00027)

1) Tujuan Umum :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan volume cairan kembali normal Domain 2, Kelas 7,

Kode (0601) Indikator : Menunjukan Keseimbngan intake dan out

put dalam 24 jam dari 3 menjadi 4.

(1) Intervensi : Menejemen elektrolit/ cairan (2080)

(a) Monitor adanya tanda dan gejala overhidrasi yang

memburuk atau dehidrasi.


52

(b) Berikan cairan yang sesuai.

(c) Tingkatkan intake/ asupan cairan peroral.

(d) Monitor kehilangan cairan.

(e) Monitor tanda-tanda vital yang sesuai.

g. Domain 11, Kelas 2, Kerusakan Integritas kulit (00046)

1) Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan integritas kulit kembali normal Domain 3, Kelas 12,

Kode (1101) Indikator : Menunjukan Elastisitas kulit dari 3

menjadi 4.

(1) Intervensi : Menejemen kulit / Luka (3590)

(a) Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya

kemerehan, kehangatan ekstrim, edema atau drainase

(b) Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan

warna, memar dan pecah

(c) Monitor warna dan suhu kulit

(d) Ajarkan klien dan keluarga mengenai tanda –tanda

kerusakan kulit

h. Domain 4, Kelas 4, Risiko intoleran aktifitas (00094)

1) Tujuan :

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan resiko intoleransi aktifitas kembali normal Domain 1,

Kelas 1, Kode (0005) Indikator : Kemudahan dalam melakukan

aktifitas hidup harian Activities of Daily Living (ADL) dari 2


53

menjadi 4.

(1) Intervensi : Terapi aktivitas (4310)

(a) Bantu klien untuk mengidentifikasi yang diinginkan.

(b) Bantu klien untuk meningkatkan motivasi diri dan

penguatan.

(c) Berikan pujian positif karena kesedianya untuk terlibat

dalam aktivitas kelompok.

(d) Ciptakan lingkungan yang aman.

Anda mungkin juga menyukai