Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pena Sains Vol. 4, No.

2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311


e-ISSN: 2527-7634
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHALLENGE BASED
LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI LINGKUNGAN KELAS X DI SMA NEGERI 4
PRABUMULIH
Nurlaili1, Dini Afriansyah2, dan Yeni Atika Nuri3
1,2 Dosen Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,UIN Raden FatahPalembang,
Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri No. 1 A Km 3,5, Palembang 30126, Indonesia
diniafriansyah90@gmail.com
3 Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Raden Fatah Palembang
Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri No. 1 A Km 3,5, Palembang 30126, Indonesia
yenianur@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajan Challenge Based Learning
terhadap kemampuan berpikir kritis materi lingkungan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group
Design. Pengambilan sampel digunakan dengan menggunakan teknik purvosive sampling. Sampel
penelitian ini kelas X.2 sebagai eksperimen berjumlah 20 dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol
berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa N-gain rata-rata kelas eksperimen
adalah 0,61 yang termasuk kategori sedang dan N-gain rata-rata untuk kelas kontrol 0,24 yang
termasuk kategori rendah. Analisis data menggunakan uji-t dengan taraf signifikan 0,05 diperoleh
thitung = 5,674 sedangkan ttabel = 1,685 terlihat bahwa thitung > ttabel. Oleh karena itu (Ha) diterima dan
(H0) ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Challenge Based
Learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis kelas X SMA Negeri 4 Prabumulih.

Kata Kunci: Model pembelajaran challenge based learning; Kemampuan berpikir kritis materi
lingkungan; SMA Negeri 4 Prabumulih.

Abstract

This study aims to determine the effect of learning model Challenge Based Learning on the critical
thinking ability of environmental materials. The research method used in this research is a quasi-
experiment with Non-Equivalent Control Group Design research design. Sampling was used by using
purposive sampling technique. The sample of this study class X.2 as the experiment amounted to 20
and class X.3 as the control class amounted to 21 students. The results of this study indicate that the
average N-gain of the experimental class is 0.61 which is in the medium category and the average N-
gain for the control class is 0.24 which belongs to the low category. Data analysis using t-test with
significant level 0,05 obtained tcount = 5,674 while ttable = 1,685 seen that tcount> ttabel. Therefore (Ha)
accepted and (H0) rejected thus can be concluded that the learning model of Challenge Based
Learning have an effect on critical thinking ability of class X SMA 4 Prabumulih.

Keywords: Challenged learning model; Critical thinking ability; Environmental material; SMA
Negeri 4 Prabumulih.).

97
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
dalam buku, dan pasif dalam mengajukan
Pendahuluan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan
dari permasalahan yang diajukan guru
Pendidikan adalah suatu proses Selain itu, menurut informasi dari
yang kompleks dan melibatkan berbagai guru, pencapaian hasil belajar kelas X pada
pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan semester sebelumnya nilai rata-rata < 75
masyarakat sebagai lingkungan dan masih di bawah rata-rata KKM
pendidikan yang dikenal sebagai sekolah. Rata-rata KKM sekolah untuk
pendidikan (Suardi, 2012). pelajaran Biologi yaitu 75. Hal ini
Arah pendidikan abad 21 ini sangat menunjukkan bahwa hasil belajar Biologi
relevan dengan tujuan pendidikan di siswa yang rendah disebabkan oleh
Indonesia sebagaimana tercantum Undang kemampuan berpikir kritis siswa terhadap
Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pemahaman konsep Biologi rendah.
Pendidikan Nasional berfungsi untuk Rendahnya kemampuan berpikir kritis
mengembangkan kemampuan dan siswa terutama pada analisis dan
membentuk watak serta peradaban bangsa penjelasan yaitu pada materi lingkungan
yang bermartabat dalam rangka sebagian siswa kelas X mendapat nilai
mencerdaskan kehidupan bangsa, jauh di bawah KKM. Hal ini ditunjukkan
bertujuan untuk berkembangnya potensi dengan nilai hasil ulangan harian siswa di
peserta didik agar menjadi manusia yang kelas X sekitar 50% siswa belum mencapai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang harapan atau masih di bawah KKM yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, sudah ditetapkan yaitu 75. Hal tersebut
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan disebabkan oleh kurangnya kemampuan
menjadi warga negara yang demokratis siswa untuk berpikir kritis terhadap materi
serta bertanggung jawab (Sudarsiman, pelajaran dikarenakan kurangnya model
2015). atau metode pembelajaran yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara yang oleh guru.
dilakukan terhadap guru mata pelajaran Berdasarkan hasil wawancara
Biologi kelas X bahwa guru lebih sering terhadap siswa kelas X SMA Negeri 4
menggunakan metode ceramah karena Prabumulih yang dilakukan terhadap siswa
pelajaran Biologi membutuhkan lebih ditemukan bahwa rendahnya hasil belajar
banyak penjelasan. Hanya saja dalam siswa terjadi karena siswa kurang paham
pembelajarannya masih banyak siswa dan menguasai konsep-konsep Biologi
yang kesulitan dalam mempelajari yang dipelajari. Siswa beranggapan bahwa
konsep-konsep Biologi. Pada pengamatan materi Biologi adalah materi hafalan,
proses pembelajaran Biologi untuk sehingga mereka kesulitan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis menguasai konsep materi pembelajaran.
siswa, menunjukkan proses pembelajaran Metode ceramah dan tanya jawab yang
dan soal-soal evaluasi yang diberikan guru gunakan membuat siswa merasa
belum berorientasi untuk mengembangkan bosan dan kurang menarik untuk
kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga diperhatikan, guru menjelaskan dengan
siswa kurang dilatih untuk cepat dan tidak memberi kesempatan pada
mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk mencatat, membuat siswa
kritis. Hal ini mengakibatkan rendahnya beranggapan Biologi itu mata pelajaran
kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa yang membosankan, sulit untuk diingat
kesulitan menganalisis informasi yang ada, (hafal) dan abstrak karena
cenderung menerima apa adanya informasi ketidakmampuan siswa menguasai konsep
yang disampaikan maupun yang tertulis Biologi, siswa tidak aktif dan tidak terlibat
98
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
langsung dalam kegiatan pembelajaran No Fase Keterangan
sehingga semangat siswa untuk belajar siswa membuat jawaban
yang lebih spesifik atau
kurang. Hasil wawancara di atas hampir menemukan solusi dalam
semuanya sama dengan jawaban tindakan yang nyata.
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Guiding Pada tahap ini, siswa
dalam angket yang juga diisi oleh siswa Questions membuat pertanyaan,
kelas X SMA Negeri 4 Prabumulih. (pertanyaan dimana pertanyaan ini
pemandu) mewakili pengetahuan
Salah satu upaya meningkatkan yang diperlukan oleh siswa
kemampuan berpikir kritis siswa yaitu untuk menemukan dengan
dengan menggunakan model pembelajaran benar tantangannya.
yang menarik, membantu siswa dalam Guiding Pada tahap ini, siswa
memahami konsep materi yang Activities terlihat melakukan
(aktivitas percobaan pengamatan,
menghubungkan konsep yang telah pemandu) mengumpulkan data, dan
dimiliki dengan dunia nyata (Windrianti, menganlisis serta
2013). bekerjasama dalam
Salah satu model pembelajaran kelompok kecil untuk
menyelesaikan tantang.
yang tepat untuk kemampuan berpikir Guiding Pada tahap ini, siswa
kritis dan menggali kemampuan siswa Resources menuliskan hasil
yaitu dengan Challenge Based Learning (sumber keseluruhan kegiatan yang
merupakan sebuah model pembelajaran pemandu) di dukung dengan literatur
yang menggabungkan aspek penting seperti buku paket Biologi.
Solutions pada tahap ini siswa
seperti pembelajaran berbasis masalah, (solusi) melakuakan aktifiats
pembelajaran berbasis proyek dan berpikir untuk
pembelajaran kontekstual yang difokuskan memberikan kesimpulan
pada permasalahan nyata (Johnson et al, dan solusi terkait materi
pembelajaran, yang dapat
2009). Tahap-tahap dalam Model
dapat diartikulasikan
Challenge Based Learning dapat dilihat secara jelas. Solusi
pada tabel 1 (Apple, 2008). merupakan jawaban akhir
dari challenge yang telah
Tabel 1. Fase-fase Model Challenge dilakukan.
Assesment Pada tahap ini, guru
Based Learning (penilaian) dituntut mendorong siswa
No Fase Keterangan untuk menjelaskan dari
1 The Big Idea Tahap ini, guru hasil tantangan dengan
(ide atau menampilkan ide besar kalimat/pemikiran sendiri,
gagasan sebuah konsep luas yang meminta bukti dan
utama) dapat dieksplor dalam klarifikasi atas penjelasan
banyak cara yang menarik, siswa, dan saling
ide ini yang akan menjadi mendengar secara kritis
fokus utama pembelajaran penjelasan antarsiswa dan
hingga selesai. guru.
Essential Pada tahap ini, guru Publishing Pada tahap ini siswa
Questions memberikan petanyaan- (publikasi) mendokumentasikan
(pertanyaan pertanyaan untuk pengalaman mereka yaitu
penting) membantu dalam dengan mempresentasikan
mengungkap kebenaran- kepada siswa yang lain
kebenaran yang ada. atau menyebarknya
The Pada tahap ini, guru dimading sekolah.
Challenge memberikan suatu
(tantangan) tantangan yang dapat
menggambarkan ide atau
gagasan utama dengan

99
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
Metode Penelitian penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, tahap
Penelitian ini adalah penelitian pelaksanaan dan tahap evaluasi
kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan Data hasil penelitian dianalisis
pada 03 April 2017 sampai dengan 22 untuk menginterpretasikan data yang telah
April 2017 di SMA Negeri 4 Prabumulih. terkumpul sekaligus menjawab hipotesis
Penelitian ini dilaksanakan pada 03 April penelitian. Sebelum dilakukan analisis
2017 sampai dengan 22 April 2017 di akhir (pengujian hipotesis), maka perlu
SMA Negeri 4 Prabumulih. Kriteria dilakukan pengujian prasyarat pada data
pengambilan sampel dalam penelitian ini yang telah diperoleh.
menggunakan Dalam penelitian ini Hasil data rata-rata pretest yang
peneliti menggunakan purposive sampling didapatkan pada kelas eksperimen maupun
adalah teknik penentuan sampel dengan kelas kontrol dilihat pada diagram batang
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2015). pada gambar 1.
Data yang diperoleh dari lembar
observasi dianalisis secara deskriptif untuk
setiap siklusnya. Hasil analisis digunakan
sebagai masukan perbaikan bagi siklus
berikutnya.
Uji normalitas data dalam penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk. Uji homogenitas digunakan
dengan teknik Levene Statistic. Uji
hipotesis digunakan dengan analisis Gambar 1. Digram Batang Skor Rata-Rata
Independent Sample T-test. Pada uji t ini, Pretest
ada beberapa ketentuan yang dijadikan
pedoman, yaitu jika thitung < ttabel atau nilai Berdasarkan diagram batang di atas
signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan dapat dilihat rata-rata pretest kelas
jika thitung > ttabel atau nilai signifikansi < eksperimen adalah 61,62 dan kelas kontrol
0,05 maka H0 ditolak (Gunawan, 2016). adalah 59,88 yang berarti nilai rata-rata
Gain adalah selisih nilai pre-test dan pretest kelas eksperimen lebih tinggi
post-tes, gain menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan kelas kontrol.
penguasaan konsep siswa setelah
dilakukan pembelajaran dilakukan oleh Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest dengan
guru. N-Gain dianalisis uji normalitas, Shapiro-Wilk
homogenitas, serta uji-t dengan bantuan No Kelas Signifikan Keterangan
program SPSS 23. Rumus yang digunakan 1 Eksperimen 0,673 > 0,05 Data
berdistribusi
untuk menghitung gain ternormalisasi normal
adalah: 2 Kontrol 0,281 > 0,05 Data
berdistribusi
g= normal

Berdasarkan hasil uji normalitas


Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah didapatkan, dapat diketahui
bahwa nilai uji normalitas untuk kelas
Penelitian ini dilaksanakan di SMA ekperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar
Negeri 4 Prabumulih pada tanggal 02
0,673 dan 0,281 > 0,05, maka sesuai
sampai dengan 22 April 2017. Pada dengan dasar pengambilan keputusan

100
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
dalam uji normalitas Shapiro-Wilk, kedua memastikan bahwa data setiap variabel
data dinyatakan berdistribusi normal. yang dianalisis berdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Pretest


dengan Levene Statistic Kemampuan Berpikir
Kritis
Levene Statistic df 1 df 2 Sig
0,036 1 39 0,851

Berdasarkan hasil uji homogenitas Gambar 2. Diagram Batang Skor Rata-Rata


yang telah didapatkan diketahui bahwa Posttest
nilai signifikan uji homogenitas untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu Dengan menggunakan menu
sebesar 0,851 > 0,05, maka dengan dasar
Analize – Nonparametric test – Simple 1
pengambilan keputusan dalam uji
homogenitas Levene Statistic, dapat K-S pada program SPSS versi 16,
dinyatakan bahwa kedua kelompok didapatkan hasil perhitungan pada tabel 5.
memiliki varian yang sama atau homogen.
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Posttest dengan
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Pretest dengan Teknik Shapiro-Wilk
Uji-t No Kelas Signifikan Keterangan
Kelas Mean thitung ttabel Sig. 1 Eksperimen 0,734 > 0,05 Data
Eksperimen 61,62 0,627 1,684 0,534 berdistribusi
Kontrol 59,88 normal
2 Kontrol 0,163 > 0,05 Data
berdistribusi
Berdasarkan tabel di atas untuk nilai normal
pretest pada kelas eksperimen dan kontrol
diperoleh bahwa nilai thitung sebesar Berdasarkan hasil uji normalitas
0,627, berdasarkan tabel distribusi, nilai yang telah didapatkan, dapat diketahui
ttabel untuk df = 39 sebesar 1,684, dan bahwa nilai uji normalitas untuk kelas
nilai signifikansi 0,534 > 0,05. Dengan ekperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar
nilai thitung < ttabel, maka sesuai dengan 0,734 dan 0,163>0,05, maka sesuai dengan
dasar pengambilan keputusan dalam uji-t dasar pengambilan keputusan dalam uji
Independent sample, dapat disimpulkan normalitas Shapiro-Wilk, kedua data
bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. dinyatakan berdistribusi normal.
Keputusan yang diperoleh adalah terima
H0, yang artinya siswa pada kelas Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Posttest
ekperimen dan kelas kontrol pada materi dengan Teknik Levene Statistic Kemampuan
perubahan lingkungan tidak berbeda Berpikir Kritis Siswa
signifikan atau mempunyai pengetahuan Levene df 1 df 2 Sig
awal yang sama. Statistic
Berdasarkan data posttest diperoleh 3,212 1 39 0,851
nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar
84,21 dengan banyak data 38 dan kelas Berdasarkan hasil uji homogenitas
kontrol sebesar 70,92 dengan banyak data yang telah didapatkan diketahui bahwa
21. Uji normalitas bertujuan untuk nilai signifikansi uji homogenitas untuk

101
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu untuk kelas eksperimen adalah 0,61
sebesar 0,081 > 0,05, maka dengan dasar dengan kategori sedang sedangkan rata-
pengambilan keputusan dalam uji rata N-Gain kelas kontrol adalah 0,24
homogenitas Levene Statistic, dapat dengan kategori rendah. Selanjutnya untuk
dinyatakan bahwa kedua kelompok mengetahui tingkat N-Gain siswa pada
memiliki varian yang sama atau homogen. kelas eksperimen, berikut rangkuman
berdasarkan hasil perhitungan N-Gain.
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Posttest dengan Adapun hasil analisis kemampuan
Uji-t berpikir kritis siswa diukur melalui
Kelas Mean thitung ttabel Sig. pendiskripsian kemampauan kognitif yang
Eksperimen 84,82 5,674 1,684 0,000
Kontrol 70,92
digunakan dalam penyelesaian soal antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
Berdasarkan tabel di atas untuk nilai berdasarkan indikator kemampuan
posttest pada kelas eksperimen dan kontrol berpikir kritis intrepretasi-pengaturan diri
diperoleh bahwa nilai thitung sebesar dan persentase N-Gain dari hasil pretest
5,674, berdasarkan tabel distribusi, nilai dan posttest, disajikan dalam diagram
ttabel untuk df = 39 adalah sebesar 1,685, batang pada gambar4.
dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan
nilai thitung > ttabel, maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dalam uji-t
Independent sample, dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya
terdapat pengaruh model pembelajaran
Challenge Based Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X
di SMA Negeri 4 Prabumulih. Keputusan
Gambar 4. Diagram Batang indikator
yang diperoleh adalah terima Ha, yang
kemampuan berpikir kritis Kelas Eksperimen
artinya siswa pada kelas ekperimen dan dan Kelas Kontrol
kelas kontrol pada materi sistem peredaran
darah manusia berbeda signifikan atau Berdasarkan diagram batang di atas
mempunyai penguasaan konsep yang dapat diketahui bahwa persentase setiap
berbeda. indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu
didapatkan interpretasi, analisis, evaluasi,
kesimpulan, penjelasan dan pengaturan
diri, antara kelompok eksperimen dan
kontrol seperti ditunjukkan pada gambar 5.
Berdasarkan gambar 5, untuk kelas
eksperimen % N-gain penguasaan konsep
pada indikator interpretasi, analisis,
evaluasi, kesimpulan, penjelasan dan
Gambar 3. Diagram Batang Skor Rata-Rata
pengaturan diri, secara berurutan adalah
N-Gain 22%, 18%, 12%, 26%, 24%, 24%. Pada
kelas kontrol persentase N-gain
Berdasarkan diagram di atas, dapat penguasaan konsep pada indikator
dilihat rata-rata N-Gain kelas eksperimen interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan,
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata penjelasan dan pengaturan diri secara
N-Gain kelas kontrol. Rata-rata N-Gain berurutan adalah 3%, 24%, 9%, 3%, 10%,

102
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
11%. %. Peningkatan kemampuan memfokuskan pada penyelesaian
berpikir kritis yang paling tinggi yang challenge di bawah bimbingan guru.
dicapai kelas eksperimen terjadi pada Keterlibatan siswa ini menjadikan
indikator kesimpulan dan penjelasan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna
pengaturan diri, masing-masing secara sehingga melatih kemampuan berpikir
berurutan sebesar 26%, 24% dan 24%. kritis yang mendalam bagi siswa (Johnson
Sedangkan kelas kontrol terjadi pada et al., 2009).
indikator soal analisis sebesar 24%. N-Gain (selisih antara nilai posttest
Persentase N-gain kemampuan berpikir dan pretest), yang menujukkan
kritis yang paling rendah untuk kelas peningkatan penguasaan konsep siswa
eksperimen dan kelas kontrol terjadi pada setelah pembelajaran. Rata-rata N-gain
indikator evaluasi. pada kelas eksperimen adalah 0,61 yang
Berdasarkan hasil penelitian maka berarti termasuk dalam kategori sedang,
dapat diketahui bahwa nilai pretest pada sedangkan rata-rata N-gain pada kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol, kontrol adalah 0,24 yang berarti termasuk
setelah dilakukan uji normalitas dan uji dalam kategori rendah. Setelah dilakukan
homogenitas serta uji-t dengan bantuan uji normalitas, uji homogenitas serta uji-t,
program SPSS 23 hasil yang didapat hasil yang didapat adalah nilai signifikansi
adalah thitung = 0,627< ttabel = 1,685 maka H0 0,000 < 0,05, berbeda signifikan yang
diterima dan Ha ditolak, yang artinya siswa artinya siswa pada kelas eksperimen dan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kelas kontrol mempunyai perbedaan N-
pada materi perubahan lingkunagn tidak Gain sehingga dapat disimpulkan bahwa
berbeda signifikan atau mempunyai peningkatan penguasaan konsep kelas
pengetahuan awal yang sama. Tidak eksperimen lebih tinggi dibandingkan
adanya perbedaan hasil pretest disini dapat dengan kelas kontrol.
diketahui dari proses kegiatan siswa Berdasarkan hasil analisis tingkat
mengerjakan soal pretest hal ini bisa kognitif soal diukur melalui pendiskripsian
terjadi karena mereka belum mempelajari kemampuan berpikir kritis yang digunakan
materi yang mereka kerjakan. Akan tetapi, dalam penyelesaian soal antara kelas
jika siswa tersebut bisa mengaitkan materi eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
yang ada di dalam soal pretest tersebut indikator KBK interpertasi-pengatura diri
dengan pengetahuan yang telah mereka dan persentase N-gain dari hasil pretest
dapat sebelumnya maka siswa akan bisa dan posttest, kelas eksperimen memiliki
menjawab soal tersebut tanpa harus peningkatan lebih tinggi dibandingkan
bertanya kepada temannya. kelas kontrol. Terjadinya peningkatan
Nilai posttest pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis siswa pada
dan kelas kontrol, setelah dilakukan uji materi perubahan lingkungan untuk setiap
normalitas, uji homogenitas serta uji-t aspek kemampuan berpikir kritis siswa.
dengan bantuan program SPSS 23 hasil Artinya penggunaan model pembelajaran
yang didapat adalah thitung = 5,674> ttabel = Challenge Based Leraning baik untuk
1,685, maka H0 ditolak dan Ha diterima, meningkatkan kemampuan berpikir kritis
yang artinya kelas eksperimen dan kelas siswa sesuai dengan kompleksitas soal.
kontrol pada materi sistem peredaran darah Persentasi N-gain penguasaan
manusia berbeda signifikan atau konsep yang paling rendah untuk
mempunyai pengetahuan yang berbeda. kelompok eksperimen maupun kelompok
Challenge Based Learning kontrol terjadi pada indikator dalam hal
merupakan suatu model pembelajaran evalausi. Hal ini dapat terjadi karena
yang berpusat pada siswa dan memang pekerjaan evaluasi memiliki
103
Jurnal Pena Sains Vol. 4, No. 2, Oktober 2017 p-ISSN: 2407-2311
e-ISSN: 2527-7634
tingkat kesulitan yang lebih dibandingkan Johnson et al., (2009). Challenge-Based
dengan aspek kognisi yang lain Learning: An Approach for Our
(interpertasi, analisis, kesimpulan, Time. Austin, Texas. The New
penjelasan dan pengaturan diri). Media Consortium. Website:
Berdasarkan uraian di atas http://www.nmc.org/pdf/Challenge-
menunjukkan bahwa perlakuan yang Based-Learning.pdf. Diakses 4
berbeda menyebabkan terjadinya hasil November 2016
akhir yang berbeda antara kelompok
eksperimen yang diajarkan menggunakan Kemdikbud. (2014). Konsep dan
model Challenge Based Learning dengan Implementasi Kurikulum 2013.
kelompok kontrol yang ajar dengan Paparan Wakil Menteri Pendidikan
pendekatan Saintifik. Dengan demikian, dan Kebudayaan R.I Bidang
ternyata terbukti bahwa model Challenge Pendidikan. Jakarta: Kementerian
Based Learning berpengaruh terhadap Pendidikan dan Kebudayaan.
kemampuan berpikir kritsi ssiwa dalam
materi perubahan lingkungan di kelas X Nawawi, S. (2015). Pengembangan Modul
SMA Negeri 4 Prabumulih. Berbasis Challenge Based Learning
Pada Materi Lingkungan Untuk
Meningkatkan Kemampuan
Kesimpulan dan Saran Berpikir Kritis Siswa. [Tesis].
Universitas Negeri Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa nilai thitung = Suardi, M. (2012). Pengatar Pendidikan
5,674 > ttabel =. 1,685 maka Ha diterima Teori dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
yang berbunyi: ada pengaruh model
Challenge Based Learning terhadap Sudarsiman, S. (2015). Memahami
kemampuan berpikir kritis siswap pada Hakikat dan Karakteristik
materi lingkungan Kelas X SMA Negeri 4 Pembelajaran Biologi dalam Upaya
Prabumulih. Menjawab Tantangan Abad 21 Serta
Optimalisasi Implementasi
Kurikulum 2013. Jurnal Florea
Daftar Pustaka Volume 2 No. 1, April 2015 (29-
35).
Apple, Inc. (2008). Apple Classrooms of
Tomorrow-Today Learning in the Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
21st Century. Cupertino, California: Kombinasi (Mixed Methods).
Apple, Inc. Bandung: Alfabeta.
Fascione, Peter A. (2013). Critical Windrianti, M. G. (2013). Penerapan
Thinking: What It Is and Why It Challenge Based Learning (CBL)
Counts.Insight Assessment. dengan Pendekatan Keterampilan
Website: Metakognisi Terhadap Hasil Belajar
http://www.insightassessment.com/ Matematika Pada Materi Persegi
pdf_files/what&why2006.pdf. Kelas VII Smp Kristen 2 Salatiga.
Diakses 4 November 2016. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol
4. No 9. Hal 14.
Gunawan, I. (2016). Pengantar Statistik
Inferensial. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

104

Anda mungkin juga menyukai