Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perdarahan postpartum merupakan penyebab penting kematian

maternal khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan perdarahan postpartum adalah grandemultipara, jarak

persalinan yang pendek kurang dari 2 tahun, dan persalinan yang dilakukan

dengan tindakan pertolongan kala III sebelum waktunya, pertolongan

persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan

narkosa.

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum

hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat

implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau

keduanya ( Wiknjosastro H, Saifuddin 2002).

— Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam

kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami

perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi

dalam waktu 4 jam setelah melahirkan ( Wiknjosastro H, Saifuddin AB,

Rachimhadi T, 2002).

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan usia resiko

tinggi dengan kejadian perdarahan post partum di ruang VK bersalin RSUD

dr. M. Soewandhie Surabaya. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan

pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua ibu nifas yang bersalin di

1
Ruang VK bersalin di RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya pada bulan

Januari 2016 sampai dengan maret 2017 yang berjumlah 1840 responden

dan jumlah sampel penelitian 182. Sampel diambil secara sistematik random

sampling, alat ukur menggunakan lembar pengumpul data. Penelitian

dilakukan uji Chi-Square diperolehX2 hitung (0,00) kurang dari á (0,05)

maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan antara usia resiko

tinggi dengan perdarahan post partum. Kesimpulannya terdapat hubungan

antara usia resiko tinggi dengan kejadian perdarahan post partum di Ruang

VK Bersalin RSUD Dr. Moch. Soewandhie Surabaya.

Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian perdarahan postpartum. Jenis penelitian Observasional Analitik

metode case control dengan pendekatan retrospektif. Sampel 80 dengan 40

sampel kasus dan 40 sampel kontrol. Analisis bivariate Chi-Square, dan

analisis multivariat Regresi logistik berganda. Hasil analisis bivariat

terdapat tiga variabel yang memiliki hubungan dengan perdarahan

postpartum yaitu paritas (þ-value=0,042, OR=0,351), oksitosin drip (þ-

value =0,002, OR=8,222) dan anemia (þ-value =0,016, OR=4,846). Bidan

diharapkan berhati-hati dalam memberikan asuhan persalinan ibu bersalin

yang memiliki faktor risiko perdarahan postpartum.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada Ibu Nifas dengan

Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum

hemorrhage) di RS Putra Waspada Tulungagung

2
1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan

objektif pada kasus Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum

Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)

2) Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan

kebutuhan Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum Sekunder /

lambat (late postpartum hemorrhage)

3) Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus

dilakukan bidan dari kasus Ibu Nifas dengan Perdarahan Post

Partum Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)

4) Mengidentifikasi rencana tindakan segera untuk kasus Ibu Nifas

dengan Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late

postpartum hemorrhage)

5) Menyusun rencana tindakan untuk kasus Ibu Nifas dengan

Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum

hemorrhage)

6) Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan Ibu Nifas dengan

Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum

hemorrhage)

7) Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan

kebidanan pada Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum

Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)

3
8) Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kesenjangan

antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan pada Ibu Nifas

dengan Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late

postpartum hemorrhage)

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi institusi

a. RS Putra Waspada

Asuhan Kebidanan ini dapat digunakan sebagai masukan

dalam melaksanakan asuhan kebidanan di RS Putra Waspada,

Tulungagung dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas

b. Stikes Karya Husada Pare Kediri

Karya Tulis ini dapat menjadi bahan acuan dan bacaan

untuk meningkatkan pengetahuan, sebagai bahan masukan dan

penambahan sumber-sumber bagi instansi pendidikan mengenai

kasus Ibu Nifas

1.3.2 Bagi pengguna (customer)

a. Mahasiswa Stikes Karya Husada Pare Kediri

Karya Tulis ini dapat menjadi bahan acuan dan bacaan untuk

menambah informasi serta meningkatkan pengetahuan bagi

mahasiswa Stikes Karya Husada Pare Kediri maupun pembaca

lainnya tentang kasus Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum

Sekunder / lambat (late postpartum hemorrhage)

4
b. Bagi Profesi Bidan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan panduan bagi tenaga kesehatan bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan serta meningkatkan profesionalisme

tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Dari Sumber Pustaka

2.1.1 Pengertian Haemoragic Post Partum (HPP)

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi

dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum

dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan sekunder

(Manuaba, 1999).

Perdarahan post partum didefinisikan sebagai hilangnya

500 ml atau lebih darah setelah anak lahir. Pritchard dkk mendapatkan

bahwa sekitar 5% wanita yang melahirkan pervaginam kehilangan

lebih dari 1000 ml darah.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-

600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena

retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam

kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta

lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah

lebih dari 500 ml dalam 24 pertama setelah lahirnya bayi (Williams,

1998).

HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama

atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

6
2.1.2 Epideiologi

Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi

potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering

menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas (Wiknjosastro H,

Saifuddin AB, Rachimhadi T, 2002). Kadang-kadang plasenta tidak

segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga

secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio

plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan

plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan

pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6

menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan

untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi,

menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.

Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah

pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran

perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan

tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi

kehilangan darah yang sangat banyak.

Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh

persalinan. Berdasarkan penyebabnya:

1.Atoni uteri (50-60%).

2.Retensio plasenta (16-17%).

3.Sisa plasenta (23-24%).

7
4.Laserasi jalan lahir (4-5%).

5.Kelainan darah (0,5-0,8%).

2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi perdarahan postpartum :

1. Perdarahan post partum primer / dini  (early postpartum

hemarrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retention

plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Banyaknya terjadi

pada 2 jam pertama.

2. Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum

hemorrhage), yaitu-perdarahan yang terjadi setelah 24 jam

pertama.

2.1.4 Etiologi Perdarahan Post Partum Sekunder / lambat (late postpartum

hemorrhage)

1) Tertinggalnya sebagian plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir

selama 1 jam setelah bayi lahir.

Penyebab retensio plasenta :

a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat

dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :

a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua

endometrium lebih dalam.

8
b) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan

menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.

c) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus

miometrium sampai ke serosa.

d) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus

serosa atau peritoneum dinding rahim.

b. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum

keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi

pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala

III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta

inkarserata). Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan

terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas

maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk

segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar

karena kandung kemih atau rektum penuh.Oleh karena itu

keduanya harus dikosongkan.

2) Subinvolusi di daerah insersi plasenta

Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti

pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari

penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan

gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6

minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam

abdomen/ pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali

gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu ke bentuk

9
lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke

bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap

bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu

pascapartum sangatlah perlu dicurigai terjadi kasus subinvolusi.

Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang diperkirakan.

Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi

jika ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang

tidak teratur, atau perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.

3) Dari luka bekas seksio sesaria

Hal-hal yang dicurigai akan menimbulkan perdarahan pasca

persalinan.Yaitu;

1. Riwayat persalinan yang kurang baik, misalnya:

1) Riwayat perdarahan pada persalinan yang terdahulu.

2) Grande multipara (lebih dari empat anak).

3) Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).

4) Bekas operasi Caesar.

5) Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.

2. Hasil pemeriksaan waktu bersalin, misalnya:

Persalinan/kala II yang terlalu cepat, sebagai contoh setelah

ekstraksi vakum, forsep.

1) Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion,

kehamilan kembar, anak besar.

2) Uterus yang kelelahan, persalinan lama.

10
3) Uterus yang lembek akibat narkoba.

4) Inversi uteri primer dan sekunder.

2.1.5 Patofisiologi

Untuk membuat diagnosis perdarahan postpartum perlu

diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia.

apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam

keadaan syok. perdarahan postpartum tidak hanya terjadi pada mereka

yang mempunyai predisposisi, tetapi pada setiap persalinan

kemungkinan untuk terjadinya perdarahan postpartum selalu ada.

Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes.

Perdarahan yang deras biasanya akan segera menarik perhatian,

sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes

karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian.

Perdarahan yang bersifat merembes bila berlangsung lama akan

mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk menentukan

jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir harus

ditampung dan dicatat.

Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina,

tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya

diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar.

Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan

pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum,

pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.

11
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus,

sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan

lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus berkontraksi

dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan

pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan

pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya

robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta.

2.1.6 Manifestasi Klinis

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah

dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea

berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok

hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri:

- Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek

dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan

postpartum primer)

- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah

rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,

gelisah, mual dan lain-lain)

12
b. Robekan jalan lahir

- Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar

mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik,

plasenta baik.

- Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.

c. Retensio plasenta

- Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,

perdarahan segera, kontraksi uterus baik

- Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat

traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan

lanjutan

d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput

(mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan

segera

- Gejala yang kadang-kadang timbul: uterus berkontraksi baik

tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

e. Inversio uterus

- Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi

massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir),

perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.

- Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan

pucat

13
2.1.7 Pencegahan dan Penanganan

Cara  yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan

post partum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara

lega artis. Apabila persalinan diawasi oleh seorang dokter spesialis

obstetrik dan ginekologi ada yang menganjurkan untuk memberikan

suntikan ergometrin secara IV setelah anak lahir, dengan tujuan untuk

mengurangi jumlah perdarahan yang terjadi.

Penanganan umum pada perdarahan post partum :

1. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).

2. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan

aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan).

3. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan

(di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4

jam berikutnya (di ruang rawat gabung).

4. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.

5. Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

dihadapkan dengan masalah dan komplikasi.

6. Atasi syok.

7. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,

lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan

infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan permenit.

8. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan

robekan jalan lahir.

14
9. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

10.Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan.

11.Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

2.2 Kajian Dari Jurnal Penelitian

2.2.1 Usia Resiko Tinggi Dan Perdarahan Post Partum

Usia beresiko tinggi ibu hamil berada pada kelompok usia

<20 tahun dan  35 tahun, dimana pada usia tersebut alat reproduksi

tidak berkembang sempurna untuk perkembangan seorang bayi.

Sarwono P., (2013) menyebutkan bahwa semua wanita dalam masa

reproduksi terutama kelompok berusia resiko lebih rentan terjadinya

perdarahan post partum yaitu mereka yang hamil di bawah 20 tahun

dan di atas 35 tahun. Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah

20 tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan post partum

yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan

pada usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi wanita belum berfungsi

secara sempurna, sedangkan di atas 35 tahun fungsi reproduksi wanita

sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal

sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan

terutama perdarahan akan lebih besar. Perdarahan pasca persalinan

yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang

melahirkan pada usia di bawah 20 tahun 25 kali lebih tinggi dari pada

perdarahan pasca persalinan yang terjadi usia 20-29 tahun.

Pada usia >35 tahun seorang akan mengalami penurunan

kondisi fisik akibat penuaan, manifestasi utama dari proses penuaan

15
adalah menurunnya fungsi organ dan sistem tubuh diantaranya sistem

otot, saraf, kardiovaskuer, endokrindan reproduksi. Hal ini juga sama

dengan pendapat tentang hubungan antara paritas dengan kejadian

atonia uteri adalah uterus yang telah melahirkan banyak anak

cenderung terjadi atonia uteri (Devroey, 2008).

Seiring dengan bertambahnya umur wanita maka fungsi

organ reproduksi juga menurun. Fungsi organ reproduksi terutama

uterus dimana otot uterus harus berkontraksi maksimal sesaat setelah

plasenta lahir agar tidak terjadi perdarahan. Selain itu adanya

peningkatan jumlah penyakit degeneratif pada kehamilan dengan usia

tua seperti pre eklampsi, hipertensi, diabetes mellitus akan menambah

risiko komplikasi pada saat persalinan. Kehamilan di usia muda

memiliki risiko yang lebih tinggi, fungsi organ dan kematangan sel

telur yang belum maksimal potensial mengalami persalinan dengan

premature, plasenta previa, abortus, preeklampsi, kondisi ini pun

berisiko lebih besar terjadinya perdarahan. Angka kejadian usia

perdarahan post partum di usia 20-35 tahun pada penelitian ini adalah

sebanyak 132 orang (83,01%) yang menunjukan bahwa angka

kejadiannya lebih rendah dibanding usia <20 atau >35 tahun, sesuai

teori bahwa pada persalinan 20-35 tahun resiko perdarahan akan lebih

sedikit dibanding dengan persalinan pada usia <20 atau >35 tahun.

Tingginya angka kejadian ini bisa saja terjadi disebabkan oleh faktor

lain misalnya oleh riwayat kehamilan dan penanganan persalinan pada

ibu bersalin tersebut tidak sesuai APN terutama penanganan pada

16
MAK III, sehingga pada usia ibu antara <20 dan >35 tahun pada

kenyataanya masih menunjukan angka yg masih tinggi.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Perdarahan Postpartum

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 34

ibu yang bersalin dengan paritas berisiko (1atau >3) sebanyak 12

(35,3%) mengalami perdarahan postpartum, dan yang tidak

mengalami perdarahan postpartum sebanyak 22 kasus (64,7%),

sedangkan dari 46 ibu yang bersalin dengan paritas tidak berisiko (2-

3) mengalami perdarahan postpartum sebanyak 28 kasus (60,9%) dan

yang tidak mengalami perdarahan sebanyak 18 kasus (39,1%).

Hasil Uji Chi-Square Test menunjukkan bahwa nilai p

value = 0,042 < dari nilai α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa

terdapat hubungan antara paritas dengan perdarahan postpartum di

RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2015. Hasil penelitian ini

didukung oleh teori Manuaba (2009) yang mengatakan bahwa paritas

2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan

postpartum. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai

angka kejadian perdarahan postpartum lebih tinggi. Pada paritas yang

rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan

yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil

dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,

persalinan dan nifas. Sedangkan pada paritas tinggi (lebih dari 3),

fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan

terjadi perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar.

17
Cunningham (2010) mengatakan bahwa paritas tinggi

merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan

postpartum. Paritas lebih dari 4 mempunyai risiko lebih besar untuk

terjadinya perdarahan postpartum karena otot uterus lebih sering

meregang sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi

lebih lemah.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sari

(2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara paritas

dengan perdarahan postpartum (p-value 0,027 dan OR = 3,040) yang

artinya Ibu dengan paritas beresiko (1 dan >3) memiliki resiko 3 kali

lebih besar terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan ibu

dengan paritas tidak berisiko (2 dan 3).

Berbeda dengan Friyandini, Lestari, dan Utama (2015) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

perdarahan postpartum primer dan sekunder dengan paritas dengan

nilai p=0,953 yaitu p>α (α=0.05). Dalam penelitian ini terdapat

hubungan antara paritas dengan perdarahan postpartum akan tetapi

hasil OR=0,351, OR < 1 menunjukkan bahwa paritas bukan

merupakan faktor penyebab perdarahan postpartum, hal ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu paritas bukan

merupakan faktor langsung yang menyebabkan perdarahan

postpartum, selain itu sebagian besar responden pada penelitian ini

berada pada paritas tidak berisiko (2-3) dengan angka 57,5%.

18
2.3 Tinjauan Menejemen 5 Langkah Askeb

2.3.1 Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokus pada klien.

b. Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney:

1) Pengumpulan data dasar secara lengkap

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan

akurat dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

secara keseluruhan. Untuk memperoleh data dilakukan dengan

cara:

a) Data subjektif / anamnesa

Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain.

Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas.

Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga

mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.

Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang

dianut.

Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh

keterangan atau dalam memberikan informasi mengenai suatu

hal dengan menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan

19
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah ibu terlalu lelah dalam

pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh.

b) Data objektif

1) Keadaan Umum : Bagaimana keadaan pasien

2) Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien

Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien

Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien

Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien

c. Pemeriksaan fisik

Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.

Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.

Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva. Hidung : untuk

mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan di

hidung.

Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.

Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan

normal.

Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan

kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis.

Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan puting,

cairan yang keluar dan hiperpigmentasi areola. Abdoment:

untuk mengetahui pembesaran abdomen,

bekas luka, dan leopold.

20
Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda

infeksi dan pengeluaran pada vagina.

Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.

Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya

varices.

c) Pemeriksaan penunjang laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat

kelainan saat pemeriksaan.

2) Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data

dasar yang telah dikumpulkan diidentifikasikan sehingga

ditemukan masalah atau masalah yang spefisik.Interpretasi data

terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa

kebutuhan.

a) Diagnosa kebidanan

Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan.Dasar diagnosa tersebut adalah data

subjektif berupa pernyataan pasien tentang rasa nyeri pada

saat menstruasi, akibat rasa nyeri pada aktifitas, waktu rasa

nyeri terjadi.Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum,

fisik, dan ginekologi serta hasil pemeriksaan

21
penunjang.Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data

penunjang.

b) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman

klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai

diagnosis.Masalah dapat muncul tapi dapat pula tidak.Hal ini

muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan keadaan

yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap klien

atau tidak.

c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang

didapatkan dengan melakukan analisis data.Kebutuhan yang

muncul setelah dilakukan pengkajian.Ditemukan halhal yang

membutuhkan asuhan, dalam hal ini klien tidak menyadari.

3) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau

masalah yang telah diidentifikasi.Bidan dituntut untuk tidak

hanya merumuskan masalah tetapi juga merumuskan tindakan

antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak

terjadi.Sehingga langkah ini merupakan langkah yang bersifat

antisipasi yang rasional atau logis.Diagnosa potensial pada ibu

22
hamil dengan hiperemesis gravidarum terjadi dehidrasi dan

penurunan berat badan.Oleh karena perlu adanya tindakan yang

dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.

4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera

dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta

melakukan rujukan terhadap penyimpangan

abnormal.

5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh

Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.Rencana harus

mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek

kesehatan dan disetujui oleh kedua belah pihak (bidan dan klien).

6) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara

efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan

tindakan intervensi, bidan menganalisa dan memonitor keadaan

kesehatan pasiennya.

7) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

23
tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses

evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai mengapa proses

penatalaksanaan efektif / tidak efektif serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

2.3.2 . Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

1) Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis sebagai langkah pertama.

2) Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah kedua.

3) Analisa

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

a) Diagnosis atau masalah

b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial

c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /

kolaborasi dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV

4) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

24
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dari rujukan.

25
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subjektif

Anamnesa dilakukan oleh : Siti Mustikah Di : RSPW

Tulungagung

Tanggal : 26 Februari 2020 Pukul : 09.00 WIB

3.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. I

Umur : 40 tahun Umur : 42 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ Bangsa :

Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan :- Penghasilan :-

Alamat : Kedungwaru Alamat : Kedungwaru

3.1.2 Keluhan utama

Ibu mengeluh mengalami perdarahan sejak tanggal 25-02-2020 jam

18.00 WIB, banyak, 1 softek penuh dan perut bagian bawah terasa

nyeri. kemudian ibu pergi ke RSPW, dating tanggal 26-02-2020 jam

09.00 WIB. Ibu telah melahirkan pada tanggal 19-02-2020 jam 03.30

WIB di Bidan secara normal

26
3.1.3 Riwayat menstruasi

 Menarche : 13 tahun

 Siklus menstruasi : 28 hari (teratur/tidak teratur)

 Lama : 7 hari

 Banyaknya darah : ± 50cc (1 pembalut penuh)

 Konsistensi : encer

 Dysmenorhoe : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah

menstruasi)

 Flour albus : Ya/tidak (sebelum/selama/sesudah

menstruasi)

Warna: bening Bau: tidak berbau Gatal: Tidak

 HPHT : 17 – 05 - 2019

 HPL : 24 – 02 - 2020

3.1.4 Status Perkawinan

 Kawin : 1 kali

 Lama kawin : 22 Tahun

3.1.5 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Suami Kehamilan Persalinan Nifas Anak


No. KB Ket
ke Umur Penyul penol jenis Temp penyul penyul L/P BB/PB menyusui H/M
1 1 9 bln - Bidan Normal BPM - - L 3000/49 Ya H T 20
th
2 1 9 bln - Bidan Normal BPM - - L 3200/50 Ya H T 14
th
3 1 9 bln - Bidan Normal BPM - - P 3500/50 Ya H T 8 th

4 1 9 bln - Bidan Normal BPM Plasent - L 4200/50 Ya H T 1


tidak mg
lahir

27
3.1.6 Riwayat Kehamilan Sekarang

 Hamil yang ke :4

 Umur kehamilan : 39 minggu

 Gerakan anak pertama kali dirasakan : 4 bulan

 Gerak anak sekarang : aktif

 Selama hamil, memeriksakan kehamilannya di BPM 6 kali

 Imunisasi TT dimana BPM 1 kali Hamil 5 bulan

 Keluhan yang dirasakan selama hamil ini mudah lelah

3.1.7 Riwayat persalinan sekarang

Ibu merasakan mules dan mengeluarkan lendir darah tanggal 18-02-

2020 jam 20.00 WIB, ibu datang ke bidan pukul 23.00 WIB, ibu

datang sudah pembukaan 3, bayi lahir tanggal 19-02-2020 jam

03.30 WIB dengan bayi Laki-laki berat 4200 gram dan panjang 50

cm, ari-ari tidak lahir setelah 30 menit dan bidan merujuk pasien ke

RS

3.1.8 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : Tidak

Dari pihak siapa :-

b. Penyakit keturunan : Tidak

Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

28
c. Penyakit lain dalam keluarga : Tidak

Dari pihak siapa: -

Jenis penyakit :-

3.1.9 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : Tidak ada

 Penyakit menurun : Tidak ada

 Penyakit menular : Tidak ada

3.1.10 Latar belakang budaya dalam keluarga

 Kebiasaan/upacara adat istiadat : Tidak ada

 Kebiasaan keluarga yang menghambat : Tidak ada

 Kebiasaan keluarga yang menunjang : Tidak ada

 Dukungan dari suami : Ada

 Dukungan dari keluarga yang lain : Ada

3.1.11 Pola kebiasaan sehari-hari

1. Pola Nutrisi

a. Selama hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi

nasi, sayur, lauk dan buah. Minum 8-9 gelas sehari dengan

air putih.

b. Setelah melahirkan : Makan 3 kali sehari dengan porsi

nasi, sayur, lauk dan buah. Minum 8-9 gelas sehari dengan

air putih.

29
c. Keluhan yang dirasakan : tidak ada

2. Pola Eliminasi

a. Selama hamil : BAK 6-7 kali sehari warna

kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari

warna kecoklatan, bau khas,

b. Setelah melahirkan : BAK 6-7 kali sehari warna

kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan. BAB 1 kali sehari

warna kecoklatan, bau khas,

c. Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

3. Pola istirahat tidur

a. Selama hamil : Tidur 8-9 jam per hari

b. Setelah melahirkan : Tidur 8-9 jam per hari

c. Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

4. Pola Aktivitas

a. Selama hamil : Mengerjakan pekerjaan rumah,

memasak

b. Setelah melahirkan :-

c. Keluhan yang dirasakan : Tidak ada

5. Perilaku Kesehatan

a. Penggunaan obat/jamu/rokok, dll selama hamil : tidak

b. Penggunaan obat/jamu/rokok, dll setelah melahirkan: tidak

30
3.1.12 Sistem Psikososial

a. Fase taking in

Ibu merasa senang dengan kelahiran anak nya, untuk aktivitas

sehari-hari ibu dibantu oleh suami dan anaknya untuk mengurus

rumah dan merawat bayinya, ibu merasa terbantu dan senang

b. Fase taking hold

Ibu sudah mulai bisa mrawat bayinya sendiri tanpa bergantung

pada suami dan anak, akan tetapi untuk pekerjaan rumah masih

dibantu oleh keluarga dan ibu memberikan ASI kepada bayinya

c. Fase letting go

d. Fase post partum blues

3.2 DATA OBJEKTIF

3.2.1 Riwayat Persalinan Sekarang

Kala I

Ibu merasakan mules dan mengeluarkan lendir darah tanggal 18-02-

2020 jam 20.00 WIB, ibu datang ke bidan pukul 23.00 WIB, ibu

datang sudah pembukaan 3.

Kala II

Ibu melahirkan tanggal 19-02-2020 jam 03.30 WIB dengan bayi

Laki-laki berat 4200 gram dan panjang 50 cm,

31
Kala III

Setelah 30 menit plasenta tidak lahir spontan, kemudian ibu di

rujuk ke RS pada tanggal 19-02-2020 jam 04.00 WIB dan tiba di

RS jan 04.10 WIB. Di RS dilakukan manual plasenta oleh dokter

 dan dinyatakan bersih.

Kala IV

Taa. perdarahan ±200 cc, kontraksi uterus baik, TFU 2 jr bawah

pusat. Tanggal 20-02-2020 perdarahan berkurang dan normal, ibu

diperbolehkan pulang.

3.2.2 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 TD : 120/80 mmHg

 Suhu : 36,5 0C

 Nadi : 80 x/menit

 RR : 20 x/menit

 BB (sebelum hamil) : 48 kg Sekarang : 56 kg

 TB : 160 cm

 LILA : 24 cm

3.2.3 Pemeriksaan Khusus

a. INSPEKSI

a. Kepala : Bersih

b. Muka : Kelopak mata : Normal

32
Conjungtiva : Merah Muda

Sklera : Putih

c. Mulut dan gigi : Bibir : Lembab

Lidah : Bersih

Gigi : ada karies

d. Hidung : Simetris : Simetris

Sekret : Tidak ada

Kebersihan : bersih

e. Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening: Tidak

ada

f. Dada : Simetris : simetris

Pembesaran payudara : Tidak ada

Hiperpigmentasi : ada

Papila mammae : menonjol

Keluaran : ASI

Kebersihan : Bersih

g. Perut : Pembesaran

: tampak lebih besar

Bekas luka operasi : Tidak ada

Linea : Tidak ada

Striae : Tidak ada

Pembesaran lien/ liver : Tidak ada

33
h. Anogenetalia : Vulva vagina warna : Merah muda

Luka parut : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Keluaran : Tidak ada

Hemorroid : Tidak ada

Kebersihan : Bersih

i. Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

b. PALPASI

 Leher : Pembesaran vena jugularis

: tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

pembesaran

Pembesaran kelenjar getah bening : tidak

ada pembesaran

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran : ASI

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

TFU : 4 Jari dibawah pusat

Kontraksi uterus : Lembek

Kandung kemih : kosong

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak

34
3.2.4 Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium :-

 Foto :-

 Lain-lain :-

3.3 ANALISA/DIAGNOSA:

NY “S” P4004, nifas 8 hari dengan perdarahan sekunder/ late Hemorrhagi

Post Partum

3.4 INTERVENSI

1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang dilaksanakan.

2. Berikan Motivasi kepada ibu agar tetap bersemangat dan mendekatkan

diri kepada Allah SWT

3. Lakukan Inform Concent tentang tindakan kuret yang akan dilakukan

oleh dokter.

4. Persiapan kuretage yang akan dilakukan oleh dokter

5. Persiapan Pasien

6. Tindakan Kuretage oleh dokter

7. Lakukan Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi

8. Lakukan Observasi 2 jam post curetage

9. Jadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal 4 Maret 2020

atau apabila ada keluhan segera ke petugas kesehatan terdekat

10. Lakukan pendokumentasian

35
3.5 PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa ibu

mengalami perdarahan sekunder sehingga membutuhkan perawatan

lebih lanjut, ibu kooperatif dan bersedia menerima perawatan dan

tindakan lebih lanjut

2. Memberikan Motivasi kepada ibu agar tetap bersemangat dan

mendekatkan diri kepada Allah SWT, Ibu merasa termotivasi dan

bersemangat dengan kondisinya sekarang

3. Melakukan Inform Concent tentang tindakan kuret yang akan

dilakukan oleh dokter, Ibu dan suami telah menandatangani informent

concent untuk dilakukan tindakan curetage

4. Menyiapkan kuretage yang akan dilakukan oleh dokter, membantu

menyiapkan alat dan obat untuk tindakan kuretage

5. Menyiapkan Pasien, Membantu pasien dalam posisi Litotome,

Memasang Oksigen dan memasang Infus RL 20 tetes/menit, dan

memberikan terapi sesuai perintah dokter

6. Melakukan tindakan kuretage oleh dokter, Telah dilakukan kuretase

(tanggal 26-02-2020, jam 10.00 WIB), Terdapat sisa plasenta sedikit

7. Melakukan Kolaborasi dengan dokter Untuk memberikan terapi,

dokter memberikan obat analgesik dan antibiotik, ibu memdapatkan

terapi sesuai advise dokter

36
8. Melakukan observasi perdarahan dan tanda-tanda vital sampai 2 jam

post kuretase. (Tanggal 26-02-2020 Jam 12.00 WIB Perdarahan

berhenti, TD 120/90 mmHg, Nadi 84 x/menit, Pernapasan 24 x/menit).

9. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal 04 Maret

2020 atau apabila ada keluhan segera ke petugas kesehatan terdekat

10. Melakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan

3.6 EVALUASI

Tanggal : 26 Februari 2020

Pukul : 12.00 WIB

1. Ibu mengatakan bahwa nyeri yang dirasaknnya sudah berkurang dan

darah yang keluar sedikit.

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa TD 120/90 mmHg,

Nadi 84 x/menit, Pernapasan 24 x/menit

3. Memberikn KIE tentang Gizi Seimbang dan Personal Hygiene, ibu

memahami penjelasan bidan dan dapat mengulanginya kembali

4. Memberitahu ibu agar minumobat secara rutin dan teratur, Ibu

bersedia minum obat rutin

5. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi pada

tanggal 4 Maret 2020 atau apabila ada keluhan segera ke petugas

kesehatan terdekat

37
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. “S” P4004 dengan

late HPP di RS Putra Waspada Tulungagung dengan menggunakan alur

pikir 7 langkah varney, didapatkan:

1. Pengkajian data

Pengkajian data terlaksana dengan baik karena adanya kerjasama

yang baik antara pasien dengan petugas

2. Identitas masalah

Berdasarkan hasil anamneses, data subyektif maupun obyektif

muncul diagnosa: P4004 dengan late hpp dalam praktek sudah

dikatakan adanya indikasi untuk melakukan kuretase terhadap

adanya sisa plasenta. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perdarahan

postpartum sekunder dapat disebabkan oleh adanya sisa plasenta,

dan perlu untuk dikeuarkan sisa plasenta tersebut dengan

melakukan tindakan kuretase.

3. Antisipasi masalah potensial

Dalam pengkajian data didapatkan masalah potensial yaitu syok

hipovolemik dan anemia. Hal ini sesuai dengan teori yang ada,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang

ada.

4. Mengidentifikasi kebutuhan segera

38
Asuhan kebidanan pada ibu dengan late hpp ada tindakan

kebutuhan segera, yaitu menghentikan perdarahan dan pemenuhan

cairan dan elektrolit.

5. Menyusun rencana asuhan kebidanan

Adapun rencana asuhan yang akan dilakukan atau diberikan karena

klien sebagai asuhan kebidanan sesuai dengan teori yang ada,

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang

ada.

6. Implementasi

Rencana asuhan yang telah disusun semua telah diberikan /

dilakukan pada Ny. “S” P4004 dengan late hpp, yaitu :

1) Memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

2) Melakukan pemasangan infus

4) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan adanya sisa

plasenta

5) Melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan kuretase

6) Melakukan observasi perdarahan, tanda-tanda vital

7) Melakukan observasi lokasi uterus dan derajat kontraktilitas

uterus.

7. Evaluasi

Setelah semua rencana sudah dilakukan maka ditemukan

keberhasilan dalam melakukan asuhan, dan tidak ditemukan

perbedaan antara teori dan praktek karena semua rencana yang

telah disusun sudah dilakukan pada klien.

39
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.1 Kesimpulan

Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan

dalam memberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan

dapat membangun hubungan saling percaya antar klien dengan bidan.

2. Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa,

masalah, dan kebutuhan klien yang sesuai.

3. Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan

jika ada kerja sama yang baik dengan klien.

4. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan

disadarkan pada perencanaan tindakan yang disusun.

5. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan Praktek RS Putra Waspada

Tidak sedikit kasus Late HPP. Hal tersebut perlu perhatian lebih

dari tenaga kesehatan khususnya yang berhubungan dengan

obstetric ginekologi. Pemahaman pada masyarakat lebih awal

untuk mengenali tanda gejala perlu diberikan secara jelas sehingga

tidak sampai terjadi komplikasi yang lebih parah lagi, seperti syok

hipovolemik.

40
5.2.2 Bagi Stikes Karya Husada Pare Kediri

Agar menambah jumlah buku sumber khususnya materi tentang

Perdarahan Post Partum untuk melengkapi referensi dalam

penyusunan selanjutnya.

5.2.3 Bagi Penulis

Agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi pengetahuan

tentang masa nifas sehingga kedepannya dapat memberikan asuhan

yang komprehensif dan meningkatkan pelayanan berkualitas.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian dan mampu

mengaplikasikan ilmu serta teori yang telah di dapat serta bisa lebih

baik dari peneliti sebelumnya

41

Anda mungkin juga menyukai