Anda di halaman 1dari 2

Catatan Agama Buddha

Pelajaran 7

(Petapa Siddharta Berguru)

Rangkuman cerita “Anak Desa yang Pintar”

Sari seorang anak desa. Dia tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari
kota. Desa tempat tinggal Sari dikelilingi oleh pesawahan, dan hutan tempat orang-
orang desa mencari kayu bakar. Sebuah sungai berair jernih mengalir di pinggir
sawahSari dan teman-temannya sering berusaha menangkap ikan-ikan itu. Tapi ikan-
ikan itu sangat gesit menghindar. Sulit untuk ditangkap.
Di desa Sari belum ada sekolah. Oleh karena itu, Sari bersekolah di desa
tetangga. Jarak tempat tinggal Sari dengan sekolahnya sejauh dua kilometer. antar-
SD di kecamatan. Guru-guru akan memilih murid yang paling pintar dari anak kelas
lima dan kelas enam untuk mengikuti Cerdas Tangkas itu. Murid yang terpilih harus
mempersiapkan diri. Mereka harus lebih banyak belajar dan berlatih mengerjakan
soal. Lomba Cerdas Tangkas itu akan diadakan dua bulan lagi.
“Percuma kita mengikuti Cerdas Tangkas itu. Kita pasti tak akan bisa menang”,
kata Jono saat jam istirahat. Jono, Sari, dan kawan-kawannya sedang mencari ubi di
bekas ladang dekat sekolah. Ubi itu akan mereka bakar. Jono dan banyak temannya
adalah anak orang miskin. Mereka tidak punya uang jajan. Makanya untuk mengganjal
perut, mereka mencari ubi.
“Kenapa kau bilang begitu, Jon?” tanya Arwin.
“Ya, jelas kita tidak akan sanggup mengalahkan sekolah lain. Gedung sekolah mereka
bagus, buku-bukunya lengkap. Banyak dari mereka anak orang kaya. Mereka pintar-
pintar. Melihat mereka saja kita sudah minder duluan”, jelas Jono. Kawan-kawannya
mengangguk menyetujui pendapat Jono.
Saat pertandingan tiba. Sari, Erna, dan Ani sudah siap menjawab setiap
pertanyaan. Peserta dari sekolah lain juga tampak siap di samping mereka.
Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Sari, Erna, dan Ani berusaha menjawab
dengan gesit dan benar. Tapi peserta dari sekolah lain juga tidak mau kalah. Terjadi
susul menyusul dalam perolehan angka. Tapi akhirnya Sari, Erna, dan Ani berhasil
mengumpulkan angka terbanyak. Mereka bersorak kegirangan. Lalu berpelukan
penuh rasa syukur dan bangga. Sari, Erna, dan Ani berhasil keluar sebagai juara
pertama.
Ketika teman-teman mereka yang lain mendengar kabar kemenangan itu, banyak
yang tidak percaya. Tapi ketika keesokan harinya, Kepala Sekolah mengumumkan
secara resmi, semua murid bersorak kegirangan dan bertepuk tangan. Mereka
menyalami Sari, Erna, dan Ani.
Berkat kemenangan dalam lomba Cerdas Tangkas itu, sekolah mereka jadi
terkenal. Pada suatu hari, Bupati datang berkunjung. Bupati memberi selamat atas
kemenangan sekolah itu dalam lomba Cerdas Tangkas. Bupati juga memerintahkan
agar sekolah itu diperbaiki dan jalan-jalan desa diaspal. Setelah diperbaiki, sekolah
itu jadi tampak megah dan indah. Sari dan kawan-kawannya makin rajin datang ke
sekolah dan belajar dengan giat. Jalan-jalan desa juga sudah diaspal. Dengan
demikian, jalan itu sudah bisa dilalui kendaraan. Sari dan kawan-kawannya tidak
perlu lagi berjalan kaki ke sekolah. Sekarang mereka sudah naik angkutan desa.
Betapa senangnya hati Sari.

Cerita di atas adalah kisah yang berhubungan dengan Petapa Siddharta


Berguru. Kisah ini memberi pelajaran pada kita bahwa hendaknya kita
harus berusaha dengan sungguh-sungguh, rajin, jujur, dan penuh
tanggung jawab dalam menuntut ilmu di sekolah. Sikap yang terpenting
adalah hendaknya kita jangan berserah diri kepada orang lain dalam
belajar. Belajarlah dengan giat, rajin, dan tekun, serta disertai
semangat yang tinggi. Pasti kamu sukses!

Anda mungkin juga menyukai