Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun
Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun
2016
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20496
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SKRIPSI
Di Kecamatan Purba)
OLEH :
MEDAN
2016
Skripsi ini tidak mungkin bisa selesai dengan baik, jika tidak ada bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
3. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Siselaku Dosen Pembimbing Skripsi
penulis yang selalu bersedia berdiskusi, memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik dan benar.
4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Bapak Resman Saragih selaku Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Simalungun yang telah memberikan informasi dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi demi kemajuan
pariwisata Simalungun.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Zulpanuddin
Dalimunthe SH dan Ibunda Elima Gultom S.Pdi dan juga kedua kakak
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah kepada seluruh ciptaanNya. Amin.
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain minyak dan gas, di Indonesia
terbukti bahwa selalu lahir Undang – Undang (UU) yang mengatur masalah
Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 dan terakhir kali diubah menjadi Undang
kunjungan pelancong yacht dan wisata bahari, usaha – usaha ini juga bertujuan
NTT, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, potensi wisata yang
dimiliki Sumatera Utara sangat beragam, wisata alam, wisata budaya, dan wisata
agro tentu dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan
perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat pada setiap objek wisata tentu
tahun 2015, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kunjungan
wisatawan (Wisman) pada tahun 2015 sebesar 229.288 wisman, tahun 2014
tentu tidak kalah menarik dengan potensi wisata daerah lainnya di Sumatera
tersebar di 25 kecamatan, serta jenis wisata yang beragam seperti wisata alam,
1
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+di+Sektor+Pari
wisata/0/infografis, di unduh pada hari sabtu, tanggal 26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
2
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, di unduh pada hari minggu, tanggal
27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
salah satu daerah yang memiliki objek wisata terbanyak dan beragam di Sumatera
Utara.
billyar, karoke, kolam renang, kolam pancing, kebun binatang dan juga panti pijat.
Selain itu Perda Nomor 14 Tahun 2001 ini juga mengatur masalah promosi
dan hiburan di lokasi wisata potensial. Dan melakukan promosi pariwisata pada
wilayah, baik secara fisik, sosial, budaya dan ekonomi, jika pengembangan sektor
data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun januari
antara tahun 2015 dan 2014, dengan jumlah penurunan 65.307 wisatawan (tahun
wisatawan) 3.
objek wisata daerah lain, dari pada berwisata di objek wisata yang ada di
Kabupaten Simalungun.
objek wisata Rumah Bolon Purba yang terletak di Kecamatan Purba, Rumah
Bolon Purba merupakan istana bagi keluarga kerajaan purba yang dibangun pada
tahun 1864 oleh raja purba ke-XII tuan Rahalim. Rumah Bolon Purba juga
3
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah Kunjungan Wisata
tahun 2010 – 2015.
oleh bapak Rajamin Purba sebagai bupati Simalungun pada saat itu.
istana, Rumah Bolon Purba juga menjadi bukti peningggalan dinasti raja purba
yang memerintah sejak tahun 1515 hingga 1946, bentuk bangunan Rumah Bolon
Purba juga beragam dan memiliki makna yang beragam pula, dimulai dari balai
butu yang berarti bangunan jaga, kemudian di tengah berdiri rumah bolon yang
memiliki fungsi sebagai rumah bagi raja, kemudian balai bolon sebagai bangunan
Rumah Bolon Purba ini dibangun dengan menggunakan kayu dan tidak
Potensi wisata Rumah bolon Purba yang menarik dan memiliki nilai
pariwisata berkelanjutan tentu harus menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal
masyarakat disekitar objek wisata. Pemanfaatan potensi wisata tentu juga harus
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu
– isu strategi yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata
daerah, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan menganalis
Kabupaten Simalungun.
kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
Administrasi Negara.
dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan teori agar penelitian tidak sebatas
penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian 5. Untuk dapat
4
Kerlinger,F.N dalam Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES. hal 37.
5
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka
Cipta, hal 92.
berikut :
1.5.1 Strategi
Strategi Berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seni berperang,
setiap strategi tentu memiliki landasan dan konsep untuk mencapai sasaran.
penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai 6. lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
6
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.
7
Hamel dan Prahalad, ibid.
8
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh
Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh
organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan
lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri – ciri strategi antara lain 9 :
sebuah organisasi.
9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh
5. Berwawasan terbuka
Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu
Manfaat Strategi
yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor
menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
peluang.
terhadap aktivitas.
10
Dirgantoro dalam Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
ditetapkan.
1.5.2 Pariwisata
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan
kegiatan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang – Undang No.10
obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai agama,
adat istiadat serta pandangan nilai – nilai yang hidup didalam masyarakat,
kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai – nilai luhur yang dijunjung
masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil – hasil karya berupa bangunan
atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata.
Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata,
kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan
Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat
hidupnya.
1. Wisata Budaya
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti
11
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
pegunungan, serta flora dan fauna yang jarang ditemukan di tempat lain.
4. Wisata Konvensi
6. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat dan
rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa
misalnya :
semakin bertambah.
perekonomian nasional.
12
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari
– hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan
syaraf.
Bila diperhatikan lebih dalam maka produk pariwisata terdiri dari tiga
komponen dimana komponen yang satu berhubungan erat dengan komponen yang
lainnya, yaitu 14 :
wisata (DTW)
13
S. Medlik dan Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 3.
14
Victor T.C. Middleton. Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran
Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
Kreta Api.
dilaksanakan, harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan
atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional
wajar” 15.
wisatawan agar lebih lama berwisata dan lebih banyak membelanjakan uangnya di
daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Usaha pemasaran pariwisata tentu juga
berikut 16:
dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang
15
J. Krippendorf dalam Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah
Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 1.
16
Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 3.
2. OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi pemasaran
dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini
dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi sampai dengan
pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi
destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari
business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau
sebagai berikut 17 :
17
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.
masyarakat setempat.
daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang
yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan
diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan
masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka
Humprey pada tahun 1960 – 1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu
atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari
18
Sudarmo dalam Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.
Matriks SWOT
kesempatan kesempatan
STRATEGI (WT)
STRATEGI (ST)
Memininal kelemahan
ANCAMAN (T) Menggunakan kekuatan
dengan menghindari
untuk menghindari ancaman
ancaman
Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah
evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada
daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber
daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah
unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam Tabel 1.2
berikut ini 19 :
19
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth
Edition. New York: Routledge, hal 246.
UNSUR VARIABEL
pariwisata
Sumber :Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics,
berikut ini:
akan dapat diketahui isu ataupun faktor – faktor strategis yang perlu
dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka
yang menjadi pusat ilmu sosial 20. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat
tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi konsep yang digunakan yaitu :
1. Strategi
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.
20
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES,
hal 33.
program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang
2. Pariwisata
termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait
pengembangan dalam :
a. Pengembangan Amenitas
21
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
22
Victor T. C. Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
• Suvenir, Seni
b. Pengembangan masyarakat
Purba.
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor
internal yaitu Kekuatan dan Kelemahan, dan Faktor Eksternal yaitu Peluang dan
BAB I PENDAHULUAN
analisis data.
penelitian.
Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan
akan dianalisis.
Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat
diteliti.
BAB VI PENUTUP
METODOLOGI PENELITIAN
hasil penelitianya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya
populasi dan sampel 23. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas
23
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal 171.
24
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal 172.
Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan – bahan lain untuk
1. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan cara
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang
dalam penelitian ini menggunakan analisa data kuantitatif, analisa data kuantitatif,
yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam
satu kesatuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dan kemampuan daya nalar
25
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal 247.
dan sekitarnya yang juga menjadi suku asli di Provinsi Sumatera Utara. Beberapa
sumber megatakan bahwa leluhur suku Simalungun berasal dari India Selatan,
terdapat 4 (empat) marga (nama keluarga) asli suku Simalungun yang biasa
nusantara dan mendiami pesisir pantai pulau nusantara. Kelompok ini antara lain
adalah Batak (termasuk Simalungun), toraja, dayak dan nias. Gelombang kedua
(Deuteromelayu), datang sekitar 500 tahun SM. Kelompok ini termasuk orang
kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir
Selat Malaka) hingga ke Toba yaitu kerajaan nagur. Selama abad ke-13 hingga ke-
Singasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan –
sultan Melayu hingga Belanda. Dan pada masa saat itu terdapat cerita “Hattu ni
Toba pada masa itu) untuk pindah mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir
yang merupakan singkatan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali
pergi).
kerajaan Nagur itu sebagai Sima – sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk
daerah yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun. Daerah Simalungun
pada awalnya terdiri dari empat kerajaan, yaitu Kerajaan Siantar, kerajaan Panei,
kerajaan Dolog Silau dan kerajaan Tanah Jawa. Dan setelah kemerdekaan RI
Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota
98°32'- 99°35' Bujur Timur dengan luas 4.386,60 km2 berada pada ketinggian 0-
1.400 meter di atas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada
terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara
Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 43866 km2 atau 6,12 dari luas
wilayah sumatera utara. Kabupaten Simalungn terdiri dari 32 kecamatan dan 310
tinggi terletak dibagian barat daya, barat dan barat laut. dataran rendah terletak
pada bagian Utara, timur dan tenggara dengan kemiringan lereng 0 – 40%.
Horison dengan rata rata jarak tempuh ke ibukota Kabupaten 51,42 km dimana
jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113
nagori (Desa) dikepalai oleh seorang pangulu (Kepala Desa), berasal dari sistem
pemerintahan pada masa kerajaan di Simalungun yang pada masa itu kerajaan di
Nagori yang dikepalai oleh Pangulu dan Dusun yang dikepalai oleh Gamot,
sistem pemerintahan ini pun masih dipergunakan sampai saat ini. Ibukota
dari 31 kecamatan dan 310 nagori/desa dan 21 kelurahan. Berikut tabel nama –
26
Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Kabupaten
Simalungun. Hal 35.
No Nama Kecamatan
1 Kecamatan Raya
2 Kecamatan Siantar
4 Kecamatan Panei
9 Kecamatan Purba
10 Kecamatan Silimakuta
15 Kecamatan Bandar
27 Kecamatan Hatonduhan
mencakup :
• Perkebunan : 38,23%
• Sawah : 13,52%
• Hutan : 25,21%
• Pemukiman : 1,49%
• Sungai : 0,20%
suhu terendah 20,5°C. dan suhu tertinggi 32,2°C. Penyinaran Matahari rata-rata
5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01 milimeter per hari serta kelembaban
udara 84 persen. Suhu udara rata-rata meningkat bila dibandingkan dengan tahun
horja – horja adat (acara – acara adat). Hal ini dapat dilihat saat masyarakat
Simalungun bertemu, hal yang ditanyakan bukan aha do marga ni ham (apa
marga anda), akan tetapi hunja do hasusuran ni ham (darimana asal usul anda),
27
Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Kabupaten
Simalungun. Hal 36.
dolog, sin panei, na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei (dari Raya,
Purba, Dolog, Panei, yang manapun tidak berarti, asal penuh kasih).
antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan
termasuk dalam keturunan raja – raja yang ada di simalungun disebut sebagai
jolma tuhe tuhe atau silawar (pendatang). Tentu ini sebagai dampak dari hukum
menyatukan dirinya dengan marga raja – raja agar mendapat hak hidup di
Simalungun.
kekerabatan menurut adat istiadat yang ada di Simalungun, adapun yang menjadi
a. Unsur Sanina yang memiliki horja (pesta), ditambah dengan saudara laki –
b. Unsur Boru, pelaksana tugas dalam horja yang ditentukan, terdiri dari
yang terdiri dari saudara laki – laki dari ibu dan istri yang punya horja.
perempuan.
menurut besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan
adat yang dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari – hari hubungan kekerabatan ini
diistilahkan dengan Sisei, Sukkun, Sari dan Surduk Ibagas Habonaron Do Bona
• Dingat Martulang
• Sukkun Marsinhuta
dimana semua makhluk ataupun benda dipercayai memiliki kekuatan yang dapat
menjadi 3 (tiga), yaitu : Nagori Atas, Nagori Tongah, Nagori Toruh. Nagori Atas
adalah tempat Naibata (Tuhan) berada, Nagori Tongah adalah tempat manusia
dan makhluk hidup lainnya berada, Nagori Totuh adalah tempat roh – roh atau
Katolik, dan Islam, mayoritas dari masyarakat Simalungun telah menganut ajaran
Sebanyak 57,41%, Kristen sebanyak 42,14% dan ajaran agama lainnya 0,45%.
3.7.1 Visi
Berseri (Mantab)”
3.7.2 Misi
Manusia
3.8 Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Simalungun
1. Visi
nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk
strategik dan sinergis diantara para pelaku stake holders maupun sektor
yang terkait.
dengan rumah adat Batak Toba dan Batak Karo, karena Simalungun yang terletak
diantara pemukiman Batak Toba dan Batak Karo. Dalam hal arsitektur
bawah atau kaki selalu berupa susunan kayu yang masih bulat dipasang dengan
cara menyilang dari satu sudut kesudut lainnya. Ciri khas Rumah Bolon Purba
juga terletak pada atap yang diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap
dengan tanduknya, serta lukisan lukisan dengan warna merah, putih, hitam.
Ragam hias Rumah Bolon antara lain hiasan Selumpat pada tepian dinding
bagian bawah, hiasan saling berkaitan, kemudian hiasan Hambing Marsibak yaitu
kehidupan yang saling berkaitan sehingga melahirkan kekuatan dan kesatuan yang
tidak tergoyahkan. Hiasan pada bagian tutup keyong dengan motif segitiga, motif
cicak, ipan – ipan serta motif ikal yang menyerupai tumbuhan menjalar, biasanya
pada bagian ini diberi hiasan kepala manusia yang disebut Bohi – Bohi, sebagai
pengusir hantu, seperti halnya hiasan Ipan – Ipan yang menggambarkan segi –
segi runcing mempunyai maksud untuk menghambat hantu – hantu yang akan
masuk rumah.
Siantar, merupakan istana peninggalan kerajaan purba, dibangun pada tahun 1864
oleh raja purba ke-XII Tuan Rahalim. Terbuat dari kayu keras dengan dinding
papan yang unik serta ditopang oleh 12 penyangga, rumah ini dibangun dengan
induk tempat raja dan keluarganya tinggal, Balei Bolon merupakan tempat
bangunan tempat permaisuri bertenun, Losung tempat wanita atau istri dan selir
raja menumbuk padi, Uttei Jungga tempat tinggal panglima dan keluarganya, dan
Balei Buttu sebagai tempat para penjaga istana. Raja Purba adalah seorang raja
yang sangat terkenal dizamannya, memiliki 24 istri dan salah satu diantaranya
Meski keturunan raja Purba tidak berkuasa lagi sejak tahun 1946, namun
jejak kerajaannya masih tegak berdiri hingga hari ini, istana yang dikenal dengan
Rumah Bolon (Rumah Besar) menjadi saksi 14 keturunan raja purba yang
dengan rapat – rapat. hanya ada satu pintu masuk dan keluar di Rumah Bolon
sehingga pada zaman kerajaan dulu musuh tidak mudah masuk kedalam komplek
istana raja. Rumah Bolon persis terletak dibagian tengah komplek kejaraan,
terdapat tempat tidur masing – masing isteri raja, sehingga Rumah Bolon
bukanlah seperti dalam cerita kemegahan kerajaan versi dongeng. Para isteri raja
dengan perapian lainnya tidak memiliki sekat, dan raja sendiri hanya memiliki
satu tempat tidur sempit dengan selembar tikar didalamnya, kamar raja pun harus
dibagi dua lagi, yang bagian bawahnya terdapat lorong kecil sebagai tempat tidur
ajudan atau pesuruh raja, dan pada bagian atasnya tempat tidur raja.
isteri yang dikehendaki, setelah diberikan maka sang isteri langsung menuju
selanjutnya untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, seperti halnya
tradisi dinasti cina, seorang ajudan raja harus dikebiri terlebih dahulu, namun
tradisi seperti ini tidak jelas berlangsung sampai kapan, karena pada masa raja
purba ke-XIII telah masuk ajaran agama, dan kemungkinan sejak itulah
pengkebirian sudah tidak diterapkan lagi terhadap ajudan raja, selain itu raja purba
Puncak kejayaan raja purba disebut – sebut pada masa pemerintahan raja
purba ke-XII, pada masa pemerintahannya Rumah Bolon diperbesar agar dapat
menampung isteri raja yang berjumlah 12 orang, Rumah bolon yang berdiri
Selain rumah bolon sebagai bangun utama istana kerajaan, juga terdapat
bangunan lain yang juga tepat beda di sekitar rumah bolon, tepat di depan rumah
bolon terdapat panggung kecil yang disebut Pattangan Raja sebagai tempat
bersantai raja yang tidak boleh satu orang pun selain raja menempatinya, di
dibagian belakang rumah bolon terdapat juga bangunan yang sama dengan
keluar terdapat makam keluarga kerajaan, namun menurut Zaipin Purba yang
mengaku sebagai keturunan raja purba dari salah satu isteri raja purba ke-XII
tidak semua makan raja purba diketahui keberadaannya, raja yang dimakamkan di
komplek istana raja rumah bolon hanya raja purba ke-IX sampai ke-XII,
sedangkan raja Mogang menjadi korban revolusi rakyat Simalungun yang hingga
kini tidak diketahui jasadnya. Sehingga untuk mengenang raja – raja yang tidak
membangun tugu di komplek rumah bolon, satu untuk mengenang kedelapan raja,
Bangunan lain yang cukup unik adalah tempat penumbukan padi, pada
bangunan ini tersedia dua alat penumbuk (Losung) lengkap dengan alunanya,
diundanglah gadis – gadis cantik dari seluruh daerah untuk menumbuk padi
dibangunan tersebut, raja akan memperhatikan mereka satu persatu dan jika raja
persis dimulut lorong goa masuk dan keluar, keduanya adalah rumah bagi
berakhir pada tahun 1947, adapun raja yang pernah memerintah dan masa
1. Sulumpat
rumah bolon.
3. Hail Putoh
4. Gatib – Gatip
akan terjadi percobaan yang cepat yang berakibat baik dan buruk
5. Gundur Manggalupa
6. Bunga Labu
bentuk pemerintahan yang baik dan kokoh. Diukir pada tiang dinding
buntu.
persatuan disegala arah, diukir pada tiang nanggar dan ruang mata
dibalai bolon.
Berbentuk daun asi – asi yang digunakan untuk ramuan obat – obatan,
dimasyarakat, diukur pada tiang rumah bolon dan nanggar balei buntu.
hidup damai, dilukis pada bawah selumpat, dan pada bagian sembaho.
rumah bolon dan tiang nanggar rumah bolon serta tiang nanggar balei
bolon,
diukir pada rumah bolon antara lapau dan tempat permaisuri, pada tiang
agar semua keadaan dapat tertip, diukir pada sanding dan pintu dalam
usaha menyesuaikan diri dimana saja. Diukir pada tiang nanggar dan
ukiran lain.
hormat pada setiap orang, dilukis pada awal dan akhir setiap ukiran atau
lukisan.
26. Beraspati
rumah karena memiliki kekuatan gaib, terletak pada tiang nanggar dan
PENYAJIAN DATA
Kabupaten Simalungun, data yang ditemui dilapangan yang bersifat primer dan
sekunder nantinya akan menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan analisis,
adapun data yang ditemukan penulis ialah data tertulis berupa strategi
Data hasil penelitian yang dilakukan penulis terbagi dalam 2 (dua) jenis
yaitu data primer dan data sekunder, data primer yaitu data diperoleh dari hasil
wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder ialah data yang
dengan Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di
objek wisata Rumah Bolon Purba, serta data – data lainnya yang berkaitan dengan
objek wisata Rumah Bolon Purba. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan
beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta
para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam
dalam penelitian. Ke-7 (tujuh) informan tersebut terdiri dari, Kepala Dinas
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (informan kunci), Kepala Bidang Sarana dan
pertanyaan baru yang berhubungan langsung dan menggali lebih banyak lagi
Olahraga (informan kunci), Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Kepala Seksi
Wisatawan yang berkunjung pada objek wisata Rumah Bolon Purba, hasil yang
Simalungun.
a. Karakteristik Informan
Kabupaten Simalungun
Purba:
Kecamatan Purba)
tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi
perumusan strategi sangatlah penting, berikut adalah beberapa strategi yang telah
dilakukan dan yang akan dilakukan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
yaitu dari bapak Resman Saragih, S.Sos (informan kunci) selaku kepala Dinas
diperhatikan komplek Rumah Bolon Purba adalah satu – satunya sisa peninggalan
kerajaan purba yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan, Apa strategi
“Strategi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga berlaku sama untuk semua
objek wisata yang ada di Kabupaten Simalungun sesuai dengan Visi dan Misi
Dinas Pariwisata yang merupakan turunan dari Visi dan Misi Kabupaten
Simalungun, namun dalam teknis operasionalnya atau rencana aksi untuk setiap
visi dan misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga mengacu pada visi dan misi
tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang
kebijakan Dinas Pariwisata dalam rencana aksi ataupun teknis operasional dari
Strategi yang ada, penulis kembali bertanya kepada bapak kepala dinas dengan
pertanyaan, Apa saja yang termasuk dalam rencana aksi Dinas Pariwisata,
Beliau menjawab:
“rencana aksi Dinas Pariwisata pada objek wisata Rumah Bolon Purba yang
masuk dalam program kerja tahun 2016,Dinas Pariwisata bekerja sama dengan
Pengadaan sumur bor di komplek Rumah Bolon. Pengecetan relief yang ada di
mulai dari pintu gerbang sampai pada lapangan parkir sepanjang ± 400 m. dan
Pemanfaatan billiboard yang ada di lapangan parkir untuk tempat promosi objek
ataupun perbaikan yang disesuaikan dengan visi dan misi yang ada, kemudian
Apa Strategi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek
Beliau menjawab:
“pastinya strategi Dinas Pariwisata sesuai dengan visi dan misi Dinas
Simalungun, objek wisata Rumah Bolon Purba sampai saat ini masih dikelola
bisa sembarangan, karena ada balai cagar budaya di aceh yang memiliki
kewenangan untuk cagar budaya, jadi harus dikoordinasikan kesana dan kepada
balai cagar budaya aceh di Rumah Bolon Purba, berupa renovasi dan
bertindak sendiri, harus melakukan koordinasi dengan pihak Balai Cagar Budaya
Aceh dan Pihak Yayasan Rumah Bolon Purba. Selanjutnya penulis bertanya pada
bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa (mewakili
Beliau menjawab:
dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk dikunjungi sebagai
juga terlebih dahulu berkoordinasi dengan Balai Cagar Budaya dan Yayasan”
wisata rumah bolon perlu partisipasi dari Balai Cagar Budaya dan Yayasan
kearifan lokal yang ada, selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Tumbur H.
Olahraga dengan pertanyaan yaitu, Apa yang menjadi strategi Dinas Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek wisata Rumah Bolon Purba ?
Beliau menjawab:
“Rumah Bolon Purba itu masih menjadi milik dan juga dikelola oleh yayasan dan
juga menjadi kewenangan Balai Cagar Budaya Aceh, jadi Dinas Pariwisata
berkoordinasi dengan Balai Cagar Budaya Aceh, namun Dinas Pariwisata tetap
sesuai dengan Visi dan Misi Dinas dan juga Pemerintah Kabupaten Simalungun”
dipahami bahwa strategi dinas selalu menyesuaikan dengan Visi dan Misi dinas
pariwisata, dan juga Visi dan Misi Kabupaten Simalungun, jawabannya tetap
2. Pengembangan Amenitas
wisatawan tentu lebih memilih objek wisata yang memiliki daya tarik, fasilitas,
(tiga) bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi
inilah yang menjadi dasar pertanyaan yang diajukan penulis terhadap para
informan yang sudah ditentukan dalam akses destinasi wisata. Argumen pertama
yang penulis peroleh mengenai akses destinasi wisata dari bapak Zulpanuddin
Dalimunthe SH, selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,
Beliau menjawab:
fisik, perbaikan/pelebaran akses jalan, dan juga berupa rest area yang
Beliau menjawab:
“untuk masalah kebijakan transportasi langsung ada, untuk tarif juga ada,
secara langsung yayasan yang mengelola, jadi untuk tarif itu pihak
penjagaan, begitu juga dengan layanan pihak yayasan dengan ahli waris
yang menentukan, layanan disana bagus, disana ada petugas yang juga
tersebut, dapat dipahami bahwa dalam hal kebijkan pemerintah kabupaten tidak
bisa sewenang – wenang, karena yayasan Rumah Bolon Purba juga memiliki
kepada bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa
Purba ?
Beliau menjawab:
wisatawan. Kalau dalam hal terminal bus, untuk sementara belum ada,
tetapi akses menuju kesana sudah ada rest area yang sudah 2 (dua) tahun
dapat dipahami bahwa keadaan infrastruktur menuju objek wisata selalu ada
perbaikan, dan keadaan transportasi sudah sangat baik dan begitu lancar sehingga
wisatawan tidak perlu khawatir untuk pergi mengunjungi objek wisata. Kemudian
ada, tarifnya untuk sementara perorang itu Rp2000, kalau perbis diatas
tarif dan frekuensi layanan sudah cukup baik. Untuk memperbandingkan pendapat
informan diatas penulis selanjutnya bertanya kepada bapak Japamin Purba selaku
Beliau menjawab:
museum rumah bolon ini, sudah berkembang dan sudah dibenahi, seperti
gaetnya mungkin masih kurang ya, seperti orang bule disana tadikan,
kami cerita – cerita sama dia, dia pun cerita sama pengunjung, bukan
sama orang yang bertugas disini, tadi ada yang dari dari polandia, dia
cerita – cerita sama kami, bukan sama gaet yang ada disini, tapi
enggaklah mana tau ini bukan hari weekend entah hari besar, mungkin
karena itu saya gak tau juga. Dan yang ininya juga mungkin masih belum
namun frekuensi layanan objek wisata perlu untuk diperhatikan, agar wisatawan
kepada wisatawan lain yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba yaitu
transportasi, tarif, dan frekuensi layanan pada Rumah Bolon Purba sudah cukup
baik ?
Beliau menjawab:
“Kalau menurut saya yang sesuai dengan yang apa yang saya lihat,
baik, tarif juga terjangkau, namun masalah layanan kurang memadai lah,
sampah tidak ada, udah gitu juga penyambutan di bagian depan dengan
hanya sekedar melihat bangunan – bangunannya aja, tidak ada gaet yang
sedia langsung untuk bisa menjelaskan apa kisah di rumah bolon ini.”
kebersihan dan gaet (pemandu wisata) sehingga para wisatawan keliru untuk
mengetahui sejarah dan kegunaan dari bangunan dan peralatan yang ada di
destinasi (taxi, mobil rental, bus pemandu wisata), olahraga dan aktivitas (golf,
memancing, berburu), retail outlets (agen travel lokal, toko obat), pelayanan
lainnya (pusat informasi wisata, kantor polisi), fasilitas lainnya (suvenir, seni, dll),
inilah yang menjadi dasar pertanyaan penulis kepada para informan yang sudah
Dalimunthe SH, selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,
tersedia fasilitas penginapan, restoran, dan transportasi khusus pada objek wisata ?
lalu bagaimana dengan pusat informasi wisata, kantor polisi, dan pusat lokasi
Beliau menjawab:
“Dalam hal akomodasi, memang disekitar objek wisata belum ada, tapi
untuk informasi sudah ada kantor pusat informasi di objek wisata, kantor
polisi sekitar 3-5 kilometer dari objek wisata, masalah penginapan dan
restoran atau rumah makan yang ada palinglah sekitar rumah bolon,
tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal fasilitas destinasi wisata,
objek wisata Rumah Bolon Purba sudah cukup baik, namun ada persoalan dimana
tidak tersedianya rumah makan nasional dan penginapan yang terletak disekitar
objek wisata. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Herry Sudrajat SE,
fasilitas penginapan, restoran, dan transportasi khusus pada objek wisata ? lalu
bagaimana dengan pusat informasi wisata, kantor polisi, dan pusat lokasi
Beliau menjawab:
masih pada polsek terdekat, kalau transportasi khusus objek wisata ada
tempat suvenir itu ada, entah apa sebab musababnya kiosnya tertutup, dan
akhir 2016 kami usahakan untuk ada, termasuk lah ini lagi ada
dapat dipahami bahwa persoalan fasilitas pada objek wisata terletak pada
kebenarannya penulis bertanya pada wisatawan dan petugas yang ada di objek
wisata Rumah Bolon Purba yaitu, bapak Jaipin Purba dengan pertanyaan,
bagaimana menurut anda ketersediaan fasilitas pada objek wisata Rumah Bolon
Purba ? dalam hal penginapan, restoran, pusat suvenir, transportasi khusus objek
Beliau menjawab:
“Fasilitasnya sudah bagus, tahun 2016 ini sudah banyak renovasi, toilet,
ada,restoran atau rumah makan itu ya? Belum ada, pusat penjualan
suvenir baru dibangun lagi yang baru, namun kan kita selaku masyarakat
juga perlu tau kemana nantinya pusat penjualan ini diserahkan, diberikan
pada masyarakat untuk mengelola atau disewakan, itu yang belum jelas,
kalau pusat informasi ya ada sekaligus loketlah disini, kantor polisi sejauh
kurang lebih 4-5 kilometer lah dari sini (objek wisata), transportasi
dipahami bahwa benar belum tersedianya penginapan pada objek wisata atau
disekitaran objek wisata. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Riski Siregar
selaku wisatawan yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba dengan
Rumah Bolon Purba ? dalam hal penginapan, restoran, pusat suvenir, transportasi
Beliau menjawab:
“sepertinya penginapan belum ada, restoran juga belum ada, kalau pusat
pusat informasinya ini juga belum jelas, karena ini pun kita bingung mau
sekali, fasilitas tempat sampahnya juga tidak ada, seperti tadi sampah
transportasi khusus ada saya lihat di depan, cuman gak jelas juga
tidak terlihat ya, mungkin jauh dari lokasi objek wisata ini ya.”
masih belum tersedia fasilitas penginapan, restoran, begitu juga fasilitas lainnya
seperti pusat informasi dan kantor polisi, dimana pusat informasi wisatanya belum
beroperasi dengan baik, dan kantor polisi yang jauh dari objek wisata.
Pengembangan dalam hal daya tarik wisata merupakan salah satu faktor
penentu dalam keberhasilan dan kemajuan suatu destinasi wisata, daya tarik
buatan. Informasi mengenai daya tarik wisata penulis peroleh pertama sekali dari
bapak Zulpanuddin Dalimunthe SH, dengan pertanyaan yaitu, terkait daya tarik
wisata, bagaimana dengan daya tarik alam, budaya, sosial dan buatan pada objek
Beliau menjawab:
“Rumah bolon dari segi daya tarik budaya, dan daya tarik buatan dari
penambah minat atau daya tarik tersendiri bagi wisatawan, dalam hal
simalungun, namun pada hari hari tertentu, kalau daya tarik sosial
sekitar objek wisata itu ramah dan terbuka untuk wisatawan, jadi gak
tersebut, diketahui bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba mendekati
sempurna, dimana objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki pemandangan alam
sarana dan prasarana dinas pariwisata, penulis selanjutnya bertanya kepada bapak
Japamin Purba selaku wisatawan yang berkunjung di objek wisata Rumah Bolon
Purba, dengan pertanyaan yaitu, Menurut bapak bagaimana daya tarik objek
Beliau menjawab:
“Ya karena ini kan satu – satunya tempat wisata tentang yang marga
purba, kalau ditempat lain kan gak ada, itu yang menjadi daya tariknya
sama kita ditempat lain gak ada, tadi itu kan ada sejarah – sejarah raja
marga purba, belum saya temukan di daerah lain objek wisata yang
Purba ini memiliki daya tarik alam seperti pemandangan alam dan pertanian ?
Beliau menjawab:
“oh iya, pemandangan alam disini masih bagus ya, cuman untuk
tau juga, untuk pertaniannya sepanjang jalan menuju objek wisata ini
bahwa objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki daya tarik buatan dan alam
selaku petugas dan sekaligus keturunan raja purba, dengan pertanyaan yaitu,
bagaimana menurut bapak mengenai daya tarik wisata pada rumah bolon purba ?
seperti daya tarik alam, budaya, sosial dan daya tarik buatan.
Beliau menjawab:
“kalau daya tarik alam ya seperti inilah, kalau memandang ya masih hijau
pertanian pun jadi daya tarik alam, kalau daya tarik budaya dan seni,
dulu tahun 80an sampai 90an kami selalu mengadakan tari – tarian, tor –
tor Simalungun secara rutin setiap hari, namun sekarang sudah tidak lagi,
karena ada penurunan wisatawan yang sangat drastis. Kalau daya tarik
buatan ya ini, bangunannya masih terbilang asli lah walau ada renovasi
sesuatu yang tidak tepat, tetap kalau ada disini warga sekitar anak muda
ataupun orang tua, kalau ada disini tamu tetap mengadakan ya budaya
bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba sudah dapat memenuhi kebutuhan
wisatawan akan pesona alam, interaksi sosial, dan daya tarik buatan, namun dalam
3. Pengembangan Masyarakat
Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa Dinas Pariwisata,
objek wisata, sehingga masyarakat ikut memajukan objek wisata dan merasakan
Beliau menjawab:
dalam hal pembuatan suvenir. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Jaipin
Purba selaku Petugas pada objek wisata Rumah Bolon Purba yang juga
merupakan keturunan Raja Purba, dengan pertanyaan yaitu, Apakah ada program
Beliau menjawab:
“Dulunya dari tahun 85 sampai tahun 90 ya, dulu kami disini mengadakan
tor – tor budaya Simalungun, rutin setiap hari, tapi setelah terjadi krisis
dulu yang telah diberdayakan manortor disini stop, karena tidak ada lagi
masalah dana, karena belum ada saat itu dana yang ditentukan oleh
Simalungun.
Tabel 4.1
Anyer
Simalungun/
Rumah Bolon
Alam Sejuk
2 Karang - - - - - -
Anyer
Simalungun/
Rumah Bolon
4 Haranggaol - - - - - 12
5 Pemandian - - - - - -
Alam Sejuk
ANALISIS DATA
Pada bagian ini akan dianalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian
seperti yang sudah disajikan pada bagian terdahulu. Pembahasan yang dilakukan
adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada induksi
data, interprestasi data dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan
yang telah dikumpulkan, baik mulai dari studi pustaka, wawancara dengan
Kabupaten Simalungun.
pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai 28.
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari
apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya
kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
28
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.
memiliki spektrum yang lebih luas dan mendasar. Oleh karena itu pembangunan
destinasi pariwisatanya sesuai potensi alam, budaya dan masyarakat yang terdapat
di masing – masingdaerah.
29
Hamel dan Prahalad, ibid.
dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk dikunjungi sebagai
Simalungun sebagai salah satu kunjungan wisata nasional yang aman dan nyaman
serta mudah untuk dikunjungi. Kedua, Mengembangkan citra positif budaya dan
Ketiga, Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah satu
berusaha dan bekerja. Keempat, Memperluas pangsa pasar budaya dan wisata
yang ada serta mengintensifkan pasar budaya dan pariwisata yang ada sehingga
lebih holistik, strategik dan sinergis diantara para pelaku stake holders maupun
Dalam pencapaian Visi dan Misi tersebut Dinas Pariwisata, Pemuda dan
diantaranya :
sepenjang ±200 m.
sepanjang ±500 m.
mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh
30
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
Pemuda dan Olahraga berupa Visi dan Misi sudahlah tepat, dimana yang menjadi
dasar Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga merupakan program yang luas dan
juga merupakan sebuah peranan aktif, sadar dan rasional, dalam pengertian ini apa
yang telah menjadi Visi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga sudahlah sesuai
dengan keragaman objek wisata yang dimiliki. Terkhusus pada objek wisata
Jika melihat melalui sudut pandang George pada point kedua, maka
wisata Rumah Bolon Purba, namun yang terjadi Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga lebih terfokus pada pengembangan fisik objek wisata dan tidak
tanggapan terhadap lingkungan seperti yang tertera pada rencana aksi Dinas
dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi objek dan daya tarik wisata,
mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat dan lingkungan
mereka.
global dan nasional adalah benar, namun pengembangan pariwisata tentulah harus
seperti yang tertera dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 diatas,
dan Olahraga sesuai dengan tanggapan lingkungan, Visi dan Misi, dan Undang –
Undang Kepariwisataan.
wisatawan tentu lebih memilih objek wisata yang memiliki daya tarik, fasilitas,
dan akses yang lebih baik, sehingga para instansi/organisasi yang bergerak pada
(tiga) bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi
salah satu faktor dalam keberhasilan suatu destinasi wisata, dalam hal ini ialah
objek wisata Rumah Bolon Purba, pengembangan dalam hal akses destinasi
infrastruktur dalam hal ini Terminal Bus, ketersediaan terminal bus memang
benar ada dan lokasinya terletak sekitar 5 (lima) kilometer dari objek wisata,
untuk mengatasi persoalan jarak antara objek wisata dengan terminal, pemerintah
terletak sekitar 500 meter dari objek wisata, namun berdasarkan observasi penulis
keberadaan rest area tersebut tidak beroperasi dengan baik, pintu masuk lokasi
yang tertutup dan tidak adanya aktivitas didalamnya, sehingga keberadaan rest
area ini tidak terlalu mendukung aktivitas wisatawan pada objek wisata.
penulis dengan informan yang berasal dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga, keberadaan transportasi pada objek wisata baik yang menuju ataupun
yang melewati objek wisata sudah lancar dan beragam, dan berdasarkan observasi
intensitas transportasi umum yang menuju ataupun melewati objek wisata belum
bus/angkutan kota wisatawan belum tentu dapat ikut dalam perjalanan menuju
tempat lainnya.
penulis dalam penelitian pada dinas dan objek wisata, bahwa kebijakan
pemerintah dalam hal transportasi seperti yang telah dibahas pada paragraf
umum pada objek wisata ialah intensitas transportasi yang masih rendah.
wisata, dalam hal ini pemerintah menyerahkan wewenang pengenaan tarif dan
layanan pada yayasan Rumah Bolon Purba, berdasarkan observasi dan wawancara
penulis dengan wisatawan, bahwa dalam tarif tidak ada persoalan, namum
dengan informan yang telah ditentukan dan observasi dilapangan, belum tersedia
fasilitas berupa penginapan (hotel, motel, villa) pada objek wisata Rumah Bolon
Purba, namun pada saat ini pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Dinas
observasi dilapangan, belum tersedia restoran, cafe dan bar pada objek wisata,
kedepannya.
Narasindo yang juga memiliki loket di objek wisata, namun tidak tersedia armada
yang tetap berada pada objek wisata, ketidaktersediaan ini tentu berdampak pada
jumlah kunjungan wisata, dimana para wisatawan tentu lebih memilih untuk
layanan fasilitas dalam hal Toko Retail pada objek wisata, ditemukan pada selalu
dengan informan dan temuan penulis dilapangan, pelayanan lain berupa pusat
informasi wisata dan kantor polisi tersedia pada objek wisata, namun ada
sehingga pada hari besar dimana terdapat peningkatan kunjungan, wisatawan yang
kebudayaan masyarakat pada objek wisata. Fasilitas lain yang terdapat pada objek
wisata yaitu pusat penjualan suvenir dan seni, namun pada masa penelitian yang
dilakukan penulis fasilitas ini sedang dalam tahap pembangunan (pusat penjualan
masyarakat.
wisata dalam hal ini mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik
sosial, dan daya tarik buatan, daya tarik wisata juga merupakan faktor yang
dilapangan, objek wisata Rumah Bolon Purba dapatlah dikatakan sebagai objek
wisata yang kompleks dalam hal daya tarik wisata, dimana objek wisata Rumah
Bolon Purba memiliki daya tarik alam berupa pemandangan alam dan
pemandangan pertaniannya yang indah. Daya tarik budaya objek wisata Rumah
Bolon Purba juga lengkap, dimana terdapat sejarah dan cerita rakyat yang sampai
saat ini masih dapat ditemui, dan seni yang tentu masih di miliki masyarakat
sekitar objek wisata secara turun temurun. Begitu pula dengan daya tarik sosial
yang dimiliki objek wisata Rumah Bolon Purba, peluang wisatawan untuk dapat
sekitar dengan pengunjung juga masih terjaga pada objek wisata. Dan dalam hal
daya tarik buatan, tentu objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki daya tarik
yang sangat besar, dimana Rumah Bolon Purba merupakan satu – satunya
tarik wisata masih sebatas keikutsertaan pada kegiatan – kegiatan seperti PRSU
(Pekan Raya Sumatera Utara), Batam Fair, Jakarta Fair dan pemanfaatan Rumah
Bolon Purba sebagai background video clip lagu, film Simalungun dan booklet.
berjalan, dimana penulis tidak menemukan sebuah situs resmi yang dimiliki Dinas
produk wisata, dan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan pada suatu
pada tahun 90an, masyarakat diberdayakan dengan mengadakan tari – tarian (Tor
masyarakat sudah tidak berjalan lagi dan kunjungan wisatawan menurun sangat
signifikan, kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat berupa tari – tarian tersebut
juga berhenti dikarenakan dana yang tidak lagi diterima dari Pemerintah
Kabupaten Simalungun.
program pengembangan masyarakat pada objek wisata tidak berjalan, padahal jika
mengacu pada Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang Ketiga yaitu
“Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah satu sektor
sampai 2015 seperti yang tertera pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kunjungan
wisata pada objek wisata Rumah Bolon Purba tidak stabil, dimana terdapat
penurunan ditahun 2012 menjadi 1.223 wisatawan dan pada tahun 2013 sampai
tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat signifikan, begitu pula dengan
dan kenaikan, bahkan jumlah kunjungan wisman lebih tinggi pada 3 tahun
terakhir dari wisatawan nusantara. Tentu jumlah kunjungan pada objek wisata
reformasi bisa diatasi dengan baik. Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga sudah sangat baik, namun implementasi Visi dan Misi haruslah lebih
baik lagi, karena penurunan jumlah kunjungan wisatawan tentu sangat erat
masyarakat.
6.1 Kesimpulan
Simalungun. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
Akses yang telah terbangun dan belum beroperasi dengan baik, beberapa
fasilitas objek yang belum ada dan beberapa fasilitas masih belum di
operasikan dengan baik, dan Daya Tarik Wisata yang juga belum
6.2 Saran
yang sesuai dengan Visi dan Misi khususnya pada objek wisata Rumah
wisata, fasilitas destinasi wisata, dan daya tarik wisata, sehingga dapat
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen.
Jakarta: Erlangga
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts,
Case, Fourth Edition. New York: Routledge
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+
di+Sektor+Pariwisata/0/infografis, diunduh pada hari sabtu, tanggal
26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, diunduh pada hari
minggu, tanggal 27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah
Kunjungan Wisata tahun 2010 – 2015.