OLEH:
Insan Rabbani
201801113
Oleh :
INSAN RABBANI
NIM 201801113
(Insan Rabbani)
1.1 Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika jantung tidak
mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan
sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi
tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi
(Aspiani, 2015).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer, 2017).
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang didasari
oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan
tubuh secara adekuat, akibatnya adanya gangguan struktural dan fungsional
dari jantung (Sudoyo, 2011).
1.2 Klasifikasi
Pada CHF terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New
York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas :
Klasifikasi Karakteristik
Kelas I • Tidak ada batasan aktivitas fisik
• Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea
napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas II • Gangguan aktivitas fisik ringan
• Merasa nyaman ketika beristirahat
• Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan
palpitasi
Kela III • Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata
• Merasa nyaman ketika beristirahat
• Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan
dispnea napas, palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas IV • Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa
merasa tidak nyaman
• Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada
saat istirahat
• Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan
aktivitas fisik apapun
Sumber: Aspiani, 2015
1.3 Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat menyebabkan
timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang meningkatkan preload, afterload,
atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Kondisi yang meningkatkan
preload, misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Afterload
meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta atau dilatasi ventrikel.
Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas miokardium dapat
menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung
gagal sebagai pompa, anatara lain adanya gangguan pengisian ventrikel
(stenosis katup atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada pengisian dan
ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung). Berdasarkan
seluruh penyebab tersebut, diduga yang paling mungkin terjadi yaitu pada
setiap kondisi tersebut menyebabkan gangguan penghantaran kalsium didalam
sarkomer, atau didalam sintesis, atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2 jenis yang
dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung untuk
menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun curah jantung
dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk
memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi paru pada tekanan vena
sentral normal.
Jenis gagal jantung Penyebab
Gagal jantung kiri Gagal jantung sistolik • Diabetes melitus
• Hipertensi
• Penyakit katup
jantung
• Aritmia
• Infeksi dan
inflamasi
(miokarditis)
• Kardiomiopati
peripartum/
idiopatik
• Penyakit jantung
koroner
• Penyakit jantung
kongenital
• Penyakit
endokrin, kondisi
neuromuskular,
dan penyakit
reumatologi
Gagal jantung kiri Gagal jantung diastolik • Penyakit jantung
koroner
• Diabetes melitus
• Hipertensi
• Penyakit katup
jantung (stenosis
aorta)
• Kardiomiopati
restriktif/
hipertrofi
• Perikarditis
kontstriktif
Gagal jantung kanan • Gagal ventrikel
kiri
• Penyakit jantung
koroner
• Hipertensi
pulmonal
• Stenosis katup
pulmonalis
• Emboli paru
• Penyakit paru
kronis
• Penyakit
neuromuskular
(Asikin, 2016)
1.4 Manifestasi klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung ventrikel
mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
menganggu pertukaran gas dan dapat mengakibatkan ortopnea
(kesulitan bernafas saat berbaring) yang dinamakan paroksimal
nokturnal dispnea (PND).
2) Mudah lelah Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme.
3) Sianosis Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad failure)
pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke
organ-organ seperti : kulit, dan otot-otot rangka.
4) Batuk Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang tersering
adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Batuk ini
disebabkan oleh kongesti cairan yang mengadakan rangsangan pada
bronki.
5) Denyut jantung cepat (Takikardi) Terjadi karena jantung memompa
lebih cepat untuk menutupi fungsi pompa yang hilang, irama gallop
umum dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan status
vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena perfusi renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan.
6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya pelepasan
renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi aldosteron, retensi
natrium, dan cairan, serta peningkatan volume intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis, sehingga
cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli
1.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua
ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi
singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan
dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan
meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload
dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi
perifer. Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ
vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran
ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output
adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-
angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri
sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat
ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik
atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini
terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
WOC CHF
Kontraktilitas menurun
Hambatan pengosongan
ventrikel
COP menurun
1.1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dan perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk rnencapai hasil yang efektif. Dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dan rencana yang telah
ditentukan dapat tercapai (Abdullah ,Syamsir. 2010)
1.1.5 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan. Tujuan evaluasi
adalah untuk menilai apakah tujuan tercapai sebagian, seluruh atau tudak
tercapai dapat dibuktikan dari peningakatan kesehatan pasien dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Dalam hal ini juga sebagai langkah koreksi terhadap rencana keperawatan
semula.Untuk mecapai rencana keperawatan berikutnya yang lebih
relevan.
Dari apa yang telah dipaparkan diatas untuk mengukur apakah tujuan dan
kriteria sudah tercapai, perawat dapat mengobservasi kesehatan klien.
DAFTAR PUSTAKA
KA
A
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri RY
D
A HUSA
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. DATA UMUM
Nama : Tn. D S
Ruang : Teratai
No. Register : 00017064/00091093
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Suwaluh, Sambirejo Kediri
Pekerjaan :-
Penghasilan :-
Status : Duda
Pendidikan Terakhir : SD
Golongan Darah :-
Tanggal MRS : 29 November 2020
Tanggal Pengkajian : 30 November 2020
Diagnosa Medis : CHF
Keluhan Utama :
Pasien mengatakan bahwa masuk rumah sakit karena sesak napas, bengkak
pada kaki, lemas dan mual
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan datang ke IGD jam 21.30 wib dengan keluhan sesak
napas, sesak diperberat saat melakukan aktivitas, bengkak pada kaki, mual,
badan terasa lemas dan lemah, kemudian jam 23.00 dipindahkan ke ruang
teratai.
Pasien mengatakan sudah berobat tetapi kondisi tetap tidak ada perubahan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √
Keterangan : Pola aktivitas dan latihan Tn. D sebagian besar perlu bantuan
orang lain
Total Konsumsi
Keluhan -
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 4-5 x/hari Memakai kateter
Pancaran Kuat -
Jumlah - ± 400 cc
Konsistensi Lunak -
Bau Khas -
Warna Kuning -
Praktik Ibadah
Pengetahuan tentang
Praktik Ibadah selama
sakit
IV. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
JENIS HASIL NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN
Hematologi
Leukosit 7330 L. 4.300-10.300 P. 4.300-10.300
Hemoglobin DL 11,9 L. 13,4-17,7 P. 11,4-15,1
Hematokrit DL 34,4 L. 45-50 P. 35-45 %
Trombosit DL 150000 150.000-400.000sel/lp
2. Radiologi
EKG : Disritmia, tacichardi, hipertropi ventrikuler
X-Ray menunjukan cardiomegali
Terapi
1. Oral
Vib albumin 3x1
N-acetilsisteyn 3x200mg
Ramipil 5mg
2. Parenteral
Infus PZ 250cc / 24 jam
Minum max 1000cc/ 24 jam
Inj. Furosemid 3x1 ampul
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Inj. Ceftriaxon 2x1g
3. Lain – lain
Saturasi : O2 80%
AGD : PO2 70, PCO2 50 (Asidosis respiratorik)
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK {dengan per sistem)
1. Tanda-tanda vital
S : 36,6 ºC N : 102 x/mnt TD : 150/90 mmHg
RR : 30 x/mnt , 02 3L/menit , HR : 86x/menit
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Bentuk dada √ simetris asimetris barrel chest
Funnel chest Pigeons chest
b. Keluhan √ sesak batuk nyeri waktu napas
c. Irama napas √ teratur tidak teratur
d. Suara napas √ vesiculer ronchi D/S wheezing D/S rales D/S
8. Sistem Endokrin
a. Pembesaran kelenjar tyroid ya √ tidak
b. Pembesaran kelenjar getah bening ya √ tidak
Lain-lain :
Perawat
(Insan Rabbani)
I. ANALISA DATA
O: Metabolisme anaerob
• Pasien tampak
membatasi Asidosis metabolik
aktivitasnya
• Pasien tampak lemah ATP menurun
• Pasien tampak lelah
saat melakukan Ketidakseimbangan antara
aktvitas suplai dan kebutuhan oksigen
TTV :
TD:150/90 mmHg fatigue
N : 102x/menit
S : 36,6 ºC Intoleransi aktivitas
RR : 30 x/menit
HR: 86x/menit
• Terlihat ekstremitas
bawah bengkak
• EKG: Disritmia,
tacichardi, hipertropi
ventrikuler
III. PLANNING
No Tanggal/ Diagnosa Luaran Intervensi
jam
1. 30 Penurunan Setelah dilakukan ➢ Perawatan jantung
November curah jantung tindakan
2020 berhubungan keperawatan 1. Posisikan pasien
dengan selama 2x24 jam semi fowler atau
perubahan maka curah fowler
preload, jantung 2. Berikan oksigen
dibuktikan meningkat untuk
dengan edema, dengan mempertahankan
CRT< 3detik, Kriteria Hasil saturasi oksigen
warna kulit • Takikardi >94%
pucat, distensi menurun 3. Anjurkan
vena jugularis • Lelah beraktivitas fisik
menurun sesuai toleransi
• Sianosis 4. Anjurkan
menurun beraktivitas fisik
• Edema secara bertahap
menurun 5. Ajarkan pasien dan
• Tekanan keluarga mengukur
darah intake dan output
membaik cairan harian
• CRT 6. Kolaborasi
membaik pemberian
antiaritmia
7. Monitor tekanan
darah
8. Monitor intake dan
output cairan
2. 30 Pola nafas tidak Setelah dilakukan ➢ Pemantauan
November efektif tindakan Respirasi
2020 berhubungan keperawatan
dengan selama 2x24 jam 1. Atur interval
hambatan maka pola napas pemantauan
upaya nafas membaik dengan respirasi sesuai
ditandai dengan Kriteria Hasil kondisi pasien
pola napas • Dispneu 2. Jelaskan tujuan dan
abnormal, menurun prosedur
penggunaan • Penggunaan pemantauan
otot bantu otot bantu 3. Monitor frekuensi,
pernapasan, napas irama, kedalaman
pernapasan menurun dan upaya napas
cuping hidung. • Frekuensi 4. Monitor pola napas
napas
membaik
3. 30 Intoleransi Setelah dilakukan ➢ Manajemen energi
November aktivitas tindakan
2020 berhubungan keperawatan 1. Lakukan latihan
dengan selama 2x24 jam rentang gerak pasif
ketidakseimba maka toleransi atau aktif
ngan antara aktivitas 2. Berikan aktivitas
suplai dan meningkat distraksi yang
kebutuhan dengan menyenangkan
okigen Kriteria Hasil 3. Anjurkan tirah
ditandai • Kemudahan baring
dengan lelah, dalam 4. Anjurkan
dispneu melakukan melakukan ativitas
saat/setelah akativitas secara bertahap
aktivitas. sehari-hari 5. Kolaborasi dengan
menigkat ahli gizi tentang
• Keluhan lelah cara meningkatkan
menurun asupan makanan.
• Dispneu saat 6. Monitor kelelahan
aktivitas fisik dan emosional
menurun 7. Monitor pola dan
• Dispneu jam tidur
setelah 8. Monitor lokasi dan
aktivitas ketidaknyamanan
menurun selama melakukan
• Warna kulit aktivitas
membaik
IV. IMPLEMENTASI
No Tanggal/ jam Diagnosa Implementasi
1 30 November I 1. Memposisikan pasien semi
2020 fowler atau fowler
10.00 2. Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
3. Menganjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
4. Menganjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
5. Mengajarkan pasien dan
keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
6. Berkolaborasi pemberian
antiaritmia
7. Memonitor tekanan darah
8. Memonitor intake dan output
cairan
2 30 November II 1. Mengatur interval
2020 pemantauan respirasi sesuai
10.10 kondisi pasien
2. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3. Memonitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
4. Memonitor pola napas
V. EVALUASI
No Tanggal/ jam Evaluasi
1 30 November 2020 S: pasien mengatakan masih sesak napas dan
13.00 lemas
O:
• KU cukup
• TTV :
TD:130/70 mmHg
N : 96x/menit
S : 36,2 ºC
RR : 26 x/menit
• CRT 2 detik
• Warna kulit pucat
• Terdapat edema pada kaki
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Intervensi dilanjutkan No. 1, 2, 4, 7, 8
2 30 November 2020 S: Pasien mengatakan masih sesak
13.10
O:
• KU cukup
• TTV :
TD:130/70 mmHg
N : 96x/menit
S : 36,2 ºC
RR : 26 x/menit
• Pernapasan cuping hidung
• Tampak retraksi dinding dada
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervendsi dilanjutkan No 3 dan 4
3 30 November 2020 S: Pasien mengatakan masih sesak belum
13.15 berkurang walaupun saat istirahat dan badan
masih terasa lemah dan lemas.
O:
• Pasien masih tampak membatasi aktivitasnya
• Pasien masih tampak lelah saat melakukan
aktvitas
• TTV :
TD:130/70 mmHg
N : 96x/menit
S : 36,2 ºC
RR : 26 x/menit
• Terlihat ekstremitas bawah bengkak
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan No 1, 2, 3, 7