Anda di halaman 1dari 3

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Syariah

Dosen : Bpk. Wahyu Junaedi S.E., M.S.A.

Tugas Transaksi yang Dilarang dalam Syariah

a. Penegertian Maysir

Maisir atau Judi artinya bertaruh, baik dengan uang atau benda. Dapat juga di sebut
sebagai suatu perbuatan mencari laba dengan jalan untung-untungan. Yaitu dengan cara
menerka dan mensyaratkan pembayaran lebih dahulu. Kalau terkaannya benar beruntunglah
orang yang nenerkanya, akan tetapi kalau terkaannya salah hilanglah uang pembayarannya
itu.

Perkataan Maisir bermaksud memperolehi sesuatu dengan mudah atau memperolehi


keuntungan tanpa usaha. Islam melarang semua bentuk urusniaga di mana keuntungan
kewangan diperolehi hanya berdasarkan nasib atau spekulasi dan bukannya dengan usaha
gigih untuk mendapatkannya.

Kata Maisir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan
sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa juga
disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam` yang berarti
perjudian.

Judi dalam terminologi agama diartikan sebagai "suatu transaksi yang dilakukan oleh
dua pihak untuk pemilikan suatu benda atau jasa yang mengguntungkan satu pihak dan
merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau
kejadian tertentu"

Kesimpulannya, kata al-maisir (perjudian) dari sisi bahasa mencakup dua hal:

1. Ia adalah usaha mendapatkan harta tanpa susah payah.


2. Ia adalah cara mendapatkan harta dan sebab menjadi kaya (berkecukupan)

Prinsip berjudi adalah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam mahupun hanya
berperan sedikit saja atau tidak berperan sama sekali, mengharapkan keuntungan semata
(misalnya hanya mencuba-cuba) di samping sebagian orang-orang yang terlibat melakukan
kecurangan, kita mendapatkan apa yang semestinya kita tidak dapatkan, atau menghilangkan
suatu kesempatan. Melakukan pemotongan dan bertaruh benar-benar masuk dalam kategori
definisi berjudi.

Dalam praktik maysir, pelaku atau peserta disyaratkan untuk melakukan pembayaran
terlebih dahulu kemudian dilakukan permainan untuk menentukan siapa yang menang dan
siapa yang kalah. Kemudian para pelaku dituntut untuk menerka. Jika terkaannya benar maka
beruntunglah ia, namun jika terkaannya salah maka ia akan kehilangan uang yang telah ia
bayarkan sebelumnya.

b. Pengertian Risywah

Risywah adalah istilah syar'i yang dikenal didalam syariat. Bisa juga dikatakan
risywah itu adalah bentuk praktik yang tidak  jujur, merampas hak orang lain. Para ulama
telah mendefinisikan risywah baik secara etimologi maupun terminologi.

Definisi risywah secara bahasa (etimologi) adalah suap-menyuap dalam bahasa arab
disebut dengan risywah. Sedangkan risywah dalam bahasa arab berasal dari kata kerja atau
fi'il dan masdhar ( kata jadian) dari kata kerja tersebut.

Definisi risywah secara istilah (terminologi) di dalam al mu'jam al wasit dijelaskan


bahwa makna risywah adalah "Apa saja yang diberikan ( baik uang maupun hadiah) untuk
mendapatkan suatu manfaat atau segala pemberian yang bertujuan untuk mengukuhkan suatu
yang haq".

Adapun menurut MUI risywah (suap) adalah pemberian yang diberikan oleh seorang
kepada orang lain atau penjabat , dengan maksud meluluskan sesuatu perbuatan yang batil
(tidak benar menurut syariah) atau membatilkan perbuatan yang hak.

Macam-Macam Risywah

Secara umum, jenis risywah dapat diklasifikasikan menurut niat pemberi risywah. Menurut
niatnya, risywah terbagi tiga yaitu :

1. Risywah untuk membatilkan yang haq atau membenarkan yang batil.

Risywah(suap) yang digunakan untuk membatilkan yang haq atau membenarkan yang
batil adalah suatu tindakan yang sangat merugikan orang lain dan dosa. Karena haq
itu kekal dan batil itu sirna. Praktik suap ini haram hukumnya, karena mengalahkan
pihak yang mestinya menang dang memenangkan pihak yang mestinya kalah.

2. Risywah untuk mempertahankan kebenaran atau mencegah kezaliman.


Banyak alasan mengapa seseorang harus melakukan risywah, salah satunya adalah
untuk mempertahankan kebenaran atau mencegah kebatilan serta kezaliman. Para
ulama' telah bersepakat mengenai hukum risywah yang sedemikian ini, karena
dilakukan untuk kebaikan dan untuk memperjuangkan hakyang mestinya diterima
oleh pemberi risywah.

3. Risywah untuk memperoleh jabatan atau pekerjaan.

Jabatan atau pekerjaan yang seharusnya diperoleh berdasarkan atas keahlian diri, akan
tetapi dalam praktiknya masih terdapat beberapa orang yang mendapatkannya dengan
cara-cara yang salah. Salah satunya dengan memberi suap kepada pihat terkait atau
kepada penjabat tertentu dengan tujuan untuk dinaikkan jabatannya atau untuk
mendapatkan perkerjaan.

Macam-Macam Bentuk Risywah

Risywah memiliki banyak macam sebagaimana dijelaskan para ulama seperti Ibnu Abidin
ketika mengutip kitab Al-Fath, mengemukakan empat macam bentuk risywah, yaitu :

1. Risywah yang haram atas orang yang mengambil dan yang memberikannya.
2. Risywah terhadap hakim agar dia memutuskan benar, karena dia pasti melakukan hal
itu.
3. Risywah untuk meluruskan suatu perkara dengan meminta penguasa menolak
kemudaratan dan mengambil manfaat.
4. Risywah untuk menolak ancaman atas diri atau harta.

Anda mungkin juga menyukai