Anda di halaman 1dari 27

BAB 

  I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama
dua dekade terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever,
DF), demam berdarah (dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue
(dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan peningkatan yang dramatis di seluruh dunia.
The World Health Report 1996, menyatakan bahwa”kemunculan kembali penyakit
infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang telah diraih sampai sejauh
ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia belaka”.
Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar
dari penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi
di negara berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti
hepatitis dan penyakit menular seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang
disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi sejumlah besar penduduk dunia baik di
negara miskin maupun kaya.
Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi
tentang pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan
pencegahan dan pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional
harus menjadi salah satu prioritas dari Negara Anggota WHO tempat endemiknya
penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang dikembangkan untuk
mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan oleh
negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan
promosi kesehatan, (4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6)
pemberian panduadalam hal pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya
eksternal untuk pencegahan penyakit harus menjadi prioritas.
Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue,
strategi global untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan
berdasarkan komponen utama seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang selektif
terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja sama antarsektor, persiapan kedaruratan,
dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah peningkatan surveilans yang
aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat terhadap DF/DHF dan
vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan penyakit
DHF menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.
B. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mencegah dan
menangani demam berdarah dengue secara mandiri
2) Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat mampu:
a. Mengetahui apa demam berdarah dengue
b. Mengetahui penyebab demam berdarah dengue
c. Mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue
d. Melakukan pencegahan penyakit demam berdarah dengue
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan
adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341).
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat
serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari
pertama (Soeparman; 1987; 16).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus
distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan
sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit
yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi
mencakup jantung, pembuluh darah, dan darah.

I. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax, diantara paru-
paru, agak lebih kearah kiri.
Struktur jantung:
1) Atrium kanan
Atrium kanan berada di sebelah kanan jantung dan terbuka pada bagian
kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
2) Atrium kiri
Atrium kiri berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena pulmonalis masuk
kedalam setiap sudutnya.
3) Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan memompakan darah
keatas masuk ke arteri pulmonalis.
4) Ventrikel kiri
Dinding ventrikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding ventrikel kanan
namun strukturnya sama. Dinding yang tebal diperlukan untuk memompa darah
teroksigenasi dengan tekanan tinggi melalui sirkulasi sistemik.
5) Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
6) Katup trikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang terdiri
dari 3 katup.
7) Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput
lender yang melapisi permukaan rongga jantung.
8) Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung
ini membentuk bundalan-bundalan otot.
9) Perikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri
dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu dipangkal jantung
membentuk kantung jantung.

II. Pembuluh Darah


Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri (Pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa pembuluh
darah arteri yang penting yaitu :
1) Arteri koronaria
Arteri yang mendarahi dinding jantung.
2) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan melewati aksila.
3) Arteri Brachialis
Arteri yang berada pada lengan atas.
4) Arteri radialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari.
5) Arteri karotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak.
6) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutnya di depan telinga.
7) Arteri facialis
Teraba denyutan di sudut kanan bawah.
8) Arteri femoralis
Arteri yang berjalan ke bawah menyusuri paha menuju ke belakang lutut.
9) Arteri Tibia
Arteri pada kaki.
10) Arteri Pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru.

III. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang terhalus
dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah mikroskop. Kapiler membentuk
anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain
menjadi darah yang lebih besar yang disebut vena.

IV. Vena (pembuluh darah balik)


Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting:
1) Vena Cava Superior.
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor dari
daerah kepala, thorak dan ekstremitas atas.
2) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua organ tubuh
bagian bawah.
3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
4) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah

V. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah adalah suatu jaringan
tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah. Darah adalah
suatu cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma.

C. ETIOLOGI.
1. Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya
sel aedes Albopictus.
2.      Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief
Mansjoer & Suprohaita; 2000;420).

D. PATOFISIOLOGI.
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan
reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot
dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus
dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi
komplek antigen antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan :
1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator anafilatoksin C
3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (plasma –
Leakage), dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak
diatasi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
berakhir kematian.
2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat
terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.
3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen
akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Product (FDP).
E. PATHWAY
II. PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada
saat  musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.

2. Keluhan Utama.
Panas atau demam.

3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi
pendarahan pada kulit
b. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan
ulang DHF.
c. Riwayat imunisasi.
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat dihindarkan.
d. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga
status gizinya menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih ( seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar ).

4. Acitvity Daily Life (ADL)


1) Nutrisi :Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2) Aktivitas :Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya
aktivitas sehari-hari.
3) Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan
nyeri.
4) Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
5) Personal hygiene :Meningkatnya ketergantungan kebutuhan perawatan
diri.

5. Pemeriksaan fisik, terdiri dari :


Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien
(inspeksi adanya lesi pada kulit). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan
mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba
klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop
(auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus).
Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
A. Keadaan umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda –
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III       : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV         : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin
berkeringat dan kulit tampak sianosis.
B. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
3)   Hidung : Epitaksis
4)   Tenggorokan: Hiperemia
5) Leher      : Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang
daerah servikal posterior.

C. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
D. Abdomen (Perut).
Palpasi       : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
E. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi   : Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri    : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
F. Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I         : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III : Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.
Stadium I          : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan
dan kaki.
6. Pemeriksaan laboratorium.
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
2. Trambositopenia (≤100.000/ml).
3. Leukopenia.
4. Ig.D. dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang
dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme. Ditandai oleh :
a. Konvulsi.
b. Kulit kemerahan.
c. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
d. Kejang.
e. Takikardi.
f. Takipnea.
g. Kulit terasa hangat.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
a. Perubahan status mental.
b. Penurunan tekanan darah.
c. Penurunan tekanan nadi.
d. Penurunan volume nadi.
e. Penurunan turgor kulit.
f. Penurunan turgor lidah.
g. Pengeluaran haluaran urine.
h. Penurunan pengisian vena.
i. Membrane mukosa kering.
j. Kulit kering.
k. Peningkatan hematokrit.
l. Peningkatan suhu tubuh.
m. Peningkatan frekuensi nadi.
n. Peningkatan konsentrasi urine.
o. Penurunan berat badan tiba-tiba.
p. Haus.
q. Kelemahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
a. Kram abdomen.
b. Nyeri abdomen.
c. Menghindari makanan.
d. Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal.
e. Kerapuhan kapiler.
f. Diare.
g. Kehilangan rambut berlebihan.
h. Bising usus hiperaktif.
i. Kurang makanan.
j. Kurang informasi.
k. Kurang minat pada makanan.
l. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
m. Kesalahan konsepsi.
n. Kesalahan informasi.
4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
a. kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi.
a. Perilaku hiperbola.
b. Ketidakakuratan mengikuti perintah.
c. Ketidakakuratan melakukan tes.
d. Perilaku tidak tepat.
e. Pengungkapan masalah.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan
keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme.
Tujuan Rencana Rasional
  Mempertahankan suhu a. Ukur tanda-tanda vital a. Suhu 38,90C-41,10C
tubuh normal. (suhu). menunjukkan proses
b. Berikan kompres penyakit infeksi akut.
hangat.
  KH : b. Kompres hangat akan
         Suhu tubuh antara terjadi perpindahan
36 – 370C. c. Tingkatkan intake panas konduksi.
         Membrane mukosa cairan.
c. Untuk mengganti
basah.
cairan tubuh yang
         Nyeri otot hilang.
hilang akibat
evaporasi.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan Rencana Rasional
  Kebutuhan cairan a.       Observasi tanda-tanda a.       Penurunan sirkulasi
terpenuhi. vital paling sedikit darah dapat terjadi dari
  KH : setiap tiga jam. peningkatan kehilangan
         Mata tidak cekung. cairan mengakibatkan
         Membrane mukosa hipotensi dan
tetap lembab. takikardia.
         Turgor kulit baik. b.      Observasi dan cata b.      Menunjukkan status
intake dan output. volume sirkulasi,
terjadinya / perbaikan
perpindahan cairan, dan
respon terhadap terapi.
c.       Timbang berat badan. c.       Mengukur
keadekuatan
penggantian cairan
sesuai fungsi ginjal.
d.      Monitor pemberian d.      Mempertahankan
cairan melalui keseimbangan
intravena setiap jam.
cairan/elektrolit.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
Tujuan Rencana Rasional
  Kebutuhan nutrisi a.       Berikan makanan a.       Mengganti kehilangan
adekuat. yang disertai dengan vitamin karena
  KH : suplemen nutrisi untuk malnutrisi/anemia.
meningkatkan kualitas
Berat badan stabil atau b.      Porsi lebih kecil dapat
intake nutrisi.
meningkat. b.      Anjurkan kepada meningkatkan
orang tua untuk masukan.
memberikan makanan
dengan teknik porsi
kecil tapi sering secara
bertahap.
c.       Timbang berat badan
c.       Mengawasi penurunan
setiap hari pada waktu
yang sama dan dengan berat badan.
skala yang sama. d.      Mulut yang bersih
d.      Pertahankan meningkatkan selera
kebersihan mulut
makan dan pemasukan
klien.
e.       Jelaskan pentingnya oral.
intake nutrisi yang e.       Jelaskan pentingnya
adekuat untuk intake nutrisi yang
penyembuhan adekuat untuk
penyakit. penyembuhan penyakit.

4. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan Rencana Rasional
  Perfusi jaringan a.       Kaji dan catat tanda- a.       Penurunan sirkulasi
perifer adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari
  KH : peningkatan
b.      Nilai kemungkinan
         TTV stabil. kehilangan cairan
terjadinya kematian mengakibatkan
jaringan pada hipotensi.
b.      Kondisi kulit
ekstremitas seperti
dipengaruhi oleh
dingin, nyeri, sirkulasi, nutrisi, dan
pembengkakan kaki. immobilisasi.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber


informasi
Tujuan Rencana Rasional
  Klien mengerti dan a.       Tentukan kemampuan a.       Adanya keinginan
memahami proses dan kemauan untuk untuk belajar
penyakit dan belajar. memudahkan
pengobatan. b.      Jelaskan rasional penerimaan informasi.
pengobatan, dosis, b.      Dapat meningkatkan
efek samping dan kerjasama dengan
pentingnya minum terapi obat dan
obat sesuai resep. mencegah penghentian
pada obat dan atau
interkasi obat yang
merugikan.
c.       Beri pendidikan c.       Dapat meningkatkan
kesehatan mengenai pengetahuan pasien
penyakit DHF. dan dapat mengurangi
kecemasan.

D. IMPLEMENTASI.
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
(Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang,
mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahan untuk mengatasi masalah klien.

E. EVALUASI
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi
kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau
kemajuan dalam diagnosa keperawatan (Perry Potter, 2005).
Hasil asuhan keperawatan pada klien dengan DHF sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan
yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah
dengue sebagai berikut :
a. Suhu tubuh pasien normal (360C - 370C), pasien bebas dari demam.
b. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai
dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
d. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien
terpenuhi.
e. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
f. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan
tanda vital dalam batas normal.
g. Infeksi tidak terjadi.
h. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.
i. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat
tentang proses penyakitnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : AN.T
Umur : 6 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Kp.Cisaranten Rt03/01
Tanggal Masuk : 25 September 2017
Tanggal Pengkajian : 26 September 2017
Diagnosa Medis : DHF

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.W
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Kp.Cisaranten Rt03/01
Hubungan Dengan Klien : Ayah

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh demam, sejak 3 hari yang lalu, sakit kepela, mual, muntah, dan
malas,tdak nafsu makan.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Klien mengeluh demam, tidak nafsu makan, mual dan lemah, sejak 3 hari yang lalu,
klien di minumkan obat penurun panas namun tidak ada perbaikan
a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Klien mengeluh sudah 3 hari demam tidak turun-turun
b) Keluhan Utama Saat Dikaji
Klien mengatakan bahwa klien mengeluh panas, serasa di siram air panas dan di
rasakan di seluruh tubuh S: 39,0˚C pada malam hari

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang mengalami
penyakit seperti yang di derita klien

E. RIWAYAT KESEHATAN SOSIAL


1. Anak tinggal bersama ibu dan ayahnya serta kakak dan adiknya.
2. Hubungan antar anggota keluarga harmonis
3. Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum Klien
 Penampilan : Composmentis
2. Tanda Tanda Vital
 TD : 100/60 mmHg
 Suhu : 39,0˚C
 Respirasi : 23x/menit
 Nadi : 78x/menit
3. Kulit
 Warna Kulit : Sawo Matang
 Tekstur Kulit         : Turgor Jelek
4. Kepala
 Bentuk                              : Simetris dan Oval
 Kulit kepala                      : Bersih
5. Rambut
 Warna : Hitam
 Kebersihan : Bersih
 Rontok : Tidak rontok
6. Wajah
 Bentuk : Simetris
 Warna : Kemerahan
 Lesi : Tidak ada
 Bekas trauma : Tidak ada
7. Leher
 Bentuk :Simetris dan tidak ada benjolan
8. Mata
 Bentuk kedua mata : Simetris
 Kongjungtiva : Pucat
 Pupil : Baik
 Sklera : Warna putih
 Reflek cahaya : Baik, pupil refleks terhadap cahaya ada terbukti ketika
di beri cahaya pupil berkontraksi dan ketika cahaya di
jauhkan pupil dilatasi
 Fungsi penglihatan : Normal (klien bisa membaca koran dengan jarak
kurang lebih 25cm)
9. Telinga
 Bentuk : Simetris
 Kebersihan : Bersih
 Fungsi Pendengaran : Normal, klien bisa mendengar bunyi/suara
10. Hidung
 Bentuk hidung : Simetris
 Lesi : Tidak ada
 Sekret : Ada, lendir cair dan tidak ada kotoran
 Mukosa Hidung : Sedikit kemerahan
 Kebersihan : Tidak terdapat kotoran
 Fungsi Penciuman : Normal, klien bisa membedakan bau kayu putih dan
bau parfum
11. Mulut
 Bentuk bibir : Simetris
 Keadaan bibir : Kering, pecah-pecah
 Gigi : Lengkap jumlah 32 Buah
 Lidah : Bersih
 Fungsi Pengecapan : Klien bisa merasakan manis, pahit, asam dan asin
12. Dada
 Bentuk : Simetris
 Bunyi nafas paru : Vesikuler (bernada rendah)
 Perkusi paru : Resonant (suara perkusi paru yang normal)
 Pola nafas : Regular (teratur)
 Ekspansi paru : Seimbang
 Irama Jantung : Reguler (teratur)
13. Abdomen
 Bentuk : Simetris
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Bising usus : 14x/menit
 Lesi : Tidak ada
14. Repreduksi
 Keadaan genetalia : Bersih
 Lesi : Tidak ada
 Kateter : Tidak terpasang
 Hemoroid : Tidak ada
15. Ekstremitas atas/bawah
 Atas : Terpasang infusan RL ditangan sebelah kiri (20 x/m)
 Bawah : Dapat bergerak secara bebas

G. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Hemoglobin 15,5 g/dl L: 14-17, P: 12-16 g/dl
2 Leukosit 3,500/mm Dewasa: 4.000-10.000 /mm
3 Pcv 40% 40-50% %
4 Trombosit 31.000/mm 150.000-450.000 /mm

H. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS:

 keluarga pasien mengatakan


badannya panas sudah 3 hari
Proses insfeksi Peningkatan suhu tubuh
DO:

 Suhu tubuh 38C pada saat di


palpasi panas
2. DS :
 keluarga pasien mengatakan
tidak suka minum.
Peningkatan suhu tubuh Kurangnya cairan dan
DO : elektrolit

 pasien terlihat lemas

3. DS :
 keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mau makan dan
mual Petubahan nutrisi
Menurunya nafsu makan kurang dari kebutuhan
DO :

 makan yang di berikan tidak


habis

4. DS :
 keluarga pasien mengeluh
pasien tidak bisa tidur
 keluarga pasien mengeluh
pasien cemas
Cemas Gangguan rasa nyaman
DO :

 pasien nampak gelisah

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Intervensi


Keperawatan
Tujuan Tindakan Rasional
26/09/2017 1. Gangguan rasa 1. Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
nyaman peningkatan tindakan 2. Anjurkan klien mengetahui
suhu tubuh b.d virus keperawatan minum extra 200cc keadaan umum
dengeu diharapkan suhu setiap kenaikan klien
tubuh normal suhu 1˚C 2. Untuk
dengan kriteria 3. Anjurkan untuk memlatasikan
suhu klien 36˚C- kompres hangat pembuluh darah
37˚C 4. Anjurkan untuk sehingga bisa
memakai baju dengan mudah
yang tipis dan terjadi penguapan
mudah menyerap 3. Agar dapat
keringat menyerap
keringat dengan
baik dan
mempermudah
proses penguapan
26/09/2017 2. Gangguan volume 1. Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
cairan tubuh b.d perawatan mengetahui
peningkatan diharapkan 2. Anjurkan untuk keadaan umum
permeabilitas kebutuhan cairan ekstra minum klien
pembuluh darah tubuh terpenuhi 2. Agar cairan tubuh
akibat virus dengeu dengan kriteria : dapat terpenuhi
 Turgor kulit baik
 TD normal
diastol 100-
140mmHg, sistol
60-100mmHg

 Suhu normal
36˚C-37˚C
 Respirasi 16-
24x/menit
3. Observasi tetesan 3. Untuk mengganti
 Nadi 60-
infus cairan elektrolit
100x/menit
yang hilang agar
tidak terjadi
dehidrasi
26/09/2017 3. Gangguan 1. Setelah dilakukan 1. Sajikan makanan 1. Untuk dapat
kebutuhan nutrisi tindakan dalam bentuk meningkatkan
kurang dari keperawatan hangat nafsu makan dan
kebutuhan dengan diharapkan mengurangi rasa
adanya mual kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan klien mual klien
klien dapat makan dengan 2. Dapat
terpenuhi dengan porsi sedikit tapi mengurangi rasa
kriteria : sering mual dan
 Klien tidak memenuhi
mengeluh mual kebutuhan nutrisi
3. Anjurkan klien 3. · Untuk
 Bising usus
makan selingan memudahkan
normal
seperti biskuit makanan mudah
 Makan 1 porsi
habis cerna

26/09/2017 4. Gangguan istirahat 1. Setelah dilakukan 1. Atur posisi tidur 1. Posisi yang
tidur berhubungan tindakan senyaman mungkin nyaman dapat
dengan panas badan keperawatan mempermudah
diharapkan 2. Ciptakan klien untuk tidur
kebutuhan istirahat lingkungan yang 2. Memberikan
dan tidur klien tenang dan nyaman suasana yang
dapat terpenuhi rileks
dengan kriteria :

 Kongjungtiva 3. Ganti alat tenun 3. Kebersihan


merah mudah lingkungan dapat
 Lingkar kelopak memberikan rasa
mata hitam nyaman ketika
 Klien tampak beristirahat
segar 4. Batasi pengunjung 4. Untuk
mengurangi
kebisingan

J. PERENCANAAN

No Tanggal dan Intervensi Implementasi


jam

1. Jum’at 1. Observasi tanda- tanda vital 1. Mengobservasi TTV


26-09-2014 Hasil :
Jam 08:00  TD : 100/60mmHg
 R : 20x/menit
 N : 78x/menit
 S : 39,0˚C
2. Anjurkan klien untuk minum
sedikit tapi sering 2. Menganjurkan klien untuk minum
sedikit tapi sering
Hasil :
 Klien mau mengikuti anjuran
perawat

Sabtu 3. Berikan kompres hangat pada


3. Memberikan kompres hangat pada
27-09-2014 bagian prontal dan axsila
bagian prontal dan axilla
Jam 08:00
Hasil :
 Suhu klien turun sedikit

4. Anjurkan klien memakai baju


4. Menganjurkan klien untuk memakai
yang tipis dan mudah menyerap
baju yang tipis dan mudah menyerap
keringat
keringat
Hasil :
 Klien berkeringat
2. Jum’at 1. Observasi tanda- tanda vital 1. Mengobservasi TTV
26-09-2014 Hasil :
Jam 09:00  TD : 100/60mmHg
 R : 20x/menit
 N : 78x/menit
 S : 39,0˚C

2. Anjurkan klien untuk relaksasi 2. Menganjurkan klien untuk relaksasi


Hasil :
 Klien mau mengikuti anjuran
perawat

Sabtu 3. Observasi tetesan infus


3. Mengobservasi tetesan infus
26-09-2014
Hasil :
Jam 09:00
 Mengetahui kebutuhan cairan dan
elektrolit, jika infus macet
perawat dapat mengatasinya

4. Kaloborasi dengan tim medis


4. Mengkolaborasi dengan tim medis
Hasil :
 Klien mengatakan mau kolaborasi
dengan tim medis

1. Menyajikan makanan dalam bentuk


3. Jum’at 1. Kaji makanan dalam bentuk
hangat
26-09-2014 hangat
Hasil :
Jam 10:00
 Klien mengatakan mual sedikit
berkurang

2. Menganjurkan klien makan dalam


2. Anjurkan klien makan dalam
porsi sedikit tapi sering
porsi sedikit tapi sering
Hasil :
 Klien mengatakan ingin
mengikuti anjuran perawat

Sabtu 3. Anjurkan klien makan – 3. Menganjurkan klien makan-


27-09-2014 makanan selingan seperti biskuit makanan selingan seperti biskuit
Jam 10:00 Hasil :
 Klien mengikuti anjuran perawat

4. Jum’at 1. Anjurkan posisi klien yang 1. Mengatur posisi klien yang nyaman
26-09-2014 nyaman Hasil :
Jam 11:00  Klien terlihat tampak nyaman

2. Ciptakan lingkungan yang 2. Menciptakan lingkungan yang


tenang dan nyaman tenang dan nyaman
Hasil :
 Di ruangan klien terlihat nyaman
dan tenang

Sabtu 3. Mengantikan alat tenun dan 3. Mengganti alat tenun dengan yang
27-09-2014 dengan yang bersih bersih
Jam 11:00 Hasil :
 Klien tampak senang

4. Membatasi pengunjung 4. Membatasi pengunjung


Hasil :
 Klien sudah tidak mengeluh ke
keluarga dan perawat tentang
pengunjung

K. EVALUASI
Hari/Tanggal Diagnosa Perkembangan
Jum’at Diagnosa 1 S : Klien mengatakan suhu tubuh berkurang
26-09-2014 O : Suhu tubuh 37,3˚C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa 2 S : Klien mengeluh panas
O : Turgor kulit masih jelek
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa 3 S : Klien mengatakan mual
O : Porsi makan ¾ habis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa 4 S : Klien mengeluh tidak lemas
O : Klien bisa tidur walaupun sebentar
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah . 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, Jakarta: EGC


WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue. Prognosis, Pengobatan, Pencegahan, dan
pengendalian. Edisi 2, Jakarta: EGC
Djunaedi, Djoni. 2006. Demam Berdarah. Epidemiologi, Imunopatologi, Patogenesis,
Diagnosis dan Penatalaksanaan, UMM Press
Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.2. Jakarta; Media Aesculapius
Soegijanto, S. 2005. Demam Berdarah Dengue. Surabaya; Airlangga Universiti press
http://www.google.co.id/Demam Berdarah

Anda mungkin juga menyukai