“Rheumatoid Arthritis”
Disusun Oleh :
B. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan rheumatoid arthritis yaitu:
a. Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh sebesar 50%-60% dalam perkembangan RA. Apabila
ada riwayat keluarga yang terkena rheumatoin arthritis, maka beresiko tinggi
terkena rheumatoid arthrithis juga.
b. Usia
Biasanya rheumatoid arthritis timbul pada usia 40 – 60 th. Pada anak kecil bisa
juga terjadi biasanya disebut Juvenile Rheumatoid Arthrithis.
c. Jenis kelamin
Perempuan berisiko 2-3 kali lebih sering terkena rheumaoid arthritis daripada laki-
laki.
d. Merokok
Merokok dapat memicu peningkatan terkena rheumatoin arthritis
e. Hormon
C. Etiologi
Penyebab utama rheumatoid arthitis tidak diketahui secara pasti. Ada teori yang
dikemukakan mengenai penyebab RA, yaitu:
a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus
b. Autoimun
c. Metabolik
d. Endokrin
e. Faktor genetik seerta faktor pemicu
D. Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim –enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema. Proliferasi membran sinovial
dan akhirnya membentuk pannus. Pannus akan menghancurkan tulan rawan dan
menimbulkan erosi tulang dan akibatnya adalah hilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan otot.
F. Masalah Keperawatan
- Nyeri Akut
- Hambatan mobilitas fisik
G. Mind Map
H. Pengkajian
Data pengkajian pasien tergantung pada keparahannya. Data yang dapat dikaji
diantaranya sebagai berikut :
1. Aktivitas
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris
2. Kardiovaskuler
Raynaud atau kondisi ketika jari tangan / kaki terasa kebas atau mati rasa dan juga
dingin akibat suhu dingin atau stres. Ditandai dengan pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Makanan / cairan
- Ketidakmampuan untuk mengonsumsi makanan / cairan adekuat : mual,
anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah
- Penurunan berat badan
- Membran mukosa kering
4. Hygiene
Kesulitan untuk melakukan aktivitas perawatan pribadi
5. Neurosensori
Ada tanda kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan, adanya pembengkakan sendi simetris
6. Nyeri / kenyamanan
Fase akut dari nyeri
7. Keamanan
Kulit mengkilat, tegang, ada lesi pada kulit, ulkus kaki, kekeringan pada meta dan
membran mukosa
8. Integritas ego
Faktor-faktor stres akut/kronis misalnya : finansial, pekerjaan, ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang
lain)
9. Interaksi sosial
Interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain, perubahan peran
I. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi
Dilihat apakah ada pembengkakan, kemerahan
- Palpasi
Diraba apakah ada nyeri tekan
- Pemeriksaan ekstermitas
J. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak banyak berperan dalam diagnosis rheumatoid arthritis,
pemeriksaan laboratorium sedikit membantu untuk melihat prognasis pasien, seperti :
- Pemeriksaan LED akan meningkat
- Tes faktor ruma . biasanya positif pada lebih dari 75% pasien rheumatoid arthritis
terutama bila masih aktif.
- Trombosit menngkat
- Leukosit normal atau meningkat sedikit
- Tes aglutinasi lateks, menunjukan kadar IgG atau igM (faktor mayor dari
rheumatoid) tinggi
- Pemeriksaan sina-X dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosa dan
memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen dapat menunjuka erosi tulang dan
penyempitan rongga sendi.
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan rheumatoid arthritis :
1. Memberikan edukasi tentang penyakit terhadao klien dan keluarga. Edukasi yang
diberikan meliputi penyebab, tanda dan gejala, patofisiologi penyakit dan
prognosis penyakit, dsb.
2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi.
3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk melindungi
rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat reumathoid arthritis.
4. Rehabilitasi rehabilitasi
5. Pembedahan, pembedahan dilakukan jika berbagai cara telah dilakukan tidak
berhasil serta ada alasan yang cukup kuat.
Perawatan dan pengobatan tradisional juga bisa diberikan pada klien dengan
reumathoid arthritis, yaitu sebagai berikut :
1. Hindari faktor risiko seperti hiperaktivitas pada sendi, faktor cuaca dan pola
makan yang tidak sehat.
2. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, misalnya mealkukan senam
rematik
3. Kompres panas untuk mengatasi kekakuan dan kompres dingin untuk meredakan
nyeri
4. Melakukan relaksasi untuk mengurangi nyeri
5. Mengurangi dan menghindri makanan yang mengandung purin, seperti minuman
berakohol, daging, jeroan, bayam, kacang-kacangan.
6. Lakukan laitahan gerak sendi.
L. NCP
M. EBN
Penggunaan terapi panas permukaan pada tubuh dapat memperbaiki fleksibilitas
tendon dan ligamen, mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran
darah, dan meningkatkan metabolisme. Mekanismenya dalam mengurangi nyeri tidak
diketahui dengan pasti, walaupun para peneliti yakin bahwa panas dapat
menonaktifkan serabut saraf yang menyebabkan spasme otot dan panas tersebut dapat
menyebabkan pelepasan endorfin, opium yang sangat kuat, seperti bahan kimia yang
memblok transmisi nyeri. Secara umum peningkatan aliran darah dapat terjadi pada
bagian tubuh yang dihangatkan karena panas cenderung mengendurkan dinding
pembuluh darah, panas merupakan yang terbaik untuk meningkatkan fleksibilitas.
Syarifah Aini, 2010. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri
Pasien Rematik Di Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto Wilayah Kerja Puskesmas Air
Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang.