Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting yang harus
dipelajari oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan. Di samping itu, Fisika adalah
ilmu mengenai alam, yang mempelajari unsur-unsur dasar pembentuk alam semesta,
gaya-gaya yang bekerja didalamnya, dan akibat-akibatnya, mencakup rentang yang
luas, dari partikel sub-atom pembentuk semua materi sampai kelakukan alam semesta
sebagai suatu kesatuan kosmos. Fisika merupakan sarana penunjang yang juga dapat
dipergunakan secara praktis untuk permasalahan sehari-hari. Russefendi mengatakan
bahwa, mempelajari Fisika dapat membentuk pribadi siswa yang mempunyai sifat
kreatif, kritis dan berpikir logis, ilmiah, jujur, hemat, disiplin, tekun,
berprikemanusiaan, mempunyai sifat keadilan sosial, dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa dan Negara (E.T Russefendi, 1982:16)
Untuk pembentukan pribadi siswa yang baik salah satu hal dapat dilakukan
melalui pembelajaran materi-materi fisika kepada siswa melalui proses pembelajaran
di sekolah. Setiap proses pembelajaran mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut akan tercapai apabila ada kerjasama antar beberapa komponen, diantaranya:
guru, siswa, materi pembelajaran, metode, media, evaluasi dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru merupakan orang yang bertanggung
jawab membawa murid pada suatu taraf kematangan tertentu. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran guru harus berusaha menempuh berbagai cara seefektif mungkin
demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran fisika di sekolah seperti di sekolah
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik itu secara internal maupun faktor eksternal.
Salah satu aspek penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fisika adalah
dengan menggunakan strategi atau metode yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran merupakan kesesuaian antara
karakteristik materi dan karakteristik siswa baik secara psikologis maupun jasmani.
Untuk itu, diperlukan keahlian dari seorang guru dan keterampilan dalam
menentukan strategi serta metode yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran
(Rudi Budiman: 1999:1).

1
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap, dan pengelolaan
kelas (Trianto 2010:51).
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang
pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010:53).
Model pembelajaran akan sangat membantu seorang guru dalam penyampaian
materi sehingga terciptanya aktivitas belajar yang baik di kelas dan meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai suatu tujuan. Motivasi akan memberikan keinginan dan
dorongan maksimal Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan
untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain,
motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang
mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh
kesuksesan dalam kehidupan. (Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008:20)
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Hal tersebut
didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan. Tindakan yang digerakkan
oleh suatu sebab yang datang dari dalam individu disebut tindakan yang bermotif
intrinsik, sedangkan tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari
luar diri individu disebut tindakan yang bermotif ekstrinsik (Oemar Hamalik,
2001:17)
Selain itu, untuk mencapai motivasi siswa yang tinggi dan tujuan pembelajaran
seorang guru harus berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah disusun berdasarkan kurikulum yang sedang dijalankan. RPP adalah
rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu
didalam kurikulum/silabus. Dengan bantuan RPP yang telah disusun akan menjadi
acuan serta pedoman bagi seorang pendidik dalam melakukan aktivitas
pembelajaran (Oemar Hamalik: 2002:34).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Peukan
Bada menunjukkan bahwa siswa di kelas X MIPA 1 kurang aktif dalam proses
pembelajaran dan minat terhadap pelajaran fisika tersebut masih sangat rendah.
Hal ini diakibatkan karena guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional, tidak menggunakan laboratorium serta tidak melakukan percobaan
sederhana di dalam kelas. Hal tersebut berdampak kepada banyaknya peserta
didik belum memahami materi secara mendalam serta pengaplikasian rumus
secara tepat. Sehingga mengakibatkan kurangnya minat serta motivasi siswa.
Disamping kurangnya motivasi siswa karena faktor eksternal, hal tersebut juga
diakibatkan oleh faktor internal. Faktor internal terdapat pada lingkungan
keluarga. Terdapat 50% dari total keseluruhan siswa di SMA Negeri 1 Peukan
Bada merupakan korban dari musibah Tsunami pada 2004 silam. Sehingga
banyaknya peserta didik yang kehilangan keluarga dan tinggal di Panti asuhan
sekitaran Kecamatan Peukan Bada. Kedua faktor ini menjadi penentu dalam
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga prestasi yang diperoleh
siswa dapat meningkat.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori (Depdiknas: 2002:4) yang
menyebutkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor individual dan faktor
dari luar individu. Kemandirian Belajar merupakan faktor individual, sedangkan
Lingkungan Belajar Siswa merupakan faktor luar individu yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Siswa yang tenang, nyaman, dan dapat belajar
dengan lancar dapat membantu siswa untuk memperoleh Prestasi belajar yang
baik.
Berdasarkan dari penjabaran masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan observasi terhadap Aktivitas guru terhadap motivasi belajar siswa pada
pembelajaran Fisika di SMA Negeri 1 Peukan Bada.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah permasalahan dalam Pembelajaran Fisika dan Kaitannya
terhadap Motivasi belajar siswa SMAN 1 Peukan Bada Tahun 2019/2020 ?

1.1 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui permasalahan dalam Pembelajaran Fisika dan Kaitannya
terhadap Motivasi belajar siswa SMAN 1 Peukan Bada Tahun 2019/2020.

3
BAB II

PENGUMPULAN DATA

2.1 GAMBARAN UMUM SEKOLAH


2.1.1 Data Profil Sekolah
SMA Negeri 1 Peukan Bada berdiri kembali pada tahun 2005 setelah
hancur dalam musibah Tsunami pada tahun 2004. SMA Negeri 1 Peukan Bada
beralamat di Jalan Blang Ajun No. 03 Desa Lam Asan, Peukan Bada, Aceh Besar.
Prestasi yang diperoleh sekolah dalam upaya mencerdaskan anak-anak bangsa
terus mengalami pasang surut berdasarkan kondisi yang berkembang.

2.1.2 Visi Sekolah


Menyiapkan lulusan sekolah yang berkualitas, beriman, taqwa, terampil,
berbudaya, persaingan yang tinggi serta ramah lingkungan.

2.1.3 Misi Sekolah


1. Meningkatkan sistim pembelajaran yang berkualitas, efektif serta mampu
mengembangkan dirinya kearah yang lebih terampil dilandasi iman dan taqwa.
2. Meningkatkan prestasi dibidang olahraga dan berbagai aktifitas seni sebagai
perwujudan siswa yang kreatif dan berbudaya serta memiliki mental juara.
3. Mendidik siswa untuk memperoleh kecakapan hidup sesuai dengan potensinya
4. Melaksanakan kegiatan berwawasan lingkungan
5. Menggalang kerjasama yang tinggi di dalam kegiatan intra dan ekstrakurikuler

2.1.4 Sarana dan Prasarana


 Tanah dan Halaman
Luas Tanah : 8.499 m2
Luas Bangunan : 6.113 m2
NPSN : 10100189
Status : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMA
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Tanggal SK Pendirian : 1900-01-01
 Gedung Sekolah

No Ruang Jumlah Keadaan


1 Ruang Laboratorium IPA 1 Memadai

2 Ruang Lab Bahasa/Komputer 1 Memadai

3 Ruang Perpustakaan 1 Memadai

4 Ruang Kepala Sekolah 1 Memadai

5 Ruang TU 1 Memadai

6 Ruang UKS 1 Memadai

7 Ruang OSIS 1 Memadai

8 Ruang BK 1 Memadai

9 Ruang Dewan Guru 1 Memadai

10 Ruang Kelas 15 Memadai

11 Ruang Mushalla 1 Memadai

12 Toilet Guru 1 Memadai

13 Toilet Siswa 10 Memadai


Belum
15 Parkiran 1
Memadai

 Lapangan Olahraga

No Lapangan Jumlah Keadaan


Belum
1 Lapangan Bola Voli 1
Memadai
Belum
2 Lapangan Basket 1
Memadai

 Keadaan Lingkungan yang Mengelilingi Sekolah

5
1) Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah adalah SMPN 1 Peukan Bada
serta perumahan penduduk
2) Kondisi lingkungan sekolah sangat srategis, nyaman, dan tentram
sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.

2.2. Data Keadaan Siswa


2.2.1 Rincian Jumlah Siswa
Pada SMAN 1 Peukan Bada terdiri atas 15 ruangan dengan rincian 5
ruangan untuk kelas X, 5 ruangan untuk kelas 2 dan 5 ruangan untuk kelas XII.
 Kelas X
Banyak Siswa
Kelas Perempua Jumlah
Laki-laki
n
X MIPA-1 16 15 31
X MIPA-2 18 13 31
X MIPA-3 16 14 30
X IPS-1 19 4 23
X IPS-2 18 5 23

 Kelas XI
Banyak Siswa
Kelas Perempua Jumlah
Laki-laki
n
XI MIPA-1 16 15 31
XI MIPA-2 12 19 31
XI MIPA-3 14 15 27
XI IPS-1 12 6 18
XI IPS-2 11 16 27

 Kelas XII

Banyak Siswa
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
XII MIPA-1 8 12 20
XII MIPA-2 11 8 19
XII MIPA-3 5 12 27
XII IPS-1 13 11 24
XII IPS-2 11 9 20
2.2.2 Rekapitulasi

Banyak Siswa
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
X 87 51 138
XI 65 71 136
XII 48 52 100
Jumlah 200 174 374

Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2019 - 2020 seluruhnya


berjumlah 374 orang. Penyebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta
didik kelas X, XI dan XII terdiri atas 5 rombongan belajar, dengan rincian 3
rombongan belajar untuk peminatan MIPA dan 2 rombongan belajar untuk
peminatan IPS.

2.2.3 Keadaan tidak naik kelas dan Putus Sekolah/Drop Out.


Peserta didik yang tidak naik kelas dan angka putus sekolah (Drop-Out)
ternyata menurun secara signifikan dari tahun ajaran 2017/2018 ke tahun
2018/2019
Tahun Pelajaran Tidak Putus
Kelas Jumlah
naik Sekolah/DO
X 120 4 -
2017/2018 XI 115 1 -
XII 110 - -
X 138 2 -
2018/2019 XI 97 1 -
XII 118 - -

Keadaan siswa tidak naik kelas dan putus sekolah terutama disebabkan
karena masih kurangnya kesadaran orang tua dan peserta didik tentang arti
pentingnya pendidikan, selain juga karena faktor kesulitan ekonomi.
Untuk mengatasi kendala ekonomi, sekolah telah mengusahakan berbagai
bantuan dari berbagai pihak. Lebih 65% peserta didik mendapatkan bantuan biaya
yang berupa bea peserta didik dari berbagai pihak.

2.3. Data Keadaan Guru

7
Jumlah seluruh personil sekolah ada 55 orang, terdiri atas guru 37 orang,
karyawan tata usaha 2 orang, staf pengajaran 1 orang, operator web 1 orang,
tenaga teknisi 1 orang, tenaga kebersihan 2 orang, staf pustaka 3 orang, staf
bimbingan konseling 1, guru honorer 5 orang dan penjaga sekolah/satpam 2
orang.
NAMA PEND.
NO NAMA STATUS
JABATAN FORMAL
Kepala
1. Aminah Daud, S.Pd.,M.Pd PNS Magister (S2)
Sekolah
2. Cut Misdar, SE Bendahara PNS Strata-1 (S1)

Wakasek
3. Hayatun Nufus, S.Ag PNS Strata-1 (S1)
Humas
Wakasek
4. Dra. Nurliani PNS Strata-1 (S1)
Kurikulum
Wakasek
5. Irwansyah, S.Pd PNS Strata-1 (S1)
Kesiswaan
Wakasek
6. Jafaruddin, S.Pd PNS Strata-1 (S1)
Saprasarana
Ketua Tata
7. Nuraini, S.Pd PNS Strata-1 (S1)
Usaha
8. Liesmawati, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
9. Nurlaila, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
10. Nuraini, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
11. Dra. Sarifah Nuraula Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
12. Dra. Nursida AR Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
13. Sari Magdalena, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
14. Dra. Murniati Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
15. Fadli Fitriadi, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
16. Cut Irawati, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
17. Nursiah, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
18. Armayana, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
19. Maulina, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
20. Cut Nelli Anggraini, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
21. Dra. Sariya, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
22. Nadia, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
23. Zahra Muliati, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)
24. Rosmawar, S.Pd.I., M.Ag Guru Madya PNS Magister (S2)
25. Dra. Nursyidah Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
26. Erlita, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
27. Zakiah, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
28. Cut Jamila Fajrianti, SE Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
29. Muhammad Yani, M.Pd Guru Dewasa PNS Magister (S2)
30. Putri Nurdina, S.Pd.I Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
31. Rosdiana, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
32. Rosita, S.Pd.,M.Pd Guru Dewasa PNS Magister (S2)
33. Mursal, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
34. Silvia Kesuma Budi, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
35. Nurjamaliah Ismail, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
36. Mairanda, S.Pd Guru Dewasa PNS Strata-1 (S1)
37. Novia Azma, S.Pd Guru Madya PNS Strata-1 (S1)

2.4. Data Sarana Laboratorium


SARANA LABORATORIUM Banyaknya
Kit merah (Alat Termodinamika) 1 box
Kit Hijau (Alat Optik) 2 box
Kit Kuning (Alat Listrik) 3 box
Kit Biru (Alat Mekanika) 1 box
Jas lab 25 Pasang
Sandal Khusus Lab 15 Pasang

2.5. Data Perpustakaan


NO JUDUL BUKU JUMLAH BUKU
1 Karya Umum 287
2 Agama 315
3 Ilmu-Ilmu Sosial 360
4 Fiksi 174
5 Ilmu Murni 67
6 Teknologi 203
7 Sejarah 245
8 Matematika 447
9 Biologi 260
10 Kimia 280
11 Geografi 185
12 Ekonomi 209
13 Filsafat 95
14 Sosiologi 136
15 Seni Olahraga 80
16 Bahasa 340
17 Kesustraan 60
19 Bahasa Inggris 210
20 Bahasa Indonesia 316
Prakarya dan
21 19
Kewirausahaan
22 Seni Budaya 54
23 PPKn 243
24 Kamus Bahasa Indonesia 18
25. Kamus Bahasa Inggris 23

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penentuan narasumber dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012:26) menjelaskan bahwa purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu
mengidentifikasi orang-orang yang akan diwawancarai, yang didasarkan pada
kemampuan mereka memberikan kontribusi pada pemahaman tentang fenomena
yang akan diteliti. Adapun narasumber yang penulis pilih dalam penelitian ini
adalah Waka Kurikulum bagian Pengajaran, guru bidang studi fisika dan
beberapa siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Peukan Bada. Penelitian ini
dilakukan di SMA Negeri 1 Peukan Bada tahun pelajaran 2019/2020. Adapun
waktu dalam penelitian ini mulai dari persiapan dan pembekalan Studi Lapangan
hingga pembuatan laporan penelitian dimulai pada tanggal 17 Oktober sampai
dengan 06 November 2017.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
intuisi atau gejala-gejala tertentu (Suharsimi: 2006:55). Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi (Sugiyono:2008:30). Jenis observasi yang dilakukan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan datanya menggunakan
lembar wawancara yang dilakukan terhadap kepala sekolah, wakil bidang
kurikulum, siswa, guru yang bersangkutan, serta dokumentasi sebagai bukti telah
melakukan observasi studi kasus.

3.2. Lokasi Observasi


Sekolah yang di ambil oleh penulis untuk melakukan studi kasus adalah
SMA Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar yang berlokasi Jalan Blang Ajuen, No.3,
Desa Lam Asan, Peukan Bada, Aceh Besar.

3.3. Prosedur Pengumpulan Data

11
Pada studi kasus ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data
dengan 3 cara, yaitu:
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang diselidiki (Supardi,
2006:12). Metode ini hanya menggunakan bantuan indra dalam melakukan
observasi. Observasi yang dilakukan oleh peneliti melihat proses pembelajaran,
fasilitas sarana dan prasarana sekolah hingga kondisi sekolah tersebut.
Wawancara merupakan salah satu dari beberapa teknik pengumpulan data untuk
melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti untuk pertimbangan langkah
selanjutnya (Fandi, 2016:1). Wawancara ini dilakukan terhadap Kepala Sekolah,
Waka bidang kurikulum, siswa, guru mata pelajaran fisika dan kepala sekolah.
Dokumentasi merupakan mencari data yang mengenai hal-hal atau variasi yang
berupa catatan, transkrip, buku, buku, surat kabar, dll (Suharsimi, 2006: 60).
Dokumentasi yang di ambil hanya berupa foto selama melakukan penelitian dari
sekolah serta beberapa data mengenai sekolah tersebut yang didapatkan dari
pegawai TU (Tata Usaha).

Adapun skema pengumpulan data sebagai berikut:

Skema Penelitian
Pembuatan Instrumen Observasi Wawancara

Waka Bid.Kurikulum

Guru Fisika

Pengolahan Data
(Analisis dan Siswa
Pembahasan)

3.4 Tekhnik Analisis Data


Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data berupa
transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan
unttuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat pada siswa dalam proses
belajar mengajar. Pada tahapan analisis data dilakukan proses penyederhanaan
data-data yang terkumpul ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
dipahami. Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti yaitu: (Miles dan
Huberman, 1992: 13).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui cara observasi dan wawancara. Pada
tahapan ini data-data yang sudah terkumpul kedalam bentuk tulisan yang
mudah dipahami.
2. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilh hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang tidak diperlukan dalam penelitian dan data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas.
3. Penyajian Data

13
Penyajian data yang sudah ditafsirkan dan dijelaskan berbentuk uraian dengan
teks atau bersifat naratif.
4. Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang sudah
dilakukan, dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan merupakan hasil
temuan baru.Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi
lebih jelas (Sugiyono, 2008: 25).

3.5 Observasi kegiatan pembelajaran


Penelitian ini dilakukan disuatu sekolah menengah atas SMA Negeri 1
Peukan Bada. Pada saat melakukan penelitian, yang menjadi objek penelitian
adalah kelas X MIPA 1 yang di bina langsung oleh Ibu Zahra Muliati, S.Pd.
Selama penelitian guru yang bersangkutan mengajar materi tentang Gerak Lurus
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), yaitu pokok
bahasan pada semester ganjil berpedoman pada silabus kurikulum 2013.
Selama proses belajar mengajar yang dimulai pukul 08.00 WIB, Ibu Zahra
Muliati mengawali pembelajaran dengan literasi yang dilakukan oleh siswa,
dengan tujuan membudidayakan membaca yang berdampak baik bagi
pengetahuan dan penguasaan kosakatanya. Guru memberikan apersepsi kepada
siswa untuk respon awal tentang pengetahuan mereka terhadap materi Gerak
Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Kegiatan
mengajar yang dilakukan ibu Zahra Muliati sesuai dengan RPP yang telah beliau
buat sebelumnya. selama pembelajran terdapat 2 orang siswa yang datang
terlambat sehingga mereka sedikit ketinggalan penjelesan yang telah di paparkan
oleh guru dan juga terdapat beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dan
kurang minat terhadap pembelajaran fisika. Namun guru tersebut mencoba
membantu dengan cara mengunjungi siswa di setiap posisinya untuk membantu
siswa dalam kesulitan memahami materi ini.
Kegiatan akhir di tutup dengan memberikan evaluasi bagi siswa. Evaluasi
yang diberikan adalah dengan memberikan soal yang di tulis di papan tulis
kemudian di jawab oleh masing-masing siswa. Apabila siswa telah selesai semua,
guru akan menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan di depan untuk
di koreksi bersama. Fungsi diadakannya evaluasi adalah untuk perbaikan dan
pengembangan sistem pembelajaran (Arifin dalam Regina, 2009)

BAB IV

HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Wawancara
4.1.1 Hasil Wawancara Guru Fisika

15
Penelitian studi kasus telah di lakukan di SMA Negeri 1 Peukan Bada
dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang membahas mengenai
pengaruh model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. Menurut hasil
wawancara dengan guru fisika banyak faktor yang menjadi permasalahan dalam
fisika, sehingga menghambat proses belajar mengajar. Hasil Wawancara guru
fisika yaitu Ibu Zahra Muliati, S.Pd :
“Saya sudah mengajar pelajaran fisika di SMA ini selama 15 tahun. Dalam
mengajar fisika model yang paling sering saya gunakan adalah metode
ceramah, karena menggunakan model pembelajaran apapun tingkat
motivasi siswa dalam pembelajaran masih dibilang sangat rendah.
Terutama siswa kelas X yang sampai saat ini masih tergolong sangat
rendah dibandingkan kelas lainnya terhadap minat belajar terutama dalam
pelajaran fisika. Hingga akhirnya pembelajaran yang saya sampaikan di
dalam kelas dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tidak
sinkron. Hal ini karena saya harus melihat sikon serta menyesuaikan
dengan kondisi serta keadaan siswa. Ini diakibatkan oleh masih kurangnya
moral serta akhlak siswa sehingga aktivitas belajar mengajar sering tidak
bisa saya kontrol karena aktivitas beberapa siswa yang sangat aktif dalam
membuat kegaduhan. ”
Selanjutnya kutipan wawancara dengan Ibu Zahra Muliati:
“Minat belajar siswa untuk belajar disekolah ini masih dalam
katagori rendah, karena tidak adanya motivasi dari dalam diri siswa, orang
tua mereka, dan banyak siswa berasal dari golongan ekonomi ke bawah
dan terdapat siswa tidak memiliki orang tua. Kebanyakan dari siswa disini
merupakan korban dari peristiwa Tsunami dan mereka tinggal di Panti
Asuhan sampai sekarang. Sehingga tidak ada dorongan dari luar untuk
mereka. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan sekolah,
banyaknya siswa yang terpengaruh terhadap ajakan negatif dari teman-
temannya. Sehingga banyaknya siswa yang “Cabut” ketika jam pelajaran
sedang berlangsung. Hal ini juga menjadi satu kendala bagi setiap guru,
karena disamping mengajari juga harus mendidik sikap serta tingkah laku
para siswa terlebih dahulu. Siswa berpendapat bahwa fisika yang terkenal
dengan banyak rumus dan hitungan membuat mereka pusing dan bingung
dalam belajar fisika. Oleh sebab itu saya harus mengulangi setiap
pembahasan beberapa kali pertemuan serta memberikan mereka pekerjaan
rumah meskipun tidak semua mengerjakannya.”
Dari hasil wawancara juga menunjukkan bahwa minat anak dalam belajar
masih rendah yang di buktikan bahwa guru harus mengulang materi yang sama
selama beberapa kali pertemuan dan memberikan mereka pekerjaan rumah berupa
soal dan banyaknya frekuensi siswa yang Alpha ketika jam pelajaran sedang
berlangsung. Faktor lingkungan keluarga ternyata sangat berpengaruh dengan
keadaan ekonomi siswa. Diakibatkan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi,
bahkan sebagian dari mereka setelah pulang sekolah harus bekerja salah satunya
bekerja pada doorsmeer, menjual pulsa, kue dan minuman. Pola fikir mereka
sebagian mengatakan bahwa ilmu itu tidak terlalu penting tetapi yang penting itu
uang, karena banyak mereka lihat dilingkungan kehidupan mereka bahwa dengan
tidak sekolah pun tetap menghasilkan uang.
Dari pemaparan narasumber diatas dapat disimpukan bahwa, guru yang
bersangkutan sebelumnya sudah menggunakan berbagai macam model
pembelajaran, akan tetapi minat siswa tidak dapat meningkat. Sehingga dalam
menyampaikan materi pembelajaran tidak sinkron dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) karena menyesuaikan dengan situasi lapangan/kelas.
Mengenai hasil belajar siswa, Ibu Zahra Muliati mengatakan bahwa,
“Karena kurangnya motivasi belajar siswa berdampak kepada hasil belajar
yang dapat dikategorikan sangat rendah. Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) untuk pelajaran Fisika adalah 75. Terdapat banyak siswa yang
nilai ketuntasannya dibawah angka 75. Bahkan ada beberapa siswa yang
mendapatkan nilai terendah yaitu 0.”

4.1.2 Hasil Wawancara dengan Siswa/i


Untuk mempelajari permasalahan pembelajaran dalam Fisika dari
pandangan siswa, maka peneliti melakukan wawancara dengan dua orang siswa
pada kelas X dan XI. Siswa kelas X mengatakan bahwa,

17
“Saya sangat menyukai model pembelajaran yang diterapkan oleh Ibu
Zahra, akan tetapi saya tidak menyukai bagian rumus dan turunannya,
serta dalam mengaplikasikan rumus untuk menjawab soal yang diberikan.
Untuk pembelajaran yang dilakukan oleh Ibu Zahra sering menggunakan
metode ceramah, kemudian ibu memberikan contoh soal dan menunjuk
salah seorang diantara siswa untuk menjawabnya di papan tulis. Kemudian
Ibu menjelaskan kembali contoh soal tersebut didepan semua siswa. Akan
tetapi, saya merasa bosan dengan belajar seperti metode tersebut, sehingga
saya tidak fokus saat belajar hingga sering tertidur dikelas karena selain
belajar disekolah saya juga bekerja di salah satu rental komputer. Hal ini
saya lakukan agar bisa memenuhi kebutuhan saya dan adik saya sehari-
hari karena orangtua kami sudah meninggal. Untuk materi pembelajaran
dengan praktikum belum pernah kami lakukan baik di laboratorium
maupun eksperimen sederhana didalam kelas.”
Dari hasil wawancara dengan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa,
selain kurangnya minat belajar karena faktor internal dari siswa, siswa juga
mengeluhkan tentang sulitnya pembelajaran fisika yang diakibatkan oleh metode
yang digunakan oleh guru dalam penyampian materi pembelajaran sehingga
berdampak pada minat belajar siswa serta banyaknya rumus dan hitungan yang
membuat mereka bingung dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan
fisika.
Pernyataan yang sama juga juga di sampaikan oleh seorang siswi kelas XI
MIPA 1, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa:
“Pembelajaran yang di sampaikan oleh ibu Zahra Muliati sangat bagus,
akan tetapi Hambatan dalam belajar fisika menurut saya hanya pada
penggunaaan rumus nya sedikit bingung menggunakan rumus yang mana,
dan saya ingin melakukan percobaan sehingga akan lebih mengerti dalam
konsep-konsep fisika. Ibu Zahra biasanya sering memberikan soal-soal
untuk dipelajari serta diselesaikan di rumah agar kami lebih memahami
lagi materi yang telah kami pelajari sebelumnya. Memang kami mengakui
bahwa fisika itu sulit karena banyak sekali rumus beserta turunannya,
mungkin karena itu pula kelas ini kurang berminat untuk mengambil fisika
sebagai mata pelajaran pilihan untuk ujian nasional nanti”.

4.1.3 Hasil Wawancara Waka Bidang Kurikulum


Selain mewawancarai guru fisika dan siswa, peneliti juga mewawancarai
waka bidang kurikulum, beliau mengatakan bahwa :
“Model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 ini banyak
membuat perubahan baik terhadap hasil belajar siswa. Ini juga berdampak
baik terhadap nilai ujian nasional yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan meskipun hanya beberapa persen. Langkah untuk
mengsukseskan ujian nasional, sekolah memberikan program les sore bagi
siswa kelas tiga untuk membahas berbagai soal sebagai bekal persiapan
ujian nasional yang diasuh langsung oleh guru bidang studi. Les sore ini
dimulai pada bulan November pada semester genap menjelang Ujian
Nasional.Les sore dilaksanakan selama 3 hari dalam seminggu yaitu hari
senin, selasa dna rabu. Dimulai dari pukul 14.30-17.30 dengan dua mata
pelajaran setiap hari. Sebelum melaksanakan UNBK pihak sekolah juga
mengadakan try selama 3 kali dan membimbing siswa dalam
melaksanakan UNBK serta mengadakan simulasi menjelang UNBK.
UNBK sudah diterapkan selama 4 tahun yaitu dimulai dari tahun 2015
sampai sekarang. Disekolah ini memang tidak semua kelas memiliki
antusias besar yang sama, hal ini dapat dilihat dari minimnya peserta didik
yang berpastisipasi dalam mengikuti les sore persiapan Ujian Nasional.
Bahkan persentase yang mengikuti les sore hanya berkisar sekitar 50%.
Hasil dari wawancara tersebut di didapatkan bahwa di SMA Negeri 1
Peukan Bada sudah mempersiapkan dengan baik dalam menghadapi UNBK yaitu
dengan diadakan les sore, simulasi serta try out untuk mata pelajaran yang masuk
dalam kategori penilaian UNBK. Terlihat jelas bahwa persiapan sekolah sendiri
sudah hampir maksimal karena telah dilakukan simulasi ujian sebelum
dilaksanakan ujian nasional yang sesungguhnya
Mengenai perihal prestasi siswa dalam kegiatan sekolah baik di dalam
maupun diluar sekolah, Waka Bid. Kurikulum mengatakan bahwa,

19
“Dalam beberapa tahun terakhir banyak prestasi yang didapatkan oleh
siswa-siswa di sekolah ini, diantaranya juara 1 Olimpiade Biologi tingkat
Kabupaten tahun 2016, Juara 3 Olimpiade Biologi tingkat Kabupaten
tahun 2017, Juara 3 Olimpiade Matematika, selain tingkat exact siswa-
siswi juga sering mendapatkan medali pada cabang olahraga misalnya
Juara 2 Bulu tangkis Putra dan sebagainya.”

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan pengumpulan data di SMA Negeri 1
Peukan Bada diperoleh beberapa permasalahan yaitu guru masih menggunakan
metode konvensional dan tidak sinkronnya antara RPP dengan aktivitas
pembelajaran di kelas. Sehingga dalam hal ini berdampak pada minat belajar
siswa dan hasil belajar siswa yang masih dibawah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa khususnya nilai fisika yang
rendah diakibatkan oleh kurangnya motivasi siswa dalam belajar dari pihak
keluarga dan lingkungan sosial dalam kehidupan. Sehingga ini salah satu faktor
yang berpengaruh pada hasil belajar yang membuat siswa rendah dalam
penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar khususnya dalam bidang
fisika.
Rendahnya penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar memang
membutuhkan upaya yang lebih serius. Persiapan yang dilakukan pihak sekolah
sebenarnya sudah ada dengan mengajak para masyarakat dan orang tua untuk
bersamasama bekerja guna mencapai mutu pendidikan yang lebih baik, dalam hal
ini kualitas penguasaan peserta didik dalam pencapaian SK dan KD dalam ujian
nasional. Lingkungan (masyarakat dan orang tua) menjadi salah satu faktor
penyebab rendahnya nilai ujian disamping masalah peserta didiknya sendiri,
sarana prasarana di sekolah, metode dan strategi pembelajaran, dan sistem
penilaian yang dilakukan (Moleong Lexy J. M.A. 2010 : 7).
Berdasarkan penelitian telah di lakukan pada siswa kelas X MIPA 1 di
SMAN 1 Peukan Bada, Dari hasil observasi terlihat bahwa terdapat beberapa
kasus yang terjadi di dalam kelas diantaranya (1) Guru masih menggunakan
metode konvensional dan tidak sinkronnya antara RPP dengan kegiatan
pembelajaran (2) siswa masih mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan rumus
fisika. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada masalah
kurangnya minat belajar yang kurang yang diakibatkan oleh metode yang
digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Jumlah siswa dikelas tersebut
adalah 28 siswa. Hanya sekitar 40% siswa yang fokus dengan guru mengajar di
depan. Sedangkan 60% siswa hanya melakukan kegiatannya sendiri bahkan
beberapa siswa merasa bosan dan tertidur dikelas. Dalam proses belajar mengajar,
peneliti juga meninjau banyaknya siswa yang tidak hadir dan “Cabut” pada saat
mata pelajaran sedang berlangsung. Hal ini terjadi karena tidak adanya peraturan
yang tegas baik dari pihak sekolah maupun dari guru yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa model
pembelajaran yang di lakukan oleh guru adalah metode ceramah, sehingga
membuat siswa tidak memahami konsep secara jelas serta dapat membuat siswa
merasa bosan. Adapun materi yang membutuhkan pemahaman konsep yang tepat
tidak didukung oleh eksperimen baik yang dilakukan dilaboratorium maupun
eksperimen sederhana didalam kelas. Sedangkan untuk materi yang terlalu banyak
mengandung rumus yang membuat mereka sulit untuk menghafal setiap rumus
yang digunakan serta mudah membuat siswa bingung dalam pengaplikasian
rumus untuk menjawab soal yang disajikan dikarenakan guru hanya menggunakan
metode ceramah dan membuat siswa tidak mandiri untuk mencari serta
mempelajari pembahasan yang akan dipelajari. Sehingga hal ini yang membuat
rendahnya motivasi belajar dan minat pemilihan untuk ujian nasional. Dengan
demikian minat belajar menjadi fokus yang sangat penting dalam belajar, karena
jika minat belajar yang tinggi maka, siswa cenderung akan melakukannya
(Darmadi, 2017:311).

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan

21
Permasalahan yang terjadi selama melakukan observasi studi kasus di
SMA Negeri 1 Peukan Bada adalah penggunaan metode yang kurang tepat dalam
proses pembelajaran serta berdampak pada kurangnya minat dan motivasi belajar
siswa. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu rata-rata siswa
merupakan kelurga dengan tingkat ekonomi menegah kebawah serta banyaknya
anak-anak yang tidak mempunyai keluarga sehingga tidak adanya dorongan bagi
siswa. Permasalahan lain yang peneliti dapatkan adalah mereka masih sering
menganggap fisika adalah pelajaran rumit dan terlalu banyak rumus yang harus di
hafal. Sehingga beberapa siswa sering Alpha pada saat mata pelajaran Fisika
sedang berlangsung. Dari data yang didapatkan pada tahun 2018 hanya 2 orang
siswa yang mengambil Fisika sebagai mata pelajaran yang akan diikuti pada
UNBK. Sedangkan pada tahun 2019 tidak ada yang mengambil Fisika pada Ujian
Nasional.
5.2. Saran
Untuk menangani permasalahan di atas, maka penulis menyarankan bahwa
pihak sekolah dan guru mata pelajaran lebih memerhatikan permasalahan ini lebih
lanjut agar proses pembelajaran siswa lebih baik. Penulis menyarankan unutuk
menerapkan model pembelajaran active learning dan ditambah dengan berbagai
eksperimen baik dilaboratorium maupun eksperimen sederhana didalam kelas.
Penggunaan media serta model tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan
efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.
Depdiknas. 2002. KBK. Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta: Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas.
E. T. Russefendi. Dasar-Dasar Kependidikan Modern, Bandung: Trasito. 1982.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Moleong Lexy J. M.A. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Rosi, Fandi. 2016. Teori Wawancara Psikodiagnotik. Yogyakarta: Leutikaprio

Rudi Budiman. Konsep Dasar IPA I. Jakarta: Departemen Agama RI. 1999

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D.


Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Supardi. 2006. Pengaruh Media Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar. Mataram: Yayasan Cerdas Press

Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

23

Anda mungkin juga menyukai