Anda di halaman 1dari 2

Kayak gini, apa gue udah kelihatan siap buat hadepin dia untuk ke sekian kalinya?

"

Aku mematut diri di cermin melenggok-lenggokkan tubuh. Memperhatikan diriku sendiri mulai dari
atas sampai bawah. Dia pernah bilang suka rambutku saat kubuat sedikit curly. Tapi, karena aku
menemuinya bukan untuk menyenangkannya, maka sekarang aku hanya menyisir rambutku, kuberi
jepit putih berbentuk bunga di sebelah kiri.

Untuk pakaian, aku memakai blus putih yang bawahnya kumasukkan ke dalam celana jeans biru
muda. Terakhir, sneaker berwarna kuning berpadu dengan garis putih. Okay, aku sudah merasa
beneran fresh, dan siap untuk menemuinya. Kalaupun ini menjadi yang terakhir, setidaknya, aku
mau tinggalkan kesan yang baik. Jangan rusak pembelaan Tiara yang sudah super keren saat di
Bali. Aku harus bisa membuat Tiara bangga.

Dia memang enggak meminta apa pun, entah aku harus menerima Sangka lagi atau sebaliknya.
Tiara cuma bilang, "Keputusan apa pun yang lo ambil, gue tahu lo bisa mempertanggungjawabkan
itu dengan sangat baik, Dis."

Dipercaya sebegitunya dengan orang-orang sekelilingku, rasanya bangga sekaligus sedih. Karena
jika memang aku sekeren yang mereka katakan, apa kekerenanku ini hanya untuk terus
menghadapi masalah? Bukan untuk menikmati sesuatu yang membahagiakan.

Ya Tuhan, Dis, malu, dong. Kebahagiaanmu sudah banyak. Hanya karena masalah percintaan
belum beruntung, bukan berarti hidupmu langsung masuk kategori sial atau enggak bahagia.

"Okay. Sekarang gue siap."

Saat di perjalanan, aku kembali memastikan nama kafe yang telah kami sepakati. Jangan sampai
maps-ku menunjukkan arah yang salah cuma karena aku enggak konsen ketika ngetik alamat
tujuan.

Anda mungkin juga menyukai