BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai
dan waktu yang lama.3,21,22
1. Faktor host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel dan faktor
kimia. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain
itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan
membantu perkembangan karies gigi.
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang
mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik
2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung
banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka
kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi desidui lebih
mudah terserang karies daripada gigi permanen . Hal ini disebabkan karena enamel gigi
desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya
lebih sedikit daripada gigi permanen secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui
tidak sepadat gigi permanen. Mungkin alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak-anak.3,22
2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman
yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang
diragikan.3,23
3.Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat memengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi bakteri yang ada pada permukaan enamel.
bakteri. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.3
6. Pola makan
Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
menyebabkan beberapa bakteri penyebab karies akan mulai memproduksi asam
sehingga terjadi demineralisasi. Saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu
proses remineralisasi diantara waktu makan. Seringnya mengonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat, maka enamel gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi sehingga terjadi karies.
7. Jenis kelamin
Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan tingkat
keparahan karies yang lebih tinggi daripada laki-laki. Kontribusi gen pada perempuan
diduga memengaruhi risiko terjadinya karies. Gen amelogenin pada perempuan dan
produk protein yang dihasilkan berperan dalam pembentukan enamel. Protein
amelogenin terdiri dari 90% matrix enamel, jika terjadi gangguan pada gen atau
berkurangnya produksi protein amelogenin, maka pembentukan enamel akan terganggu
sehingga kerentanan karies akan meningkat.27
Gen amelogenin pada laki-laki akan memberikan mekanisme kompensasi
terhadap gangguan yang terjadi pada kromosom X melalui produksi 10% protein
amelogenin yang sama dengan kromosom X, protein ini tidak di jumpai pada
perempuan. Kerentanan karies pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki.27
Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat satu sampai enam bulan di
bandingkan dengan anak laki-laki yang di sebabkan oleh faktor hormonal, sehingga gigi
lebih lama terpapar dengan lingkungan rongga mulut. Penelitian Winda distribusi karies
berdasarkan jenis kelamin pada anak usia 3-5 tahun, laki-laki 42,87% dan perempuan
57,13%.28 Hasil penelitian Parera PJ di Srilangka pada anak usia 2-5 tahun, perempuan
memiliki karies yang lebih tinggi (43,6%) di bandingkan dengan laki-laki (33,7%).29
8. Sosial ekonomi
Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikaitakan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Menurut Thirtankar (2003), pendidikan adalah faktor kedua
terbesar dari faktor sosial ekonomi setelah pekerjaan yang memengaruhi status
kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan memengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.3,26
perbaharuan sel-sel hemoglobin yang pada akhirnya akan menyebabkan anemia atau
penyakit kronis lainnya di karenakan produksi sel merah yang terganggu.18,34
>2 SD Gemuk
>2 SD Obesitas
pemeriksaan pada gigi (deft). Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang
tersedia langsung di isi kode d (gigi yang karies), e (gigi yang dicabut), f (gigi yang
ditumpat) dan kemudian dijumlahkan semua kode. Gigi permanen dan gigi desidui
hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT (decayed missing filled tooth)
sedangkan deft (decayed extracted filled tooth) digunakan untuk gigi desidui.
Termasuk dalam d (decayed) adalah :
1. Semua gigi susu yang mengalami karies.
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen.
3. Gigi dengan tumpatan sementara.
Termasuk dalam e (extracted) adalah :
1. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies.
Termasuk dalam f (filling) adalah :
1. Semua gigi dengan tumpatan permanen.
Nilai def total dihitung dengan menjumlahkan d+e+f, dan nilai yang mungkin untuk
seorang anak dengan gigi desidui adalah 0-20.
u: Ulserasi dicatat ketika bagian yang tajam dari gigi dengan karies mencapai
pulpa atau fragmen akar yang telah menyebabkan ulser traumatikus pada jaringan lunak
di dekatnya. (Gambar 3 c dan d)
f : Fistula dicatat ketika adanya sinus tract yang berhubungan dengan gigi karies
mencapai pulpa. (Gambar 4 e dan f)
a : Abses dicatat ketika adanya pus dan pembengkakan yang berhubungan dengan
gigi dengan karies mencapai pulpa. (Gambar 5 g dan h)
Gambar 2. (a dan b) Keterlibatan pulpa p, kamar pulpa terlihat atau koronal gigi telah hancur
oleh proses karies dan hanya akar atau sisa akar yang tertinggal 15
Gambar 3. (c dan d) Ulserasi u, traumatik ulser pada jaringan lunak (lidah dan mukosa)
karena gigi atau sisa akar 15
Indeks pufa ini tidak menggunakan skor pada kolom yang tersedia langsung di isi
kode p (keterlibatan pulpa), u (ulserasi akibat trauma), f (adanya fistula), a (adanya
abses). Jumlah pufa dihitung per orang secara kumulatif dengan menjumlahkan
p+u+f+a. Pengalaman pufa untuk suatu populasi dihitung sebagai rerata dan memiliki
nilai desimal (Tabel 2).15
2.8 Hubungan Karies yang Tidak dirawat dengan Indeks Massa Tubuh
Keadaan mulut yang buruk, misalnya kehilangan banyak gigi, akibat karies yang
tidak dirawat akan menganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan
memengaruhi asupan makanan yang masuk kedalam tubuh serta mempunyai dampak
pada kualitas hidup. Pada masa anak-anak karies yang tidak dirawat akan menimbulkan
ketidaknyamanan, rasa takut, dan gangguan tidur. Kesehatan mulut yang terganggu
akibat karies yang tidak dirawat ini akan memengaruhi anak secara fisik, psikologis,
tumbuh kembang, berbicara, mengunyah, menikmati makanan, dan bersosialisasi di
lingkungan. Sejauh ini, belum banyak penelitian yang menghubungkan antara skor pufa
dengan indeks massa tubuh seseorang, sehingga hubungan yang dapat diperoleh
hanyalah sebatas hasil dari penelitian. 33,37
Menurut Dua R dalam penelitiannya pada anak berusia 4-14 tahun di india
menunjukkan bahwa anak- anak dengan status sosial ekonomi yang rendah mempunyai
rata- rata skor PUFA/pufa yang lebih tinggi dan mempunyai indeks massa tubuh di
bawah batas normal (kurus) dibandingkan dengan anak lainnya. Penelitian Edalat di
Iran pada anak usia 3-6 tahun, rata-rata dmftnya 4,13. Pada penelitian ini menunjukkan
tidak ada hubungan antara karies yang tidak dirawat dengan indeks massa tubuh.18
Penelitian Shahraki T yang meneliti hubungan karies dengan indeks massa tubuh
menunjukkan bahwa skor rata- rata DFT pada anak dalam kategori gemuk lebih tinggi
jika dibandingkan dengan anak pada kategori kurus dan normal. Dapat dilihat dari hasil
penelitian diatas bahwa hubungan antara kategori indeks massa tubuh dengan skor
PUFA/pufa ataupun insidensi terjadinya karies belumlah jelas. Sifat multifaktorial dari
penyebab karies yang menyebabkan hasil dari penelitian dapat menjadi berbeda.38
Faktor risiko
1. Pengalaman karies
2. Penggunaan fluor
3. Oral higine
Etiologi 4. Usia
- Host 5. Jumlah bakteri
- Mikroorganisme 6. Saliva
- Substrat 7. Pola makan
- Waktu 8. Jenis kelamin
9. Sosial ekonomi
Karies
Indeks Dampak
Karies Karies
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Kelompok I
deft = 1-5
Kelompok III
deft ≥1
dan pufa ≥1