Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RIDHO KEVIN SIGALINGGING

NIM : 170205157
KELAS : 4.3
MATA KULIAH : TOKSISITAS

TUGAS :
Kepada masing2 mahasiswa baca jurnal tentang 1. uji toksisitas akut 2. uji toksisitas sub
aku, 3. Uji toksisitas kronis, 4. Uji Toksisitas sub kronis, kemudian buat resume/
kesimpulan dari ke 4 metode tersebut tentang 1. metode, 2. hewan yang di pakai, 3. cara
pengamatan, 4. hasil pengamatan / kesimpulan

JAWAB :

1..)Jurnal uji toksisitas akut


Judul : Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimumsanctum) Diukur dari Nilai
LD50 dan Histopatologi Ginjal

Metode :
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan rancangan penelitian
post test non-equivalent control group design, bertujuan untuk mengetahui toksisitas akut ekstrak
etanol daun kemangi dengan mengukur kisaran LD50 dan gambaran histopatologi ginjal pada
mencit.

Hewan yang di pakai : 12 mencit strain Balb/c dengan usia 8-12 minggu dengan variasi berat
badan 16-26 gram dan diadaptasi selama 5 hari.

Cara pengamatan :
Uji utama digunakan untuk melakukan uji yang sebenarnya, bertujuan mengetahui
kisaran nilai LD50 suatu senyawa dengan 5 mencit pada setiap tingkatan dosis yaitu 5, 50, 300,
dan 2000 mg/KgBB ekstrak etanol daun kemangi. Dosis awal yang digunakan telah ditentukan
pada uji pendahuluan, kemudian dilakukan pengamatan secara intensif setiap 30 menit selama 4
jam pertama, setiap 4 jam selama 24 jam dan sehari sekali selama 14 hari. Apabila tidak terdapat
kematian maka diberikan dosis satu tingkat lebih tinggi dari dosis awal. Apabila didapatkan ≥ 2
hewan uji mati maka dosis diturunkan satu tingkat lebih rendah dari dosis awal. Apabila terdapat
≥ 1 bukti toksisitas dan/atau ≤ 1 kematian hewan uji maka dapat langsung ditentukan kisaran
nilai LD50 (OECD, 2001). Pemberian ekstrak etanol daun kemangi pada uji utama ini dilakukan
bersama dengan kelompok kontrol masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit selama 14 hari.
Mencit diterminasi pada hari ke-14 dan diambil organ ginjal untuk diproses menjadi
preparat histopatologi yang dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSD dr. Soebandi.
Proses pembuatan preparat histopatologi meliputi proses dehidrasi, clearing, embedding,
pemotongan jaringan, dan pewarnaan hematoksilin eosin (H&E). Pengamatan dilakukan dengan
metode double blinding. Preparat histopatologi ginjal diamati di bawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 100 kali untuk melihat dilatasi tubulus proksimal kemudian 400 kali untuk
melihat degenerasi tubulus dan nekrosis sel pada 5 lapang pandang yang diambil dari keempat
sudut dan bagian tengah preparat (Satyatami, 2014). Skoring gambaran histopatologi ginjal
dilakukan dengan menilai nekrosis inti, degenerasi tubulus, dilatasi tubulus proksimal dengan
skor 0 untuk histologi ginjal normal, 1 untuk lesi fokal, dan 2 untuk lesi difus (Suhita et al.,
2013). Hasil skoring dibandingkan antara kedua kelompok kontrol dan perlakuan.

Hasil Pengamatan /Kesimpulan :


Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum) mempunyai kisaran LD50 > 2000
mg/KgBB, sehingga termasuk dalam kategori senyawa yang tidak toksik. Pada dosis 2000
mg/KgBB yang merupakan dosis tertinggi pada metode OECD 420 sudah terdapat perubahan
gambaran histopatologi ginjal mencit berupa lesi fokal setelah pajanan akut ekstrak etanol daun
kemangi (Ocimum sanctum). Penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas subakut oral, uji
toksisitas subkronis oral, dan uji toksisitas kronis oral Vol. 5 No. 1 (2019) Journal of
Agromedicine and Medical Sciences 18 ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum)
diperlukan agar dapat dilanjutkan ke uji klinis.

2..)Jurnal uji toksisitas sub akut

Judul : Efek Toksisitas Subakut Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava) pada
Lambung Tikus Wistar

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode post test
control group design. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Hewan Yang Diakai : Hewan uji yang digunakan yaitu 40 ekor tikus (20 tikus jantan dan 20
tikus betina) galur Wistar, umur 1,5-2 bulan dengan berat 110-170 gram/ ekor, dalam keadaan
sehat dan tidak tampak ada kelainan anatomi.

Cara Pengamatan :

Pemeriksaan Histologi Lambung/Gaster. Pada hari ke-29, dilakukan pengambilan atau


sampling organ lambung untuk pengamatan gambaran histologi organ lambung/gaster dan
perhitungan skor. Hewan uji dibedah dan diambil organ lambungnya. Organ dicuci kemudian
direndam menggunakan formalin 10%. Pemeriksaan histologi gaster dilakukan dengan cara
pembuatan preparat jaringan gaster, dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin alkohol (HE)
untuk dapat diperiksa secara mikroskopis. Perhitungan skor kerusakan organ gaster dilakukan
dengan system skoring Barthel Manja yang menilai berdasarkan ada tidaknya edema di lapisan
submukosa gaster, ada tidaknya infi ltrasi sel PMN (polimorfonuklear) di lamina propia gaster,
dan integritas epitel di lapisan mukosa gaster. Hasil perhitungan skor dianalisis secara statistik
untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan, menggunakan uji One way Anova
dilanjutkan dengan uji LSD

Hasil pengamatan/kesimpulan : Pemberian ekstrak etanol daun jambu biji secara subakut tidak
menimbulkan efek toksik pada organ gaster tikus Wistar, tetapi dapat menimbulkan efek toksik
secara klinik pada dosis yang tinggi.
3..) Jurnal Uji Toksisitas Kronis

Judul : Toksisitas Kronis Polisakarida Krestin dari Ekstrak Coriolus Versicolor pada Histologi
Ginjal dan Kadar Kreatinin Serum Mus Musculus L.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode post test
control group design.

Hewan yang digunakan : Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit betina dewasa strain
Balb/C, berumur 8-10 minggu, berat badan berkisar 25 - 30 g

Cara Pengamatan :

Hewan coba dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 ulangan. Hal ini berdasarkan
dalam Anggraeni (2008) dari rumus Federer (1963). Hewan coba ini diberikan polisakarida
krestin dari ekstrak jamur C. versicolor selama 4 bulan secara oral dengan perbedaan dosis,yaitu,
0,5, 1, 2, 4 mg/kg BB. Setelah perlakuan selesai, hewan coba dibedah untuk diambil organ
ginjalnya. Ginjal dibuat sediaan histologi dengan metode paraffin. Darah diambil secara
intracardiac untuk dilakukan isolasi serum. Serum diukur kadar kreatinin dengan menggunakan
metode Jaffe reaction. Sediaan ginjal diamati daerah korteks dengan menggunakan mikroskop
cahaya perbesaran 400x. Pengamatan histologi ginjal dilakukan dengan menghitung jumlah sel
tubulus yang normal atau tidak normal (mengalami pembengkakan dan nekrosis). Data dianalisis
menggunakan one way Anava dan Duncan untuk pembengkakan dan kadar kreatinin. Data
nekrosis diuji dengan Brown-Forsythe dan Games-Howell

Hasil pengamatan/kesimpulan :

Pemberian polisakarida krestin (PSK) dari ekstrak Coriolus veriscolor pada toksisitas
kronis menyebabkan pembengkakan, nekrosis sel, tetapi tidak meningkatkan kadar kreatinin
serum mencit secara signifikan

4..)Jurnal uji toksisitas sub kronis

Judul : Uji Toksisitas Subkronis Kombinasi Ekstrak Kedelai dan Jati Belanda terhadap
Hematologi Tikus Wistar

Metode :

Penelitian yang digunakan adalah biji kedelai varietas Detam-1 asal Balitkabi Malang
dan simplisia daun jati Belanda varietas Bumi Herbal Dago. Pembuatan ekstrak etanol kedua
bahan tersebut menggunakan proses maserasi sederhana
Hewan Percobaan :

Hewan uji yang digunakan adalah tikus galur Wistar jantan dan betina berumur 6-8
minggu dengan berat antara 150-200 g. Sebanyak 120 ekor tikus dikelompokkan secara acak
menjadi 6 kelompok, masing-masing 10 ekor tikus jantan dan 10 ekor tikus betina, kemudian
diadaptasi selama 7 hari.

Cara Pengamatan :

Uji toksisitas subkronis dilakukan selama 90 hari (untuk kelompok perlakuan) dan 120
hari (untuk kelompok pengamatan /satelit), sesuai ketentuan uji toksisitas yang ditetapkan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)(2,17,18,19). Kelompok perlakuan selama 90 hari
diberikan kombinasi EEKD dan EEJB perbandingan 1:2 dalam beberapa dosis. Kelompok
kontrol negatif, hanya diberi pelarut aquadest, dan CMC 0,5% kelompok I: kombinasi dosis
rendah (EEKD:EEJB = 50:100mg/kgBB/hari), kelompok II: kombinasi dosis menengah
(EEKD:EEJB = 100:200mg/kgBB/hari), kelompok III: kombinasi dosis tinggi (EEKD: EEJB =
200:400mg/kgBB/hari), kelompok satelit selama 120 hari: kelompok satelit kontrol negatif,
hanya diberi aquadest dan pelarut CMC 0,5%, kelompok satelit dosis tinggi (EEKD: EEJB =
200:400 mg/kgBB/hari).

Parameter yang diukur adalah leukosit, hemoglobin, Mean Corpuscular Hemoglobin


(MCH), Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC), penghitungan serapan darah
atau Mean Corpuscular Volume (MCV), hematokrit (Ht), jumlah sel eritrosit/ red blood cell
(RBC), dan trombosit. Pada hari ke 91, semua tikus jantan dan betina kelompok kontrol negatif,
kelompok I, II dan III dikorbankan sesuai standar komite etik. Sedangkan untuk semua tikus
kelompok kontrol satelit dan kelompok satelit dosis tinggi dilakukan pada hari ke 121. Darah
dari intra kardial ditampung dalam tabung eppendorf 2,5 mL, selanjutnya disentrifus selama 10
menit pada 3000 rpm sehingga serum akan terpisah dan membentuk lapisan. Serum diperiksa
menggunakan alat Hematology Analyzer, dengan prinsip kerja kolorimeteri. Hematokrit adalah
perkiraan volume eritrosit padat per satuan volume darah. Volume hematokrit normal tikus 36-
50,6%. Sedangkan volume darah normal tikus 60 mL/kg. Kadar hemoglobin normal tikus adalah
11-20 g/100 mL

Hasil pengamatan/Kesimpulan :

Uji toksisitas subkronis pemberian kombinasi ekstrak etanol kedelai Detam 1 dan ekstrak
etanol jati belanda adalah aman dan tidak toksik terhadap hematologi darah tikus Wistar setelah
diberi perlakuan selama 90 hari, dilanjutkan pengamatan 30 hari berikutnya (satelit) untuk
kelompok yang tidak diberi perlakuan dan perlakuan dosis tinggi.

Anda mungkin juga menyukai