“Gingival Enlargement”
Diterjemahkan Oleh:
Zukhruf Ibrahim
19100707360804050
1
MODUL 2
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan dan dipresentasikan Laporan Makalah Case Based Discussion yang
berjudul “Gingival Enlargement” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada
Modul 2.
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Case Based Discussion yang berjudul
“Gingival Enlargement” ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi Kepaniteraan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu drg. Maulida Hayati, M. Kes selaku
Akhir kata penulis berharap semoga makalah CBD ini dapat bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
gingiva ≤ 2 mm, tidak ada eksudat dan tidak mudah berdarah (Mamede dkk,
2001).
Salah satu keadaan patologis gingiva yang sangat mengganggu estetika dan
fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement)
(Pramitasari dkk, 2013). Pembesaran gingiva didefinisikan sebagai pertumbuhan
jaringan gingiva yang tidak normal. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk
gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal (Turkkahraman dkk,
2005). Gingival enlargement bisa bersifat sementara, maupun menetap, inflamasi
gingiva/gingiva yang bersifat kronis bisa berkembang menjadi gingival
enlargement yang bersifat permanen. Gingival enlargement ditandai dengan
penambahan ukuran gingiva dan dapat menimbulkan efek negatif berupa
gangguan fungsi (Suryono, 2014).
Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan kondisi gingival
enlargement adalah faktor estetika walaupun sebenarnya aspek kesehatan jaringan
pendukung gigi dan mulut juga mengalami gangguan. Gingival enlargement di
daerah papilla interdental, kontur gingiva yang menebal dan membulat, perasaan
tidak nyaman, penampakan morfologi mahkota gigi yang terkesan tidak baik
menjadikan permasalahan utama yang harus ditangani agar penampilan dan
fungsinya menjadi optimal (Suryono, 2014).
Gingivektomi diindikasikan pada pembesaran gingiva yang tumbuh
berlebih, jaringan yang fibrosis dan poket supraboni (Chapple, 2002). Penelitian
menunjukkan adanya faktor lokal sebagai pemicu terjadinya kekambuhan pada
proses penyembuhan setelah dilakukan gingivektomi (Iwan dan Izzatul, 2005).
Kontrol plak yang tidak optimal menyebabkan terjadinya penumpukan bakteri
plak supragingiva yang menimbulkan keradangan pada gingiva didekatnya.
Keradangan yang terjadi menyebabkan terjadinya kekambuhan atau pembesaran
gingiva, oleh karena itu selama masa penyembuhan diperlukan oral hygiene yang
baik (Iwan dan Izzatul, 2005; Shahrohisham dan Widowati, 2005)
5
BAB II
ISI
6
Gingival enlargement dengan menggunakan kriteria letak dan penyebarannya,
dapat digambarkan seperti berikut (Carranza dkk, 2006) :
Terlokasi : Terbatas pada gingiva di dekat satu gigi atau sekelompok gigi
Umum :Melibatkan gingiva diseluruh mulut
Marginal :Terbatas pada gingiva marginal
Papilar :Terbatas pada papila interdental
Difusi :Melibatkan marginal, attached gingiva dan papila
Terbatas :Tonjolan terilosasi atau pelebaran seperti tumor yang tidak merata
Intensitas gingival enlargement menurut Mc Graw index yang ditetapkan
berdasarkan catatan Cheklis yang dipantau pada masing- masing pasien dengan
ketentuan sebagai berikut (Ghafari, 2010) :
Grade 0: Tidak ada gingival enlargement (dengan margin tipis)
Grade 1: Gingival enlargement hanya pada papila interdental
Grade 2 :Gingival enlargement menutupi sekurang-kurangnya sepertiga mahkota
gigi (dental crown)
Grade 3:Gingival enlargement menutupi lebih dari sepertiga mahkota gigi
(dentalcrown)
7
(misalnya bulu sikat gigi, pecahan biji apel, bagian cangkang lobster atau
kepiting) yang tertanam kuat kedalam gingiva (Carranza dkk, 2006).
8
1. Pembesaran gingiva karena inflamasi
Gingival enlargement merupakan hasil dari proses inflamasi akut atau
kronis, dimana kondisi inflamasi kronis lebih umum ditemukan (Carranza dkk,
2006). Stadium awal pembesaran ini adalah berupa pembesaran berbentuk
pelampung yang mengelilingi gigi yang terlibat. Pembesaran bisa bertambah besar
sehingga menyelubungi sebagian mahkota gigi. Distribusi pembesaran pada
papila marginal lokalisata dan generalisata (Daliemunthe, 2008)
a. Akut
Gingival enlargement inflamasi akut berasal dari bakteri yang terbawa
jauh kedalam jaringan ketika substansi asing seperti bulu sikat gigi, sepotong serat
apel, atau pecahan cangkang lobster tertekan ke gingiva (Carranza dkk, 2006)
Gingival enlargement inflamasi akut ada dua tipe yaitu abses gingiva dan abses
periodontal. Abses gingiva merupakan lesi yang terlokalisir disertai nyeri yang
timbulnya biasanya secara tiba-tiba dan disebabkan oleh terbawanya bakteri jauh
masuk ke dalam jaringan. Abses periodontal adalah inflamsi dengan puluren yang
terlokalisir pada jaringan periodontal yang disebabkan perluasan inflamasi dari
saku periodontal, penyingkiran kalkulus yang tidak tuntas, atau perforasi akar gigi
saat perawatan endodonti (Daliemunthe, 2008)
9
Gambar 2. Abses periodontal
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abses-periodontal/5757/2)
b. Kronis
Pada gingival enlargement inflamasi kronis tampak pembengkakan sedikit
pada marginal dan interdental gingiva yang disebabkan oleh penumpukan plak
pada daerah tersebut. Faktor-faktor yang menyababkan penumpukan dan
akumulasi plak adalah OH yang buruk, iritasi oleh keadaan yang tidak normal,
restorasi yang buruk, dan piranti orthodonti (Carranza,dkk, 2006). Distribusinya
bisa diinterproksimal atau pada gingiva bebas atau gingiva cekat. Lesi bertangkai
ini lambat perkembangannya dan biasanya tidak disertai nyeri sakit. Lesi ini
mengecil secara spontan disertai eksaserbasi dan berlanjut pembesaran. Kadang-
kadang terjadi ulserasi yang disertai nyeri sakit yang hebat pada lipatan antara
masa bertangkai dengan gingiva yang berdekatan (Daliemunthe, 2008)
10
2. Pembesaran gingiva karena obat-obatan
Gingiva enlargement yang terjadi merupakan kombinasi dari pertambahan
ukuran karena obat- obatan dan komplikasi inflamasi karena bakteri. Pertumbuhan
mulai berupa pembesaran pada papila interdental dan meluas ke marginal gingiva
fasial dan lingual. Gingival enlargement papila dan marginal menyatu, serta bisa
berkembang kelipatan jaringan besar yang mencakup bagian mahkota yang luas,
dan bisa mengganggu oklusi (Carranza dkk, 2006).
Secara umum gingival enlargement berkembang beberapa bulan
pemakaian terapi obat-obatan, biasanya menyeluruh. Gingival enlargement yang
terjadi karena obat-obatan dapat terjadi pada mulut yang bebas iritasi dan dapat
pula tidak terjadi pada mulut dimana iritasi lokal menumpuk (Daliemunthe, 2008).
11
jaringan menunjukkan adanya stimulasi langsung oleh phenytoin pada proliferasi
fibroblast “fibroblast like cell”. Fibroblas dari gingival enlargement yang
disebabkan oleh phenytoin secara in vitro terlihat meningkatkan sintesa matrik
non kolagen seperti glycosaminoglycan dan proteoglycan, dalam jumlah yang
lebih banyak dari matrik kolagen. Phenytoin dapat merangsang penurunan
degradasi kolagen sebagai akibat dari produksi kolagen fibroplastik yang inaktif
(Gehrig, 2008).
b) Cyclosporine
Gingival enlargement adalah salah satu komplikasi yang paling rumit
ditimbulkan akibat efek samping penggunaan cyclosporine. Penggunaan obat ini
mempengaruhi gaya hidup pasien dan dapat melemahkan fungsi saluran
pencernaan (Ghafari dkk, 2010)
Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena pemakaian obat-
obatan belum diketahui dengan jelas, gingival enlargement karena cyclosporine
menunjukkan terjadinya pengurangan degradasi kolagen yang menyebabkan
peningkatan jumlah fibroblast dan volume dari matrik ekstraseluler. Cyclosporin
menunjukkan adanya penekanan produksi antibodi terhadap antigen sel T. Sel
yang menjadi sasaran antara lain sel T-helper dan kemungkinan T-supresor.
Cyclosporine menekan respon imun seluler dengan memproduksi limpokin
(Carranza dkk, 2006).
Cyclosporine sangat cocok pada pasien yang telah menjalani transplantasi
jaringan maupun organ dan pengobatan penyakit autoimun. Penggunaan
cyclosporine secara klinis dilaporkan pada tahun 1978, sejak itu penggunaannya
telah meluas pada transpantasi ginjal, sumsum tulang, hati, kornea, jantung, paru-
paru. Ketika pasien menerima transplantasi organ, tubuh akan mencoba untuk
menolak transplantasi organ, maka cyclosporine akan bekerja mencegah respon
ini (Gehrig, 2008).
Gingival enlargement karena cyclosporine dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu pemakaian secara kombinasi, lama pemakaian, dosis cyclosporine,
usia, jenis kelamin, kontrol plak, oral higiene. Diperkirakan 25% pasien yang
menggunakan cyclosporine sebagai pengobatan sistemik mengalami gingival
enlargement (Dannewizt, 2007)
12
c. Nifedipine
Nifedipine merupakan obat vasodilator yang dipergunakan secara luas
pada perawatan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, angina pectoris,
ventricular arhytmias. Kerja utama dari nifedipine yaitu merelaksasikan otot-otot
polos pembuluh jantung dengan menghambat pergerakan kalsium melalui kanal
kalsium tanpa merubah konsentrasi kalsium dalam darah. Proses kontraksi dari
otot jantung dan otot polos pembuluh tergantung pada pergerakan ion kalsium
ekstraseluler ke dalam sel melalui kanal ion, dengan menghambat pergerakan
kalsium, nifedipine menghambat proses kontraksi yang selanjutnya akan
menyebabkan dilatasi arteri jantung dan keseluruhan tubuh (Gehrig, 2008)
Gingival enlargement yang dipengaruhi oleh obat nifedipine ditandai
dengan terjadinya peningkatan fibroblast gingiva dan matriks estraseluler jaringan
ikat, dengan berbagai tingkat peradangan kronis (Fernandes dkk, 2010). Efek
samping penggunaan nifedipine dapat menyebabkan gingival enlargement.
Gingival enlargement terjadi setelah 1 sampai 2 bulan pemberian nifedipine
dengan dosis 90 mg per hari. Mekanisme terjadinya gingival enlargement belum
dapat dipastikan, dari hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan level kalsium
intraseluler pada sel gingiva berperan penting akan terjadinya gingival
enlargement akibat penggunaan obat tersebut jika berkombinasi adanya inflamasi
gingiva (Gehrig, 2008).
Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :
a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental
yang diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah labial
dan lingual.
b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan lenting.
Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau licin dan
tidak mudah berdarah.
c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental
gingiva menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga
menutupi setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga
mengganggu fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).
13
3. Pembesaran Berkaitan dengan Penyakit Sistemik
Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik adalah :
a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan
permukaan yang berkilat.
b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel
(mudah tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau dengan
iritasi ringan.
c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan
gingiva membesar dan permukaan gigi terputus.
d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.
e. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s granulomatosis
berbentuk buah strawberry
f. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva cenderung
membesar secara merata dan berwarna kemerahan.
1) Pembesaran yang terkondisi
Pembesaran kondisional terjadi apabila kondisi sitemik pasien
memperhebat atau mengubah respon gingiva terhadap plak dental, dan
memodifikasi gambaran klinis dari gingivitis kronis yang terjadi. Perbedaan
bentuk perubahan gamabaran klinis pembesaran gingiva kondisional dari
gambaran klinis gingivitis kronis tergantung dari bentuk sistemik yang
memodifikasinya. Untuk memicu pembesaran kondisional diperlukan keberadaan
iritan lokal (Daliemunte, 2008).
a. Pubertas
Gingiva enlargement terlihat dikedua papila interdental dan marginal yang
ditandai dengan adanya tonjolan bulat pada papila interproksimal. Gingival
enlargement selama pubertas mempunyai ciri yang sama dengan penyakit
inflamasi kronis gingiva. Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan untuk
reproduksi. Periode masa pubertas biasanya usia 12-18 tahun. Pubertas terjadi
karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks seperti steroid seks.
Hormon steroid seks yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen dan
14
progesteron sedangkan pada laki-laki diproduksi adalah testosteron (Yassin,
2011).
Masa pubertas kadang-kadang dapat terjadi gingival enlargement, baik
pada laki-laki maupun perempuan, dan terjadinya pada daerah-daerah yang ada
iritan lokal seperti plak bakteri. Keparahan respon gingiva pada inflamasi yang
dihubungkan dengan peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan progesteron pada
perempuan dan testosteron pada laki-laki disaat masa pubertas. Hal ini terjadi
karena ketidak seimbangan hormon pada masa pubertas yang menimbulkan
perubahan permeabilitas dan peningkatan akumulasi cairan pada jaringan gingiva,
yang menimbulkan oedema dan gingival enlargementm dengan adanya plak
bakteri (Daliemunthe, 2008 ; Gehrig, 2008).
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena pubertas adalah
gambaran mikroskopik adalah bahwa peradangan kronis dengan edema menonjol
dan perubahan degeneratif yang terkait (Carranza dkk, 2006).
15
a. Lesi muncul seperti jamur, massa bulat pipih yang menonjol dari margin
gingiva atau lebih umum di ruang interproksimal.
b. Cenderung untuk memperluas lateral, dan tekanan dari lidah dan pipi
memerah. Warna kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus,
berkilau yang sering menunjukkan merah tua.
c. Lesi dangkal dan biasanya tidak menyerang tulang yang mendasarinya
(Carranza dkk, 2006).
16
Defisiensi vitamin C mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti gusi
mudah berdarah dan pembesaran jaringan gingiva. Pembesaran yang terjadi
karena defisiensi vitamin C merupakan respon akibat adanya plak bakteri.
Defisiensi vitamin C tidak menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan
edema pada jaringan ikat gingiva. Perubahan ini memodifikasi respon gingiva
terhadap iritan lokal sehingga reaksi terhadap pertahanan yang normal terhambat
dan inflamasi bertambah parah. Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan
inflamasi menyebabkan gingival enlargement yang mencolok (Yedriwati, 2006).
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena defesiensi
vitamin C adalah gingiva memiliki infiltrasi seluler kronis inflamasi akut dengan
respon dangkal. Ada daerah yang tersebar perdarahan, dengan membesar kapiler.
Ditandai menyebar edema, degenerasi kolagen, dan kekurangan fibril kolagen
atau fibroblas adalah temuan mencolok (Carranza dkk, 2006).
17
dengan permukaan yang berkilat. Konsistensinya agak padat, tetapi ada
kecenderungan menjadi friable (mudah tercabik), dan pendarahan yang terjadi
secara spontan atau dengan iritasi ringan.
Kadang-kadang bisa terjadi inflamasi ulseratif nekrosis akut pada celah
yang berbentuk antara perbatasan gingiva yang membesar dengan permukaan gigi
yang berbatasan. Pada leukemia lapisan inflamasi gingiva kronis simpel tanpa
keterlibatan sesl-sel leukemia dengan gambaran klinis dan mikroskopis yang
serupa dengan gambaran yang dijumpai pada pasien non leukemia. Kebanyakan
gingival enlargement yang disebabkan leukemia dijumpai sekaligus gambaran
inflamasi kronis simpel dan infiltrat. Gingival enlargement yang disebabkan
leukemia biasanya terjadi pada penderita leukemia akut, bisa juga terjadi pada
penderita leukemia sub akut. Lesi ini jarang sekali terjadi pada penderita leukemia
kronis (Daliemunte, 2008).
18
4. Pembesaran Neoplastik/Tumor Gingiva
Epulis adalah istilah yang digunakan secara klinis untuk menandai semua
tumor yang tersebar, dan massa seperti tumor yang berada di gingiva ini hanya
untuk menentukan lokasinya bukan untuk menerangkan tumor itu sendiri.
Kebanyakan lesi yang dirujuk sebagai ‘epulis’ adalah lebih kepada peradangan
dibandingkan dengan neoplastik. Tumor pada gingiva muncul dari jaringan ikat
gingiva atau dari ligamen periodontal. Tumbuhnya lambat, tumor berbentuk bulat
yang cendrung menjadi kenyal atau kuat, serta bernodul tapi cendrung menjadi
lunak dan mudah berdarah. Fibroma yang keras pada gingiva jarang terjadi.
Kebanyakan lesinya yang di diagnosa secara klinis sebagai fibroma adalah
gingival enlargement karena peradangan (Carranza,dkk, 2006).
5. Pembesaran Semu
False enlargement sebenarnya bukan dari jaringan gingiva tetapi mungkin
muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran di underlying osseous dan
jaringan gigi. (Carranza,dkk, 2006).
a. Lesi di bawah tulang
Enlargement di bawah tulang yang paling umum terjadi pada exostosis,
tetapi bisa terjadi pada fibrous dysplasia, cherubism, central giant cell
granuloma, osteoma, osteosarcoma.
b. Bawah jaringan gigi
Tahap erupsi gigi primer gingiva sudah menunjukkan distorsi marginal
disebabkan oleh superimposition yang menonjol dari enamel setengah gingiva
dimahkota (Yassin, 2011).
19
gingiva yang fisiologis (Daliemunthe, 2006). Keuntungan gingivektomi adalah
teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan
penglihatan baik, morfologi gingiva dapat diramalkan sesuai keinginan (Lies,
1997; Goldman dan Cohen 1980; Cohen, 1989)
20
permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah
direseksi disingkirkan.
5. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan
gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang
terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi inisial.
6. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan
aqudes atau larutan garam fisiologis.
7. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka
bedah ditutup dengan pembalut periodontal
21
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus
Seorang pasien wanita berusia 19 tahun datang ke RSGM dengan keluhan
gusi bengkak pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien menyadari keluhannya
ini sejak kecil akibat gigi bawah yang tidak rata. Pembengkakan tersebut
mengganggu penampilan ketika sedang tertawa dan tidak sakit. Pasien tidak
memakai kawat gigi dan tidak memiliki alergi terhadap obat. Sebelumnya pasien
belum pernah ke dokter gigi. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembesaran
pada regio 41 dan 42 dengan keadaan jaringan periodontal normal, warna coral
pink.
22
Riwayat Medis Umum : Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan, serta tidak ada riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut :
Menyikat Gigi
Interval :2 kali sehari
Waktu :Pagi sewaktu mandi dan sore sewaktu mandi
Gerakan :Horizontal
Yang disikat :Bagian vestibular dan oral
Pasta :Pepsodent
Obat kumur :Tidak ada
c. Pemeriksaan obyektif
Ekstra Oral
TMJ : Normal
Lympnode : Normal
Bibir : Normal
Intra Oral
Mukosa Lidah : Normal
Mukosa Palatum : Normal
Mukosa Pipi : Normal
Mukosa Bibir : Normal
Dasar Mulut : Normal
Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 44 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
23
Pemeriksaan kebersihan mulut
Debris Calculus
Kana
Ant. Kiri Total Kanan Ant. Kiri Total
n
Atas 2/- 0/- 2/- 4/- Atas 2/- 0/- 2/- 4/-
Bawa Bawa
-/2 -/1 -/2 -/5 -/2 -/1 -/2 -/5
h h
24
c. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik
d. OH pasien didapatkan sebesar 3,0 dimana berdasarkan Skor OHI level
kebersihan oral pasien adalah sedang
e. Pasien bisa datang dalam waktu yang telah disepakati
4. Gambar Pasien Sebelum Perawatan
5. Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesudah menegakkan diagnosis penyakit dan
setelah meramalkan prognosis. Perawatan yang diberikan dengan tiga kali
kunjungan
Kunjungan I (Fase inisial)
a. Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus
Index)
DI = Jumlah gigi seluruhnya
Jumlah total gigi yang diperiksa
CI = Jumlah permukaan gigi dengan calculus
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
OHI = DI + CI
b. Melakukan pengukuran gingiva index pada bagian distal, palatal, mesial dan
bucal pada rahang atas dan rahang bawah
GI = Jumlah seluruh gigi /4
Jumlah gigi yang diperiksa
c. Melakukan pengukuran Plaque Control Record
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
25
Jumlah Gigi x 4
d. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran gingiva.
e. Penskeleran kalkulus/karang gigi supragingival dan subgingival pada rahang
atas dan rahang bawah
f. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi untuk dilakukan tindakan
Kunjungan II (Fase Kuratif)
a. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
b. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran gingiva.
c. Melakukan tindakan Gingivektomi
Prosedur :
1) Dudukkan pasien di dental unit
2) Pemasangan celemek pada pasien
3) Operator cuci tangan terlebih dulu
4) Pemasangan masker + handscoon pada operator
5) Asepsis lapangan kerja dengan providone iodine
6) Anastesi interdental pada bagian mesial, distal gingiva yang akan dibedah
7) Bleeding point, dengan menggunakan pocket marker atau prob + sonde
dengan cara memasukkan bagian lurus kedalam saku sampai dengan dasar
saku, kemudian jepit sehingga terdapat titik-titik pendarahan pada bagian
vestibular. Pada perawatan ini operator menggunakan prob periodontal +
sonde untuk bleeding point.
8) Reseksi gingiva dengan menggunakan scalpel dengan blade no 15, insisi
dibuat 1 mm ke arah apikal dari bleeding point dengan membentuk sudut 450
ke permukaan gigi atau dapat juga digunakan pisau kirkland untuk bagian
vestibular, kemudian pada bagian interdental dengan pisau orban. Pada
perawatan ini operator menggunakan scalpel dengan blade no.15 dan orban
untuk reseksi gingiva.
26
9) Lakukan kuretase, dengan mata pisau mengarah ke gingiva, untuk
menyingkirkan jaringan granulasi dan sisa kalkulus subgingiva.
10) Irigasi dengan Nacl 0.9% + kompres dengan kassa hingga pendarahan
berhenti.
11) Keringkan daerah yang dibedah, pemasangan pack periodontal.
12) Intruksi pasca bedah, dimana pasien perlu diberi informasi yang lengkap
tentang cara-cara perawatan pascaoperasi. Berikut instruksi pasca bedah,
yaitu:
a) Hindari makan atau minum selama 1 jam.
b) Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c) Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d) Minumnlah obat yang telah diresepkan secara teratur sesuai anjuran.
Dimana penggunakaan obat analgesik bila anda merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari.
Gunakan obat kumur di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat
melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung
digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan
terlalu kuat di dalam mulut.
e) Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
f) Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
g) Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
13) Pemberian obat
27
a. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
28
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
29
Hasil pengukuran
RAHANG ATAS
30
Gambar 14. Pengukuran Plaque Control Record Kasus
Gambar 15. Pengukuran KS, CC, LA, KG, AG Rahang Bawah Kasus
5. Penskeleran kalkulus/karang gigi supragingival dan
subgingival pada rahang atas dan rahang bawah
6. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi
untuk dilakukan tindakan
4.2 Kunjungan II (Fase Kuratif)
1. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB)
31
Jumlah Gigi x 4
Hasil pengukuran:
Gambar 17. Pengukuran KS, CC, LA, KG, AG Rahang Bawah Kasus
32
(a)
Gambar 18. Asepsis Daerah Kerja
33
Gambar 20. Bleeding Point
8. Reseksi gingiva dengan menggunakan scalpel dengan blade no 15, insisi
dibuat 1 mm ke arah apikal dari bleeding point dengan membentuk sudut
450 ke permukaan gigi atau dapat juga digunakan pisau kirkland untuk
bagian vestibular, kemudian pada bagian interdental dengan pisau orban.
Pada perawatan ini operator menggunakan scalpel dengan blade no.15 dan
orban untuk reseksi gingiva.
(a) (b)
Gambar 22. Kuretase, (a) Penyingkaran Jaringan Granulasi dan (B) Penyingkaran Sisa Kalkulus
Subgingiva
34
10. Irigasi dengan Nacl 0.9% + kompres dengan kassa hingga pendarahan
berhenti.
12. Intruksi pasca bedah, dimana pasien perlu diberi informasi yang lengkap
tentang cara-cara perawatan pascaoperasi. Berikut instruksi pasca bedah,
yaitu:
1. Hindari makan atau minum selama 1 jam.
2. Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
3. Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
4. Minumnlah obat yang telah diresepkan secara teratur sesuai anjuran.
Dimana penggunakaan obat analgesik bila anda merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari.
Gunakan obat kumur di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat
35
melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung
digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan
terlalu kuat di dalam mulut.
5. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
6. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
7. Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
13. Pemberian obat
R/ Cataflam tab 50 mg No. X
S2dd tab I pc
R/Amoksisilin 500 mg No. XV
S3dd tab I pc
R/ Hexadol gargle 100 ml fls No.I
m.et.v
R/ Becom-C tab 500 mg No. V
S1dd
36
Gambar 25. Pengukuran Plaque Control Record Kasus
2. Melakukan pengukuran
kedalaman saku (KS), resesi ginggiva (CC), level attachment (LA),
kreatinized gingiva (KG), attached gingiva (AG) pada kasus
Hasil pengukuran:
Gambar 26. Pengukuran Kedalaman Saku (KS), (CC), (LA), (KG), (AG)
3. Dokumentasi pascaperawatan
37
Daftar Pustaka
38
Tahun 2011. Jakarta
Lies ZBS. 1997. Gingivektomi sebagai tindakan bedah prostetik (laporan kasus).
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. p. 295-301
Mamede RC., De Mello Filho FV. 2001. Ingestion of causatic substance and its
complications. Med J . Sao Paulo. Halaman 119:10-5.
Pramitasari YD., Andiyani NKM., Irlinda R. 2013. Survei Pendahuluan Karya
Tulis Ilmiah. Semarang: Bagian Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Prasetyo A dan Kasno. 2003. Patologi Rongga Mulut dan Traktus Gastro
Intestinalis. Semarang: Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
RD dan Granner E. 2006. Hereditary gingival fibromatosis. USA. J Periodontol.
Santoso Oedijani. 2013. Oral Medicine. Semarang: IP Gigi dan Mulut.
Shahrohisham dan Widowati W. 2005. The efficacy of chlorhexidine 0.2 % after
scaling in marginal gingivitis. Maj. Ked. Gigi (Dent. J). 38 (4). Halaman
173-175
Suryono. 2014. Bedah Dasar Periodonsia, Ed-1, Yogyakarta: Deepublish.
Turkkahraman H., Sayin MO., Bozkurt FY., Yetkin Z., Kaya S., Onal S.
2005. Archiwire ligination techniques, microbal colonization and
periodontal status in orthodontically tread patiens. Angel Orthod. Halaman
231-236.
Usri dkk. 2006. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut. Cetakan ke-3.
Bandung: Penerbit LSKI
Wahyukundari M. H. 2008. Perbedaan kadar matrix metaloproteinase-8 setelah
scalling dan pembentukan tetrasiklin pada penderita periodontitis kronis
departemen periodonsia fakultas kedokteran gigi universitas airlangga
surabaya.
Yedriwati. 2006. Kebutuhan Vitamin C dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan
Tubuh Dan Rongga Mulut. Dentika Dental Jurnal. Edisi 11. Halaman 78-
82.
39
40