ّس
ؾ ْي َر َبا ؽ وا ٍد ِإ ْي ِه ِإ َ ْى ز ِح ْي ٌم
ْ ٍ
َّ ٌز ؾ ل ف ز َم
ُ غا
ال ّن ا غ َل ل ف
ل
Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia
tentangVaksin
”Sesungguhnya
Fatwa Covid-19
Allah hanyadarimengharamkan
Sinovac Life Sciences Co. Ltd.
bagimu China
bangkai,
darah, daging babi, dan binatang yangdan PT. Bio
(ketika Farma (Persero)
disembelih) disebut|
(nama) selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa dalam keadaan
terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan
tidak (pula) melampui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang”. (QS.
Al-Baqarah [2]: 173).
ل
ُّّـ
ا ل ىص ب
“Diharamk
an bagim
(memakan
) bangka
darah,
daging
babi,
(daging
hewan)
yang
disembelih
atas nam
selain
Allah, yan
tercekik,
yang
dipukul,
yang jatuh
yang
ditanduk,
dan yan
diterkam
binatang
buas,
Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia
Fatwa tentangVaksin Covid-19 dari Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
َ dan PT. Bio Farma (Persero)| 3
k َ dua kulah, ٌ َّ ّـmaka tidak
م ِ ق إ ممُل َاوواد ج ِإ ِل ء ي،ما إال
untuk
e َ mengandung ْ
ًطػح ُ د
c )َ َّال هو نخ ذا ما ح ه
kotoran/najis.” melaksana
ت يأ َ at-Tirmidzi, an-
u Dawud, kan
ما غ داkarena
“Berobatlah, ح َغً أ ِبيIbnu Majah dari
a ل ّْ Nasai, sarananya
l ًٌما Allah ً ً ص ءtidak َنmembuat لkecualiAbdullah
penyakit َ ْ َ َ ُ Ibnu Umar. َ ُ
i ْن زًم membuat ِم يلا ْلَا أpulaHadis أ ما مini dianggap ب ح ِ ه
اـو ى
ِ “Katakanlah Tiadalah aku shahih َتال ْ َ oleh Ibnu
ً obatnya
أ َ بـselain ُ ْ satuHuzaimah, ا ب “Perbuata
y قا أperoleh dalam penyakit, wahyu ء
yaitu yang al-Hakim,
yang
a diwahyukan
يkepadaku ْ َ pikundan ) ي ّ Ibnu
ل ِ ه ِ Hibban).
n
َ
ًِ مsesuatu yang ىdiharamkan (tua)”. ِـ ََْ و غت
ِ
hanya
إ اٍزوًب dengan
Daud ْهdari Usamah َّ ل ا “Sesungguhnya perbuatan
g َْ bagi orang bin yang hendak
ب ِلط
ير س لل َ ت ح
air tidak ada itu suatu
memakannya, kecuali
ر ب ًم ػ sesuatu yang perintah
s ب kalau َ makanan ٍ ِ َ itu بى
ه ا سyang ِ م menajiskannya, wajib
ا bangkai, ا ءdarah
e ِ
m
“Allah tidak
س ر مه ن
menurunkan kecuali jika menjadi
mengalir, ُ atau suatu penyakit ، ي دkecuali
daging berubah bau,
sempurna
p ٍ babi, ة هmenurunkan karena
و
(pula)ؾ
rasa
maka
dan perbuatan
a ؽ obatnya.”
susungguhnya) semua وitu ا ه warnanya”. tersebut
kotor, atauَ binatang
t Bukhari اdari Abu
“Rasulullah yang ال SAW ditanya Ibnu Majah dari hukumnya
و وHurairah).
k
disembelih َ atastentang nama يtikusْ yang jatuhAbi Umamah al- wajib”.
ا selain Allah. َصىْ ُ قاBarang ke dalam ظkeju.ْ لBeliau SAWBahili). ْ
a ل غ
ِ ط غ َّ ال
m
yang ا ٍم
dalam
ف
keadaan
menjawab: ” ائJika اkeju itu3. َّ ًم الّـ س ف ؼ
u غ
terpaksa (قmemakannya)
ّل ًييkeras (يpadat), buanglah ِ ّـ
sedang َّل واهـia ئ tidak د
"Mencegah
ا أبىدـ
menginginkannya ِ ل ذفtikus
ػ
sekitarnya, dan
itu
وdan makanlah
dan keju lebih ْ utama
m
( اووpula) ل dari pada
ف
e ٍ
tidak ِهىmelampaui (sisa) اkeju tersebut; menghilangk
ء
n د ً د غmaka ْ وsesungguhnya
batas, namun ًبjika keju itu cair, n" ُ
Tuhanmu أو زmakaMaha مjanganlah kamu ُ ؼ
y أبي َ ى ا صً
e ف Pengampun,َ ا
ا لد memakannya” Maha ا ا
ح “Kemudaratan harus َأ
Penyayang.” Ahmad dari Abu
m اد ز طHurairah). ه ل dihilangkan”.
b ِ [6]: ز َْ ْ
)ء ط َِّل ْ و
e ئ 2. ال م َ
“Allah ٍ ِـوفوللد ى غtelah
l
َّ ّـ ل
menurunkan َّ ُ ّـ لى
i َ ة ّ ي ش س ِبال
ًَو ُ ََِْْل penyakit وا ْ لdan obat,
h ن ٍ
ّئ ا serta افمmenjadikan َ
َم ْ ْ ؼ ا ل ض َس ِ ز
n ى ْ
y ز
ؼ اوهءء
ؼي obat ىbagi لsetiap ي ِء أ م ّ ا ْ ل ػا
ِ ما penyakit; ظ maka, َ ٌ م ِ
a َّ غ ْ َ ى ب س
, ّل َ ً َلدضح berobatlah :حا ىل dan ِ "Memikul/
ا
ب ٍض ل janganlah لberobat َ menanggu
ّلءار َ ج ِ ج ل ئ ا ط
dو
ح dengan benda yang ِ ِ ng
لد haram.” م
ل ُ
a ن ظ ِه
ؾ ؾ
،و Daud َ dari
وا Abu "Perintah
kemadhar
n
Darda).”
ا ه خ tan
ُ ادغا ًْب
)َسأصة
( terhadap
ْف ِ ِق yang
d ف َّإ إ َ ح ه
i ى ْ َ ْ َ ّـ َّ ب sesuatu
tertentu
h صل ثأ با ج
ى juga
a ٌ َ ه َ ش demi
ّ . ن
) واه َ ا.
r mencegah
ز ه berarti
a َأ و (timbulny
m ز َ ل perintah )
ح
Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia
Fatwa tentangVaksin Covid-19 dari Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
dan PT. Bio Farma (Persero)| 4
k
e
m
a
d
h
a
r
a
t
a
n
y
a
n
g
m
e
r
a
t
a
"
َ
لا ُء
َ َ ُْـ ْ َ َ ُ َّ ُ ّـ ََّ ّـ
وال طػ، ل ى ن ها:817] ف ال غ ل ي ِه [ص،ا ل ِري ج ِ ط ه ال ىجاط ت
َ َ ل
وال،ُم َها ٌؿ ِلب خا
َ َ َ ْ َ َّ ْ َ ّـ َّ ّـ ْ ْ َ
ـ ف ِئ، ل ِم يا ِه ا ْل صا وا ل ِب َر ِك ا ل ِتي ب ي ن م ن ت وا ْل ًِد ى ت،ٍزح َها
َ َ َّ ّـ َّ ّـ ،ِو ِؼ
ن ال ىجاط ت إ ذا
ْ َ
خا لطذ م ثل ذ ِلو ا
ُ ّ َ ُ َ َ َ َ ُ ّ َ ُ َ ًـ َ
وال زٍحا ل ْم ج ى ِ جظ ه، وال طػ ًما،لا ِء ف ل ْم حؿ ِي ْر ل ه ل ْى ها
“Dari Abi Umamah, dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tidak ada
yang membuat najis air, kecuali yang merubah bau dan
rasanya”. Ulama lain berpendapat bahwa hadis yang
diriwayatkan Ibnu Abbas (yang mengatakan: sesungguhnya air
tidak ada yang menajiskannya, pent) merupakan hadis yang
global (mujmal) yang perlu penafsiran dari hadis lain. Artinya,
bisa saja air (sedikit) menjadi najis jika tercemplung di
dalamnya sesuatu yang najis, walaupun tidak berubah warna,
rasa, dan baunya. Kecuali (tidak menjadi najis) jika air yang
tercemplung barang najis tersebut (banyak), dan tidak kalah
warnanya, rasanya, dan baunya, seperti air pabrik dan sumur
yang ada di daerah antara makkah dan Madinah. Alasannya
karena barang najis jika tercampur dengan air seperti itu dan
tidak berubah warna, rasa, dan bau maka barang najis itu tidak
membuat air tersebut menjadi najis”.
e. Pendapat al-Qasthalani dalam kitab Irsyadu al-Sari (7/96)
yang menjelaskan bahwa berobat karena sakit dan menjaga
diri dari wabah adalah wajib:
ص
بظب ب ما ً ُبل ًم مط س أو ًض ػفهْم ًم م َس ض وأم َس ه ْم مؼ بأخ ِر
ٍ ِ
ذل و ْ همُ ْ
ُّ ُ َ
ً ودى ذلو غلى وح ْى ِب الحر ِزغـ،الحر ِز ِلئال ٌؿفلىا ف َيه ج ُم غل يه ُم الػدّـو
َ ْ َّ ّـ َّ
و ِم َ ً زّـم غ ِلم أ ن الػال َج بالدوا ِء وِال حترا شغـ،حمي ِؼ اْلضا ِّـزاـْلظىىه ِت
ًِ الىبا ِء
َ ُّ
ـ،وال خحـّـس ش غً الجلىض جح ذ الجدا َزاـْلائل واحب
(Dan tidak mengapa kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika
kamu mendapat suatu kesusahan karena hujan atau karena
kamu sakit) (al-Nisaa:102). Di dalam ayat ini adanya
keringanan untuk meletakkan senjata saat para pasukan
terbebani dengan bawaan, seperti dalam keadaan basah kuyup
kehujanan atau karena sakit. Meskipun demikian mereka tetap
harus waspada terhadap musuh. Ayat tersebut juga
menunjukkan wajibnya menjaga kewaspadaan dari segala
bahaya yang akan datang. Dari sinilah difahami bahwa berobat
dengan obat dan menjaga diri dari wabah penyakit serta
menghindari dari duduk-duduk di bawah dinding yang miring
adalah wajib.
2. Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Imunisasi;
3. Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penggunaan Mikroba
Dan Produk Mikrobial dalam Produk Pangan;
4. Fatwa MUI Nomor 45 Tahun 2018 tentang Penggunaan Plasma
Darah Untuk Bahan Obat;
5. Laporan dan Penjelasan Hasil Audit Tim Auditor LPPOM MUI
bersama Komisi Fatwa MUI ke Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
dan ke PT. Bio Farma (Persero) tentang proses produksi dan
bahan yang merupakan titik kritis sebagai berikut:
a. Vaksin diproduksi dengan platform virus yang dimatikan.
b. Fasilitas produksi hanya digunakan untuk produksi vaksin
Covid-19.
c. Produksi vaksin mencakup tahapan penumbuhan Vero Cell (sel
inang bagi virus), penumbuhan virus, inaktifasi virus,
pemurnian (purifikasi), formulasi dan pengemasan.
d. Sel vero merupakan sel diploid yang digunakan sebagai inang
virus. Sel ini diperoleh dari sel ginjal kera Hijau Afrika (African
Green Monkey) dari hasil penelitian tahun 1960an dan
terbukti aman untuk berfungsi sebagai inang virus dan telah
disetujui oleh WHO.
e. Media pertumbuhan Vero Cell dibuat dari bahan kimia, serum
darah sapi, dan produk mikrobial. Produk mikrobial yang
digunakan berasal dari mikroba yang ditumbuhkan pada
media yang terbuat dari bahan nabati, bahan kimia, dan bahan
mineral.
f. Terdapat penggunaan tripsin dan beberapa enzim lainnya
dalam tahap produksi dan pemurnian. Enzim yang digunakan
ini merupakan produk mikrobial dimana mikroba
ditumbuhkan pada media yang terbuat dari bahan nabati,
bahan kimia, dan bahan mineral.
g. Tidak ada penggunaan bahan turunan babi dan bahan yang
berasal dari bagian tubuh manusia pada seluruh tahapan
proses produksi.
h. Dalam penyiapan media untuk produksi pada skala 1.200 liter
ditambahkan air murni sebanyak 1 076 liter. Selain itu, pada
tahapan formulasi, juga ditambahkan air murni sebanyak 930 –
940 liter per 1 000 liter hasil formulasi vaksin.
i. Kemasan primer produk yang digunakan terbuat dari kaca dan
karet.
6. Pendapat peserta rapat Komisi Fatwa pada tanggal 8 Januari 2021,
yang menyimpulkan bahwa:
a. Vaksin Covid-19 produk Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China
dan PT. Bio Farma (Persero) dalam proses produksinya:
1) tidak memanfaatkan (intifa’) babi atau bahan yang
tercemar babi dan turunannya.
2) tidak memanfaatkan bagian anggota tubuh manusia (juz’
minal insan).
3) bersentuhan dengan barang najis mutawassithah, sehingga
dihukumi mutanajjis, tetapi sudah dilakukan pensucian
yang telah memenuhi ketentuan pensucian secara syar’i
(tathhir syar’i).
4) menggunakan fasilitas produksi yang suci dan hanya
digunakan untuk produk vaksin covid-19.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 27 Jumadil Awal 1442 H
11 Januari 2021 M
Mengetahui,
DEWAN PIMPINAN
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua Umum Sekretaris Jenderal