Anda di halaman 1dari 105

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Administrasi Publik Skripsi Sarjana

2016

Strategi Pengembangan Sektor


Pariwisata dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisata di Kabupaten Simalungun

Dalimunthe, Muhammad Ludin


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20496
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM


MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA DI KABUPATEN
SIMALUNGUN

(Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba

Di Kecamatan Purba)

OLEH :

MUHAMMAD LUDIN DALIMUNTHE


150921031

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara


Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena dengan limpah rahmat dan karunia-nya penulis berhasil
menyelesaikan Skripsi dengan judul ”Strategi Pengembangan Sektor
Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten
Simalungun“ pada waktu yang telah ditetapkan. Tidak lupa shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabatNya yang telah
membawa kita dari alam ke gelapan ke alam yang terang benderang yang penuh
ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Skripsi ini tidak mungkin bisa selesai dengan baik, jika tidak ada bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
3. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Siselaku Dosen Pembimbing Skripsi
penulis yang selalu bersedia berdiskusi, memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik dan benar.
4. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Bapak Resman Saragih selaku Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Simalungun yang telah memberikan informasi dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi demi kemajuan
pariwisata Simalungun.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Zulpanuddin
Dalimunthe SH dan Ibunda Elima Gultom S.Pdi dan juga kedua kakak

Universitas Sumatera Utara


penulis, Aghna Elfiana Dalimunthe S.Pd dan Aghni Elfiani Dalimunthe
A.Md yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan dan materil,
hingga selalu mendoakan penulis agar lancar dalam segala urusan.
7. Buat rekan–rekan Juang Ilmu Administrasi Negara Ekstensi 2015, Dody,
Agus, Fariz, Yhones, Ridho, Aqnes, Budi, Zulfadli, Debby, dan rekan –
rekan Juang lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu –
persatu, selamat berjuang kawan selamanya.
8. Buat rekan – rekan Juang Alumni Front Mahasiswa Nasional Cabang
Medan, Rivaldo, Putra, Julius, Hendra, Satria, Reggy, Rani, Ari, Raja, dan
rekan – rekan Juang lainnya, selamat berjuang dikehidupan yang baru
kawan selamanya.
Selama penulisan Skripsi ini, penulis menyadari akan kesalahan yang
mungkin terjadi, baik itu dari segi teknik, tata penyajian ataupun dari segi tata
bahasa. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dalam upaya perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah kepada seluruh ciptaanNya. Amin.

Medan, 30 Januari 2017

Penulis

Muhammad Ludin Dalimunthe

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DALAM


MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATA DI KABUPATEN
SIMALUNGUN (STUDI KASUS PADA OBJEK WISATA RUMAH BOLON
PURBA DI KECAMATAN PURBA)

Nama : Muhammad Ludin Dalimunthe

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing : Drs. Robinson Sembiring, M.Si

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Rumah Bolon Purba yang


berlokasi di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun, Rumah Bolon Purba
merupakan satu – satunya sisa peninggalan kerajaan dalam bentuk komplek istana
kerajaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Dalam melaksanakan
pengembangan suatu objek wisata tentu sangat perlu memperhatikan strategi dan
produk pariwisata yang ada, strategi sebagai perencanaan jangka panjang dan cara
atau upaya mencapai tujuan tentu harus sesuai dengan produk suatu objek wisata,
sehingga pengembangan objek wisata tersebut berjalan dengan efektif dan efisien.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan
melakukan wawancara langsung terhadap 7 orang informan yang terdiri dari 4
orang pegawai Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun,
dan 3 orang masyarakat dan wisatawan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu pengumpulan data primer berupa wawancara dan observasi, dan
data sekunder berupa dokumentasi dan studi kepustakaan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa strategi pengembangan pariwisata
yang diterapkan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga terfokus pada
pengembangan fisik objek wisata dengan penilaian cukup baik, namun dari segi
pengembangan masyarakat masih mendapat penilaian yang kurang baik, sehingga
kedepannya rekomendasi berupa saran yang diberikan dapat dijadikan referensi

Universitas Sumatera Utara


dalam menentukan dan melaksanakan pengembangan wisata pada objek wisata
Rumah Bolon Purba.

Kata kunci : Strategi, Pengembangan Pariwisata.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
1.5. Kerangka Teori ................................................................................. 7
1.5.1 Strategi ........................................................................................ 8
1.5.1.1 Ciri – ciri dan Manfaat Strategi ............................................. 9
1.5.2 Pariwisata .................................................................................... 12
1.5.2.1 Pengertian Pariwisata ............................................................ 12
1.5.2.2 Jenis – Jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata .................. 14
1.5.2.3 Produk Pariwisata ................................................................. 17
1.5.2.4 Pemasaran Pariwisata ............................................................ 18
1.5.2.5 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata ....................... 20
1.5.3 Analisis SWOT ........................................................................... 22
1.6 Definisi Konsep ................................................................................ 26
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................... 28

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian .............................................................................. 30


2.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 30
2.3 Informan Penelitian ........................................................................... 30
2.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 31
2.5 Teknik Analisis Data ......................................................................... 32

BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Simalungun .......................................................................... 34


3.2 Letak dan Luas Wilayah Simalungun ............................................... 35
3.3 Pembagian Wilayah Administratif .................................................... 36

Universitas Sumatera Utara


3.4 Keadaan Tanah dan Lahan ................................................................ 38
3.5 Keadaan Iklim Kabupaten Simalungun ............................................ 39
3.6 Sosial Budaya Masyarakat Simalungun ............................................ 39
3.6.1 Sistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan ................................... 39
3.6.2 Sistem Kepercayaan ..................................................................... 42
3.7 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Simalungun ........................... 43
3.8 Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga .................... 43
3.9 Gambaran Rumah Bolon Purba ........................................................ 44
3.9.1 Lokasi Rumah Bolon .................................................................... 45
3.9.2 Bentuk dan Bagian Rumah Bolon ................................................ 46
3.9.3 Bangunan – bangunan Lain Disekitar Rumah Bolon ................... 47
3.9.4 Raja Yang Pernah Memerintah Rumah Bolon ............................. 49
3.9.5 Arti Ukiran Pada Rumah Bolon ................................................... 49

BAB IV. PENYAJIAN DATA

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 55


4.2 Pelaksanaan Wawancara ................................................................... 55
4.2.1 Karakteristik Informan ................................................................. 57
4.2.2 Pendapat Informan Tentang Strategi Pengembangan
Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata
Di Kabupaten Simalungun (Studi Pada Objek Wisata
Budaya Rumah Bolon Purba Di Kecamatan Purba) .................... 58
1. Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Bolon Purba ..... 58
2. Pengembangan Amenitas ........................................................... 63
3. Pengembangan Masyarakat ....................................................... 75
4. Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun .......................... 77

BAB V. ANALISIS DATA

5.1 Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Bolon Purba ............ 80


5.2 Pengembangan Amenitas .................................................................. 83
5.3 Pengembangan Masyarakat .............................................................. 88
5.4 Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun ................................. 89

Universitas Sumatera Utara


BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 91


6.2 Saran ................................................................................................. 92

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan industri yang berkembang cepat dan menjanjikan

bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain minyak dan gas, di Indonesia

pengembangan pariwisata pertama kali dilakukan melalui Repelita I tahun 1969,

pemerintah mengeluarkan suatu keputusan mengenai pengembangan

kepariwisataan Nasional, dengan tujuan dapat meningkatkan kunjungan wisata

sehingga mampu memberikan nilai lebih bagi penerimaan negara.

Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia juga terus diperbaiki,

terbukti bahwa selalu lahir Undang – Undang (UU) yang mengatur masalah

pembangunan, pemasaran pariwisata, sampai pada usaha menjaga kelestararian

objek pariwisata itu sendiri, UU yang mengatur pengelolaan pariwisata diawali

Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 dan terakhir kali diubah menjadi Undang

– Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang mengatur

pengelolaan pariwisata dengan bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan rakyat.

Usaha dalam pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kunjungan

wisata di Indonesia juga di perkuat oleh Paket Kebijakan Pemerintah Indonesia

dengan mengeluarkan peraturan – peraturan yang menambah negara bebas visa,

serta menghilangkan persyaratan yang menghambat dan memperlambat

kunjungan pelancong yacht dan wisata bahari, usaha – usaha ini juga bertujuan

Universitas Sumatera Utara


untuk meningkatkan kunjungan wisata dengan target kunjungan 20 juta

wisatawan pada tahun 2019 1.

Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata selain Bali,

NTT, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, potensi wisata yang

dimiliki Sumatera Utara sangat beragam, wisata alam, wisata budaya, dan wisata

agro tentu dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan

nusantara untuk berkunjung ke Sumatera Utara. Selain di topang oleh

keberagaman objek wisata Sumatera Utara juga memiliki keberagaman budaya,

perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat pada setiap objek wisata tentu

menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Sumatera Utara.

Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara masih belum maksimal,

dimana masih terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara pada

tahun 2015, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kunjungan

wisatawan (Wisman) pada tahun 2015 sebesar 229.288 wisman, tahun 2014

sebanyak 270.837 wisman, tahun 2013 sebanyak 259.299 wisman 2.

Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terbesar ke-2 di Provinsi

Sumatera Utara, sebagai kabupaten terbesar kedua, potensi wisata di Simalungun

tentu tidak kalah menarik dengan potensi wisata daerah lainnya di Sumatera

Utara. Sektor pariwisata Kabupaten Simalungun sudah cukup dikenal masyarakat

Sumatera Utara bahkan mancanegara, dengan memiliki 63 objek wisata yang

tersebar di 25 kecamatan, serta jenis wisata yang beragam seperti wisata alam,

1
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+di+Sektor+Pari
wisata/0/infografis, di unduh pada hari sabtu, tanggal 26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
2
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, di unduh pada hari minggu, tanggal
27/11/2016, pukul 13.57 WIB.

Universitas Sumatera Utara


wisata agro, wisata budaya, dan wisata lainnya, Kabupaten Simalungun menjadi

salah satu daerah yang memiliki objek wisata terbanyak dan beragam di Sumatera

Utara.

Keberagaman objek wisata yang dimiliki Kabupaten Simalungun di kelola

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 14 Tahun 2001

tentang Kepariwisataan, yang mengatur masalah retribusi izin usaha

kepariwisataan, diantaranya izin usaha hotel, restaurant, rumah makan, cafe,

billyar, karoke, kolam renang, kolam pancing, kebun binatang dan juga panti pijat.

Selain itu Perda Nomor 14 Tahun 2001 ini juga mengatur masalah promosi

pariwisata dalam meningkatan jumlah kunjungan wisata ke Simalungun.

Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun telah melakukan beberapa

langkah strategi pengembangan sektor pariwisata, antara lain dengan melakukan

studi analisis pasar pariwisata, merumuskan strategi pemasaran dan promosi

pariwisata bekerjasama dengan biro – biro perjalanan, melaksanakan even – even

dan hiburan di lokasi wisata potensial. Dan melakukan promosi pariwisata pada

even besar seperti Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU).

Pengembangan objek wisata di Kabupaten Simalungun akan mendorong

terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan itu,

pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun secara langsung

maupun tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan

wilayah, baik secara fisik, sosial, budaya dan ekonomi, jika pengembangan sektor

Universitas Sumatera Utara


pariwisata di Simalungun berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah

kunjungan wisata setiap tahunnya.

Namun pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun belum

berjalan sesuai dengan perencanaan pengembangannya, penurunan jumlah

kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan

data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun januari

tahun 2016, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan

antara tahun 2015 dan 2014, dengan jumlah penurunan 65.307 wisatawan (tahun

2014 sebanyak 359.751 wisatawan, dan tahun 2015 sebanyak 294.444

wisatawan) 3.

Penurunan kunjungan wisata di Simalungun erat kaitannya dengan belum

memadainya sarana dan prasana wisata di Simalungun seperti minimnya akses

wisata, terbengkalainya infrastruktur wisata, dan minimnya atraksi budaya, dan

permasalahan lainnya yang berhubungan dengan pariwisata. Sehingga sebagian

besar masyarakat Simalungun memilih untuk mengalihkan tujuan wisatanya pada

objek wisata daerah lain, dari pada berwisata di objek wisata yang ada di

Kabupaten Simalungun.

Salah satu fokus pengembangan objek wisata budaya di Simalungun ialah

objek wisata Rumah Bolon Purba yang terletak di Kecamatan Purba, Rumah

Bolon Purba merupakan istana bagi keluarga kerajaan purba yang dibangun pada

tahun 1864 oleh raja purba ke-XII tuan Rahalim. Rumah Bolon Purba juga

merupakan satu – satunya peninggalan raja – raja di Simalungun yang memiliki

3
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah Kunjungan Wisata
tahun 2010 – 2015.

Universitas Sumatera Utara


nilai sejarah, Rumah Bolon Purba disahkan sebagai objek wisata pada tahun 1961

oleh bapak Rajamin Purba sebagai bupati Simalungun pada saat itu.

Selain menjadi satu – satunya peninggalan raja di Simalungun yang berupa

istana, Rumah Bolon Purba juga menjadi bukti peningggalan dinasti raja purba

yang memerintah sejak tahun 1515 hingga 1946, bentuk bangunan Rumah Bolon

Purba juga beragam dan memiliki makna yang beragam pula, dimulai dari balai

butu yang berarti bangunan jaga, kemudian di tengah berdiri rumah bolon yang

memiliki fungsi sebagai rumah bagi raja, kemudian balai bolon sebagai bangunan

tempat musyawarah dan bangunan lainnya, semua bangunan pada komplek

Rumah Bolon Purba ini dibangun dengan menggunakan kayu dan tidak

menggunakan paku dalam pengerjaannya.

Potensi wisata Rumah bolon Purba yang menarik dan memiliki nilai

sejarah di Simalungun tentu diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata

yang mengalami penurunan di Simalungun tanpa harus mengesampingkan konsep

pariwisata berkelanjutan.Konsep pariwisata yang mengharuskan pengembangan

pariwisata berkelanjutan tentu harus menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal

masyarakat disekitar objek wisata. Pemanfaatan potensi wisata tentu juga harus

melibatkan masyarakat lokal, sehingga pengembangan pariwisata dapat

memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan wilayah dan peningkatan

taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu

– isu strategi yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata

di Kabupaten Simalungun. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

Universitas Sumatera Utara


dengan judul “Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam

Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus

Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di Kecamatan Purba)”

1.2. Perumusan Masalah

Pengembangan pariwisata tidak hanya sebatas peran pemerintah dalam

melaksanakan pembangunan yang berkaitan dengan pariwisata, namun peran

masyarakat juga menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata suatu

daerah, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan menganalis

strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten

Simalungun dan keterlibatan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis

menentukan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Strategi

Pengembangan Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Dalam Meningkatkan

Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menggambarkan strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di

Kabupaten Simalungun.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa strategi pengembangan

sektor pariwisata khususnya objek wisata Rumah Bolon Purba, kepada

Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dalam

mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan

kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian –

kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Pariwisata Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Simalungun, penelitian ini bermanfaat sebagai

bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata

untuk mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun.

3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu

Administrasi Negara.

1.5. Kerangka Teori

Sebagai dasar menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami

dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan teori agar penelitian tidak sebatas

tindakan coba – coba. Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi,

konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena

sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 4.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub

variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian 5. Untuk dapat

menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan

4
Kerlinger,F.N dalam Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES. hal 37.
5
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka
Cipta, hal 92.

Universitas Sumatera Utara


Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di

Kabupaten Simalungun, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai

berikut :

1.5.1 Strategi

Strategi Berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seni berperang,

setiap strategi tentu memiliki landasan dan konsep untuk mencapai sasaran.

Menurut Stephanie K. Marrus, Strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka

panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar

tujuan tersebut dapat dicapai 6. lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan

bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang

apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,

strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari

apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan

pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan

perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan 7.

Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya

dari dua perspektif yang berbeda yaitu 8:

1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi

didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai

6
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.
7
Hamel dan Prahalad, ibid.
8
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.

Universitas Sumatera Utara


tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program

mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh

manajer dalam merumuskan strategi organisasi.

2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah

organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi

yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

1.5.1.1 Ciri – ciri dan Manfaat Strategi

Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh

pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah

organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan

mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami perubahan

lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri – ciri strategi antara lain 9 :

1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.

Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap

tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga

manajemen terendah dari organisasi.Namun pemberlakuan dari strategi

tersebut menjadi tanggungjawab seorang manajemen strategi tertinggi.

2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang

Pembuatan putusan – putusanstrategi dapat dibuat dalam waktu yang

lebih singkat, namun keputusan yang dibuat dalam waktu singkat

tersebut akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas

sebuah organisasi.

3. Berwawasan masa depan

9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Universitas Sumatera Utara


Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan

dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh

sebuah analisis yang menyangkut masa yang akan datang seperti

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari organisasi.

4. Mempengaruhi seluruh bagian organisasi

Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling

berhubungan antara satu dengan yang lain. maka ketika putusan –

putusan strategi mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan

mempengaruhi bidang lainnya. Tentu besar kecilnya berpengaruh

tergantung kepada seberapa besar tingkat keterikatan atau

ketergantungan satu bidang dengan bidang lainnya.

5. Berwawasan terbuka

Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu

dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh

karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena

dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi.

6. Memberikan kerangka pengambilan putusan pada manajemen tingkat

yang lebih rendah.

Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab

dalam berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi

dalam pengambilan keputusan sehari – hari manajer tingkat yang lebih

rendah harus membuat berbagai keputusan dalam kegiatannya. Oleh

sebab itu, putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir

dari manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah

Universitas Sumatera Utara


keputusan sehingga tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan

arah tujuan organisasi.

7. Membutuhkan sumber daya

Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya

yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.

Manfaat Strategi

Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki

manfaat untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana

organisasi dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah

yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor

organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu,

Digantoro memberikan beberapa manfaat dari strategi di antaranya yaitu 10 :

1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan

menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

2. Untuk meningkatkan keuntungan organisasi walaupun kenaikan

keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.

3. Membantu mengidentifikasi, memprioritaskan dan mengeksploitasi

peluang.

4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.

5. Menggambarkanframework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol

terhadap aktivitas.

6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.

10
Dirgantoro dalam Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.

Universitas Sumatera Utara


7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang

ditetapkan.

8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.

9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.

1.5.2 Pariwisata

1.5.2.1 Pengertian Pariwisata

Istilah kepariwisataan berasal dari kata wisata. Didalam UU No. 10 Tahun

2009 Tentang Kepariwisataan, pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan

seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan untuk

tujuan wisata seperti berkreasi , berbisnis, maupun untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan khusus yang lain disebut sebagai wisatawan (tourist).

Didalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup

kegiatan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Didalam UU No. 10 Tahun 2009Tentang

Kepariwisataan, pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang

terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisplin yang

muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan , Pemerintah, Pemerintah

Daerah dan pengusaha.

Universitas Sumatera Utara


Kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarakat

(community based tourism) dan berbasis budaya (cultural tourism).

Kepariwisataan yang dibangun Indonesia dengan prinsip dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat yaitu sebagai berikut :

1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism)

Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang – Undang No.10

Tahun 2009 tentang kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan

obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai agama,

adat istiadat serta pandangan nilai – nilai yang hidup didalam masyarakat,

kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai – nilai luhur yang dijunjung

masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil – hasil karya berupa bangunan

atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata.

Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata,

terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah mengedepankan prinsip pelestarian

budaya itu sendiri.

Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan

kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan

kebudayaan bukan untuk merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu

masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah

menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan.

Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat

dan lingkungan mereka.

Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah

suatu kebutuhan wisatawan untuk memperoleh pengalaman budaya yang berbeda,

Universitas Sumatera Utara


mengetahui dan mengalamitata kehidupan yang berbeda dan juga untuk

memperoleh nilai – nilai kehidupan baru yang dapat meningkatkan kualitas

hidupnya.

2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris)

Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan

masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam

berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar – besarnya

diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan

haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah

berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan.

1.5.2.2 Jenis – jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata

Menurut Pendit, jenis – jenis pariwisata terdiri dari 11:

1. Wisata Budaya

Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas

pandangan hidup seseorang dengan melakukan kegiatan perjalanan ke

tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat – istiadat

mereka, cara hidup mereka, dan budaya dan seni mereka.

2. Wisata Maritim atau Bahari

Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti

danau, pantai, dan laut. Misalanya memancing, berlayar, berselancar,

menyelam sambil melakukan pemotretan, dan lain sebagainya.

11
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.

Universitas Sumatera Utara


3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Wisata ini biasanya melakukan kegiatan perjalanan ke daerah taman/hutan

lindung yang dikaitkan dengan keindahan alamnya, kesegaran udara

pegunungan, serta flora dan fauna yang jarang ditemukan di tempat lain.

4. Wisata Konvensi

Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan

menyediakan fasilitas bangunan, ruangan – ruangan tempat bersidang bagi

para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan

lainnya baik bersifat nasional maupun internasional.

5. Wisata Pertanian (Agrowisata)

Wisata pertanian ini melakukan perjalanan wisata ke perkebunan, ladang

pembibitan, dan sebagainya.

6. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat dan

kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak

dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat – tempat suci, ke

makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau

pegunungan yang dianggap keramat. Wisata pilgrim ini banyak

dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh

berkah dan kekayaan yang melimpah.

Universitas Sumatera Utara


Manfaat Pariwisata

Menurut Pendit, manfaat pariwisata antara lain 12:

1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang

rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa

yang beraneka ragam pula.

2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena

kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional

misalnya :

a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas

wisata. Hal ini meliputi perbaikan prasarana pariwisata.

b. Menggugah industri – industri baru yang berkaitan denga jasa – jasa

wisata misalnya : usaha – usaha transportasi, akomodasi (hotel,motel,

pondok wisata, perkemahan dan lain – lain) yang memerlukan

perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel, kerajinan tangan

dan lain – lain.

c. Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil – hasil pertanian

semakin bertambah.

d. Memperluas pasar barang – barang lokal.

e. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga

mengurangi defisit didalam neraca pembayaran dan memajukan

perekonomian nasional.

f. Memperluas lapangan kerja.

12
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.

Universitas Sumatera Utara


g. Membantu pembangunan daerah – daerah terpencil dalam suatu

Negara jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata.

3. Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian

tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari

– hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan

syaraf.

1.5.2.3 Produk Pariwisata

Menurut S. Medlik dan Middleton, “The product covers The complete


experiences from the time he (tourist) leaves home to the time he returns to it” jika
di artikan dalam bahasa indonesia “Produk Pariwisata adalah semua bentuk
pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat
dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang” 13.
Victor T.C. Middleton memberikan batasan produk industri pariwisata

sebagai berikut “The product may be defined as a bundle or package of tangible

and intangible components, based on activity at a destination. They are a five

main components in the total product which are discoussed below”.

Bila diperhatikan lebih dalam maka produk pariwisata terdiri dari tiga

komponen dimana komponen yang satu berhubungan erat dengan komponen yang

lainnya, yaitu 14 :

a. Accessibilities of the touist destination (Akses Destinasi Wisata)

Kemudahan kepada wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan

wisata (DTW)

13
S. Medlik dan Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 3.
14
Victor T.C. Middleton. Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran
Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.

Universitas Sumatera Utara


- Infrastruktur : Terminal Bus, Bandara, Pelabuhan, Stasiun

Kreta Api.

- Transportasi : Pesawat, Kereta Api, Kapal Laut, Taxi.

- Kebijakan Pemerintah : Kebijakan Visa, Transportasi.

- Prosedur Operasional : Kebijakan Tarif, frekuensi pelayanan

b. Facilities of the tourist destination (Fasilitas Destinasi Wisata)

- Unit akomodasi : Hotel, Motel, Apartemen, Villa.

- Restoran, Bar dan Cafe : Kualitas makanan dan minuman.

- Transportasi dari destinasi : Taxi, Mobil Rental, Pemandu.

- Olahraga dan Aktivitas : Golf, Memancing, Berburu.

- Toko Retail : Agen Travel Lokal, Toko Obat,

- Pelayanan lainnya : Pusat Informasi Wisata, Polisi.

- Fasilitas lainnya : Suvenir, Seni, dll.

c. Tourist Attraction (Daya Tarik Wisata)

- Daya Tarik Alam : Pemandangan Alam, Laut, Pantai, dll.

- Daya Tarik Budaya : Sejarah dan Cerita Rakyat, Agama, Seni.

- Daya Tarik Sosial : Bahasa dan Peluang untuk bersosialisasi.

- Daya Tarik Buatan : Bangunan, Monumen, Taman, dll.

1.5.2.4 Pemasaran Pariwisata

Keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang kepariwisataan

sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata

bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum ada program pemasaran

dilaksanakan, harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata

Universitas Sumatera Utara


merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yelding dan merupakan agent of

development bagi daerah itu.

J. Krippendorf dalam bukunya Marketing Et Tourism merumuskan

pemasaran pariwisata “marketing in tourism to be understod as the systematic and

coordinated execution of bussines policy by tourist undertaking whether private

or state owned at local, regional, national or international level to achieve the

optimal of satisfaction of the needs of identifiable consumers group and in doing

so to achieve an approriate return” yang terjemahannya “Pemasaran pariwisata

adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan

bagi perusahaan – perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta

atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional

untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang

wajar” 15.

Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan suatu

OPN atau Organisasi Pengelola Destinasi Daerah (OPD) untuk menarik

wisatawan agar lebih lama berwisata dan lebih banyak membelanjakan uangnya di

daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Usaha pemasaran pariwisata tentu juga

harus berkelanjutan, oleh karenanya merupakan proses manajemen yang

berkesinambungan, Pengertian Proses manajemen hendaknya diartikan sebagai

berikut 16:

1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan

dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang

15
J. Krippendorf dalam Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah
Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 1.
16
Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 3.

Universitas Sumatera Utara


akan datang (Future Time), yang membawa OPN atau OPD supaya dapat

menjalankan fungsi – fungsi pemasaran dengan baik.

2. OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi pemasaran

modern, terutama dalam hal perencanaan penelitian (reaserch planning),

peramalan (forecasting), seleksi pasar (market selection), atau saluran

distribusi (distribution channel) dengan memperhatikan media iklan yang

sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran.

3. Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan (needs)

dan keinginan (wants) serta sesuai dengan harapan wisatawan (tourist

expectation), baik kualitas, harga, pelayanan, atau penyajian.

1.5.2.5 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata

Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata tentu harus

memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi yaitu :

lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi

tersebut. Lingkup pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang

perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar

belakang kontekstual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan

dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini

disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya

tidak boleh terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya.

Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : tema

dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi sampai dengan

pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan

konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah

Universitas Sumatera Utara


pertanian atau perkebunan akan membutuhkan pengembangan : tema daya tarik

wisata berbasis pada pertanian, pengembangan akomodasi yang bercirikan

masyarakat pedesaan serta pengembanganmasyarakat yang berbasis nilai budaya

pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi

yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan.

Kedua, yang dimaksud keharusan seorang perencana pengembangan

destinasi pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan

destinasi adalah suatu cara pandang atau perspective perencanaan pengembangan

destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari

tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka

panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan – panduan

pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka

menengah yang menetapkan misi – tujuan dan sasaran pengembangan destinasi

dan pemosisian destinasi beserta program – program pengembangan dalam

kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup perencanaan tingkat

operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek, termasuk

business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau

lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi.

Menurut Plog dan Pintana, mendasarkan pada pola perilaku pilihan

kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan

sebagai berikut 17 :

17
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.

Universitas Sumatera Utara


1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi

tempat – tempat yang belum diketahui, kunjungannya bersifat

pertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh

masyarakat setempat.

2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi

daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang

sama dengan di negaranya.

3. Mid – centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua

tipologi perilaku Allocentris dan Psycocentris.

Dalam proses pembangunan kepariwisataan, khususnya dalam

perencanaan pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi

wisatawan mendasarkan kepada perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata

yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan

diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan

masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka

merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan

akan menjadi mudah untuk dipasarkan.

1.5.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert

Humprey pada tahun 1960 – 1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu

metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek

atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths

(kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunity

(peluang) dan Threats (ancaman).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Sudarmo analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu 18 :

1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam

organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau

konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam

organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang

dianaliasis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek

atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa

datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar

organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor,

kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu

sendiri.

Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu,

analisis situasi juga mengharuskan manajer/pimpinan strategis untuk menemukan

kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal,disamping

memperhatikan ancaman eksternal dankelemahan internal. Mengingat bahwa

SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari

organisasi yang semuanya merupakan faktor – faktor strategis. Matriks SWOT

dapat dilihat pada Tabel 1.1.

18
Sudarmo dalam Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1

Matriks SWOT

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

Identifikasi Kekuatan Identifikasi Kelemahan

STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

PELUANG (O) Menggunakan kekuatan Mengatasi kelemahan

Identifikasi Kesempatan untuk menangkap dengan mengambil

kesempatan kesempatan

STRATEGI (WT)
STRATEGI (ST)
Memininal kelemahan
ANCAMAN (T) Menggunakan kekuatan
dengan menghindari
untuk menghindari ancaman
ancaman

Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah

mana organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan

evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada

untuk perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat

memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta

menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya.

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi – relasi sumber

daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber

daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah

unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam Tabel 1.2

berikut ini 19 :

19
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth
Edition. New York: Routledge, hal 246.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.2

Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata

UNSUR VARIABEL

Atraksi alam Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik

Atraksi budaya Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.

Dampak lingkungan Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya

yang potensial dukung.

Aksesibilitas Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.

Pasar Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.

Usaha jasa Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.

Informasi wisata Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan,

akurasi dan autentitas informasi.

Promosi Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan,

insentif, mode dan promosi.

Organisasi Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, team

work pengembangan pariwisata.

Komitmen pelaku Dukungan rill berbagai sektor, sikap publik dan

wisata masyarakat lokal terhadap pengembangan

pariwisata

Sumber :Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics,

Concepts, Case, Fourth Edition. New York: Routledge, hal 246.

Universitas Sumatera Utara


Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal – hal

berikut ini:

1. Perkembangan produk dan pasar pariwisata itu sendiri.

2. Organisasi dan kelembagaan pariwisata.

3. Peluang – peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata.

4. Jasa – jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan.

Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)

akan dapat diketahui isu ataupun faktor – faktor strategis yang perlu

dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka

pengembangan daerah tujuan wisata.

1.6 Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun konsep adalah istilah atau definisi yang

digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu

yang menjadi pusat ilmu sosial 20. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat

menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa

kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penjelasan

tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi konsep yang digunakan yaitu :

1. Strategi

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut

dapat dicapai.

20
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES,
hal 33.

Universitas Sumatera Utara


Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya

dari dua perspektif yang berbeda yaitu 21:

a. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi

didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan

mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena

program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang

dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi.

b. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah

organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan

organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

2. Pariwisata

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait

dibidang tersebut. Adapun usaha – usaha dibidang pariwisata meliputi

pengembangan dalam :

a. Pengembangan Amenitas

Menurut Midedleton pengembangan amenitas terbagi dalam 3 (tiga)

komponen yang saling berhubungan erat yaitu 22:

- Akses Destinasi Wisata

• Infrastruktur (Terminal Bus, Bandara, Stasiun Kereta Api)

• Transportasi (Angkutan Umum, Taxi, Bus Wisata)

• Kebijakan Pemerintah (Visa, Transportasi)

21
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
22
Victor T. C. Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.

Universitas Sumatera Utara


• Prosedur Operasional (Kebijakan Tarif, Frekuensi Layanan)

- Fasilitas Destinasi Wisata

• Hotel, motel, apartemen, villa.

• Restoran, Bar, dan Cafe

• Transportasi dari destinasi (Bus Pemandu Wisata, Taxi)

• Agen travel lokal, Apotek

• Pusat informasi wisata, Kantor polisi

• Suvenir, Seni

- Daya Tarik Wisata

• Daya tarik alam (Pemandangan Alam, Pertanian, Pantai, dll)

• Daya tarik budaya (Sejarah, Cerita Rakyat, Agama, Seni)

• Daya tarik sosial (bahasa dan peluang bersosialisasi)

• Daya tarik buatan (Bangunan, monumen, taman)

b. Pengembangan masyarakat

Jika dalam pelaksanaan penelitian tidak ditemukan ketersediaan Strategi

Pengembangan Pariwisata yang dimaksud diatas, maka penulis akan

menggunakan Analisis SWOT dalam melakukan pengumpulan data data

dilapangan dan menganalisis pengembangan Objek Wisata budaya Rumah Bolon

Purba.

Analisis SWOT adalah metode untuk menggambarkan kondisi dan

mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor

internal yaitu Kekuatan dan Kelemahan, dan Faktor Eksternal yaitu Peluang dan

Ancaman di sektor pariwisata.

Universitas Sumatera Utara


1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep,

defenisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik

lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur

organisasi serta hal – hal lain yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan

selama penelitian berlangsung dan dokumen – dokumen lain yang

akan dianalisis.

Universitas Sumatera Utara


BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat

penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang

diteliti.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu

dari hasil penelitian yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan analisis data kualitatif. Bentuk penelitian deskriptif adalah

bentuk penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah – masalahatau

fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian

menggambarkan fakta – faktatentang masalah yang diselidiki dan diiringi dengan

interprestasi yang rasional dan akurat.

2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Simalungun, di Komplek Kantor Bupati Simalungun, jalan Pendeta J.

Wismar Saragih, Pematang Raya, Kabupaten Simalungun.

2.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari

hasil penelitianya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya

populasi dan sampel 23. Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas

mengenai masalah penelitian yang dibahas maka penulis mempergunakan teknik

informan. Subjek penelitian menjadi yang akan memberikan berbagai informasi

yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong Suyanto, informan

penelitian meliputi beberapa macam yaitu 24:

23
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal 171.
24
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, hal 172.

Universitas Sumatera Utara


1. Informasi Kunci (Key Informan) adalah informan yang mengetahui secara

mendalam permasalahan yang sedang diteliti.

2. Informan Utama adalah informan yang terlibat langsung dalam interakasi

sosial yang diteliti.

3. Informan Tambahan adalah informan yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci, informan utama

dan informan tambahan sebagai berikut :

1. Yang menjadi informan kunci (key informan) yaitu Kepala DinasPariwisata,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun.

2. Yang menjadi informan utama adalah pegawai Dinas Pariwisata, Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Simalungun.

3. Yang menjadi informan tambahan adalah masyarakat di sekitar daerah objek

wisata dan wisatawan.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan – bahan lain untuk

mendukung dalam menyelesaikan penelitian , maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan dengan cara

wawancara dan observasi. Wawancara adalah cara pengumpulan data

melalui tanya jawab langsung dengan informan yang dianggap mengetahui

permasalahan penelitian secara mendalam, sedangkan observasi adalah cara

Universitas Sumatera Utara


pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung oleh peneliti ke

lokasi obyek penelitian.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang

diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan

penelitian dan sebagainya yang mendukung data.

2.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan analisa data kuantitatif, analisa data kuantitatif,

Menurut Moleong, teknik analisis kualitatif dilakukan dengan menyajikan data

yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam

satu kesatuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa

keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis dan kemampuan daya nalar

peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian 25.

25
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal 247.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Simalungun

Simalungun sebagai sebuah suku yang menetap di Kabupaten Simalungun

dan sekitarnya yang juga menjadi suku asli di Provinsi Sumatera Utara. Beberapa

sumber megatakan bahwa leluhur suku Simalungun berasal dari India Selatan,

dalam perkembangannya suku Simalungun terbagi dalam beberapa kerajaan, dan

terdapat 4 (empat) marga (nama keluarga) asli suku Simalungun yang biasa

disingkat sebagai SISADAPUR (Sinaga, Saragih, Damanik, Purba).

Nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia dan

kedatangan mereka terbagi dalam 2 gelombang. Gelombang pertama

(Protomelayu), datang sekitar 1000 tahun SM, diperkirakan menjadi penduduk

nusantara dan mendiami pesisir pantai pulau nusantara. Kelompok ini antara lain

adalah Batak (termasuk Simalungun), toraja, dayak dan nias. Gelombang kedua

(Deuteromelayu), datang sekitar 500 tahun SM. Kelompok ini termasuk orang

Jawa dan Madura dan Makassar.

Pustaha Parpandanan Na Bolag (pustaka Simalungun kuno) mengisahkan

bahwa Parpandanan Na Bolag (cikal bakal daerah Simalungun) merupakan

kerajaan tertua di Sumatera Timur yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir

Selat Malaka) hingga ke Toba yaitu kerajaan nagur. Selama abad ke-13 hingga ke-

15, kerajaan ini mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti

Singasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan –

sultan Melayu hingga Belanda. Dan pada masa saat itu terdapat cerita “Hattu ni

Universitas Sumatera Utara


Sapar” yang mencritakan kengerian keadaan masa itu di mana kekacauan diikuti

oleh merajalelanya penyakit kolera yang menimpa masyarakat nagur, dan

memaksa masyarakat nagur menyeberangi “Laut Tawar” (sebutan untuk Danau

Toba pada masa itu) untuk pindah mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir

yang merupakan singkatan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali

pergi).

Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka

menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan

kerajaan Nagur itu sebagai Sima – sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk

daerah yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun. Daerah Simalungun

pada awalnya terdiri dari empat kerajaan, yaitu Kerajaan Siantar, kerajaan Panei,

kerajaan Dolog Silau dan kerajaan Tanah Jawa. Dan setelah kemerdekaan RI

Simaungun menjadi sebuah kabupaten di Sumatera Utara.

3.2 Letak dan Luas Wilayah Simalungun

Simalungun letaknya diapit oleh 8 kabupaten yaitu Kabupaten Serdang

Bedagai, Deli Serdang, Karo, Tobasa, Samosir, Asahan, Batu Bara, dan Kota

Pematangsiantar. Letak astronomisnya antara 02°36'- 03°18' Lintang Utara dan

98°32'- 99°35' Bujur Timur dengan luas 4.386,60 km2 berada pada ketinggian 0-

1.400 meter di atas permukaan laut dimana 75 persen lahannya berada pada

kemiringan 0-15% sehingga Kabupaten Simalungun merupakan Kabupaten

terluas ke-3 setelah Kabupaten Madina dan Kabupaten Langkat di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


dan memiliki letak yang cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau

Toba – Parapat 26.

Luas wilayah kabupaten Simalungun adalah 43866 km2 atau 6,12 dari luas

wilayah sumatera utara. Kabupaten Simalungn terdiri dari 32 kecamatan dan 310

nagori/desa. Kabupaten Simalungun memiliki topografi yang bevariasi. Dataran

tinggi terletak dibagian barat daya, barat dan barat laut. dataran rendah terletak

pada bagian Utara, timur dan tenggara dengan kemiringan lereng 0 – 40%.

3.3 Pembagian Wilayah Administratif

Kabupaten Simalungun terdiri dari 31 Kecamatan dengan kecamatan

terluas adalah Kecamatan Raya sedangkan terkecil adalah kecamatan Haranggaol

Horison dengan rata rata jarak tempuh ke ibukota Kabupaten 51,42 km dimana

jarak terjauh adalah Kecamatan Silou Kahean 127 km dan Ujung Padang 113

km.Sistem Pemerintahan di Simalungun dengan pembagian wilayah yang disebut

nagori (Desa) dikepalai oleh seorang pangulu (Kepala Desa), berasal dari sistem

pemerintahan pada masa kerajaan di Simalungun yang pada masa itu kerajaan di

Simalungun telah membagi wilayah administratif kerajaan yang terdiri dari

Nagori yang dikepalai oleh Pangulu dan Dusun yang dikepalai oleh Gamot,

sistem pemerintahan ini pun masih dipergunakan sampai saat ini. Ibukota

Simalungun berada di Kecamatan Pematang Raya, Kabupaten Simalungun terdiri

dari 31 kecamatan dan 310 nagori/desa dan 21 kelurahan. Berikut tabel nama –

nama kecamatan di Simalungun.

26
Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Kabupaten
Simalungun. Hal 35.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1

Daftar nama – nama Kecamatan di Kabupaten Simalungun

No Nama Kecamatan

1 Kecamatan Raya

2 Kecamatan Siantar

3 Kecamatan Dolok Panambean

4 Kecamatan Panei

5 Kecamatan Tanah Jawa

6 Kecamatan Hutabayu Raja

7 Kecamatan Dolok Panribuan

8 Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

9 Kecamatan Purba

10 Kecamatan Silimakuta

11 Kecamatan Dolok Batu Nanggar

12 Kecamatan Dolok Silau

13 Kecamatan Raya Kahean

14 Kecamatan Silau Kahean

15 Kecamatan Bandar

16 Kecamatan Pematang Bandar

17 Kecamatan Bosar Maligas

18 Kecamatan Ujung Padang

19 Kecamatan Pematang Silimakuta

20 Kecamatan Tapian Dolok

Universitas Sumatera Utara


21 Kecamatan Sidamanik

22 Kecamatan Gunung Malela

23 Kecamatan Gunung Maligas

24 Kecamatan Bandar Masilam

25 Kecamatan Bandar Huluan

26 Kecamatan Jawa Keraja

27 Kecamatan Hatonduhan

28 Kecamatan Pematang Sidamanik

29 Kecamatan Panombean Pane

30 Kecamatan Haranggaol Horisan

31 Kecamatan Jorlang Hataran

3.4 Keadaan Tanah dan Lahan

Keadaan tanah di Kabupaten Simalungun sangat potensial menjadi daerah

perumahan, pertanian, perkebunan. Adapun tanah di Kabupaten Simalungun

mencakup :

• Tanah Curam : 39.900 Ha/9.12%

• Tanah Datar : 99.803 Ha/23,76%

• Tanah Berbukit : 96.699 Ha/22,06%

• Tanah Landai : 202.258 Ha/46,06%

Adapun penggunaan tanah di Simalungun sangat beragam, antara lain :

• Perkebunan : 38,23%

• Sawah : 13,52%

Universitas Sumatera Utara


• Tegalan : 6,39%

• Pertanian Campuran : 4,41%

• Semak – semak : 10,51%

• Hutan : 25,21%

• Pemukiman : 1,49%

• Alang – alang : 0,06%

• Sungai : 0,20%

3.5 Keadaan Iklim Kabupaten Simalungun

Suhu udara rata-rata di Simalungun tahun 2014 adalah 25,3°C, dengan

suhu terendah 20,5°C. dan suhu tertinggi 32,2°C. Penyinaran Matahari rata-rata

5,2 jam per hari dan rata-rata penguapan 3,01 milimeter per hari serta kelembaban

udara 84 persen. Suhu udara rata-rata meningkat bila dibandingkan dengan tahun

2012 sebesar yaitu mencapai 25,2°C 27.

3.6 Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Simalungun

3.6.1 Sistem Kekerabatan dan Kemasyarakatan

Pada masyarakat Simalungun marga memegang peranan penting dalam

adat Simalungun, disamping itu masyarakat Simalungun tidak terlalu

mengedepankan silsilah karena penentu peneturuan partuturan ialah hasusuran

(tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam

horja – horja adat (acara – acara adat). Hal ini dapat dilihat saat masyarakat

Simalungun bertemu, hal yang ditanyakan bukan aha do marga ni ham (apa

marga anda), akan tetapi hunja do hasusuran ni ham (darimana asal usul anda),

27
Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik Kabupaten
Simalungun. Hal 36.

Universitas Sumatera Utara


hal ini juga dipertegas oleh pepatah di Simalungun yaitu sin raya, sin purba, sin

dolog, sin panei, na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei (dari Raya,

Purba, Dolog, Panei, yang manapun tidak berarti, asal penuh kasih).

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai

partuturan. Tutur bisa diterjemahkan sebagai panggilan yang digunakan

masyarakat Simalungun sebagai sebutan untuk/kepada orang tertentu. Partuturan

menetukan dekat atau jauhnya hubungan pardihadihaon (kekeluargaan), dan

terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut :

1. Tutur Manorus / langsung yaitu, perkerabatan yang langsung terkait

dengan diri sendiri

2. Tutur Halmouan / Kelompok yaitu, melalui tutur halmouan ini dapat

dilihat bagaimana berjalannya adat di Simalungun

3. Tutur Natipak / Kehormatan yaitu, dipergunakan sebagai pengganti nama

terhadap orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat

Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan

akronim SISADAPUR yaitu, Sinaga, Saragih, Damanik, dan Purba. Keempat

marga ini merupakan hasil dari Harungguan Bolon (permusyawaratan besar)

antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan

(marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Perbauran suku asli Simalungun dengan suku – suku di sekitarnya di Pulau

Samosir, Silalahi, Karo, dan Pakpak menimbulkan marga-marga baru. Marga –

marga tersebut yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Saragih yaitu : Sidauruk, Sidabalok, Siadari, Simarmata, Simanihuruk,

Sidabutar, Munthe dan Sijabat.

2. Purba yaitu : Manorsa, Simamora, Sigulang Batu, Parhorbo

3. Damanik yaitu : Malau, Limbong, Sagala, Gurning dan Manikraja

4. Sinaga yaitu : Sipayung, Sihaloho, Sinurat dan Sitopu

Pada zaman kerajaan di Simalungun, marga atau masyarakat yang tidak

termasuk dalam keturunan raja – raja yang ada di simalungun disebut sebagai

jolma tuhe tuhe atau silawar (pendatang). Tentu ini sebagai dampak dari hukum

marga yang keras di Simalungun sehingga masyarakat pendatang harus

menyatukan dirinya dengan marga raja – raja agar mendapat hak hidup di

Simalungun.

Ikatan sosial masyarakat Simalungun disebut Tolu Sahondulan Lima

Saodoran, ikatan sosial ini mengikat masyarakat Simalungun dalam sistem

kekerabatan menurut adat istiadat yang ada di Simalungun, adapun yang menjadi

Tolu Sahondulan Lima Saodoran ialah:

a. Unsur Sanina yang memiliki horja (pesta), ditambah dengan saudara laki –

laki dari segaris bapak dan ompung semarga.

b. Unsur Boru, pelaksana tugas dalam horja yang ditentukan, terdiri dari

suami saudara perempuan dari sanina yang punya horja.

c. Tondong, mereka yang dihormati dan duduk di luluan (tempat terhormat)

yang terdiri dari saudara laki – laki dari ibu dan istri yang punya horja.

d. Boru Mintori, perempuan dari pihak perempuan yang turut dalam

melaksanakan tugas dalam horja dirumah tondong nya.

Universitas Sumatera Utara


e. Tondong Bona atau Bonaniari, saudara laki – laki dari ompung

perempuan.

Struktur lembaga adat ini memberikan gambaran suatu upacara adat

menurut besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan

adat yang dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari – hari hubungan kekerabatan ini

diistilahkan dengan Sisei, Sukkun, Sari dan Surduk Ibagas Habonaron Do Bona

dalam masyarakat, dengan penjabaran sebagai berikut :

• Dingat Martulang

• Sisei Bani Sanina

• Holong / Sari Bani Boru

• Sukkun Marsinhuta

3.6.2 Sistem Kepercayaan

Sebelum masuknya ajaran agama ke Simalungun, masyarakat Simalungun

sudah mengenal dan menganut ajaran animisme yang pada masyarakat

Simalungun disebut Parhabonaran, ajaran yang merupakan warisan dari

kebudayaan Hindu ini tertanam turun – temurun, Parhabonaran adalah keyakinan

dimana semua makhluk ataupun benda dipercayai memiliki kekuatan yang dapat

mempengaruhi kehidupan manusia disekitarnya.

Parhabonaron dalam masyarakat Simalungun membagi alam semesta

menjadi 3 (tiga), yaitu : Nagori Atas, Nagori Tongah, Nagori Toruh. Nagori Atas

adalah tempat Naibata (Tuhan) berada, Nagori Tongah adalah tempat manusia

dan makhluk hidup lainnya berada, Nagori Totuh adalah tempat roh – roh atau

jiwa manusia yang telah meninggal berada.

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat Simalungun saat ini tidak lagi menganut ajaran animisme,

melainkan sudah menganut ajaran agama seperti Kristen Protestan, Kristen

Katolik, dan Islam, mayoritas dari masyarakat Simalungun telah menganut ajaran

tersebut, dengan presentase penduduk yang menganut ajaran agama Islam

Sebanyak 57,41%, Kristen sebanyak 42,14% dan ajaran agama lainnya 0,45%.

3.7 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Simalungun

3.7.1 Visi

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Simalungun yang Mandiri, Tentram dan

Berseri (Mantab)”

3.7.2 Misi

1. Peningkatan dan Percepatan Pembangunan Masyarakat

2. Peningkatan Tingkat Kesehatan Masyarakat

3. Pengembangan dan Pemerataan akses Pembangunan Sumber Daya

Manusia

4. Menjamin Ketentraman Masyarakat

5. Meningkatkan Daya Saing

3.8 Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Simalungun

Dalam perencanaan strateginya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Simalungun mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :

1. Visi

“Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai tujuan wisata yang aman,

nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk

dikunjungi sebagai Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara


2. Misi

1. Pengembangan dan pemantapan citra budaya dan pariwisata Kabupaten

Simalungun sebagai salah satu kunjungan wisata nasional yang aman

dan nyaman serta mudah untuk dikunjungi.

2. Mengembangkan citra positif budaya dan pariwisata Simalungun

dengan lebih mengangkat citra destinasi yang strategis.

3. Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah

satu sektor andalan penghasil devisa negara, wahana pemberdayaan

ekonomi rakyat, sarana untuk mendorong pemerataan pembangunan

serta [enciptaan kesempatan berusaha dan bekerja.

4. Memperluas pangsa pasar budaya dan wisata yang ada serta

mengintensifkan pasar budaya dan pariwisata yang ada sehingga

mampu mendongkrak kunjungan wisata ke Kabupaten Simalungun.

5. Mengembangkan program–program pemasaran yang sudah ada dengan

manfaat kemajuan teknologi indformasi competitive advantage dan

comparative advantage budaya dan pariwisata Simalungun.

6. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan program – program

pemasaran budaya dan pariwisata di bidang yang lebih holistik,

strategik dan sinergis diantara para pelaku stake holders maupun sektor

yang terkait.

3.9 Gambaran Rumah Bolon Purba

Rumah adat Simalungun pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan

dengan rumah adat Batak Toba dan Batak Karo, karena Simalungun yang terletak

diantara pemukiman Batak Toba dan Batak Karo. Dalam hal arsitektur

Universitas Sumatera Utara


Simalungun memiliki ciri khas pada dasar bangunan yaitu kontruksi bangunan

bawah atau kaki selalu berupa susunan kayu yang masih bulat dipasang dengan

cara menyilang dari satu sudut kesudut lainnya. Ciri khas Rumah Bolon Purba

juga terletak pada atap yang diberi limasan berbentuk kepala kerbau lengkap

dengan tanduknya, serta lukisan lukisan dengan warna merah, putih, hitam.

Ragam hias Rumah Bolon antara lain hiasan Selumpat pada tepian dinding

bagian bawah, hiasan saling berkaitan, kemudian hiasan Hambing Marsibak yaitu

kambing berkelahi, hiasan Selumpat dan Hambing Marsibak menggambarkan

kehidupan yang saling berkaitan sehingga melahirkan kekuatan dan kesatuan yang

tidak tergoyahkan. Hiasan pada bagian tutup keyong dengan motif segitiga, motif

cicak, ipan – ipan serta motif ikal yang menyerupai tumbuhan menjalar, biasanya

pada bagian ini diberi hiasan kepala manusia yang disebut Bohi – Bohi, sebagai

pengusir hantu, seperti halnya hiasan Ipan – Ipan yang menggambarkan segi –

segi runcing mempunyai maksud untuk menghambat hantu – hantu yang akan

masuk rumah.

3.9.1 Lokasi Rumah Bolon

Rumah Bolon Pematang Purba terletak 54 Kilometer dari Pematang

Siantar, merupakan istana peninggalan kerajaan purba, dibangun pada tahun 1864

oleh raja purba ke-XII Tuan Rahalim. Terbuat dari kayu keras dengan dinding

papan yang unik serta ditopang oleh 12 penyangga, rumah ini dibangun dengan

arsitektur tradisional tanpa menggunakan kayu.

Beberapa bangunan disekitar Rumah Bolon terdiri dari 8 tipe yang

memiliki fungsi tersendiri diantaranya : Rumah Bolon yang merupakan bangunan

induk tempat raja dan keluarganya tinggal, Balei Bolon merupakan tempat

Universitas Sumatera Utara


mengadakan rapat, Jambur sebagai tempat para tamu menginap, Patangan Sada

bangunan tempat permaisuri bertenun, Losung tempat wanita atau istri dan selir

raja menumbuk padi, Uttei Jungga tempat tinggal panglima dan keluarganya, dan

Balei Buttu sebagai tempat para penjaga istana. Raja Purba adalah seorang raja

yang sangat terkenal dizamannya, memiliki 24 istri dan salah satu diantaranya

diangkat menjadi ratu.

3.9.2 Bentuk dan Bagian Rumah Bolon

Meski keturunan raja Purba tidak berkuasa lagi sejak tahun 1946, namun

jejak kerajaannya masih tegak berdiri hingga hari ini, istana yang dikenal dengan

Rumah Bolon (Rumah Besar) menjadi saksi 14 keturunan raja purba yang

memerintah di Simalungun, dan hingga saat ini Rumah Bolon dijadikan

Pemerintah sebagai salah satu objek wisata resmi.

Rumah Bolon lebih mirip dengan komplek istana yang disekelilingnya

terdapat bangunan – bangunan pemerintahan dan pekuburan keluarga kerajaan,

Rumah Bolon dikelilingi oleh jurang/lembah yang dulunya ditanami pepohonan

dengan rapat – rapat. hanya ada satu pintu masuk dan keluar di Rumah Bolon

sehingga pada zaman kerajaan dulu musuh tidak mudah masuk kedalam komplek

istana raja. Rumah Bolon persis terletak dibagian tengah komplek kejaraan,

dengan menggunakan arsitektur kuno Simalungun yang pembangunannya tidak

menggunakan paku melainkan kayu, bambu dan ijuk.

Bagian dalam Rumah Bolon terdapat 12 tungku perapian untuk tempat

memasak, masing – masing isteri raja menggunakan 1 perapian dan disampingnya

terdapat tempat tidur masing – masing isteri raja, sehingga Rumah Bolon

bukanlah seperti dalam cerita kemegahan kerajaan versi dongeng. Para isteri raja

Universitas Sumatera Utara


tidur diatas selembar tikar yang digelar disamping perapian, yang satu perapian

dengan perapian lainnya tidak memiliki sekat, dan raja sendiri hanya memiliki

satu tempat tidur sempit dengan selembar tikar didalamnya, kamar raja pun harus

dibagi dua lagi, yang bagian bawahnya terdapat lorong kecil sebagai tempat tidur

ajudan atau pesuruh raja, dan pada bagian atasnya tempat tidur raja.

Bila sang raja bersedia menerima salah seorang isteri dikamarnya, ia

cukup menyuruh si ajudan menyiapkan sirih dan memberikannya kepada sang

isteri yang dikehendaki, setelah diberikan maka sang isteri langsung menuju

kamar raja, sedang si ajudan mengawasi dibawah sambil menunggu perintah

selanjutnya untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan, seperti halnya

tradisi dinasti cina, seorang ajudan raja harus dikebiri terlebih dahulu, namun

tradisi seperti ini tidak jelas berlangsung sampai kapan, karena pada masa raja

purba ke-XIII telah masuk ajaran agama, dan kemungkinan sejak itulah

pengkebirian sudah tidak diterapkan lagi terhadap ajudan raja, selain itu raja purba

ke-XIII hanya memiliki satu isteri saja.

Puncak kejayaan raja purba disebut – sebut pada masa pemerintahan raja

purba ke-XII, pada masa pemerintahannya Rumah Bolon diperbesar agar dapat

menampung isteri raja yang berjumlah 12 orang, Rumah bolon yang berdiri

hingga saat ini merupakan finalisasi dari pembangunan yang diperakarsainya.

3.9.3 Bangunan – Bangunan Lain di sekitar Rumah Bolon

Selain rumah bolon sebagai bangun utama istana kerajaan, juga terdapat

bangunan lain yang juga tepat beda di sekitar rumah bolon, tepat di depan rumah

bolon terdapat panggung kecil yang disebut Pattangan Raja sebagai tempat

bersantai raja yang tidak boleh satu orang pun selain raja menempatinya, di

Universitas Sumatera Utara


sebelahnya berdiri bagunan yang disebut Jambur sebagai tempat pertemuan,

dibagian belakang rumah bolon terdapat juga bangunan yang sama dengan

Pattangan Raja namun diperuntukkan untuk tempat bertenunnya tuan putri

(permaisuri raja), dan di samping tempat permaisuri terdapat bangunan yang

diperuntukkan sebagai tempat rakyat yang ingin memperoleh keadilan, mengarah

keluar terdapat makam keluarga kerajaan, namun menurut Zaipin Purba yang

mengaku sebagai keturunan raja purba dari salah satu isteri raja purba ke-XII

tidak semua makan raja purba diketahui keberadaannya, raja yang dimakamkan di

komplek istana raja rumah bolon hanya raja purba ke-IX sampai ke-XII,

sedangkan raja Mogang menjadi korban revolusi rakyat Simalungun yang hingga

kini tidak diketahui jasadnya. Sehingga untuk mengenang raja – raja yang tidak

ditemukan jasadnya tersebut, pemerintah daerah Kabupaten Simalungun

membangun tugu di komplek rumah bolon, satu untuk mengenang kedelapan raja,

dan satu lagi untuk mengenang raja mogang.

Bangunan lain yang cukup unik adalah tempat penumbukan padi, pada

bangunan ini tersedia dua alat penumbuk (Losung) lengkap dengan alunanya,

pada saat berlangsungnya masa pemerintahan kerajaan, jika musim panen

diundanglah gadis – gadis cantik dari seluruh daerah untuk menumbuk padi

dibangunan tersebut, raja akan memperhatikan mereka satu persatu dan jika raja

tertarik maka si gadis tersebut di izinkan memasuki rumah bolon untuk

diperisterikan. Di sekitar bangunan penumbukan padi terdapat dua bangunan

persis dimulut lorong goa masuk dan keluar, keduanya adalah rumah bagi

panglima dan keluarganya serta rumah pengawal rumah bolon.

Universitas Sumatera Utara


3.9.4 Raja Yang Pernah Memerintah di Rumah Bolon

Pemerintahan kerajaan Purba di Simalungun dimulai sejak tahun 1624 dan

berakhir pada tahun 1947, adapun raja yang pernah memerintah dan masa

kekuasaannya sebagai berikut :

1. Tuan Pangultop – Ultop (1624 – 1648)

2. Tuan Ranjiman (1648 – 1669)

3. Tuan Nanggaraja (1670 – 1692)

4. Tuan Battiran (1692 – 1717)

5. Tuan Bakkaraja (1718 – 1738)

6. Tuan Baringin (1738 – 1769)

7. Tuan Bona Batu (1769 – 1780)

8. Tuan Raja Ulan (1781 – 1769)

9. Tuan Atian (1800 – 1825)

10. Tuan Horma Bulan (1826 – 1856)

11. Tuan Raondop (1856 – 1886)

12. Tuan Rahalim (1886 – 1921)

13. Tuan Karel Tanjung (1921 – 1931)

14. Tuan Mogang (1933 – 1947)

3.9.5 Arti Ukiran Pada Rumah Bolon

1. Sulumpat

Berbentuk siku tangan yang saling mengikat, bermaknakan Simbol

Kesatuan dan Persatuan yang diperlukan, diukir pada landasan dinding

rumah bolon.

Universitas Sumatera Utara


2. Hambing Mardogu

Berbentuk tanduk yang sedang berlaga, bermaknakan Keberanian

menghadapi segala tantangan hidup. Diukir pada diatas landasan

dinding rumah bolon.

3. Hail Putoh

Berbentuk Mata Pancing/Kail Berduri berbentuk bunga, bermaknakan

mengautkan, mengeratkan bentuk pergaulan dalam masyarakat. Diukir

pada tiang induk rumah bolon.

4. Gatib – Gatip

Berbentuk kepala ular berbisa, bermaknakan bertemu dengan ular itu

akan terjadi percobaan yang cepat yang berakibat baik dan buruk

terhadap umat manusia. Diukir pada dinding beranda bangunan rumah.

5. Gundur Manggalupa

Berbentuk pucuk daun labu yang subur/tegar berkait kekiri dan

kekanan, bermaknakan Lamban kemakmuran, Kesuburan, dan kejayaan

masyarakat. Diukir pada bingkai jerajak rumah bolon.

6. Bunga Labu

Berbentuk gambar daun batang dan bunga tanaman labu, bermaknakan

bentuk pemerintahan yang baik dan kokoh. Diukir pada tiang dinding

belakang rumah bolon.

7. Pinar Bulungni Anduhur

Berbentuk sejenis tumbuhan yang merayap dan tumbuh sempurna.

Bermaknakan mengajak untuk menepati janji dan mendahulukan

Universitas Sumatera Utara


kepentingan orang banyak, diukir pada halikkip dan lesplang balai

buntu.

8. Pahu – Pahu Patundal

Berbrntuk pakis yang saling bertolak belakang, bermaknakan lambang

persatuan disegala arah, diukir pada tiang nanggar dan ruang mata

dibalai bolon.

9. Pinar Asi – Asi

Berbentuk daun asi – asi yang digunakan untuk ramuan obat – obatan,

bermaknakan menjaga kesehatan dan kesejahteraan bersama

dimasyarakat, diukur pada tiang rumah bolon dan nanggar balei buntu.

10. Rumbak – Rumbak

Berbentuk sejenis daun kucing yang subur, bermaknakan kesetiaan dan

hidup damai, dilukis pada bawah selumpat, dan pada bagian sembaho.

11. Pinar Mombang

Berbentuk daun kayu besar, bermaknakan lambang mahaguru/dukun

yang mampu mengatasi masalah dalam masyarakat. Diukir diatas pintu

rumah bolon dan tiang nanggar rumah bolon serta tiang nanggar balei

bolon,

12. Sihilap Bajaronggi

Berbentuk kilat sebelum petir, bermakna saling mengingatkan

walaupun jatuh, diukir pada dinding bawah bagian belakang rumah

bolon dan pada lesplang di balai buntu.

Universitas Sumatera Utara


13. Jambu Merak

Berbentuk jambu merak, bermaknakan menghargai yang patut dihargai,

diukir pada rumah bolon antara lapau dan tempat permaisuri, pada tiang

belakang dan tiang nanggar.

14. Porkis Manakkih Bakkar

Berbentuk semut sedang memanjat bambu kering, bermaknakan sifat

ketelitian, kerajinan, ketabahan semut perlu ditiru, diukir pada diatas

sembahu rumah bolon, disebelah rumah bolon.

15. Sinar Apol – Apol

Berbentuk sayap kupu – kupu yang sedang terbang dan digunakan

secara geometris yang saling berkaitan, bermaknakan simbol

kebersihan, kebaikan dan kesempurnaan.

16. Ganjo Mardopak

Berbentuk kepiting yang saling berhadapan, bermaknakan berusaha

agar semua keadaan dapat tertip, diukir pada sanding dan pintu dalam

lapau, serta rumah bolon.

17. Bodat Marsihutan

Berbentuk monyet yang sedang mencari kutu, bermaknakan manusia itu

harus saling bekerja sama untuk meringankan beban dan menghindari

kerusuhan, diukir pada halikkip, tiang nanggar dinding belakang dan

pada langit langit rumah bolon.

18. Bunga Sayur Matua

Universitas Sumatera Utara


Berbentuk bunga raya berwarna merah menyala, bermaknakan suatu

usaha menyesuaikan diri dimana saja. Diukir pada tiang nanggar dan

pada sanding rumah bolon.

19. Pinar Tilobur Pinggan

Berbentuk sejenis tumbuhan yang menjalar yang dapat digunakan

sebagai obat – obatan, bermaknakan saling tolong menolong,

berpendirian kuat, dan ramah.

20. Pinar Andur Hadukka

Berbentuk sejenis tumbuhan menjalar yang batangnya dapat digunakan

sebagai tali. Bermaknakan pembawa rezeki dan banyak anak, diukir

pada tiang pusat rumah bolon dan pada sandingnya.

21. Pinar Bunga Terompet

Berbentuk hiasan batang daun dan bunga terompet, bermaknakan

semua harus memperhatikan dan mematuhi undang – undang. Diukir

pada tiang nanggar rumah bolon.

22. Porkis Marodor

Berbentuk sederetan semut yang biasanya mengapit gorga selumpat,

bermaknakan sifat gotong royong dan rajin bekerja didalam

masyarakat, diukir pada tembahau rumah bolon.

23. Pinar Bunga Hambili

Berbentuk bunga hambili yang dapat dipintal sebagai benang,

bermaknakan simbol penghematan, diukir pada ujung tiang dan pinggir

ukiran lain.

Universitas Sumatera Utara


24. Ipon – Ipon

Berbentuk menyerupai gigi yang tersusun rapi, bermaknakan ramah dan

hormat pada setiap orang, dilukis pada awal dan akhir setiap ukiran atau

lukisan.

25. Pinar Bunga Bombang

Berbentuk anyaman bambu, bermaknakan kerapian dan menangkal

yang buruk – buruk. Terletak pada belakang halakkip rumah bolon.

26. Beraspati

Berbentuk cicak yang hidup dirumah, bermaknakan melindungi seisi

rumah karena memiliki kekuatan gaib, terletak pada tiang nanggar dan

dinding rumah bolon.

27. Bohi – bohi

Berbentuk profil wajah manusia, bermaknakan ilmu hitam dan

kewaspadaan, diukir pada ujung sembahau rumah bolon.

28. Bindu Matoguh

Berbentuk dua segi empat bersusun menjadi delapan penjuru angka,

bermaknakan lambang pertahanan disegala penjuru, terletak pada

lesplang balai buntu dan tiang nanggar lapou.

29. Tanduk Horbo

Berbentuk kepala kerbau, bermaknakan kemakmuran dan kebesaran

raja yang memerintah, tergantung pada puncak anjungan rumah bolon.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYAJIAN DATA

Penyajian data hasil penelitian penting bagi penulis dalam mengungkap

strategi pengembangan sektor pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Simalungun, data yang ditemui dilapangan yang bersifat primer dan

sekunder nantinya akan menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan analisis,

adapun data yang ditemukan penulis ialah data tertulis berupa strategi

pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisata, dan data

berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang berhubungan dengan strategi

pengembangan sektor pariwisata khususnya objek wisata Rumah Bolon Purba.

4.1 Hasil Penelitian

Data hasil penelitian yang dilakukan penulis terbagi dalam 2 (dua) jenis

yaitu data primer dan data sekunder, data primer yaitu data diperoleh dari hasil

wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder ialah data yang

diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun

permasalahan pokok yang penulis sajikan yaitu Strategi Pengembangan Sektor

Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

dengan Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di

Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.

4.2 Pelaksanaan Wawancara

Penelitian dilakukan pada Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga selama

kurang lebih 3 bulan, dalam pengumpulan data untuk menjawab permasalahan

Universitas Sumatera Utara


penelitian penulis melakukan beberapa tahapan yaitu, diawali pengumpulan

berbagai dokumen tertulis terkait kondisi umum Kabupaten Simalungun, dan

objek wisata Rumah Bolon Purba, serta data – data lainnya yang berkaitan dengan

objek wisata Rumah Bolon Purba. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan

beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta

– faktayang lebih komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari

para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam

Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun. Sesuai dengan

rancangan penelitian, bahwa telah ditetapkan jumlah informan sebanyak 7 (tujuh)

orang, informan yang telah ditetapkan memliki kedudukan tertentu sehingga

dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian. Ke-7 (tujuh) informan tersebut terdiri dari, Kepala Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (informan kunci), Kepala Bidang Sarana dan

Prasarana, Kepala Seksi Pengembangan Jasa, Kepala Seksi Promosi (informan

utama), Masyarakat dan Wisatawan sebanyak 3 (tiga) orang.

Tipe wawancara yang ditentukan penulis yaitu tipe wawancara terstruktur,

dimana sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun daftar

pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian, namun dalam pelaksanaan

wawancara penulis tidak menutup kemungkinan akan timbulnya pertanyaan –

pertanyaan baru yang berhubungan langsung dan menggali lebih banyak lagi

informasi dari para informan.

Universitas Sumatera Utara


Pemaparan hasil wawancara disusun secara berurutan menurut urutan

informan yang diwawancarai, diawali Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga (informan kunci), Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Kepala Seksi

Pengembangan Jasa, Kepala Seksi Promosi,Masyarakat (pengelola) dan

Wisatawan yang berkunjung pada objek wisata Rumah Bolon Purba, hasil yang

diperoleh dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu mengenai karakteristik informan

dan pendapat informan mengenai strategi pengembangan sektor pariwisata (objek

wisata Rumah Bolon Purba) dalam meningkatkan kunjungan wisata di Kabupaten

Simalungun.

a. Karakteristik Informan

Informan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun:

1. Resman Saragih, S.Sos, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Simalungun

2. Zulpanuddin Dalimunthe SH, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana

3. Herry Sudrajat, SE, Kepala Seksi Pengembangan Jasa

4. Tumbur H. Hutabarat, Kepala Seksi Promosi

Informan tambahan ada 3 (orang) dilapangan/dilokasi objek wisata Rumah Bolon

Purba:

1. Pengelola (keturunan raja purba), Bapak Jaipin Purba

2. Wisatawan Lokal, Bapak Japamin Purba

3. Wisatawan Lokal, Bapak Riski Siregar

Universitas Sumatera Utara


b. Pendapat Informan Tentang Strategi Pengembangan Pariwisata

Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

(Studi Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di

Kecamatan Purba)

Dalam mencapai visi yaitu, Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai

tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi

untuk dikunjungi sebagai Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia. Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan seluruh SKPD di Kabupaten Simalungun,

Sehingga melatarbelakangi penulis untuk melihat bagaimana Strategi Pengembangan

Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

dengan Studi Kasus Objek Wisata Rumah Bolon Purba.

1. Strategi Pengembangan Obejek Wisata Rumah Bolon Purba

Dalam meningkatkan kunjungan wisata di Kabupaten Simalungun,

perumusan strategi sangatlah penting, berikut adalah beberapa strategi yang telah

dilakukan dan yang akan dilakukan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

dalam meningkatkan kunjungan wisata, Argumen pertama yang penulis peroleh

yaitu dari bapak Resman Saragih, S.Sos (informan kunci) selaku kepala Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Pertanyaan yang diajukan ialah, Jika

diperhatikan komplek Rumah Bolon Purba adalah satu – satunya sisa peninggalan

kerajaan purba yang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan, Apa strategi

dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek wisata

Rumah Bolon Purba ?

Universitas Sumatera Utara


Beliau Menjawab :

“Strategi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga berlaku sama untuk semua

objek wisata yang ada di Kabupaten Simalungun sesuai dengan Visi dan Misi

Dinas Pariwisata yang merupakan turunan dari Visi dan Misi Kabupaten

Simalungun, namun dalam teknis operasionalnya atau rencana aksi untuk setiap

objek wisata itu bisa berbeda”

Berdasarkan jawaban bapak kepala dinas tersebut, dapat diketahui bahwa

visi dan misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga mengacu pada visi dan misi

Kabupaten Simalungun, yaitu Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai

tujuan wisata yang aman, nyaman dan menarik serta memiliki daya saing yang

tinggi untuk dikunjungi sebagai Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia.

Kemudian untuk mengetahui apa saja yang menjadi program atau

kebijakan Dinas Pariwisata dalam rencana aksi ataupun teknis operasional dari

Strategi yang ada, penulis kembali bertanya kepada bapak kepala dinas dengan

pertanyaan, Apa saja yang termasuk dalam rencana aksi Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga pada objek wisata Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“rencana aksi Dinas Pariwisata pada objek wisata Rumah Bolon Purba yang

masuk dalam program kerja tahun 2016,Dinas Pariwisata bekerja sama dengan

Balai Cagar Budaya Di Aceh dan juga Yayasan Rumah Bolon,

pembangunan/pengembangannya sedang dalam tahap penyelesaian

pengerjaannya, berupa Lanjutan pembangunan jalan setapak keliling komplek

Rumah Bolon sepenjang ± 200 m. Pembangunan gapura/pimtu masuk

Universitas Sumatera Utara


(pelebaran). Pembangunan kios wisata/pusat kuliner disekitar lapangan parkir.

Penataan panggung kesenian di komplek Rumah Bolon. Pembuatan jalan setapak

menuju tempat permandian/marangir raja sepanjang ± 500 m. Pembuatan jalan

setapak menuju lokasi hulu balang (pengawal kerajaan) sepanjang ± 100 m.

Pengadaan sumur bor di komplek Rumah Bolon. Pengecetan relief yang ada di

terowongan dan lapangan parkir. Pembuatan parit pasangan kiri/kanan jalan

mulai dari pintu gerbang sampai pada lapangan parkir sepanjang ± 400 m. dan

Pemanfaatan billiboard yang ada di lapangan parkir untuk tempat promosi objek

– objek wisata se Kabupaten Simalungun”

Berdasarkan jawaban bapak kepala dinas tersebut, dapat diketahui bahwa

secara teknis operasional Dinas Pariwisata sudah melakukan pembangunan

ataupun perbaikan yang disesuaikan dengan visi dan misi yang ada, kemudian

untuk melakukan perbandingan penulis bertanya kepada bapak Zulpanuddin

Dalimunthe, SH selaku kepala bidang sarana dan prasarana dengan pertanyaan,

Apa Strategi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek

wisata Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“pastinya strategi Dinas Pariwisata sesuai dengan visi dan misi Dinas

Pariwisata, namun pengembangannya berbeda dengan objek wisata lainnya di

Simalungun, objek wisata Rumah Bolon Purba sampai saat ini masih dikelola

oleh yayasan, dalam pembangunan atau renovasinya pemerintah kabupaten tidak

bisa sembarangan, karena ada balai cagar budaya di aceh yang memiliki

kewenangan untuk cagar budaya, jadi harus dikoordinasikan kesana dan kepada

Universitas Sumatera Utara


pihak yayasan, dan saat ini ada sebanyak 10 program kerjasama dinas dengan

balai cagar budaya aceh di Rumah Bolon Purba, berupa renovasi dan

pembangunan fasilitas yang lebih baik lagi”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana

bahwa dalam pelaksanaan strategi pemerintah Kabupaten Simalungun tidak bisa

bertindak sendiri, harus melakukan koordinasi dengan pihak Balai Cagar Budaya

Aceh dan Pihak Yayasan Rumah Bolon Purba. Selanjutnya penulis bertanya pada

bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa (mewakili

kepala bidang pengembangan pariwisata) dengan pertanyaan yaitu, Apa strategi

Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek wisata

Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“Berbicara masalah strategi pastinya kita (Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga) berpedoman dengan Visi dan Misi Dinas Pariwisata, yaitu

Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai tujuan wisata yang aman, nyaman

dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk dikunjungi sebagai

Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia, kalau dalam pelaksanaan strategi kita

juga terlebih dahulu berkoordinasi dengan Balai Cagar Budaya dan Yayasan”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga tersebut, dipahami bahwa pengembangan objek

wisata rumah bolon perlu partisipasi dari Balai Cagar Budaya dan Yayasan

Rumah Bolon Purba, sehingga dalam pengembangannya tidak menghilangkan

kearifan lokal yang ada, selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Tumbur H.

Universitas Sumatera Utara


Hutabarat SE, selaku Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga dengan pertanyaan yaitu, Apa yang menjadi strategi Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga dalam pengembangan objek wisata Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“Rumah Bolon Purba itu masih menjadi milik dan juga dikelola oleh yayasan dan

juga menjadi kewenangan Balai Cagar Budaya Aceh, jadi Dinas Pariwisata

dalam pengembangannya harus menunggu proposal dari yayasan, dan juga

berkoordinasi dengan Balai Cagar Budaya Aceh, namun Dinas Pariwisata tetap

memastikan bahwa strategi pengembangan objek wisata rumah bolon purba

sesuai dengan Visi dan Misi Dinas dan juga Pemerintah Kabupaten Simalungun”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi promosi tersebut, dapat

dipahami bahwa strategi dinas selalu menyesuaikan dengan Visi dan Misi dinas

pariwisata, dan juga Visi dan Misi Kabupaten Simalungun, jawabannya tetap

sama dengan informan lainnya, bahwa juga terdapat 3 instansi/organisasi yang

memiliki kewenangan terhadap objek wisata Rumah Bolon Purba.

2. Pengembangan Amenitas

Pengembangan amenitas merupakan kunci dalam keberhasilan suatu objek

pariwisata, dimana secara keseluruhan kebutuhan wisatawan sangat erat dengan

kualitas dan kuantitas pengembangan amenitas, dan di era globalisasi ini

wisatawan tentu lebih memilih objek wisata yang memiliki daya tarik, fasilitas,

Universitas Sumatera Utara


dan akses yang lebih baik, sehingga para instansi/organisasi yang bergerak pada

bidang pariwisata harus meningkatkan kualitas produk dari objek wisatanya.

Pengembangan Amenitas dalam pengertian Victor T.C Middleton, terbagi atas 3

(tiga) bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi

wisata, dan ketiga, daya tarik wisata.

a. Accessibilities Of The Touist Destination (Akses Destinasi Wisata)

Pengembangan akses destinasi wisata mencakup Infrastruktur,

Transportasi, Kebijakan Pemerintah, dan Prosedur Operasional, ke-4 (empat)

inilah yang menjadi dasar pertanyaan yang diajukan penulis terhadap para

informan yang sudah ditentukan dalam akses destinasi wisata. Argumen pertama

yang penulis peroleh mengenai akses destinasi wisata dari bapak Zulpanuddin

Dalimunthe SH, selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga, pertanyaan yang penulis tanyakan yaitu, Apakah

Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki program terkait pengembangan

infrastruktur dan transportasi pada objek wisata Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“sudah jelas ada, karena tujuan pengembangan dari Pemerintah

Kabupaten melalui Dinas Pariwisata adalah untuk menjadikan Rumah

Bolon Purba sebagai destinasi unggulan wisata di Simalungun, program

pengembangan/pembangunannya dalam bentuk pembangunan sarana

fisik, perbaikan/pelebaran akses jalan, dan juga berupa rest area yang

berada dekat dengan objek wisata. Kalau masalah transportasi ada,

Universitas Sumatera Utara


transportasi umum disana lancar, bahkan pada objek wisata juga tersedia

biro travel yaitu Narasindo travel”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana

tersebut, dapat dipahami bahwa kebutuhan wisatawan akan infrastruktur dan

transportasi dapat terpenuhi, kemudian penulis kembali bertanya dengan

pertanyaan, Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki kebijakan

mengenai transportasi, kebijakan tarif, dan kebijakan mengenai frekuensi layanan

pada objek wisata ?

Beliau menjawab:

“untuk masalah kebijakan transportasi langsung ada, untuk tarif juga ada,

secara langsung yayasan yang mengelola, jadi untuk tarif itu pihak

yayasan yang menentukan dan digunakan untuk kebersihan dan

penjagaan, begitu juga dengan layanan pihak yayasan dengan ahli waris

yang menentukan, layanan disana bagus, disana ada petugas yang juga

merupakan ahli waris, jadi wisatawan dapat mengerti dan memahami

sejarah dan kegunaan bangunan dan perlengkapan kerajaan lainnya

melalui petugas tersebut”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana

tersebut, dapat dipahami bahwa dalam hal kebijkan pemerintah kabupaten tidak

bisa sewenang – wenang, karena yayasan Rumah Bolon Purba juga memiliki

kewenangan pada objek wisata, untuk perbandingan penulis kemudian bertanya

kepada bapak Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa

(mewakili Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata) dengan pertanyaan yang

Universitas Sumatera Utara


sama yaitu, Apakah Pemerintah Kabupaten Simalungun memiliki program terkait

pengembangan infrastruktur dan transportasi pada objek wisata Rumah Bolon

Purba ?

Beliau menjawab:

“Kalau masalah infrastruktur setiap tahunnya infrastruktur menuju rumah

bolon tetap kita perioritaskan, karena merupakan salah satu alat

transportasi (darat) yang lebih banyak digunakan masyarakat atau

wisatawan. Kalau dalam hal terminal bus, untuk sementara belum ada,

tetapi akses menuju kesana sudah ada rest area yang sudah 2 (dua) tahun

berdiri. Kalau ketersediaan transportasi umum banyak, ada travel

trofitour, narasindo, holiday, kalau lintas umum, sepadan, Simas, jadi

masalah transportasi menuju objek wisata tidak perlu ragu”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut

dapat dipahami bahwa keadaan infrastruktur menuju objek wisata selalu ada

perbaikan, dan keadaan transportasi sudah sangat baik dan begitu lancar sehingga

wisatawan tidak perlu khawatir untuk pergi mengunjungi objek wisata. Kemudian

penulis bertanya kembali dengan pertanyaan, Apakah Pemerintah Kabupaten

Simalungun memiliki kebijakan mengenai transportasi, kebijakan tarif, dan

kebijakan mengenai frekuensi layanan pada objek wisata ?

“Kalau kebijaksanaan pemerintah berkaitan dengan transportasi ada,

kalau tarif tidak bisa karena ada kebijakan PO masing masing,

layanannya juga begitu, kalau pada objek wisata masalah transportasi

ada, tarifnya untuk sementara perorang itu Rp2000, kalau perbis diatas

Universitas Sumatera Utara


2000, dalam hal layanan wisata, pada objek wisata disediakan gaet yang

memiliki garis keturunan/hubungan darah dengan kerajaan purba, kalau

gaetnya mantaplah bisa menjelaskan apa yang ada disana.”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut,

dapatlah dipahami bahwa dalam hal kebijakan pemerintah mengenai transportasi,

tarif dan frekuensi layanan sudah cukup baik. Untuk memperbandingkan pendapat

informan diatas penulis selanjutnya bertanya kepada bapak Japamin Purba selaku

wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Rumah Bolon Purba dengan

pertanyaan, menurut bapak apakah infrastruktur, transportasi, tarif, dan frekuensi

layanan pada Rumah Bolon Purba sudah cukup baik ?

Beliau menjawab:

“Kalau secara umum setau saya di indonesia, bukan cuma di komplek

museum rumah bolon ini, sudah berkembang dan sudah dibenahi, seperti

infrastrukturnya udah dibenahi, transportasi kesini lancar, secara umum

sudah dibenahi, tarifnya terhitung murah ya, kalau masalah layanan

gaetnya mungkin masih kurang ya, seperti orang bule disana tadikan,

kami cerita – cerita sama dia, dia pun cerita sama pengunjung, bukan

sama orang yang bertugas disini, tadi ada yang dari dari polandia, dia

cerita – cerita sama kami, bukan sama gaet yang ada disini, tapi

enggaklah mana tau ini bukan hari weekend entah hari besar, mungkin

karena itu saya gak tau juga. Dan yang ininya juga mungkin masih belum

mendapat perhatian ya, seperti perlengkapan didalam rumah bolon ini

Universitas Sumatera Utara


kan, harusnya bersih dan rapi, mungkin memang butuh dibiayai juga,

mungkin juga harus ada bantuan dari pemerintah.”

Berdasarkan jawaban dari bapak Japamin Purba tersebut, dapat dipahami

bahwa pengembangan infrastruktur, transportasi dan tarif sudah cukup baik,

namun frekuensi layanan objek wisata perlu untuk diperhatikan, agar wisatawan

yang berkunjung dapat menikmati dan memiliki keinginan untuk kembali

berkunjung ke objek wisata Rumah Bolon Purba. Kemudian penulis bertanya

kepada wisatawan lain yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba yaitu

bapak Riski Siregar, dengan pertanyaan, menurut bapak apakah infrastruktur,

transportasi, tarif, dan frekuensi layanan pada Rumah Bolon Purba sudah cukup

baik ?

Beliau menjawab:

“Kalau menurut saya yang sesuai dengan yang apa yang saya lihat,

masalah infrastruktur sudah cukup baik, transportasi juga sudah cukup

baik, tarif juga terjangkau, namun masalah layanan kurang memadai lah,

karena kurang fasilitas banyak sampah – sampah bertebaran dan tempat

sampah tidak ada, udah gitu juga penyambutan di bagian depan dengan

pegawai – pegawai administrasinya juga kurang lengkap, dan juga gaet

yang memandu wisata disini, kebanyakan disini wisatawan –

wisatawannya jadi merasa ambigu, bingung mau siapa mau ditanya,

hanya sekedar melihat bangunan – bangunannya aja, tidak ada gaet yang

sedia langsung untuk bisa menjelaskan apa kisah di rumah bolon ini.”

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan jawaban dari bapak Riski Siregar tersebut, dapat dipahami

bahwa permasalahan pada rumah bolon terletak pada minimnya layanan,seperti

kebersihan dan gaet (pemandu wisata) sehingga para wisatawan keliru untuk

mengetahui sejarah dan kegunaan dari bangunan dan peralatan yang ada di

komplek Rumah Bolon Purba.

b. Fasilitas Destinasi Wisata

Pengembangan fasilitas destinasi wisata mencakup unik akomodasi

(penginapan), restoran/bar/cafe (kualitas makanan dan minuman), transportasi dari

destinasi (taxi, mobil rental, bus pemandu wisata), olahraga dan aktivitas (golf,

memancing, berburu), retail outlets (agen travel lokal, toko obat), pelayanan

lainnya (pusat informasi wisata, kantor polisi), fasilitas lainnya (suvenir, seni, dll),

inilah yang menjadi dasar pertanyaan penulis kepada para informan yang sudah

ditentukan. Argumen pertama yang penulis peroleh dari bapak Zulpanuddin

Dalimunthe SH, selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dengan pertanyaan, Apakah

tersedia fasilitas penginapan, restoran, dan transportasi khusus pada objek wisata ?

lalu bagaimana dengan pusat informasi wisata, kantor polisi, dan pusat lokasi

penjualan suvenir di objek wisata ?

Beliau menjawab:

“Dalam hal akomodasi, memang disekitar objek wisata belum ada, tapi

untuk informasi sudah ada kantor pusat informasi di objek wisata, kantor

polisi sekitar 3-5 kilometer dari objek wisata, masalah penginapan dan

restoran atau rumah makan yang ada palinglah sekitar rumah bolon,

Universitas Sumatera Utara


untuk pusat penjualan suvenir dulu pernah ada, dan saat ini sedang

dibangun yang baru, untuk seni pemerintah kabupaten sudah menyiapkan

dan sedang direnovasi lagi untuk lebih baik.”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal fasilitas destinasi wisata,

objek wisata Rumah Bolon Purba sudah cukup baik, namun ada persoalan dimana

tidak tersedianya rumah makan nasional dan penginapan yang terletak disekitar

objek wisata. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Herry Sudrajat SE,

selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa dengan pertanyaan, Apakah tersedia

fasilitas penginapan, restoran, dan transportasi khusus pada objek wisata ? lalu

bagaimana dengan pusat informasi wisata, kantor polisi, dan pusat lokasi

penjualan suvenir di objek wisata ?

Beliau menjawab:

“Untuk sementara penginapan belum ada, itupun sesuai dengan program

pemerintah masih dikaji ulang, masih mencoba pendekatan dengan

homestay, karena permasalahan pelanggan, Masalah pusat informasi

masih pada polsek terdekat, kalau transportasi khusus objek wisata ada

narasindo travel, Masalah penjualan suvenir, berapa tahun yang lalu

tempat suvenir itu ada, entah apa sebab musababnya kiosnya tertutup, dan

akhir 2016 kami usahakan untuk ada, termasuk lah ini lagi ada

pembangunan suvenir disana, dan masalah kesenian juga ada lagi di

renovasi, diusahakan secepatnya bisa digunakan kembali untuk

Universitas Sumatera Utara


penampilan tari – tarian daerah simalungun dan lain – lain, jadi

menambah minat wisatawan untuk berkunjung.”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut,

dapat dipahami bahwa persoalan fasilitas pada objek wisata terletak pada

ketidaktersediaannya penginapan, namun saat ini masih dalam proses pengkajian

pada Pemerintah Kabupaten untuk mengadakan homestay. Untuk melhat

kebenarannya penulis bertanya pada wisatawan dan petugas yang ada di objek

wisata Rumah Bolon Purba yaitu, bapak Jaipin Purba dengan pertanyaan,

bagaimana menurut anda ketersediaan fasilitas pada objek wisata Rumah Bolon

Purba ? dalam hal penginapan, restoran, pusat suvenir, transportasi khusus objek

wisata, pusat informasi wisata, dan kantor polisi.

Beliau menjawab:

“Fasilitasnya sudah bagus, tahun 2016 ini sudah banyak renovasi, toilet,

panggung seni, renovasi bangunan sejarah yang ada, penginapan belum

ada,restoran atau rumah makan itu ya? Belum ada, pusat penjualan

suvenir baru dibangun lagi yang baru, namun kan kita selaku masyarakat

juga perlu tau kemana nantinya pusat penjualan ini diserahkan, diberikan

pada masyarakat untuk mengelola atau disewakan, itu yang belum jelas,

kalau pusat informasi ya ada sekaligus loketlah disini, kantor polisi sejauh

kurang lebih 4-5 kilometer lah dari sini (objek wisata), transportasi

khusus paling ini ajala narasindo travel.”

Berdasarkan jawaban dari bapak pengelola objek wisata tersebut, dapatlah

dipahami bahwa benar belum tersedianya penginapan pada objek wisata atau

Universitas Sumatera Utara


disekitar objek wisata, begitu juga dengan restoran atau rumah makan nasional

disekitaran objek wisata. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Riski Siregar

selaku wisatawan yang mengunjungi objek wisata Rumah Bolon Purba dengan

pertanyaan, bagaimana menurut anda ketersediaan fasilitas pada objek wisata

Rumah Bolon Purba ? dalam hal penginapan, restoran, pusat suvenir, transportasi

khusus objek wisata, pusat informasi wisata, dan kantor polisi.

Beliau menjawab:

“sepertinya penginapan belum ada, restoran juga belum ada, kalau pusat

penjualan suvenir sepertinya yang baru dibangun dibelakang loket masuk,

pusat informasinya ini juga belum jelas, karena ini pun kita bingung mau

nanya siapa tentang bangunan – bangunan disini, petugasnya minim

sekali, fasilitas tempat sampahnya juga tidak ada, seperti tadi sampah

banyak berserakan seperti tidak ada yang bertugas membersihkan,

transportasi khusus ada saya lihat di depan, cuman gak jelas juga

bagaimana cara menghubunginya soalnya loketnya tutup, kantor polisi

tidak terlihat ya, mungkin jauh dari lokasi objek wisata ini ya.”

Berdasarkan jawaban dari bapak Riski Siregar tersebut, diketahui bahwa

masih belum tersedia fasilitas penginapan, restoran, begitu juga fasilitas lainnya

seperti pusat informasi dan kantor polisi, dimana pusat informasi wisatanya belum

beroperasi dengan baik, dan kantor polisi yang jauh dari objek wisata.

c. Daya Tarik Wisata

Pengembangan dalam hal daya tarik wisata merupakan salah satu faktor

penentu dalam keberhasilan dan kemajuan suatu destinasi wisata, daya tarik

Universitas Sumatera Utara


wisata mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik sosial, daya tarik

buatan. Informasi mengenai daya tarik wisata penulis peroleh pertama sekali dari

bapak Zulpanuddin Dalimunthe SH, dengan pertanyaan yaitu, terkait daya tarik

wisata, bagaimana dengan daya tarik alam, budaya, sosial dan buatan pada objek

wisata Rumah Bolon Pematang Purba ?

Beliau menjawab:

“Rumah bolon dari segi daya tarik budaya, dan daya tarik buatan dari

raja-raja yang pernah memerintah, memang termasuk bangunan langka

dari segi bahannya, perlengkapan dan kegunaan bangunannya juga

khusus dan tidak sembarangan, sehingga keaslian bangunan ini menjadi

penambah minat atau daya tarik tersendiri bagi wisatawan, dalam hal

atraksi belum sepenuhnya berjalan, contohnya kesenian khas simalungun,

namun untuk tahun 2017 sudah dibangun panggung kesenian, yang

nantinya akan diisi oleh penampilan seni dan budaya tradisional

simalungun, namun pada hari hari tertentu, kalau daya tarik sosial

termasuklah itu interaksi sosial, saya fikir masyarakat yang tinggal di

sekitar objek wisata itu ramah dan terbuka untuk wisatawan, jadi gak

perlu khawatirlah, kalau daya tarik alamnya lumayan bagus ya,

pemandangan disana bagus, pertaniannya lumayan tertata rapi, udaranya

juga masih sejuk.”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala bidang sarana dan prasarana

tersebut, diketahui bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba mendekati

sempurna, dimana objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki pemandangan alam

Universitas Sumatera Utara


yang bagus, bangunannya masih asli dan terawat, tanggapan masyarakat terhadap

wisatawan juga baik. Untuk memperbandingkan pendapat bapak kepala bidang

sarana dan prasarana dinas pariwisata, penulis selanjutnya bertanya kepada bapak

Japamin Purba selaku wisatawan yang berkunjung di objek wisata Rumah Bolon

Purba, dengan pertanyaan yaitu, Menurut bapak bagaimana daya tarik objek

wisata Rumah Bolon Purba ?

Beliau menjawab:

“Ya karena ini kan satu – satunya tempat wisata tentang yang marga

purba, kalau ditempat lain kan gak ada, itu yang menjadi daya tariknya

sama kita ditempat lain gak ada, tadi itu kan ada sejarah – sejarah raja

marga purba, belum saya temukan di daerah lain objek wisata yang

seperti ini, mulai dari 1900 sampai sekarang, unik gitu”

Lalu penulis bertanya kembali dengan pertanyaan, apakah Rumah Bolon

Purba ini memiliki daya tarik alam seperti pemandangan alam dan pertanian ?

Beliau menjawab:

“oh iya, pemandangan alam disini masih bagus ya, cuman untuk

dilingkungan Rumah Bolon ini sepertinya kurang tertata rapi

pepohonannya, atau mungkin disengaja ya biar terkesan alami gitu, tidak

tau juga, untuk pertaniannya sepanjang jalan menuju objek wisata ini

terbilang bagus, lumayan rapi dan masih sejuk lah udaranya.”

Berdasarkan jawaban dari bapak Japamin Purba tersebut, dapat diketahui

bahwa objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki daya tarik buatan dan alam

Universitas Sumatera Utara


yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Untuk menambah

keakuratan informasi penulis selanjutnya bertayanya kepada bapak Jaipin Purba

selaku petugas dan sekaligus keturunan raja purba, dengan pertanyaan yaitu,

bagaimana menurut bapak mengenai daya tarik wisata pada rumah bolon purba ?

seperti daya tarik alam, budaya, sosial dan daya tarik buatan.

Beliau menjawab:

“kalau daya tarik alam ya seperti inilah, kalau memandang ya masih hijau

semua, karena masyarakat disini juga masyoritas petani ya lahan

pertanian pun jadi daya tarik alam, kalau daya tarik budaya dan seni,

dulu tahun 80an sampai 90an kami selalu mengadakan tari – tarian, tor –

tor Simalungun secara rutin setiap hari, namun sekarang sudah tidak lagi,

karena ada penurunan wisatawan yang sangat drastis. Kalau daya tarik

buatan ya ini, bangunannya masih terbilang asli lah walau ada renovasi

namun bentuknya masih sama. Kalau sosial, sambutan masyarakat disini

bisa dikatakan masih masyarakat awam, tak ada pernah mengadakan

sesuatu yang tidak tepat, tetap kalau ada disini warga sekitar anak muda

ataupun orang tua, kalau ada disini tamu tetap mengadakan ya budaya

terhormat yang ditinggalkan oleh nenek moyang disini, sambutannnya

baik, kalau itu saya jamin.”

Berdasarkan jawaban dari bapak Jaipin Purba tersebut, dapat dipahami

bahwa daya tarik wisata Rumah Bolon Purba sudah dapat memenuhi kebutuhan

wisatawan akan pesona alam, interaksi sosial, dan daya tarik buatan, namun dalam

Universitas Sumatera Utara


hal daya tarik budaya terjadi penurunan pada objek wisata, dimana terjadi

kemunduran pada penampilan seni pada objek wisata.

3. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat dalam meningkatkan kualitas wisata dan juga

kuantitas produk wisata ataupun kunjungan wisata, bukan persolan memberikan

pendidikan kepada masyarakat, namun juga memberikan fasilitas kepada

masyarakat untuk bisa terlibat langsung mewarnai produk pariwisata. Informasi

mengenai pengembangan masyarakat penulih peroleh pertama kalinya dari bapak

Herry Sudrajat SE, selaku Kepala Seksi Pengembangan Jasa Dinas Pariwisata,

dengan pertanyaan yaitu, Apakah ada program pengembangan masyarakat sekitar

objek wisata, sehingga masyarakat ikut memajukan objek wisata dan merasakan

hasil dari berkembangnya objek wisata ?

Beliau menjawab:

“Kalau masalah pengembangan ataupun pemberdayaan masyarakat,

pertama masyarakat kita libatkan dalam setiap kegiatan, kedua, mereka

terlibat dalam pengisian dan pembuatan suvenir.”

Berdasarkan jawaban dari bapak kepala seksi pengembangan jasa tersebut,

dapat dipahami bahwa dinas pariwisata memiliki program dalam melibatkan

masyarakat pada setiap kegiatannya, dan juga program pemberdayaan masyarakat

dalam hal pembuatan suvenir. Selanjutnya penulis bertanya kepada bapak Jaipin

Purba selaku Petugas pada objek wisata Rumah Bolon Purba yang juga

merupakan keturunan Raja Purba, dengan pertanyaan yaitu, Apakah ada program

Universitas Sumatera Utara


pengembangan masyarakat terkait pengembangan objek wisata rumah bolon

purba yang dilakukan oleh pemerintah ?

Beliau menjawab:

“Dulunya dari tahun 85 sampai tahun 90 ya, dulu kami disini mengadakan

tor – tor budaya Simalungun, rutin setiap hari, tapi setelah terjadi krisis

moneter, ataupun reformasi ya, pengunjung yang datang kesini sangat

berkurang, bisa bisa dikatakan sampai berkurang 95%, jadi masyarakat

dulu yang telah diberdayakan manortor disini stop, karena tidak ada lagi

masalah dana, karena belum ada saat itu dana yang ditentukan oleh

pemerintah dikucurkan kesini untuk melaksanakan tari – tari Simalungun,

itulah yang pernah disini, yang berhubungan dengan pengembangan

ataupun pemberdayaan masyarakat.”

Berdasarkan jawaban dari bapak Jaipin Purba tersebut, dapat diketahui

bahwa pengembangan masyarakat sudah tidak lagi dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten Simalungun, terakhir dilakukan pengembangan masyarakat pada pra-

reformasi, dikarenakan berhentinya alokasi dana dari pemerintah Kabupaten

Simalungun.

Universitas Sumatera Utara


4. Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

Tabel 4.1

Distribusi Kunjungan Wisatawan Nusantara Di Kabupaten Simalungun

No Objek Wisata 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Parapat 90.598 95.122 125.583 133.558 141.600 125.500

2 Karang 8.107 - 3.105 2.300 3.500 11.200

Anyer

3 Museum 473 2.045 1.223 226 400 350

Simalungun/

Rumah Bolon

4 Haranggaol 970 1.840 830 8.565 8.765 3.000

5 Pemandian 245.163 212.770 194.322 190.646 194.500 145.774

Alam Sejuk

JUMLAH 345.311 311.777 325.063 335.295 348.765 285.824

Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2

Distribusi Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Kabupaten Simalungun

No Objek Wisata 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Parapat 11.839 - - 9.800 10.500 8.200

2 Karang - - - - - -

Anyer

3 Museum 52 996 995 330 486 408

Simalungun/

Rumah Bolon

4 Haranggaol - - - - - 12

5 Pemandian - - - - - -

Alam Sejuk

Jumlah 11.891 996 995 10.130 10.986 8.620

Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISIS DATA

Pada bagian ini akan dianalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian

seperti yang sudah disajikan pada bagian terdahulu. Pembahasan yang dilakukan

adalah dengan analisis deskriptif kualitatif dengan tetap mengacu pada induksi

data, interprestasi data dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan

penelitian. Penulis akan menganalisis berdasarkan seluruh informasi dan data

yang telah dikumpulkan, baik mulai dari studi pustaka, wawancara dengan

informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis tentang strategi

pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisata di

Kabupaten Simalungun.

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai 28.

lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan bahwa strategi merupakan

tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus,

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari

apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya

kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan

28
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.

Universitas Sumatera Utara


kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di

dalam bisnis yang dilakukan 29.

Strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan kunjungan

wisata adalah serangkaian rencana kegiatan/program yang dilakukan Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam mengelola sektor pariwisata di

Kabupaten Simalungun untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan

mancanegara, sehingga meningkat pula pendapatan asli daerah dan juga

perekonomian masyarakat. Dalam mewujudkan hal tersebut, tentu Pemerintah

Kabupaten Simalungun melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga perlu

melahirkan strategi dan menerapkannya dengan benar.

5.1 Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Bolon Purba

Pembangunan kepariwisataan dihadapkan pada berbagai persoalan baik

berskala global maupun nasional, selain itu diperlukan perubahan paradigma

dalam memandang pariwisata dalam konteks pembangunan nasional, pariwisata

tidak hanya dipandang sebagai alat peningkatan pendapatan nasional, namun

memiliki spektrum yang lebih luas dan mendasar. Oleh karena itu pembangunan

kepariwisataan memerlukan fokus yang lebih tajam serta mampu memposisikan

destinasi pariwisatanya sesuai potensi alam, budaya dan masyarakat yang terdapat

di masing – masingdaerah.

Persoalan global dan nasional juga perubahan paradigma pembangunan

nasional, tentu harus dapat dijadikan dorongan dalam pengembangan pariwisata di

Kabupaten Simalungun, pengembangan pariwisata Kabupaten Simalungun

29
Hamel dan Prahalad, ibid.

Universitas Sumatera Utara


diperjelas oleh Visi dan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yaitu:

“Mewujudkan Kabupaten Simalungun sebagai tujuan wisata yang aman, nyaman

dan menarik serta memiliki daya saing yang tinggi untuk dikunjungi sebagai

Destinasi Wisata terkemuka di Indonesia”. Dan Misi yaitu: Pertama,

Pengembangan dan pemantapan citra budaya dan pariwisata Kabupaten

Simalungun sebagai salah satu kunjungan wisata nasional yang aman dan nyaman

serta mudah untuk dikunjungi. Kedua, Mengembangkan citra positif budaya dan

pariwisata Simalungun dengan lebih mengangkat citra destinasi yang strategis.

Ketiga, Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah satu

sektor andalan penghasil devisa negara, wahana pemberdayaan ekonomi rakyat,

sarana untuk mendorong pemerataan pembangunan serta penciptaan kesempatan

berusaha dan bekerja. Keempat, Memperluas pangsa pasar budaya dan wisata

yang ada serta mengintensifkan pasar budaya dan pariwisata yang ada sehingga

mampu mendongkrak kunjungan wisata ke Kabupaten Simalungun. Kelima,

Mengembangkan program–program pemasaran yang sudah ada dengan manfaat

kemajuan teknologi informasi competitive advantage dan comparative advantage

budaya dan pariwisata Simalungun. Keenam, Meningkatkan koordinasi dan

keterpaduan program – program pemasaran budaya dan pariwisata di bidang yang

lebih holistik, strategik dan sinergis diantara para pelaku stake holders maupun

sektor yang terkait.

Dalam pencapaian Visi dan Misi tersebut Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Simalungun, melakukan serangkaian rencana aksi yang

diantaranya :

Universitas Sumatera Utara


1. Lanjutan pembangunan jalan setapak keliling komplek Rumah Bolon

sepenjang ±200 m.

2. Pembangunan gapura/pintu masuk (pelebaran).

3. Pembangunan kios wisata/pusat kuliner disekitar lapangan parkir.

4. Penataan panggung kesenian di komplek Rumah Bolon.

5. Pembuatan jalan setapak menuju tempat permandian/marangir raja

sepanjang ±500 m.

6. Pembuatan jalan setapak menuju lokasi hulu balang (pengawal

kerajaan) sepanjang ±100 m.

7. Pengadaan sumur bor di komplek Rumah Bolon.

8. Pengecetan relief yang ada di terowongan dan lapangan parkir.

9. Pembuatan parit pasangan kiri/kanan jalan mulai dari pintu gerbang

sampai pada lapangan parkir sepanjang ±400 m.

10. Pemanfaatan billiboard yang ada di lapangan parkir untuk tempat

promosi objek – objek wisata se Kabupaten Simalungun.

Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya

dari dua perspektif yang berbeda yaitu 30:

3. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi

didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai

tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program

mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh

manajer dalam merumuskan strategi organisasi.

30
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.

Universitas Sumatera Utara


4. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah

organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi

yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.

Jika melihat berdasarkan point pertama ini, Strategi Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga berupa Visi dan Misi sudahlah tepat, dimana yang menjadi

dasar Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga merupakan program yang luas dan

juga merupakan sebuah peranan aktif, sadar dan rasional, dalam pengertian ini apa

yang telah menjadi Visi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga sudahlah sesuai

dengan keragaman objek wisata yang dimiliki. Terkhusus pada objek wisata

Rumah Bolon Purba penulis menganggap sudah tepat.

Jika melihat melalui sudut pandang George pada point kedua, maka

pentinglah bagi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga untuk menyesuaikan

program kerjanya/program pengembangannya terhadap lingkungannya/objek

wisata Rumah Bolon Purba, namun yang terjadi Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga lebih terfokus pada pengembangan fisik objek wisata dan tidak

menyingung masalah pengembangan/pemberdayaan masyarakat sebagai

tanggapan terhadap lingkungan seperti yang tertera pada rencana aksi Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga diatas. Karena berdasarkan temuan/pengamatan

penulis di lapangan bahwa keterlibatan masyarakat dalam memberikan tanggapan

mengenai pengembangan objek wisata sangatlah minim.

Jika mengacu pada Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 bahwa

dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi objek dan daya tarik wisata,

maka harus mengedepankan prinsip pelestarian budaya, dimana prinsip

Universitas Sumatera Utara


pelestarian budaya ialah Bagaimana kebudayaan dari suatu masyarakat tertentu

akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah menjadi kewenangan

masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan. Merekalah yang paling

mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat dan lingkungan

mereka.

Pengembangan pariwisata harus menyesuaikan dengan perkembangan

global dan nasional adalah benar, namun pengembangan pariwisata tentulah harus

berdasarkan keadaan lingkungan terkecil yaitu masyarakat sekitar objek wisata,

seperti yang tertera dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 diatas,

Sehingga dalam melakukan pengembangan pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda

dan Olahraga sesuai dengan tanggapan lingkungan, Visi dan Misi, dan Undang –

Undang Kepariwisataan.

5.2 Pengembangan Amenitas

Pengembangan amenitas merupakan kunci dalam keberhasilan suatu objek

pariwisata, dimana secara keseluruhan kebutuhan wisatawan sangat erat dengan

kualitas dan kuantitas pengembangan amenitas, dan di era globalisasi ini

wisatawan tentu lebih memilih objek wisata yang memiliki daya tarik, fasilitas,

dan akses yang lebih baik, sehingga para instansi/organisasi yang bergerak pada

bidang pariwisata harus meningkatkan kualitas produk dari objek wisatanya.

Pengembangan Amenitas dalam pengertian Victor T.C Middleton, terbagi atas 3

(tiga) bagian yaitu, pertama, akses destinasi wisata, kedua, fasilitas destinasi

wisata, dan ketiga, daya tarik wisata.

a. Accessibilities Of The Touist Destination (Akses Destinasi Wisata)

Universitas Sumatera Utara


Pengembangan dalam ruang lingkup akses destinasi wisata merupakan

salah satu faktor dalam keberhasilan suatu destinasi wisata, dalam hal ini ialah

objek wisata Rumah Bolon Purba, pengembangan dalam hal akses destinasi

wisata terbagi dalam 4 bagian yaitu, Infrastruktur, Transportasi, Kebijakan

Pemerintah, dan Prosedur Operasional. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga bahwa masalah Infrastruktur,

Transportasi, kebijakan (transportasi,visa), Operasional (kebijakan tarif, frekuensi

layanan) sudah cukup baik.

Namun berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan, Pertama,

infrastruktur dalam hal ini Terminal Bus, ketersediaan terminal bus memang

benar ada dan lokasinya terletak sekitar 5 (lima) kilometer dari objek wisata,

untuk mengatasi persoalan jarak antara objek wisata dengan terminal, pemerintah

Kabupaten Simalungun membangun Rest Area (Tempat Beristirahat) yang

terletak sekitar 500 meter dari objek wisata, namun berdasarkan observasi penulis

keberadaan rest area tersebut tidak beroperasi dengan baik, pintu masuk lokasi

yang tertutup dan tidak adanya aktivitas didalamnya, sehingga keberadaan rest

area ini tidak terlalu mendukung aktivitas wisatawan pada objek wisata.

. Kedua Transportasi umum, menurut hasil wawancara yang dilakukan

penulis dengan informan yang berasal dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga, keberadaan transportasi pada objek wisata baik yang menuju ataupun

yang melewati objek wisata sudah lancar dan beragam, dan berdasarkan observasi

penulis dilapangan dan hasil wawancara penulis dengan wisatawan, bahwa

intensitas transportasi umum yang menuju ataupun melewati objek wisata belum

cukup memadai, dimana ketersediaan transportasi pada objek wisata terbagi

Universitas Sumatera Utara


dalam transportasi lintas daerah, dan angkutan umum yang rentang waktu

melewati objek wisata belum normal, wisatawan membutuhkan waktu sekitar 20

– 30 menit dalam mendapatkan transportasi, dan dalam satu kedatangan

bus/angkutan kota wisatawan belum tentu dapat ikut dalam perjalanan menuju

tempat lainnya.

Ketiga Kebijakan pemerintah mengenai transportasi, berdasarkan temuan

penulis dalam penelitian pada dinas dan objek wisata, bahwa kebijakan

pemerintah dalam hal transportasi seperti yang telah dibahas pada paragraf

sebelumnya bahwa kebijakan transportasi ada, namun persoalan transportasi

umum pada objek wisata ialah intensitas transportasi yang masih rendah.

Keempat kebijakan pemerintah mengenai tarif dan frekuensi layanan objek

wisata, dalam hal ini pemerintah menyerahkan wewenang pengenaan tarif dan

layanan pada yayasan Rumah Bolon Purba, berdasarkan observasi dan wawancara

penulis dengan wisatawan, bahwa dalam tarif tidak ada persoalan, namum

frekuensi layanan terdapat keluhan dari wisatawan, dimana minimnya

tourguideatau pemandu wisata, sehingga banyak diantara wisatawan yang tidak

terpenuhi keinginannya untuk mengetahui lebih mendalam sejarah, cerita rakyat,

dan kebudayaan yang ada di objek wisata Rumah Bolon Purba.

b. Facilities of the tourist destination (Fasilitas Destinasi Wisata)

Pengembangan dalam ruang lingkup fasilitas destinasi wisata merupakan

satu bagian penting dalam pengembangan amenitas, fasilitas destinasi wisata

mencakup Unit Akomodasi (penginapan), Restoran (kualitas makanan dan

minuman), Transportasi dari Destinasi, Olahraga dan Aktivitas (golf, memancing,

Universitas Sumatera Utara


berburu), Toko Retail (agen travel lokal), pelayanan lain (pusat informasi, polisi),

fasilitas lain (suvenir, seni).

Pertama unit akomodasi (penginapan), berdasarkan wawancara penulis

dengan informan yang telah ditentukan dan observasi dilapangan, belum tersedia

fasilitas berupa penginapan (hotel, motel, villa) pada objek wisata Rumah Bolon

Purba, namun pada saat ini pemerintah Kabupaten Simalungun melalui Dinas

Pariwisata sedang melakukan pengkajian dengan pendekatan homestay, menurut

bapak Herry Sudrajat SE, ketidaktersediaan penginapan ini disebabkan oleh

keterbatasan pelanggan dan juga tidak adanya investor.

Kedua Restoran, Cafe dan Bar (kualitas makanan dan minuman),

berdasarkan wawancara penulis dengan informan yang telah ditentukan dan

observasi dilapangan, belum tersedia restoran, cafe dan bar pada objek wisata,

ketidaktersediaan fasilitas tersebut tentu mempengaruhi kepuasan wisatawan yang

berkunjung pada objek wisata dan kesinambungan kunjungan wisatawan

kedepannya.

Ketiga Transportasi dari Destinasi dan Toko Retail, berdasarkan

wawancara dengan informan dan temuan temuan penulis dilapangan, telah

tersedia transportasi dari destinasi berupa kerjasama dengan perusahaan travel

Narasindo yang juga memiliki loket di objek wisata, namun tidak tersedia armada

yang tetap berada pada objek wisata, ketidaktersediaan ini tentu berdampak pada

jumlah kunjungan wisata, dimana para wisatawan tentu lebih memilih untuk

berkunjung pada objek wisata yang mudah transportasi wisatanya. minimnya

layanan fasilitas dalam hal Toko Retail pada objek wisata, ditemukan pada selalu

Universitas Sumatera Utara


tertutupnya loket travel yang berada di lokasi objek wisata, dan toko obat yang

jauh dari objek wisata Rumah Bolon Purba.

Keempat Pelayanan Lain dan Fasilitas Lain, berdasarkan hasil wawancara

dengan informan dan temuan penulis dilapangan, pelayanan lain berupa pusat

informasi wisata dan kantor polisi tersedia pada objek wisata, namun ada

permasalahan dimana kurangnya tenaga kerja ataupun petugas yang berjaga,

sehingga pada hari besar dimana terdapat peningkatan kunjungan, wisatawan yang

berkunjung merasa tidak puas disebabkan minimnya petugas yang dapat

menginformasikan ataupun mendeskripsikan sejarah, fungsi bangunan,

kebudayaan masyarakat pada objek wisata. Fasilitas lain yang terdapat pada objek

wisata yaitu pusat penjualan suvenir dan seni, namun pada masa penelitian yang

dilakukan penulis fasilitas ini sedang dalam tahap pembangunan (pusat penjualan

suvenir) dan renovasi (panggung kesenian), namun berdasarkan Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 2009 pembangunan fasilitas ini haruslah berorientasi

pada peningkatan ekonomi masyarakat dan dalam pengelolaannya melibatkan

masyarakat.

c. Daya Tarik Wisata

Pengembangan dalam ruang lingkup daya tarik wisata merupakan bagian

ketiga dari pengembangan amenitas yang dikemukakan Middleton, daya tarik

wisata dalam hal ini mencakup daya tarik alam, daya tarik budaya, daya tarik

sosial, dan daya tarik buatan, daya tarik wisata juga merupakan faktor yang

mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung pada objek wisata.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan temuan data oleh penulis

dilapangan, objek wisata Rumah Bolon Purba dapatlah dikatakan sebagai objek

wisata yang kompleks dalam hal daya tarik wisata, dimana objek wisata Rumah

Bolon Purba memiliki daya tarik alam berupa pemandangan alam dan

pemandangan pertaniannya yang indah. Daya tarik budaya objek wisata Rumah

Bolon Purba juga lengkap, dimana terdapat sejarah dan cerita rakyat yang sampai

saat ini masih dapat ditemui, dan seni yang tentu masih di miliki masyarakat

sekitar objek wisata secara turun temurun. Begitu pula dengan daya tarik sosial

yang dimiliki objek wisata Rumah Bolon Purba, peluang wisatawan untuk dapat

berkomunikasi dengan masyarakat juga terbuka, keramah tamahan masyarakat

sekitar dengan pengunjung juga masih terjaga pada objek wisata. Dan dalam hal

daya tarik buatan, tentu objek wisata Rumah Bolon Purba memiliki daya tarik

yang sangat besar, dimana Rumah Bolon Purba merupakan satu – satunya

peninggalan komplek istana kerajaan di Kabupaten Simalungun.

Namun kompleksitas daya tarik wisata Rumah Bolon Purba belum

dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Simalungun, promosi daya

tarik wisata masih sebatas keikutsertaan pada kegiatan – kegiatan seperti PRSU

(Pekan Raya Sumatera Utara), Batam Fair, Jakarta Fair dan pemanfaatan Rumah

Bolon Purba sebagai background video clip lagu, film Simalungun dan booklet.

Pemanfaatan media online dalam mempromosikan daya tarik wisata belum

berjalan, dimana penulis tidak menemukan sebuah situs resmi yang dimiliki Dinas

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga untuk mempromosikan daya tarik wisatanya.

5.3 Pengembangan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara


Pengembangan masyarakat tentu berpengaruh pada kualitas dan kuantitas

produk wisata, dan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan pada suatu

objek wisata, berdasarkan hasil wawancara, observasi dan temuan penulis

dilapangan, pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata,

Pemuda dan Olahraga dengan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan,

pembuatan suvenir dan penjualannya.

Namun menurut petugas pada objek wisata Rumah Bolon Purba,

pengembangan/pemberdayaan masyarakat sudah lama tidak berjalan lagi, terakhir

pada tahun 90an, masyarakat diberdayakan dengan mengadakan tari – tarian (Tor

– Tor Simalungun) sehingga kunjungan wisatawan mengalami peningkatan

khususnya mancanegara, namun setelah revormasi kegiatan pemberdayaan

masyarakat sudah tidak berjalan lagi dan kunjungan wisatawan menurun sangat

signifikan, kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat berupa tari – tarian tersebut

juga berhenti dikarenakan dana yang tidak lagi diterima dari Pemerintah

Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan temuan – temuan diatas, menurut hemat penulis bahwa

program pengembangan masyarakat pada objek wisata tidak berjalan, padahal jika

mengacu pada Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga yang Ketiga yaitu

“Mewujudkan citra budaya dan pariwisata Simalungun sebagai salah satu sektor

andalan penghasil devisa negara, wahana pemberdayaan ekonomi rakyat, sarana

untuk mendorong pemerataan pembangunan serta penciptaan kesempatan

berusaha dan bekerja”, sudah seharusnya Dinas Pariwisata merumuskan program

pengembangan masyarakat, bukan hanya sebatas pemberdayaan pada kesenian

Universitas Sumatera Utara


masyarakat, namun pada pengembangan ekonomi kreatif masyarakat, sehingga

tercapainya penciptaan kesempatan berusaha dan bekerja di masyarakat.

5.4 Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun

Kunjungan wisatawan nusantara Kabupaten Simalungun mulai tahun 2010

sampai 2015 seperti yang tertera pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kunjungan

wisata pada objek wisata Rumah Bolon Purba tidak stabil, dimana terdapat

peningkatan pada tahun 2011 mencapai 2045 wisatawan, namun mengalami

penurunan ditahun 2012 menjadi 1.223 wisatawan dan pada tahun 2013 sampai

tahun 2015 mengalami penurunan yang sangat signifikan, begitu pula dengan

kunjungan wisatawan mancanegara yang setiap tahunnya mengalami penurunan

dan kenaikan, bahkan jumlah kunjungan wisman lebih tinggi pada 3 tahun

terakhir dari wisatawan nusantara. Tentu jumlah kunjungan pada objek wisata

Rumah Bolon Purba berdampak pada kunjungan wisata Kabupaten Simalungun

yang juga mengalami penurunan setiap tahunnya.

Berdasarkan penjelasan data kunjungan wisatawan tersebut diatas,

pemerintah Kabupaten seharusnya lebih intens dalam melakukan kegiatan –

kegiatan pengembangan wisata, sehingga rendahnya kunjungan wisata pasca

reformasi bisa diatasi dengan baik. Visi dan Misi Dinas Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga sudah sangat baik, namun implementasi Visi dan Misi haruslah lebih

baik lagi, karena penurunan jumlah kunjungan wisatawan tentu sangat erat

kaitannya dengan belum maksimalnya pengembangan objek wisata yang ada,

disamping itu perlu untuk mengikut-sertakan masyarakat dalam pengembangan

Universitas Sumatera Utara


pariwisata sehingga pengembangan pariwisata tidak menghilangkan kearifan lokal

masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun memliki

peranan yang penting dalam meningkatkan kunjungan wisata, sehingga income

dari kunjungan wisata dapat dipergunakan bagi kesejahteraan masyarakat

Simalungun. Berdasarkan penelitian dan analisa yang telah penulis lakukan, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Strategi Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dalam meningkatkan

kunjungan wisata di Kabupaten Simalungun masih belum maksimal, dapat

dilihat dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten

Simalungun masih sangat rendah, untuk tahun 2010 sebanyak 345.311

wisatawan, tahun 2011 sebanyak 311.777 wisatawan, tahun 2012

sebanyak 325.063 wisatawan, tahun 2013 sebanyak 335.295 wisatawan,

tahun 2014 sebanyak 348.765, tahun 2015 sebanyak 285.824 wisatawan.

Jumlah ini sangatlah rendah mengingat Simalungun merupakan daerah

dengan objek wisata yang banyak dan beragam.

2. Pengembangan Amenitas Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Simalungun masih belum maksimal, bahwa pengembangan

Akses yang telah terbangun dan belum beroperasi dengan baik, beberapa

fasilitas objek yang belum ada dan beberapa fasilitas masih belum di

operasikan dengan baik, dan Daya Tarik Wisata yang juga belum

dimaksimalkan baik dalam pengelolaannya dan juga promosinya.

Universitas Sumatera Utara


3. Pemberdayaan Masyarakat oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

juga belum dilaksanakan kembali sejak berhentinya pada tahun 90an.

6.2 Saran

Adapun saran yang perlu disampaikan dalam meningkatkan kunjungan

wisata di Kabupaten Simalungun ialah :

1. Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga harus melahirkan program kerja

yang sesuai dengan Visi dan Misi khususnya pada objek wisata Rumah

Bolon Purba, serta mengintensifkan program – program lainnya yang

dapat meningkatkan kunjungan wisata di Kabupaten Simalungun.

2. Memaksimalkan pengembangan amenitas dalam hal ini akses destinasi

wisata, fasilitas destinasi wisata, dan daya tarik wisata, sehingga dapat

memenuhi kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya, dan

meningkatkan kunjungan wisatawan.

3. Melahirkan program mengenai pengembangan masyarakat yang

berkesinambungan dan memperhatikan karakter masyarakat sekitar objek

wisata, sehingga dalam pengembangan dan keberhasilannya tidak

menyingkirkan kearifan lokal yang ada dimasyarakat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rhineka Cipta

Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

David, Hunger J dan Wheelen Thomas L. 2003. Manajemen Strategis.


Yogyakarta: ANDI

Drs. H. Oka. A. Yoeti, MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah


Tujuan Wisata. Jakarta: Pradnya Paramitha.

Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata


:Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media

George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen.
Jakarta: Erlangga

Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts,
Case, Fourth Edition. New York: Routledge

Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Nining I. Soesilo. 2002. Manajemen Strategik Di Sektor Publik (Pendekatan


Praktis). Buku II. Jakarta. Magister Perencanaan dan Pembangunan UI.

Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT


Pradnya Paramitha

Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan.


Jakarta: Mitra Wacana Media

Universitas Sumatera Utara


Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung:
Alfabeta

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai.


Jakarta: PT LP3ES

Triton PB. 2007. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Perda Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Kepariwisataan.

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+
di+Sektor+Pariwisata/0/infografis, diunduh pada hari sabtu, tanggal
26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, diunduh pada hari
minggu, tanggal 27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah
Kunjungan Wisata tahun 2010 – 2015.

Badan Pusat Statistik. Simalungun Dalam Angka 2015.Badan Pusat Statistik


Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai