OLEH :
2. Epidemiologi
Kejadian hipertensi terus mengalami penngkatan dari tahun ke tahun. Data
World Hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa hipertensi
diderita lebih dari 1,5 miliar jiwa di seluruh dunia. Kejadian hipertensi juga terus
mengalami peningkatan di wilayah Indonesia.Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia.Hasil Riset Kesehatan Dasar
(2007) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Data
Kementrian Kesehatan RI 2009 prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat
menjadi 34,1% pada tahun 2010. Prevalensi ini selanjutnya diestimasi akan
meningkat menjadi 37% pada tahun 2015 dan 42 % pada tahun 2025 (Indonesian
Society of Hypertension, 2012). Survei penyakit jantung pada usia lanjut yang
dilaksanakan Boedhi Darmojo, menemukan prevalensi hipertensi, tanpa atau
dengan tanda penyakit jantung hipertensi sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang
tua 50 tahun ke atas). Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada pria
(p¬0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4% termasuk hipertensi ringan
(diastolik 95¬104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105¬129 mmHG)
dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan
130 mmHg) (Ririn, 2008)
3. Etiologi
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat diubah atau dikendalikan serta
faktor yang tidak dapat diubah.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin dan genetik.
Pada hipertensi faktor risiko yang paling sering dijumpai adalah :
a. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan
usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65
tahun. Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan
tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi.Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan
oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat
adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota
besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar
terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar
52,5% (Kamso, 2000).
b. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak
yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29
untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita
Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita
meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih
tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal.
Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita.
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
(esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan
lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik
juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel.
Menurut Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar
45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang
menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak,
berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi alkohol, Hiperlipidemia/
hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam berlebih, sangat erat berhubungan
dengan hipertensi.
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan
dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat
badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter (Kaplan dan Stamler, 1991).
Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi.Berat badandan indeks masa tubuh (IMT)
berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik.Obesitas bukanlah penyebab hipertensi.Akan tetapi prevalensi hipertensi
pada obesitas jauh lebih besar.Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orangorang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang
badannya normal.Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20
-33% memiliki berat badan lebih (overweight).
b. Psikososial dan Stress
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag.Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di
Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress adalah
suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu dengan
lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis, dan
sosial) yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan
lebih besar pada individu yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang
tinggi (Pinzon, 1999).
c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan
darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok
dengan adanya aterosklerosis pada seluruh pembuluh darah.Merokokjuga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-
ototjantung.Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan
risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.
d. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.Pada orang tertentu dengan
melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa
perlu sampai berat badan turun.
e. Konsumsi Alkohol Berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga
peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.
f. Konsumsi Garam Berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di
luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan
darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons
penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam.Pada masyarakat
yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah
rata-rata lebih tinggi.
g. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar
kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL dan/atau penurunan kadar kolesterol
HOL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat.Untuk jelasnya dapat dilihat tabel di bawah
ini.
Corwin (2009) menyebutkan penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
1) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangvasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002
5. Pathway
6. Klasifikasi
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995)
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.
j) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
k) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
difungsi pituitari, sindrom cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat.
l) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
m) VMA Urine (metabolit katekolamin)
Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab); VMA
urine 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositomabila hipertensi
hilang timbul.
n) Foto dada
Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup; deposit pada
dan/atau takik aorta; perbesaran jantung.
o) CT scan
Mengkaji tumor cerebral, CSV, ensefalofati atau feokromositoma.
p) EKG
Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi
darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan
meningkatkan keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih
nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi.
b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
1 ORIENTASI 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
2 ORIENTASI 5 Dimana kita sekarang?
Negara indonesia
Provinsi..........
Kota...............
Panti wreda.....
Wisma.......
3 REGISTRASI 3 Sebutkan 3 obyek (oleh pemeriksa) 1
detik untuk mengatakan masing masing
obyek, kemudian tanyakan kepada klein
ketiga obyek tadi (untuk disebutkan)
Obyek.................
Obyek.................
Obyek.................
4 PERHATIAN 5 Minta klien untuk memulai dari angka
DAN 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
KALKULASI 93
86
79
72
65
5 MENGI- 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
NGAT obyek pada nomer 2 (registrasi) tadi,
bila benar 1 point untuk masing masing
obyek
6 BAHASA 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien (misal
jam tangan atau pensil)
Minta kepada klien untuk mengulang
kata berikut ”tak ada, Jika, dan, atau,
tetapi” bila benar, nilai 2 point. Bila
Pernyataan benar 2-3 buah, mis. : tidak
ada, tetapi maka nilai 1 point
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
”ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh di lantai”
ambil kertas
lipat dua
taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
nilai 1 point)
tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
tulis satu kalimat
menyalin gambar
Total nilai
Interpretasi hasil
> 23 : aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
4. Resiko perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Nama/
Keperawatan Kriteria TTD
Hasil
1 Nyeri kronis Setelah SIKI :
berhubungan dilakukan 1. Manajemen Nyeri 1. untuk mengetahui
dengan agen intervensi a. Observasi karakteristik nyeri
keperawatan
pencedera 1) Identifikasi lokasi, yang dirasakan
selama 2 x 24
fisiologis karakteristik,
jam
durasi, frekuensi,
diharapkan
kualitas dan
tingkat nyeri
intensitas nyeri
menurun
2) Identifikasi skala
dengan
nyeri
Kriteria
3) Identifikasi respons
hasil :
nyeri non verbal
1.melaporka
4) Monitor
n nyeri
keberhasilan terapi
menurun
komplementer yang 2. teknik
2. Klien
diberikan nonfarmakologis
tampak
b. Terapeutik terapi kompres
tidak
1) Berikan teknik hangat untuk
meringis
nonfarmakologis mengurangi nyeri
3. Klien
untuk mengurangi
tampak
rasa nyeri (misalnya
tidak
TENS, hypnosis,
gelisah
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres hangat/
dingin, terapi
bermain)
2) Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (misalnya
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat
tidur
4) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Menjelaskan 3. mengetahui
penyebab, periode, dan penyebab atau
pemicu nyeri pemicu nyeri yang
2) Jelaskan strategi timbul
meredakan nyeri
3) Jelaskan monitor
nyeri secara mendiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik (jika
diperlukan)
Intoleransi
Gangguan
pola tidur SIKI :
3. 1. Dukungan tidur 1. memfasilitasi
berhubungan
a. Observasi siklus tidur dan
dengan
1) Identifikasi pola terjaga yang teratur
hambatan Setelah
lingkungan aktivitas dan tidur
dilakukan
(mis. 2) Identifikasi factor
intervensi
Kelembapan pengganggu tidur
keperawatan
lingkungan (fisik atau psikologis)
selama 2 x
sekitar, suhu 3) Identifikasi makanan
24 jam
lingkungan, dan minuman yang
diharapkan
pencahayaan, mengganggu tidur
pola tidur
kebisingan, 4) Identifikasi obat tidur
efektif
bau tidak Kriteria yang dikonsumsi
sedap, jadwal hasil : b. Terapeutik
pemantauan/p 1. Kesulita 1) Modifikasi
emeriksaan/ti n tidur lingkungan
ndakan) , menurun 2) Batasi waktu tidur
kurang 2. Keluhan siang
control tidur, sering 3) Fasilitasi
kurang terjaga menghilangkan stress
privasi, menurun sebelum tidur
restraint fisik, 3. Keluhan 4) Terapkan jadwal tidur
ketiadaan tidak rutin
teman tidur puas 5) Lakukan prosedur
tidak familiar tidur untuk meningkatkan
dengan menurun kenyamanan ( mis.
peralatan 4. Keluhan Pijat, pengaturan
tidur pola posisi, terapi
tidur akupresur)
tidak 6) Sesuaikan jadwal
berubah pemberian obat/
5. Keluhan tindakan untuk
istirahat menunjang siklus
tidak tidur-terjaga
cukup c. Edukasi
menurun 1) Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selaa sakit
2) Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
3) Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
4) Anjurkan
penggunaan obat
tidur yag tidak
mengandung
suppressor
terhadap tidur
REM
5) Ajarkan factor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap ganggua
pola tidur
6) Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara
nonfarmakologi
lainnya
Resiko
perfusi perifer SIKI
4. tidak efektif 1. Manajemen 1. berisiko
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah dibuat
5. Evaluasi keperawatan
Dx. Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Nyeri kronis berhubungan dengan Nyeri berkurang atau terkontrol
agen cedera fisiologis
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St.
Louis, Missouri: Mosby Elsevier
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugiyanto, Edi. 2007. Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.4/157 Edisi Juli - Agustus
2007 : Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Jakarta : Grup PT. Kalbe
FarmaTb
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. NG
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI BANJAR
TANGGAL 10-12 AGUSTUS 2020
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/DATA BIOGRAFIS KLIEN
Nama : Ny. NG
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Denpasar / 5 November 1955
Umur : 64 Tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : SD
Alamat rumah : Br.Kajeng, Pemogan, Denpasar Selatan
Orang yang dekat dihubungi : Suami
Hubungan dengan klien : Suami
B. KELUHAN UTAMA :
Ny. NG mengatakan memiliki penyakit hipertensi. Ny. NG mengatakan nyeri di
tengkuk kepala , mengeluh sulit tidur dan terjaga
C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Ny. NG mengatakan memiliki penyakit hipertensi. Ny. NG mengatakan nyeri
kepala pada tengkuk. Nyeri bertambah ketika banyak beraktivitas, nyeri hilang
timbul seperti dipukul-pukul, lokasi nyeri di kepala belakang atau tengkuk, skala
6, nyeri dirasakan kadang-kadang. Ny. NG juga mengeluh sulit tidur dan terjaga
karna nyeri pada tengkuk, Ny. NG mengatakan tidur tidak cukup.
D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Ny. NG mengatakan sudah memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak lama
sekitar kurang lebih 2 tahun dan selalu memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan dan selalu minum obat yang diberikan. Ny. NG mengatakan tidak ada
riwayat alergi obat dan makanan.
E. RIWAYAT PENGOBATAN
1. Konvensional
Ny. NG mengatakan rutin ke puskesmas sebulan sekali, obat dikonsumsi
setiap hari dari 2 tahun yang lalu.
2. Non Konvensional
Ny. NG mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari dokter
F. GENOGRAM
G.
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal dunia
: Tinggal bersama
H. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ny.NG mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat
hipertensi
I. RIWAYAT PEKERJAAN
Ny.NG mengatakan saat ini tidak bekerja, saat sekarang sumber-sumber
pendapatannya diberikan oleh suaminya
J. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Ny.NG mengatakan tipe tempat tinggal nya permanen berukuran ± 1 are.
Terdapat 3 kamar dan Ny.NG menempati kamar yang dekat dengan dapur dan
kamar mandi. Ventilasi cukup, kondisi tempat tinggal Ny.NG bersih, setiap pagi-
sore rumah dibersihkan. Jumlah orang yang tinggal didalam rumah yaitu 4 orang
yaitu dengan kedua anaknya, Ny.NG menempati 1 kamar bersama suaminya
K. RIWAYAT REKREASI
Ny.NG tidak pernah punya waktu khusus untuk rekreasi, Ny.NG biasanya setiap
sore hari melakukan olahraga kecil seperti jalan-jalan disekitar rumah.
L. SISTEM PENDUKUNG
Dekat rumah Ny.NG sudah ada puskesmas desa yang jaraknya tidak terlalu jauh
(±1 km) Ny.NG dan keluarganya sering berobat kesana.
M. SPIRITUAL/KULTURAL
1. Pelaksanaan ibadah :
Ny.NG mengatakan beribadah setiap hari di tempat suci dirumahnya
2. Keyakinan tentang kesehatan :
Ny.NG mengatakan percaya bahwa penyakitnya berasal dari medis
N. PEMERIKSAAN FISIK
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat Kesadaran : Composmetis
3. GCS :E:4 V:5M:6
4. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,5oC
Nadi : 94x/menit
Tekanan darah : 160/80mmHg
Pernafasan : 22x/menit
5. Tinggi Badan : 165 cm
6. Berat Badan : 70 kg
7. Sistem Kardiovaskuler : HR 94x/mnt, TD : 160/80 mmHg, Akral hangat,
CRT < 3dtk, murmur (-)
8. Sistem Pernafasan : dyspneu (-) ,batuk (-), RR 22x/mnt, Suara nafas
tambahan (-), bentuk dada normal, pergerakan dada simetris.
9. Sistem Integument : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada
lesi
10. Sistem Perkemihan : Ny.NG BAK 3-5 x sehari, dengan volume ± 500cc,
warna kuning jernih. Tidak ada rasa nyeri saat BAK.
11. Sistem Musculoskeletal : kekuatan otot 555 555
555 555
Tidak ada kelumpuhan, tidak ada deformitas, tidak ada udema pada
ekstremitas. ROM aktif normal
12. Sistem Endokrin : tidak ada riwayat penyakit diabetes mellitus, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfa, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
13. Sistem Immun : Ny.NG tidak pernah imunisasi, tidak ada riwayat
alergi terhadap makanan atau obat.
14. Sistem Gastrointestinal : Ny.NG makan makanan yang dimasak oleh
istri atau menantunya, Ny.NG mengatakan makan selalu habis 1 porsi, tidak
ada mual muntah. Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada distensi abdomen,
tidak ada diare atau konstipasi.
15. Sistem Reproduksi : Ny.NG mengatakan punya anak 2 orang,
aktivitas seks sudah tidak pernah dilakukan lagi.
16. Sistem Neurosensori : Klien mengatakan penglihatannya agak kabur
bila dalam jarak yang agak jauh, pendengaran menurun. Bicara Ny.NG jelas
dan tidak ada pelo, pergerakan tubuh masih aktif.
O. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi observasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari/ ADL (Activity Daily Living)
1. INDEKS KATZ
Termasuk/kategori manakah klien?
Skor kriteria : Ny.NG termasuk di ktegori A
Kategori Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke
kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun klien dianggap mampu.
P. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Portable Mental Status Questioner
(SPSMQ).
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan.
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
√ 1 Tanggal berapa hari ini? Lupa
√ 2 Hari apa sekarang? Senin
√ 3 Apa nama tempat ini? di rumah
√ 4 Berapa nomor telepon Anda? Br. Kajeng,
Dimana alamat Anda? Ds. Pemogan
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
√ 5 Berapa umur Anda? 62 tahun
√ 6 Kapan Anda lahir? th 1955
√ 7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Pak Jokowi
√ 8 Siapa Presiden sebelumnya? Bu Mega
√ 9 Siapa nama Ibu Anda? Kadek Manis
√ 10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya 17
sampai bilangan terkecil)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : kerusakan intelektual berat
Ny.NG termasuk dalam kategori fungsi intelektual utuh dengan jumlah skor 7
(kerusakan intelektual sedang)
2. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum klien
Orientasi
5 3 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
sekarang?)
5 5 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota)
(rumah sakit) (lantai)?
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 3 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke
belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum klien
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau
tetapi (1 poin)
Nilai total 26
Keterangan:
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Interpretasi hasil :
Nilai 26: tidak ada indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lebih lanjut
S. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan klien tentang kematian,
harapan-harapan klien dan lain-lain :
Ny.NG mengatakan beragama hindu dan percaya adanya tuhan dan beribadah
ditempat suci setiap hari
T. PENGKAJIAN DEPRESI
Total skor 2
Keterangan IA
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13 √
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf Riski
Catatan :
a. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
b. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode :
1) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode : PF
2) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode : CC
3) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer)
dengan kode : WT
4) Setiap minggu (Weekly) dengan kode : WK
5) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode : DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
V. APGAR Keluarga
SELALU KADANG- TIDAK
NO ITEMS PENILAIAN
(2) KADANG (1) PERNAH (0)
1 A : Adaptasi 2
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman-teman) saya untuk membantu
apabila saya mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P : Partnership 2
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya
(hubungan)
3 G : Growth 2
Saya puas bahwa keluarga (teman-
teman) saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)
4 A : Afek 2
Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti
marah, sedih atau mencintai
5 R : Resolve 2
Saya puas dengan cara teman atau
keluarga saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama mengekspresikan
afek dan berespon
Jumlah 10
Penilaian :
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10 : tidak ada disfungsi keluarga
W. INFORMASI PENUNJANG
1. Laboratorium :-
2. Radiologi :-
3. Dignosa Medis :-
4. Terapi Medis, Obat dan Lain-lain :
Nama Obat Dosis Rute Waktu Fungsi
Captopril 25 mg Oral 2x sehari, 2 Menurunkan
jam setelah tekanan darah
makan
II. ANALISA DATA
DIAGNOSA
No DATA ETIOLOGI KEPERAWAT
AN
1. DS : Hipertensi Nyeri Kronis
- Ny.NG mengatakan nyeri kepala
pada tengkuk. Kerusakan vaskuler
- P:Nyeri bertambah ketika banyak pembuluh darah
beraktivitas
- Q:Nyeri hilang timbul seperti Penyumbatan Pembuluh
dipukul-pukul Darah
- R: Lokasi nyeri di kepala belakang
atau tengkuk Vasokontriksi
- S: Skala nyeri 5
- T:nyeri dirasakan kadang-kadang. Gangguan Sirkulasi Otak
DO :
- Ny.NG tampak memegang daerah Resistensi pembuluh
yang sakit darah ke otak meningkat
- Hasil TTV : TD 160/80 mmHg, N:
94 x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 36,50C Korteks serebri
Nyeri
2. DS : Hipertensi Gangguan Pola
- Ny.NG mengeluh sulit tidur Tidur
- Ny.NG mengatakan tidur terjaga Kerusakan vaskuler
karna nyeri pada tengkuk pembuluh darah
- Ny.NG mengatakan tidur tidak cukup
DO : Penyumbatan Pembuluh
- Ny.NG tampak sulit tidur Darah
Vasokontriksi
Resistensi pembuluh
darah ke otak meningkat
V. IMPLEMENTASI
No Nama/
No Tgl/Jam Implementasi Respon Klien
Diagnosa TTD
1 31 1 Melakukan prosedur DS :
Agustus untuk meningkatkan Pasien mengatakan mau
2020 kenyamanan (akupresure melakukan pijat
15.00 di titik pangkal tengkorak akupresure
Wita kepala selama 2 menit) DO:
Pasien tampak nyaman
setelah dilakukan pijat
akupresure
15.30
1,2 Melatih relaksasi nafas DS :
Wita
dalam Pasien mengatakan
bersedia melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
DO :
Pasien tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
15.30
1,2 Melatih relaksasi nafas DS :
Wita
dalam Pasien mengatakan
bersedia melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
DO :
Pasien tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
Menganjurkan DS :
16.30 1
mengurangi asupan Pasien mengatakan mau
Wita
makanan garam mengikuti anjuran yang
diberi perawat
DO :
Pasien tampak
mendengarkan apa yang
diinformasikan perawat
Kolaborasi pemberian DS :
18.00 1 analgetik Pasien mengatakan sudah
wita minum obat captopril
DO :
Pasien tampak minum obat
DS :
18.30 2 Mengkaji pola tidur
Pasien mengatakan setelah
wita
dipijat akupresure bisa
tidur siang selama 60
menit dan tidur tidak
terjaga
DO :
Klien tampak tenang
15.30
1,2 Melatih relaksasi nafas DS :
Wita
dalam Pasien mengatakan
bersedia melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
DO :
Pasien tampak melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
16.00
1,2 Melakukan pegkajian DS :
Wita
nyeri dan mengukur TTV Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan berkurang
setelah dilakukan pijat
akupresure
P:Nyeri bertambah ketika
banyak beraktivitas
Q:Nyeri hilang timbul
seperti dipukul-pukul
R: Lokasi nyeri di kepala
belakang atau tengkuk
S: Skala nyeri 3
T:nyeri dirasakan kadang-
kadang.
DO :
Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan berkurang
Klien tampak tidak
meringis
Hasil TTV, TD: 140/80
mmHg, N: 86 x/mnt, RR:
22x/mnt, S: 36,20C
DS :
16.20 2 Menganjurkan Pasien mengatakan mau
Wita mengurangi asupan mengikuti anjuran yang
makanan garam diberi perawat
DO :
Pasien tampak
mendengarkan apa yang
diinformasikan perawat
DS :
Kolaborasi pemberian
1 Pasien mengatakan sudah
18.00 analgetik
Wita minum obat captopril
DO :
Pasien tampak minum obat
VI. EVALUASI
Nomor
Nama/
No Tgl/Jam Diagnosa Evaluasi
TTD
Keperawatan
1. 02 1 S :
September - Pasien mengatakan nyeri yang
2020 dirasakan berkurang setelah dilakukan
18.30 pijat akupresure
Wita - P:Nyeri bertambah ketika banyak
beraktivitas
- Q:Nyeri hilang timbul seperti dipukul-
pukul
- Lokasi nyeri di kepala belakang atau
tengkuk
- S: Skala nyeri 3
- T:nyeri dirasakan kadang-kadang.
O:
- Klien tampak tidak meringis
- Klien tampak tenang
- Hasil TTV, TD: 140/80 mmHg, N: 86
x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 36,20C
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 02 2 S:
September - Pasien mengatakan setelah dipijat
2020 akupresure bisa tidur siang selama 60
18.30 menit dan tidak terjaga
Wita - Klien mengatakan tidak lelah
O:
- Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA Ny. L DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DENGAN
INTERVENSI KEPERAWATAN AKUPRESUR DI
BANJAR SAIH DESA PEGUYANGAN KAJA
TANGGAL 02 SEPTEMBER 2020
OLEH :
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny.NG
2. Umur : 62 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Dx.Medis : Hipertensi
5. Alamat : Br. Kajeng, Desa Pemogan
B. KEADAAN UMUM
1. Keadaan Umum : Baik
2. TTV
a) Tekanan Darah : 150/80mmHg
b) Frekuensi Nadi : 92x/menit
c) Frekuensi Nafas : 22x/menit
d) Suhu : 36,40C
3. Kesadaran : Composmentis
4. GCS : E=4 V=5 M=6
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri Kronis (D.0078) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien mengatakan sering sakit dikepala bagian tengkuknya, nyeri dirasakan
saat melakukan banyak aktivitas, nyeri seperti berdenyut, skala nyeri 5, klien tampak
meringis, klien tampak memegang daerah yang sakit, TD: 150/80mmHg, Nadi:
92x/menit
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional Nama/
Keperawatan Kriteria TTD
Hasil
1 Nyeri Kronis Setelah SIKI :
berhubungan dilakukan 1. Manajemen Nyeri
dengan agen intervensi a. Observasi
pencedera keperawatan 1) Identifikasi lokasi, 1. untuk mengetahui
fisiologis selama 1 x karakteristik, karakteristik nyeri
20 menit durasi, frekuensi, yang dirasakan
diharapkan kualitas dan
tingkat nyeri intensitas nyeri
menurun 2) Identifikasi skala
dengan nyeri
Kriteria 3) Identifikasi respons
hasil : nyeri non verbal
1.Melaporka 4) Monitor
n nyeri keberhasilan terapi
menurun komplementer yang
2. Klien diberikan
tampak b. Terapeutik
2.Teknik
tidak 1) Berikan teknik
nonfarmakologis
meringis nonfarmakologis
terapi kompres
3. Klien untuk mengurangi
hangat untuk
tampak rasa nyeri
mengurangi nyeri
tidak (misalnya TENS,
gelisah hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres hangat/
dingin, terapi
bermain)
2) Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (misalnya
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat
tidur
4) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
1) Menjelaskan 3.mengetahui
penyebab, penyebab atau
periode, dan pemicu nyeri yang
pemicu nyeri timbul
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Jelaskan monitor
nyeri secara
mendiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian 4. Untuk
analgetik (jika mengurangi rasa
diperlukan) nyeri
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tgl/ Jam Diagnosa Implementasi Respon Klien Nama/
Keperawatan TTd
1 02 September Nyeri Akut 1. Berikan teknik DS :
2020 berhubungan nonfarmakologis Klien mengatakan bersedia
15.00 Wita dengan agen untuk dan mau mencoba
pencedera mengurangi rasa tindakan akupresure
fisiologis nyeri (tindakan DO :
komplementer Klien tampak kooperatif
akupresure) saat diberikan tindakan
akupresure selama 20
menit
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nomor
Nama
No Tgl/ Jam Diagnosa Evaluasi
/ TTD
Keperawatan
1 02 September 1 S:
2020 / 15.00 - Klien mengatakan nyeri kepala bagian
wita tengkuk sudah berkurang
- P : saat melakukan banyak aktivitas
Q : Nyeri seperti berdenyut
R : di tengkuk
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
A : Masalah teratasi
P:
- Melakukan tindakan non farmakologis
terapi komplementer akupresure (bila
diperlukan)
I. Lampiran
1. Hasil review jurnal
Peneliti Judul Sampel Metode Output
Haryani Efektifitas Akupresur dalam 55 Peneliti Hasil penelitian
et al Menurunkan Skala Nyeri respond an ini menunjukkan bahwa
(2020) Pasien Hipertensi di Wilayah en menggu terdapat perbedaan
Kerja Puskesmas Perumnas nakan rata-rata skor nyeri
desain antara sebelum
quasi dengan setelah
experi diberikan intervensi
ment akupresur.
Akupresur dapat
digunakan untuk
mengurangi nyeri
lebih baik dengan p
value 0,001. Terapi
akupresur memiliki
banyak fungsi bagi
kesehatan tubuh
salah satunya adalah
menurunkan nyeri
akut maupun kronis
Maharani Pengaruh Terapi Akupresur 16 Quasy Hasil penelitian
et al. Totok Punggung terhadap respond experi terapi akupresur
(2019) Tekanan Darah pada Pasien en mental totok punggung ini
Hipertensi di Wilayah Kerja dengan adalah terdapat
Puskesmas Bandarharjo pendek pengaruh pada
Semarang atan tekanan darah pada
pre- pasien hipertensi
post dengan (p value =
test 0,000).
design Rekomendasi pada
penelitian ini adalah
terapi akupresur
totok punggung
dapat digunakan
sebagai terapi
komplementer untuk
menurunkan
tekanan darah.
Wariin et Pengaruh Penekanan Titik 20 Quasy Hasil penelitian
al. (2018) Akupresur Taixi (Ki3), orang eksperi didapatkan bahwa
Sanyinjiao (Sp6) terhadap ment nilai sistole p=0,001
Penurunan Tekanan Darah one (p < α), nilai MAP
pada Lansia Dengan Hipertensi group p= 0,000 (p < α) dan
Di PSTW Jember pretest diastol
posttest menggunakan uji
Wilcoxon signed
rank test didapatkan
p= 0,004 (p < α)
yang menunjukkan
bahwa penekanan
titik akupresur Taixi
(Ki3) dan
Sanyinjiao (Sp6)
efektif menurunkan
tekanan darah pada
lansia dengan
hipertensi di PSTW
Jember
2. Pembahasan
Hipertensi saat ini telah menjadi masalah global dan hamper menduduki
peringkat pertama masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di setiap negara.
Hipertensi merupakan bagian dari penyakit tidak menular yang sering terjadi di dunia
termasuk Indonesia. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena pada sebagian
besar kasus tidak menunjukkan tanda dan gejala apapun, sehingga penderita tidak
Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes RI, (2018) penderita hipertensi yang pernah
didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, penduduk minum obat sendiri sebesar
0,1% dan 76,1% penderita tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi. Sebagian
besar orang takut untuk memeriksakan penyakit yang dialami, sehingga tidak
pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang dipergunakan
sebagai alternative atau pelengkap pengobatan medis tertentu (Kozier, Erb, Berman,
& Snyder, 2016). Salah satuterapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk
Pada penderita hipertensi sering muncul gejala sakit kepala, pening, dan nyeri
pada tengkuk. Sakit kepala pada penderita hipertensi dapat diatasi dengan pijat
akupresur, salah satunya adalah titik meridian GV 20 Baihui yang efektif untuk
garis meridian kepala dan garis penghubung puncak daun telinga kiri-kanan yang
berfungsi sebagai perbaikan sirkulasi pembuluh darah dan pusing atau sakit kepala
(Kwan, 2018). Manfaat akupresur antara lain membantu dalam pengelolaan stres,
menenangkan ketegangan syaraf, dan meningkatkan relaksasi tubuh. Teknik terapi ini
menggunakan jari tangan yang dilakukan pada titik yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi. Pijatan-pijatan pada titik tertentu dalam terapi akupresur dapat
membantu pasien dalam mencapai tujuan dan criteria hasil, perencana tindakan
pendidikan kesehatan, rujukan atau kolaborasi. Rasional adalah dasar pemikiran atau
2013).
dengan pasien mengeluh sakit kepala, dengan skala nyeri 5 dari (0-10).Ada dua cara
dan membuat klien nyaman yaitu mengajarkan teknik relaksasi (Potter& Perry,2015).
dimanifestasikan sebagai penderita yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,
ancaman, mengacu kepada teori dari asosiasi nyeri internasional, pemahaman tentang
nyeri lebih menitik beratkan bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk
penatalaksanaan nyeri yang menitik beratkan pada manipulasi fisik (Yulia, 2017).
rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya. Penyakit hipertensi merupakan
salah satu penyakit yang sering ditemui dalam masyarakat, salah satunya pada
kelompok lanjut usia (lansia) yang ditandai dengan nyeri yang terjadi secara sewaktu-
waktu pada kepala. Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan
secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri hipertensi yaitu dengan melakukan
pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu
kulit yang berdampak positif terhadap kondisi fisik, mental sosial dan spiritual.
pada titik tertentu yang dapat digunakan untuk pengobatan di rumah dalam rangka
kepala.
c. Konsep masalah keperawatan dan Intervensi yang dipilih sesuai hasil review
Jurnal
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor nyeri antara sebelum dengan
nyeri lebih baik dengan p value 0,001. Terapi akupresur memiliki banyak fungsi bagi
kesehatan tubuh salah satunya adalah menurunkan nyeri akut maupun kronis
Pada jurnal kedua tentang Pengaruh Terapi Akupresur Totok Punggung
Bandarharjo Semarang. Hasil penelitian terapi akupresur totok punggung ini adalah
terdapat pengaruh pada tekanan darah pada pasien hipertensi dengan (p value =
0,000). Rekomendasi pada penelitian ini adalah terapi akupresur totok punggung
Pada jurnal ketiga tentang Pengaruh Penekanan Titik Akupresure Taixi (Ki3),
dimana penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di PSTW Jember
memiliki rata-rata sistole 155 mmHg dan rata-rata diastol 93,5 mmHg dan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi sesudah dilakukan tindakan penekanan titik
akupresur memiliki rata-rata sistole 142 mmHg dan rata-rata diastol 85 mmHg.
Tentunya dalam hal ini dapat dilihat bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
gejala akibat hipertensi khususnya nyeri, serta dapat menghilangkan ketegangan dan
rasa tidak nyaman. Terapi akupresure juga dapat dijadikan sebagai terapi pendukung
Wariin, S. & Pranata, A. E., 2019. Pengaruh Penekanan Titik Akupresure TAIQI (Ki3)
Sanyinjiao (Sp6) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di
PSTW Jember. STIKES dr. Soebandi Jember, Indonesia, pp. 1-8.
Haryani, S & Misniarti. 2020. Efektifitas Akupresur dalam Menurunkan Skala Nyeri Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas. Jurnal Keperawatan Raflesia,
Volume 2 Nomor 1.
Maharani, M & Widodo, S. 2019. Pengaruh Terapi Akupresur Totok Punggung terhadap
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo
Semarang. Prosiding Mahasiswa Seminar Nasional Unimus Volume 2.