Goresan tak kasat mata

Masih ku ingat pertama kali kita berjumpa, tanpa tegur sapa, hanya saling tatapan mata. Di
ruang yang penuh sesak, kala itu kau terlihat lugu dan gugup dengan sekitarnya. Mau ku saat
itu menocba menyapa, apa daya ucap tak sanggup ku lontarkan. Seling beberapa bulan, kita
berjumpa kembali disuasana yang berbeda. Kau terlihat riang dengan kawan mu, sedangkan
aku menatap senyum dan tawa mu dengan imajinasi masa depan. Sanubari ku merontak dan
bergumam bahwa kau adalah wanita yang semestinya ku taklukkan, wanita yang wajib aku
miliki di sisa hidupku. Seminggu setelah pertemuan kedua, kita coba untuk saling tegur sapa.
Seperti biasa kau riang dan ceria menyapa untuk pertama kalinya, balasanku pun setimbal,
aku yang tadinya pendiam langsung ceria dihadapan mu. Harus ku akui kau adalah perubah
hidupku, semangat ku untuk hari esok, dan harapan ku untuk masa depan.
Sejak saat kita mulai tegur sapa, sejak itu juga kita berbincang dalam dunia maya. Saat
dimana nada notifikasi dari mu hadir di beranda layar sentuh ku, saat itu juga dengan segara
mungkin aku membalasnya. Berbincang tentang hari-hari mu adalah mimpi ku yang
terwujud. Ingin sekali rasanya berbincang tanpa henti, tapi itu mustahil, kau butuh istirahat
dan biarkan aku memikirkan apa yang harus ku lakukan hari esok untuk buatmu bahagia.
Sayangnya, kebahagian yang selalu kudambakan, sirna sudah. Kau berubah dari sikap dan
cara tegur sapamu. Ada yang salah dengan ketikan kata-kata mu dilayar sentuh itu. Berbada
tak lagi sama. Aku bertanya, salah ku apa, berfikir untuk merubah sikapku. Rupanya kau
sedang bersandiwara untuk mendapatkan empatiku. Caramu begitu indah, ketika hati sudah
ku mantapkan untukmu, nyatanya kau luluhkan begitu saja. Bunga yang ku berikan untukmu
kau layukan tanpa rasa bersalah. Semenjak saat itu ku camkan dalam benakku bahwa kau
bedabah yang tak pantas untuk diingat. Semenjak saat itu ku rubah cara hati untuk mencintai.
Semenjak saat itu juga bekas luka yang kau buat, jadi sejarah untuk ku ingat.