“Phlebitis”
Disusun Oleh :
B. Faktor risiko
a. Usia
Lansia beresiko lebih tinggi terkena phlebitis karenasistem imun pada lansia yang
semakin lemah dan struktur pembuluh daearh yang sudah tidak elastis atau
mengalami kekakuan pembuluh darah sehingga menyebabkan sulit untuk
dipasang terapi intravena. Pada anak-anak juga beresiko tinggi terjadi phlebitis
karena pembuluh darah yang kecil menyulitkan dalam pemasangan dan pembuluh
darah masih fragil sehingga mudah pecah dengan gerakan yang tidak terkontrol
hal ini dapat beresiko tinggi terjadinya phlebitis mekanik.
b. Gizi
Gizi yang kurang akan menyebabkan ketahanan tubuh menjadi lemah sehingga
bakteri mudah masuk dan mudah terjadi inflamasi.
C. Etiologi
Penyebab dalam patogenesis phlebitis antara lain :
a. Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan
b. Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi
c. Agen infeksius
a. Faktor Kimia
- PH dan osomolaritas cairan infus. Semakin tinggi osomolaris dan ph cairan
yang diberikan maka semakin tinggi juga risiko terjadinya phlebitis, hal ini
disebabkan mudah terjadinya kerusakan pada dinding vena.
- Partikel obat yang tidak terlarut sempurna dan menyebabkan mikropartikel
- Penggunaan materain kanul intravena
Kanul dengan bahan polivinil klorida atau polietilen berisiko tinggi untuk
terjadinya phlebitis. Sebaiknya menggunakan bahan silikon atau poliuretan
karena bersifat lentur, lebih thermoplastik dan permukaannya lebih halus
sehingga meminimalkan terjadinya iritasi
b. Faktor mekanik
- Lokasi penempatan kanula
Kanula yang dimasukan ada daerah lekukan sering mengakibatkan terjadinya
phlebitis mekanik
- Ukuran lumen dan elastisitas vena tempat pemasangan kanul intravena.
c. Faktor bakterial
- Teknik cuci tangan yang tidak tepat
- Kegagalan memriksa peralatan yang rusak
- Teknik asptik tidak baik
- Teknik pemasangan kanul intravena yang buruk
- Kanula terpasang terlalu lama
- Tempat suntik jarang diinspeksi visual.
D. Patofisiologi
Phebitis disebabkan akibat komplikasi pata terapi intravena dan merupakan radang
akut dimana terjadi respon dari tubuh terhadap cedera sel dan menyebabkan sirkulasi
didaerah yang terkena infeksi menjadi lambat dan mengakibatkan leukosit pergeseran
ke bagian perifer dan mengakibatkan ppergeseran pada pembuluh darah. Hal tersebut
terjadi akibat adanya sinyal kemotaktis dan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
endhotelium pembuluh sehingga menyebabkan kebocoran protein dan terjadi
pengeluaran zat-zat kimia dalam tubuh dan menyebabkan peradangan.
Pasien yang terpasang infus wajib dikaji secara rutin terkait kemungkinan terjadi
flebitis. Area yang dikaji meliputi area atau tempat penusukan infus. Ada dua
instrumen yang dianjurkan digunakan sebagai pengkajian flebitis adalah The Phlebitis
Scale (Infusion Nurses Society, 2006) dan Visual Infusion Phlebitis / VIP (Jackson
1998)
a. The Phlebitis Scale : skala ini menggunakan skala derajat 0 - 4 instrumen ini
terbukti cepat mudah dan dapat digunakan dalam prakteik keperawatan
b. Visual Infusion Phlebitis : alat ini merupakan alat yang valid dan realiabel untuk
menentukan apakah sebaiknya infus tetap terpasang atau harus dipindah.
J. NCP
Diagnosa NOC NIC
Risiko infeksi d.d Keparahan Infeksi Kontrol Infeksi
prosedur invansif Selama proses - Cuci tangan seblum dan
keperawatan keparahan sesudah kegiatan
infeksi berkurang dengan perawatan pasien.
kriteria hasil : - Pakai sarung tangan
- Kemerahan dari berat sebagaimana dianjurkan
menjadi ringan oleh kebijakan
- Nyeri berkurang pencegahan universal
- Demam berkurang - Ganti IV perifer dan
- Suhu stabil tempat saluran
penghubung serta
balutannya sesuai
dengan pedoman CDC
saat ini
- Pastikan penanganan
aseptk dari semua
saluran IV
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Menejemen Nyeri
cidera biologis Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian
keperawatan 4x24 jam nyeri yang
tingkat nyeri pasien komprehensif
berkurang dengan kriteria - Ajarkan metode
hasil : farmakologi yang
- Nyeri yang dipakai pasien saat ini
dilaporkan berkurang untuk menurunkan
dari nyeri berat nyeri
menjadi ringan - Ajarkan teknik non
- Panjang episode nyeri farmakologi
berkurang - Beriksn individu
- Pasien dapat penurunan nyeri yang
menunjukan ekspresi optimal dengan
tidak menahan nyeri alagesik
- Kolaborasi dengan
Kontrol Nyeri pasien, orang
Setelah dilakukan tindakan terdekatbdan tim
keperawatan 4x24 jam kesehatan lainnya
nyeri dapat dikontrol oleh untuk memilih dan
pasien dengan kriteria mengimplementasikan
hasil : tindakan penurun nyeri
- Pasien dapat non farmakologi, sesuai
melaporkan nyeri kebutuhan.
yang terkontrol Pemberian Analgesik
- Pasien dapat - Tentukan lokasi,
menggunakan karakteristik, kualitas
analgesik yang dan keparahan nyeri
diberikan sebelum mengobati
- Pasien dapat pasien
menggunakan - Tentukan pilihan obat
menggunakan analgesik berdasarkan
tindakan tipe dan keparahan
pengurangan nyeri nyeri
tanpa nalgesik - Kolaborasikan denga
dokter apakah obat,
dosis , rute pemberian
atau perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik
- Ajarkan tentang
penggunaan analgesik.
K. EBN
Penelitian kompres aloe vera dilakukan di China oleh Zhang, et al. (2014)
membuktikan bahwa Aloe vera bermanfaat untuk pencegahan dan penatalaksanaan
flebitis. Penelitian lain juga melaporkan bahwa dengan mengompres Aloe vera dan
campuran gliserin dan magnesium sulfat dapat menurunkan derajat flebitis. Hasanah,
2017 dalam Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.1, Maret 2017, hal 24-31
berjudul Menurunkan Derajat Flebitis Akibat Terapi Intravena pada Anak dengan
Kompres Aloe Vera: Studi Pilot
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31795/Chapter%20II.
pdf?sequence=4&isAllowed=y
- http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/56892/Rozy%20Yud
ha%20Yudistira_1.pdf?sequence=1
- http://eprints.ung.ac.id/5000/5/2013-1-14201-841409013-bab2-
30072013023148.pdf