Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KIMIA

“GUGUS FUNGSI ALKOHOL MENJADI BIODIESEL”

Oleh : 1.Jefrizal

2. Fuad Husein Har

3. Ariffudin

4. Azani

5. Siti Fatimah

Kelas: XII IPA 3


BAB 1
Penerapan Turunan Gugus Fungsi
Kegunaan Gugus Fungsi, Ini merupakan salah satu dari sekian banyak materi Kimia yang ada di SMA.
Sebelum membahas mengenai Kegunaan Gugus Fungsi saya akan menjelaskan sedikit pengertian Gugus
Fungsi.

Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul,
yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus
fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.

Berikut beberapa gugus fungsi dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari :

ALKOHOL

1.Metanol
Metanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam, dikarenakan metanol tidak mudah
terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanol juag digunakan sebagai campuran utama untuk bahan
bakar model radio kontrol, jalur kontrol, dan pesawat model. Salah satu kelemahan metanol jika
digunakan dalam konsentrasi tinggi adalah sifat korosif terhadap beberapa logam, termasuk aluminium.
Metanol, meskipun merupakan asam lemah, menyerang lapisan oksida yang biasanya melindungi
aluminiumdarikorosi.

Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya. Sekitar 40%
metanol yang ada diubah menjadi formaldehid, dan dari sana akan dihasilkan berbagai macam produk
seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah,
sejumlah kecil metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi
bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang
rendah, operasi pada tekanan atmofser, mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi dengan
penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat metanol dapat digunakan dalam
perlengkapan elektronik.

2.     Etanol

 Pelarut
 Campuran minuman (intoxicant)
 Sintesis bahan kimia lain
 Etanol juga dapat diminum sedikit dengan campuran air dan dapat membantu proses
metabolisme.

3.     Propanol

Propanol banyak digunakan pada berbagai situasi yang berbeda sebagai sebuah pelarut.
4.     Butanol

 Industri pelapisan (untuk pembentukan lapisan nitrocellulose).


 Sebagai pelarut.
 Sebagai bahan baku pembuatan n-butilasetat.
 Sebagai bahan baku pembuatan glycoleter dan estere.
 Sebagai bahan baku plastik.
 Lapisan resin alkyd.
 Industri komponen pembersih.
 Industri pernisi.

5.     Pentanol

Pentanol digunakan sebagai pelarut dan pada esterfication misalnya dalam produksi asetat.

6.     Heksanol

Heksanol diyakini menjadi komponen yang memberikan bau rumput yang baru dipotong. Hal ini
digunakan dalam industri parfum. 

7.     Heptanol

Heptanol umumnya digunakan dalam percobaan elektrofisiologi jantung untuk memblokir


persimpangan kesenjangan dan meningkatkan ketahanan aksial antara miosit. Meningkatkan ketahanan
aksial akan menurunkan kecepatan konduksi dan meningkatkan kerentanan jantung untuk eksitasi
reentrant dan aritmia berkelanjutan. Heptanol memiliki bau yang menyenangkan dan digunakan dalam
kosmetik untuk aroma nya.

8.     Dekanol

Dekanol digunakan dalam pembuatan plasticizer, pelumas, surfaktan dan pelarut.

9.     Nonanol

Penggunaan utama dari nonanol adalah dalam pembuatan minyak lemon buatan. Ester Berbagai
nonanol, seperti asetat nonil, yang digunakan dalam parfum dan rasa.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ETER

1.     Etilena oksida

Etilen oksida adalah salah satu bahan baku yang paling penting yang digunakan dalam produksi kimia
besar-besaran. Etilen oksida Kebanyakan digunakan untuk sintesis etilen glikol, dietilen glikol dan
termasuk glikol trietilen, yang menyumbang hingga 75% dari konsumsi global. Produk penting lainnya
termasuk eter etilena glikol, ethanolamines dan etoksilat. Di antara glikol, etilen glikol digunakan sebagai
antibeku, dalam produksi poliester dan polyethylene terephthalate (PET - bahan baku botol plastik),
pendingin cair dan pelarut. Polyethyleneglycols digunakan dalam parfum, kosmetik, farmasi, pelumas,
pengencer cat dan plasticizer. Etilen glikol eter adalah bagian dari cairan rem, deterjen, pelarut, dan cat
lak. Produk lainnya dari etilen oksida. Ethanolamines digunakan dalam pembuatan sabun dan deterjen
dan untuk pemurnian gas alam. Etoksilat adalah produk reaksi etilen oksida dengan tinggi, asam alkohol
atau amina. Mereka digunakan dalam pembuatan deterjen, surfaktan, emulsifier dan dispersan.
Penggunaan langsung dari rekening etilen oksida hanya 0,05% (data tahun 2004) dari produksi global .

Oksida Etilen digunakan sebagai fumigan dan agen desinfektan, sebagai campuran dengan karbon
dioksida (8,5-80% etilen oksida), nitrogen atau diklorodifluorometana (etilen oksida 12%). Hal ini
diterapkan untuk fase gas sterilisasi peralatan medis dan instrumen, bahan kemasan dan pakaian,
peralatan bedah dan ilmiah, untuk pengolahan fasilitas penyimpanan (tembakau, paket biji-bijian,
karung beras, dll), pakaian, bulu dan dokumen berharga.

Etilen oksida digunakan sebagai akselerator pematangan daun tembakau dan fungisida [90]. Oksida
Etilen juga digunakan sebagai komponen utama senjata thermobaric (bahan bakar udara bahan peledak)

2.     Dietil eter

Dietil eter digunakan sebagai sebuah anestetik umum, pada 30 Maret 1842. William Thomas Green
Morton memperagakan penggunaan eter sebagai anestesi penghirupan yang pertama kalinya. Karena
tidak dapat dicampur dengan air dan adanya fakta bahwa senyawa organik tak berkutub sangat mudah
larut di dalamnya, eter digunakan pula dalam produksi kokain freebase, dan terdaftar sebagai sebuah
Table II precursor dalam Konvensi PBB Menentang Peredaran Ilegal Narkotika dan Zat Psikotropika

3.     Dimetoksimetana (DME)

Penggunaan terbesar dari DME saat ini (2010) sebagai pengganti LPG propana di digunakan sebagai
bahan bakar dalam rumah tangga dan industri . Penggunaan terbesar dari DME untuk tujuan ini adalah
di Cina. DME memiliki dua aplikasi utama lainnya: sebagai bahan pembakar dalam tabung aerosol, dan
sebagai pendahulu untuk dimetil sulfat  Sebagai propelan aerosol, DME berguna sebagai pelarut polar
agak. Hal ini juga dapat digunakan sebagai refrigeran.

DME juga mendapatkan popularitas sebagai refrigeran dengan penunjukan ASHRAE refrigeran R-E170.
DME juga digunakan dalam campuran refrigeran dengan misalnya butana dan propena, Sebuah
campuran DME dan propana digunakan dalam perangkat over-the-counter untuk mengobati kutil,
dengan membekukan mereka.

4.     Dioksana

Dioksana Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi (b.p. 101.1 °C).

5.    Tetrahidrofuran (THF)

THF sering digunakan dalam ilmu polimer. Ia dapat digunakan untuk melarutkan karet sebelum
dilakukan penentuan massa molekul menggunakan kromatografi permeasi gel. THF juga melarutkan
PVC.

THF dapat dipolimerisasikan menggunakan asam kuat, menghasilkan polimer linear yang disebut
poli(tetrametilena eter) glikol (PTMEG), Nomor Registrasi CAS [25190-06-1], juga dikenal sebagai PTMO,
politetrametilena oksida. Kegunaan utama dari polimer ini adalah untuk membuat serat poliuretana
elastomerik seperti Spandex.

6.    Anisol

Anisol dapat digunakan sebagai bahan untuk parfum, sebagai pelarut, sebagai pendingin antara dan
sebagai bahan awal dalam sintesis senyawa organik lainnya. Jadi, misalnya, anisol berada dalam posisi
orto-akan deprotonated dengan n-butyllithium.
7.    Eter mahkota

Eter mahkota mengikat beberapa kation tertentu dengan kuat, membentuk kompleks. Atom-atom
oksigen yang berada pada interior cincin berkoordinasi dengan kation, sedangkan eksterior cincin
tersebut bersifat hidrofobik. Hasilnya adalah, kation tersebut akan membentuk garam yang larut dalam
pelarut nonpolar. Oleh karena itu, mahkota eter sangat berguna dalam katalisis transfer fase

8.    Polietilen glikol (PEG)

Dalam industri farmasi, PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut air. Penggunaan
PEG sebagai pelarut juga dapat meningkatkan penyebaran obat di dalam tubuh manusia. PEG dapat
digunakan untuk melapisi kaca atau metal, dan sebagai campuran cat serta tinta. Di dalam kehidupan
sekari-hari, PEG juga dimanfaatkan untuk pembuatan kosmetik, perlengkapan mandi, dan alat-alat
rumah tangga. Selain itu, PEG juga banyak dimanfaatkan dalam industri kertas, bahan karet, kulit, dan
tekstil.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ALDEHID

1.    Metanal

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan
sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga
dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.
Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan
formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida
sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan
bangkai.

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia.
Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang
keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet.
Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk
produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk
produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak.
Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan
busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk
membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai
insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.

2.    Etanal

Etanal telah digunakan untuk pil tidur, etanal ini digunakan sebagai bahan bakar padat. Etanal ini mulai
materi dalam sintesis plastik, cat, lak, karet, kertas dan penyamakan kulit. Bahkan digunakan sebagai
pengawet dalam daging dan produk makanan lainnya.

3.    Propanal

Propanal ini terutama digunakan sebagai pendahulu untuk trimethylolethane (CH3C (CH2OH) 3) melalui
reaksi kondensasi dengan formaldehid, triol ini merupakan perantara penting dalam produksi resin alkid.
Aplikasi lain termasuk pengurangan propanol dan oksidasi asam propionat.
Kondensasi propionaldehida dengan tert-butylamine memberikan CH3CH2CH = Nt-Bu, tiga-karbon blok
bangunan yang digunakan dalam sintesis organik. Deprotonasi ini imina dengan LDA menghasilkan
CH3CHLiCH = Nt-Bu, yang pada gilirannya mengembun dengan aldehida.

4.    Butanal

Butyraldehyde diproduksi hampir secara eksklusif oleh hidroformilasi propilena Secara tradisional,
hidroformilasi yang dikatalisasi oleh karbonil kobalt dan kemudian rhodium kompleks trifenilfosfin.
Teknologi dominan melibatkan penggunaan katalis rhodium berasal dari air-larut TPPTS ligan. Larutan
katalis rodium mengkonversi propilena ke aldedyde, yang membentuk fase immiscible ringan. Sekitar 6
miliar kilogram yang diproduksi setiap tahun oleh hidroformilasi.

5.    Heksanal

Heksanal senyawa organik milik kelompok turunan dari hidrokarbon, yang dikenal sebagai aldehida. Hal
ini ditandai dengan campuran aroma tertentu aldehid, potongan rumput dan buah.

Senyawa ini digunakan dalam berbagai industri: makanan (bumbu), kimia (resin sintetis dan aditif
insektisida), kosmetik (parfum).

6.    Heptanal

heptanaldehyde adalah aldehida alkil dengan bau buah yang kuat yang digunakan sebagai bahan dalam
kosmetik, parfum, dan rasa. Hal ini dapat diperoleh dari minyak jarak dengan distilasi pengurangan
tekanan industri, digunakan dalam pembuatan heptanoate 1-Heptanol dan etil

7.    Dekanal

Decanal merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C9H19CHO. Ini adalah aldehida sepuluh-
karbon sederhana. Decanal terjadi secara alami dan digunakan dalam wewangian dan bumbu. Decanal
terjadi di alam dan merupakan komponen penting dalam jeruk bersama dengan octanal, citral, dan
sinensal. Decanal juga merupakan komponen penting dari bau soba.

8.    Nonanal

nonanaldehyde juga disebut atau pelargonaldehyde, merupakan aldehida alkil. Memiliki buah yang kuat
atau bau bunga dan digunakan dalam rasa dan parfum. Hal ini juga diproduksi oleh tubuh manusia.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KETON

1.    Aseton

Aseton sering kali merupakan komponen utama (atau tunggal) dari cairan pelepas cat kuku. Etil asetat,
pelarut organik lainnya, kadang-kadang juga digunakan. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem
super. Ia juga dapat digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia
dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis. Ia sangat baik digunakan untuk
mengencerkan resin kaca serat, membersihkan peralatan kaca gelas, dan melarutkan resin epoksi dan
lem super sebelum mengeras. Selain itu, aseton sangatlah efektif ketika digunakan sebagai cairan
pembersih dalam mengatasi tinta permanen

.
Aseton dapat melarutkan berbagai macam plastik, meliputi botol Nalgene yang dibuat dari polistirena,
polikarbonat, dan beberapa jenis poliprolilena. dalam laboratorium, aseton digunakan sebagai pelarut
aportik polar dalam kebanyakan reaksi organik, seperti reaksi SN2. Penggunaan pelarut aseton juga
berperan penting pada oksidasi Jones. Oleh karena polaritas aseton yang menengah, ia melarutkan
berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya ditampung dalam botol cuci dan digunakan sebagai
untuk membilas peralatan gelas laboratorium. Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan secara
ekstensif pada proses penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri pertambangan. Bejana yang
mengandung bahan berpori pertama-tama diisi dengan aseton, kemudian asetilena, yang akan larut
dalam aseton. Satu liter aseton dapat melarutkan sekitas 250 liter asetilena

Dalam bidang industri, aseton direaksi dengan fenol untuk memproduksi bisfenol A. Bisfenol A adalah
komponen penting dalam berbagai polimer, misalnya polikarbonat, poliuretana, dan resin epoksi.
Aseton juga digunakan dalam manufaktur kordit.

2.    Keton siklik

Keton Siklik sering digunakan sebagai bahan untuk membuat parfum.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ASAM KARBOSILAT

1.     Asam format

asam format ditemukan pada sengatan dan gigitan banyak serangga dari ordo Hymenoptera, misalnya
lebah dan semut. Asam format juga merupakan hasil pembakaran yang signifikan dari bahan bakar
alternatif, yaitu pembakaran metanol (dan etanol yang tercampur air), jika dicampurkan dengan bensin.
Nama asam format berasal dari kata Latin Formarica yang berarti semut. Pada awalnya, senyawa ini
diisolasi melalui distilasi semut. Senyawa kimia turunan asam format, misalnya kelompok garam dan
ester, dinamakan format atau metanoat.

2.     Asam asetat

Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian
besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil
asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida
asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

3.     Asam propanoat

Asam propionat digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur dalam makanan :

 Roti, keju dan kue


 Makanan yang pengolahannya dengan air
 Untuk pengawetan ragi biasanya menggunakan kalsium.

4.    Asam butirat
Salah satu fungsi asam butirat yang sangat mengejutkan adalah memiliki aktivitas antipatogenik,
antibakteri, dan antiviral. Fungsi mineral kalsium adalah dalam hubungannya dengan kepadatan massa
tulang, pencegahan osteoporosis, kanker, serta hipertensi.

5.    Asam valerat

Asam valerat berkhasiat antioksidans broad-spectrum kuat yang terdapat sebagai faktor pertumbuhan
untuk banyak kuman dan protozoa. fungsinya di dalam sel adalah sebagai pelindung mitochondria
terhadap kerusakan oksidatif, juga berperan penting pada produksi energi aerob, karena merupakan ko-
fak-tor dalam sistem enzim.

6.    Asam pelargonoat

Kegunaan asam pelargonat adalah sebagai bahan pelumas dan bahan kosmetik.

7.    Asam kaprat

kandungan asam kaprat pada VCO dalam tubuh diubah menjadi senyawa yang telah terbukti sangat
efektif menghambat penyebaran virus HIV-AIDS. VCO bermanfaat untuk menurunkan dan mengobati
penyakit jantung koroner. Pada penderita penyakit itu, pembuluh darah koroner menyempit karena ada
tumpukan lemak. Hal itu adalah proses yang wajar seiring pertambahan usia. Dengan mengkonsumsi
VCO secara rutin dapat melarutkan endapan kolestrol dalam pembuluh darah, sehingga peredaran
darah lancar.

8.    Asam laurat

Manfaat dari asam laurat antara lain dapat membunuh berbagai macam jenis mikroba yang membran
selnya asal asam lemak ( lipid coated microorganism)

9.    Asam palmitat

Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetika dan pewarnaan. Dari segi
gizi, asam palmitat merupakan sumber kalori penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah. 

10.  Asam stearat

Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika,
dan untuk melunakkan karet.

11.  Arachidic acid

AA merupakan komponen penting dari sel otak, dan selain itu AA juga dapat membantu dalam
pembekuan darah. Penambahan DHA tanpa kombinasi AA aatu DHA dan AA dengan rasio yang tidak
tepat tidak memberikan hasil yang optimall bagi pertumbuhan dan perkembangan otak.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ESTER

Banyak ester memiliki bau seperti bau buah-buahan, sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan
aroma buatan, untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Nama ester Struktur Bau atau terdapat di

Alil heksanoat Nanas


Benzil asetat Pir, Stroberi, Melati

Bornil asetat Pine

Butil butirat Nanas

Etil asetat Penghilang cat kuku, Cat pada mainan, Lem

Etil butirat Pisang, Nanas, Stroberi

Etil heksanoat Nanas

Etil sinamat Kulit manis

Etil format Lemon, Rum, Stroberi

Etil heptanoat Aprikot, Ceri, Anggur, Raspberi

Etil isovalerat Apel

Etil laktat Mentega, Krim

Etil nonanoat Anggur

Etil pentanoat Apel

Geranil asetat Pelargonium

Geranil butirat Ceri


Geranil pentanoat Apel

Isobutil asetat Ceri, Raspberi, Stroberi

Isobutil format Raspberi

Isoamil asetat Pir, Pisang

Isopropil asetat Fruity

Linalil asetat Lavender, Sage

Linalil butirat Persik

Linalil format Apel, Persik

Metil asetat Lem

Metil antranilat Anggur, Melati

Metil benzoat Fruity, Ylang ylang, Feijoa

Metil butirat (metil
Nanas, Apel, Stroberi
butanoat)

Metil sinamat Strawberry


Methyl pentanoat (metil
Bunga
valerat)

Metil fenilasetat Madu

Root beer, Wintergreen,
Metil salisilat
Salsaparila, Germolene dan Ralgex ointments

Nonil kaprilat Jeruk

Oktil asetat Jeruk

Oktil butirat Parsnip

Amil asetat (pentil
Apel, Pisang
asetat)

Pentil butirat (amil
Aprikot, Pir, Nanas
butirat)

Pentil heksanoat (amil
Apel, Nanas
kaproat)

Pentil pentanoat (amil
Apel
valerat)

Propil asetat Pir

Propil heksanoat Blackberry, Nanas, Keju, Wine

Propil isobutirat Rum

Terpenil butirat Ceri


Amil Valerat [[]] apel

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB 2

Penggunaan Bahan Bakar Alkohol


Meskipun saat ini bahan bakar fosil masih mendominasi sumber energi dunia, alkohol sudah
digunakan sebagai bahan bakar oleh manusia sejak zaman lampau. Empat alkohol alifatik
pertama, yaitu (metanol, etanol, propanol, dan butanol) adalah jenis alkohol yangsering
digunakan sebagai bahan bakar karena alkohol-alkohol ini dapat disintesis secara kimia maupun
biologi, dan karakteristik yang dimiliki membuat alkohol ini dapat dipakai pada mesin-mesin
modern saat ini. Salah satu keuntungan yang dimiliki oleh keempat jenis alkohol ini adalah
angka oktan yang tinggi. Angka oktan yang tinggi dapat membuat efisiensi bahan bakar
meningkat sehingga dapat menutupi kepadatan energinya yang rendah (jika dibandingkan
dengan bensin/diesel). Biobutanol merupakan salah satu bahan bakar yang paling
menguntungkan karena kepadatan energinya hampir sama dengan bensin, dengan angka oktan
yang masih 25% lebih tinggi dari bensin. Masalahnya adalah, saat ini biobutanol lebih susah
diproduksi apabila dibandingkan dengan etanol atau metanol. Rumus kimia umum dari bahan
bakar yang terbuat dari alkohol adalah CnH2n+1OH.

Kebanyakan metanol diproduksi dari gas alam, meskipun sebenarnya dapat juga diproduksi sari
biomassa dengan proses yang hampir sama. Etanol pada umumnya diproduksi dari material
biologis yang diproses melalui fermentasi. Bahan bakar yang diperoleh dari material-material
biologis ini disebut dengan bioalkohol (misalnya bioethanol). Tidak ada perbedaan antara bahan
bakar alkohol yang diproduksi dari material biologis maupun dari bahan kimia. Meskipun begitu,
"etanol" yang diproduksi dari minyak bumi tidak bisa dianggap aman untuk dikonsumsi manusia
karena masih mengandung 5% metanol, yang dapat menyebabkan kebutaan dan kematian.
Campuran ini juga tidak bisa dipisahkan dengan distilasi biasa, karena mereka membentuk
campuran azeotropik.

Metanol dan etanol

Etanol yang digunakan sebagai bahan bakar.


Ringkasan dari campuran bahan bakar etanol yang digunakan di seluruh dunia

VW Gol 1.6 Total Flex 2003 merupakan mobil pertama yang berbahan bakar fleksibel yang bisa
berjalan dengan campuran bensin dengan etanol.

Honda CG 150 Titan Mix 2009 diluncurkan ke pasar Brasil dan menjadi motor berbahan bakar
fleksibel yang pertama dijual di dunia.

Metanol dan etanol, keduanya bisa didapatkan baik dari minyak bumi, biomassa, atau mungkin
yang paling mudah, dari karbon dioksida dan air. Etanol secara umum diproduksi melalui
fermentasi gula, dan metanol biasanya diproduksi dari fermentasi gas, tetapi ada cara yang lebih
modern untuk mendapatkan bahan bakar ini. Enzim dapat digunakan untuk memproduksi etanol
dan metanol. Metanol adalah molekul yang paling sederhana, dan etanol dapat dibuat dari
metanol. Di dunia industri, metanol dapat dibuat dari biomassa apapun, termasuk kotoran
binatang, atau dari karbon dioksida dan air. Bisa juga didapatkan dari mengubah biomassa
menjadi gas sintesis di gasifier. Kedua bahan bakar ini juga dapat diproduksi di laboratorium
dengan menggunakan elektrolisis atau enzim.[1]

Jika digunakan sebagai bahan bakar, etanol memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
bila dibandingkan dengan bahan bakar biasa seperti bensin dan diesel. Kedua bahan bakar
alkohol ini membutuhkan rasio kompresi yang tinggi agar mesin bisa menyala. Kedua alkohol ini
memiliki angka oktan yang tinggi, dengan angka oktan 109. (angka oktan bahan bakar Premium
standar di Indonesia adalah 88).[2] Bensin standar di Eropa memiliki angka oktan 95. Selain itu,
kedua bahan bakar alkohol ini memiliki angka cetan yang rendah, sehingga cairan pembantu
penyulut (ignition improver) seperti contohnya glikol harus ditambahkan ke dalam campuran
bahan bakar ini sampai kandungannya mencapai 5%.

Ketika dipakai, bahan bakar alkohol ini dapat berpotensi mengurangi NOx, CO, HC dan
partikulat lainnya. Sebua tes yang dilakukan pada Chevrolet Luminas berbahan bakar E85
menunjukkan bahwa NMHC[3] berkurang 20-22%, NOx berkurang 25-32% dan CO berkurang
12-24% bila dibandingkan dengan pemakaian bensin.[4] Emisi racun dari benzena dan 1,3
butadiena juga menurun, tetapi emisi aldehida (misalnya asetaldehida).

Metanol dan etanol juga mengandung beberapa zat yang dapat dan tidak dapat larut.[5] Misalnya
adalah ion halida, yang merupakan zat yang dapat larut, mempunyai andil yang besar dalam
membuat bahan bakar alkohol menjadi korosif. Ion halida bersifat korosif dengan 2 cara: secara
kimia, ion ini akan menyerang lapisan film oksida pada logam sehingga logam tersebut keropos;
cara yang kedua adalah ion ini juga meningkatkan konduktivitas bahan bakar. Konduktivitas
listrik yang meningkat akan menyebabkan korosi pada sistem bahan bakar. Zat yang dapat
bercampur seperti aluminium hidroksida misalnya, merupakan hasil produk korosi dari ion
halida, dan zat akan menyumbat sistem bahan bakar.

Untuk menghindari korosi seperti ini, maka sistem bahan bakarnya harus diganti dengan material
yang cocok, kawat listriknya harus diisolasi dan sensor bahan bakar harus yang bertipe pulse and
hold. Tambahan lainnya, bahan bakar alkohol yang digunakan hanya mengandung zat-zat
berbahaya ini dalam jumlah yang kecil.

Butanol dan Propanol

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahan bakar butanol

Propanol dan butanol dianggap lebih aman dan lebih mudah menguap jika dibandingkan dengan
metanol. Butanol memiliki keuntungan yaitu titik nyalanya sebesar 35 °C, sehingga tidak mudah
terbakar, tetapi menjadi masalah jika digunakan pada suhu udara rendah.

Proses fermentasi untuk memproduksi propanol dan butanol agak susah dilakukan. Saat ini,
organisme yang digunakan dalam pengkonversian ini, Clostridium acetobutylicum,
menghasilkan bau yang sangat busuk sehingga proses fermentasi harus dilakukan pada pabrik
fermentasi. Organisme ini juga akan mati ketika kandungan butanol mencapai 7%. Sebagai
perbandingan, khamir akan mati jika kandungan etanol mencapai 14%. Beberapa jenis khamir
lainnya dapat mentolerir konsentrasi etanol yang lebih tinggi - sehingga disebut khamir turbo
yang masih dapat bertahan sampai kandungan etanolnya mencapai 16%.[6] Kesimpulan yang
didapat adalah jika khamir Saccharomyces biasa dapat dimodifikasi sehingga dapat lebih tahan
terhadap etanol, maka pada suatu hari mungkin ilmuwan akan berhasil menghasilkan strain
Clostridium tipe baru yang dapat bertahan dari butanol dengan konsentrasi lebih dari 7%. Jika
hal ini dapat diterapkan, maka akan sangat berguna karena butanol memiliki kepadatan energi
yang lebih besar daripada etanol. Ditambah lagi, serat yang biasanya dibuang dari tanaman gula,
sekarang dapat digunakan untuk memproduksi butanol, dan hasil bahan bakarnya bisa
ditingkatkan tanpa perlu menambah jumlah tanaman yang dihasilkan.

Salah satu alternatif pengganti bahan bakar minyak adalah bahan bakar alkohol, ketika harga
minyak mentah terus naik ($91.70 -22 juli, 2012), harga bahan bakar alkohol menjadi lebih
terjangkau dan alkohol merupakan salah satu hidrokarbon jadi hampir semua kendaraan
berbahan bakar minyak tidak membutuhkan modifikasi terlalu banyak dalam penerapan alkohol
menjadi pengganti minyak.

Sebenarnya konsep bahan bakar alkohol sudah diperkenalkan oleh Henry Ford (penemu mobil
Ford) dengan menciptakan mobil yang bisa digunakan untuk dual fuel (bensin – alkohol), namun
dengan ditemukannya metode pemurnian minyak yang memungkinkan harga minyak menjadi
murah, bahan bakar alkohol tinggal wacana.
Sejak tahun ’80-an ketika harga minyak mentah melambung kembali sampai sekarang, beberapa
praktisi otomotif mulai melirik kembali penggunaan bahan bakar alkohol baik untuk digunakan
pada sekali individu maupun komersil. Rumus kimia alkohol adalah CnH2n+1OH dan yang
digunakan untuk bahan bakar adalah jenis ethyl alkohol atau disebut dengan ethanol (C2H5OH).
Ethanol diperoleh dari fermentasi gula seperti tebu atau tumbuhan yang banyak mengandung
karbohidrat atau gula kompleks seperti kelompok tumbuhan gandum (barley, gandum), jagung,
kentang, dan lain sebagainya.
Ketika ethanol digunakan sebagai hidrokarbon untuk kendaraan adalah unsur senyawa alkohol
yang sudah mengandung oksigen akan menyebabkan campuran menjadi terlalu miskin, maka
penyesuaian karburator diperlukan seperti memperbesar diameter main jet, sedangkan pada
kendaraan yang menggunakan ECU (engine control unit) harus melakukan remapping supaya
ECM (electronic control module) bisa memerintahkan penyesuaian rasio udara dengan bahan
bakar, pada metal tertentu alkohol bersifat korosi sedangkan tangki bahan bakar terbuat dari
metal yang mungkin bisa korosi, selain itu alkohol memberikan efek pada komponen yang
terbuat dari karet sehingga berkurang kelenturannya dan penggunaan material polymer menjadi
solusi. Nilai kalori yang terkandung dalam ethanol per liter sekitar 21.1 MJ sedangkan bensin
32.6 MJ/ lt, jadi untuk 1 liter bensin setara dengan 1.6 liter ethanol.
Pada penggunaan ethanol sebagai campuran bensin sampai 10 – 25% (Gasohol) dilaporkan tidak
ada masalah apabila tidak memodifikasi bagian-bagian pada kendaraan bermotor,  pada tangki
bahan bakar tidak ada efek korosi, bahkan ada indikasi mobil memiliki jarak tempuh lebih
hingga 5%. Ini dimungkinkan karena ethanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi dibanding
bensin itu sendiri. Pada kendaraan diesel ethanol tidak bisa digunakan langsung sebagai
campuran karena hanya memiliki nilai cetane 6 sedangkan diesel membutuhkan bahan bakar
yang memiliki nila cetane 30. Jadi cara teraman adalah dengan menggunakan ethanol sebanyak
10% pada mobil atau motor berbahan bakar bensin. Nilai ekonomis ethanol sebagai campuran
10% bisa dirasakan untuk pemakaian dalam jangka waktu lama.
BAB 3

A.Proses Alkohol Menjadi Bahan Bakar ( BIO DIESEL)


Proses pembuatan ethanol adalah dengan cara mengektraksi tumbuhan yang mengandung gula
simpel (tebu, aren) menambahkan air  kemudian difermentasi dengan melibatkan enzym bisa
menambahkan ragi atau membiarkannya selama minimal 12 jam.
Untuk menghasilkan gula yang diperlukan dengan cara memeras untuk tebu, menggiling untuk
gandum-ganduman sehingga menghasilkan bubuk (starch) tapi tidak sehalus tepung, kemudian
tambahkan air dengan perbandingan biasanya 1 bagian sumber ethanol dengan 16 bagian air.
Karena harus terjadi proses pemecahan protein (saccharification) campuran tadi ditambahkan
ragi (20 gram) dan biarkan beberapa saat sambil diaduk, walaupun proses pemecahan protein
gula ini membutuhkan proses anaerob (tanpa udara) namun karena sifat alamiah dari campuran
yang menghasilkan karbon dioksida (CO2) maka tidak diperlukan ruang kedap, karena karbon
dioksida akan mengisolasinya dari udara. Proses pembuatan ethanol untuk bahan bakar sama
persis dengan pembuatan minuman beralkohol, untuk membedakannya pada proses fermentasi
bisa dipercepat dengan menambahkan asam sulfur atau urea pada bahan bakar ethanol.

Internal reflux Still


Proses distilasi ethanol bisa dengan membuat panci bertutup disertai thermometer ditambah
selang tembaga, stainless, atau kuningan dibuat flux (ada bagian melingkar) untuk proses
kondensasi dan menyalurkan ethanol ke penampungan baru atau menggunakan distill yang
digunakan untuk lab kimia. Proses distilisasi untuk skala kecil bisa menggunakan es batu pada
bagian pipa flux untuk mengkondensasi uap dengan proses pemasakan, cukup dengan kompor
gas biasa. Titik didih alkohol sekitar 77.2 C sedangkan titik didih air adalah 100 C, dari
termometer bisa dilihat kestabilan suhu tersebut untuk menghasilkan ethanol yang baik. Setelah
semua proses selesai bisa digunakan hydrometer atau alkohol meter untuk mengukur tingkat
kemurnian alkohol hasil terbaik adalah jika ethanol yang dihasilkan di atas 96%. Endapan atau
ampas dari proses pembuatan ethanol mengandung nilai protein yang tinggi bisa digunakan
sebagai pakan hewan ternak.
Untuk penggunaan pribadi anda bisa mencampurkan 10% bagian alkohol ke kendaraan, misal
setiap pengisian 10 liter bensin anda menambahkan 1 liter ethanol, dalam jangka waktu panjang
anda bisa menghitung penghematan yang anda keluarkan untuk tambahan 1 liter bensin yang
disubstitusi dengan ethanol. Amerika dan Brazil merupakan negara paling aktif menggunaan
bahan bakar ethanol, di Brazil dikenal bahan bakar E85 yaitu bahan bakar yang mengandung
85% ethanol dan 15% bensin, mobil yang dipasarkan di Amerika sejak tahun 2005 sudah bisa
menjalankan bahan bakar E85 tanpa memerlukan modifikasi, hanya cukup remapping ECU saja.
Bahkan Brazil adalah negara utama pemasok bahan bakar ethanol dengan menghasilkan 18
milyar liter pertahun
Pro
Di beberapa negara (A.S, Thailand, Brazil, Perancis, Norwegia, dll) dikenakan insentif bagi
pengguna E85, dengan pengurangan pajak penghasilan sampai 30% bahkan diberikan subsidi
usaha. Secara harga jika bensin non campuran ethanol dijual seharga $3 per gallon maka E85
bisa didapatkan dengan harga $2.16. Didapatkan bahan bakar ethanol menghasilkan emisi gas
buang (karbon monoksida) lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan.
Kontra
Muncul kritikan dari aktifis pangan yang menentang ethanol, karena ditakutkan berkurangnya
pasokan makanan pokok karena industri pertanian akan mengarahkan produknya untuk diolah
menjadi bahan bakar ethanol, hal ini terjadi di meksiko saat harga jagung melambung
dikarenakan petani lebih berminat menjual kepada pengusaha pengolah ethanol, tapi di negara-
negara mapan bahkan di Brazil tidak demikian karena diversifikasi pangan dan beragamnya
tumbuhan yang bisa dijadikan sumber ethanol.
Secara pribadi dari proses pembuatan ethanol yang melibatkan enzym, penulis bahkan
menghasilkan invertase yaitu enzym pemecah gula untuk isian coklat (praline), sehingga isi
coklat tersebut bisa tetap dalam keadaan cair meskipun sudah dimasukkan dalam lemari es dan
tidak mengkristal seperti gula, selama ini pembuatan praline harus melibatkan alkohol untuk
memecah pengkristalan gula, dengan begitu penulis bisa membuat coklat praline non-alkohol.

Alkohol Sebagai Bahan Bakar Mesin Mobil Dan Motor

Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan - paling sedikit dua
ancaman serius: 
(1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade
mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya. 
(2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan
oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada
derajad kesehatan manusia. 

Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn
hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung
mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global
Warming Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai
riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi (energy resources) ataupun pembawa
energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih ramah
lingkungan. 
 
Alkohol untuk bahan bakar
Penggunaan alkohol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di USA dan
Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an.
Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi
bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan
bakar ethanol saat ini mencapai 40ecara nasional (Nature, 1 July 2005). Di USA, bahan bakar
relatif murah, E85, yang mengandung ethanol 85emakin populer di masyarakat (Nature, 1 July
2005).

Selain ethanol, methanol juga tercatat digunakan sebagai bahan bakar alkohol di Rusia
(Wikipedia), sedangkan Kementrian Lingkungan Hidup Jepang telah mentargetkan pada tahun
2008 campuran gasolin + ethanol 10kan digunakan untuk menggantikan gasolin di seluruh
Jepang. Kementrian yang sama juga meminta produsen otomotif di Jepang untuk membuat
kendaraan yang mampu beroperasi dengan bahan bakar campuran tersebut mulai tahun 2003
(The Japan Times, 17 December 2002).
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Negara Riset dan Teknologi telah mentargetkan
pembuatan minimal satu pabrik biodiesel dan gasohol (campuran gasolin dan alkohol) pada
tahun 2005-2006. Selain itu, ditargetkan juga bahwa penggunaan bioenergy tersebut akan
mencapai 30ari pasokan energi nasional pada tahun 2025 (Kompas, 26 Mei 2005).

Ethanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar
gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi ethanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai
sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine)
konvensional. Pada tulisan ini, dibahas secara singkat: (1) dampak penggunaan ethanol pada
mesin pembakaran dalam dengan penyalaan busi (spark ignition), dan (2) implementasi bahan
bakar ethanol di Brazil -negara yang telah serius menggunakan bahan bakar ethanol.
 
Penggunaan ethanol pada mesin pembakaran dalam
Dewasa ini, hampir seluruh mesin pembangkit daya yang digunakan pada kendaraan bermotor
menggunakan mesin pembakaran dalam. Mesin bensin (Otto) dan diesel adalah dua jenis mesin
pembakaran dalam yang paling banyak digunakan di dunia. Mesin diesel, yang memiliki
efisiensi lebih tinggi, tumbuh pesat di Eropa, sedangkan komunitas USA yang cenderung
khawatir pada tingkat polusi sulfur dan UHC pada diesel, lebih memilih mesin bensin. Meski
saat ini, mutu solar dan mesin diesel yang digunakan di Eropa sudah semakin baik yang
berimplikasi pada rendahnya emisi sulfur dan UHC. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka
oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun
keseluruhan pada mesin bensin.

Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada
mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan
motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui
nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada
gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88
(Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website
Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane).
Angka oktan pada bahan bakar mesin Otto menunjukkan kemampuannya menghindari
terbakarnya campuran udara-bahan bakar sebelum waktunya (self-ignition). Terbakarnya
campuran udara-bahan bakar di dalam mesin Otto sebelum waktunya akan menimbulkan
fenomena ketuk (knocking) yang berpotensi menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan
kerusakan serius pada komponen mesin. Selama ini, fenomena ketuk membatasi penggunaan
rasio kompresi (perbandingan antara volume silinder terhadap volume sisa) yang tinggi pada
mesin bensin. Tingginya angka oktan pada ethanol memungkinkan penggunaan rasio kompresi
yang tinggi pada mesin Otto. Korelasi antara efisiensi dengan rasio kompresi berimplikasi pada
fakta bahwa mesin Otto berbahan bakar ethanol (sebagian atau seluruhnya) memiliki efisiensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar gasoline ( Yuksel dkk, 2004), (Al-Baghdadi,
2003). Untuk rasio campuran ethanol:gasoline mencapai 60:40 tercatat peningkatan efisiensi
hingga 10 Yuksel dkk, 2004).

Ethanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang inheren di dalam
molekul ethanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara-bahan
bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang lebar, yakni
4.3 - 19 voldibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran 1.4 - 7.6 vol
pembakaran campuran udara-bahan bakar ethanol menjadi lebih baik -ini dipercaya sebagai
faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan pembakaran udara-gasolin,
yakni sekitar 4 dkk, 2004). Ethanol juga memiliki panas penguapan (heat of vaporization) yang
tinggi, yakni 842 kJ/kg (Al-Baghdadi, 2003). Tingginya panas penguapan ini menyebabkan
energi yang dipergunakan untuk menguapkan ethanol lebih besar dibandingkan gasolin.
Konsekuensi lanjut dari hal tersebut adalah temperatur puncak di dalam silinder akan lebih
rendah pada pembakaran ethanol dibandingkan dengan gasolin.
Rendahnya emisi NO, yang dalam kondisi atmosfer akan membentuk NO2 yang bersifat racun,
dipercaya sebagai akibat relatif rendahnya temperatur puncak pembakaran ethanol di dalam
silinder. Pada rasio kompresi 7, penurunan emisi NOx tersebut bisa mencapai 33ibandingkan
terhadap emisi NOx yang dihasilkan pembakaran gasolin pada rasio kompresi yang sama (Al-
Baghdadi, 2003). Dari susunan molekulnya, ethanol memiliki rantai karbon yang lebih pendek
dibandingkan gasolin (rumus molekul ethanol adalah C2H5OH, sedangkan gasolin memiliki
rantai C6-C12 (Wikipedia) dengan perbandingan antara atom H dan C adalah 2:1 (Rostrup-
Nielsen, 2005)). Pendeknya rantai atom karbon pada ethanol menyebabkan emisi UHC pada
pembakaran ethanol relatif lebih rendah dibandingkan dengan gasolin, yakni berselisih hingga
130 ppm (Yuksel dkk, 2004).

Dari paparan di atas, terlihat bahwa penggunaan ethanol (sebagian atau seluruhnya) pada mesin
Otto, positif menyebabkan kenaikan efisiensi mesin dan turunnya emisi CO, NOx, dan UHC
dibandingkan dengan penggunaan gasolin. Namun perlu dicatat bahwa emisi aldehyde lebih
tinggi pada penggunaan ethanol Emeski bahaya emisi aldehyde terhadap lingkungan adalah lebih
rendah daripada berbagai emisi gasolin ( dkk, 2004). Selain itu, pada prinsipnya emisi CO2 yang
dihasilkan pada pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh tumbuhan penghasil ethanol
tersebut. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan
sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang dijual
Pertamina masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wtWebsite
Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah
satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang
di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. Keberadaan sulfur juga menjadi perhatian di
USA dan Eropa karena dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan.

Ethanol murni akan bereaksi dengan karet dan plastik (Wikipedia). Oleh karena itu, ethanol
murni hanya bisa digunakan pada mesin yang telah dimodifikasi. Dianjurkan untuk
menggunakan karet fluorokarbon sebagai pengganti komponen karet pada mesin Otto
konvensional. Selain itu, molekul ethanol yang bersifat polar akan sulit bercampur secara
sempurna dengan gasolin yang relatif non-polar, terutama dalam kondisi cair. Oleh karena itu
modifikasi perlu dilakukan pada mesin yang menggunakan campuran bahan bakar ethanol-
gasolin agar kedua jenis bahan bakar tersebut bisa tercampur secara merata di dalam ruang
bakar. Salah satu inovasi pada permasalahan ini adalah pembuatan karburator tambahan khusus
untuk ethanol (Yuksel dkk, 2004). Pada saat langkah hisap, uap ethanol dan gasolin akan
tercampur selama perjalanan dari karburator hingga ruang bakar Ememberikan tingkat
pencampuran yang lebih baik.
 
Pengaruh terhadap lingkungan
Beberapa ilmuwan Amerika penentang implementasi bioethanol mengangkat permasalahan
lingkungan yang dimunculkan oleh mata rantai produksi bioethanol. Ilmuwan tersebut menyoroti
praktek pembakaran ladang guna memudahkan panen tebu, kerusakan tanah akibat ancaman
terhadap keanekaragaman hayati, penggunaan air dalam jumlah besar untuk membersihkan
sugarcane, serta erosi tanah yang disebabkan praktek penanaman tebu (Nature, 1 July 2005).
Selain itu, beberapa kalangan juga mempertanyakan rasio antara energi yang dihasilkan terhadap
energi yang diperlukan dalam produksi ethanol yang hanya mencapai 1.1 (Rostrup-Nielsen,
2005).

Untuk meminimalkan dampak negatif mata rantai produksi ethanol, pemerintah Brazil telah
mengeluarkan aturan yang melarang pembakaran ladang sebelum panen tebu; dan sebagai
gantinya digunakan mesin pemanen untuk memudahkan dan mempercepat panen (Wikipedia).
Menilai implementasi ethanol secara kuantitatif, seperti yang dipraktekkan di Brazil, seharusnya
juga perlu diperhitungkan faktor produk samping berupa bagasse yang menghasilkan listrik
(dalam jumlah signifikan) serta efek pengurangan emisi CO2 yang berkorelasi positif terhadap
tingkat kesehatan masyarakat. Dalam kasus penggunaan bahan bakar hidrogen, Jacobson dkk
(2005) memperkirakan bahwa sekitar 3,700 - 6,400 orang per tahun akan terselamatkan bila
seluruh kendaraan bermotor di USA bermigrasi menggunakan bahan bakar hidrogen yang
dibangkitkan dari energi angin. Oleh karena itu, bila factor-faktor tersebut turut diperhitungkan,
nampaknya penggunaan bioethanol akan lebih superior terhadap gasolin. Sedangkan ancaman
terhadap keanekaragaman hayati mungkin bisa dipecahkan dengan menggunakan beberapa
tanaman sebagai sumber ethanol. Meski relatif lebih menyulitkan dalam pengaturannya, praktek
multikultur tersebut diharapkan akan menekan penurunan kualitas tanah secara radikal.
 
Kesimpulan
Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, yakni:
faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga; dan fluktuasinya),
serta faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau tidak mau memaksa
umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah
terhadap lingkungan. Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah
implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus.
Dari sisi teknik pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun
campuran) relatif superior terhadap gasolin. Penggunaan ethanol sebagai bahan bakar pada mesin
pembakaran dalam akan meningkatkan efisiensi mesin, serta menurunkan kadar emisi gas yang
berbahaya bagi lingkungan (relatif terhadap gasolin). Produk samping berupa listrik, serta
dampak penurunan emisi CO2 merupakan dua nilai tambah yang sangat berkontribusi positif
terhadap lingkungan hidup.

Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi bahan bakar
bioethanol, yakni: (1) Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan
kualitas tanah secara radikal (2) Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari
pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol 100Hal tersebut akan
menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus Esembari menyiapkan secara lebih
matang seandainya era penggunaan bioethanol 100ipandang sudah tiba (3) Perlunya kerjasama
yang erat dengan pihak industri otomotif untuk menyediakan kendaraan yang optimal bagi
implementasi bahan bakar gasoline + ethanol (4) Perlu sinergi antar instansi serta antara
pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi
bahan bakar bioethanol.

B.Proses Alkohol Menjadi Bahan Bakar Biodiesel


Biodiesel adalah bahan bakar untuk mesin diesel (solar) berbahan baku lemak hewani ataupun
nabati yang mengandung gugus alkyl ester rantai panjang.

Bahan Baku

Biodiesel sesuai dengan definisinya dapat dibuat dari bahan baku minyak nabati ataupun hewani.
Sifat kimia biodiesel yang dihasilkan sangat bergantung dari asal bahan bakunya, sehingga
perbedaan bahan baku akan menghasilkan sifat biodiesel yang berbeda pula. Hal ini berbeda
dengan bioetanol (bioethanol) yang kandungannya seragam apapun bahan bakunya. Komposisi
kimia dari beberapa bahan baku biodiesel tercantum dalam tabel berikut (nilai dalam persentase).

  sumber : Organic Chemistry, W.W. Linstromberg, D.C. Heath and Co., Lexington, MA, 1970

Saat ini, bahan baku dari lemak nabati lebih dominan dan sudah mencapai skala industri. Minyak
kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku biodiesel yang cukup produktif. Namun,
penggunaan minyak kelapa sawit juga mendorong meningkatnya harga jual produk-produk lain
yang berbahan baku sama (terutama minyak goreng).

Dalam pengembangannya, bahan baku dari minyak yang tidak dapat dikonsumsi (non-edible)
manusia lebih diutamakan, karena dapat mencegah berkurangnya suplai dan meningkatnya harga
pangan dunia.  Salah satu bahan baku yang sempat direkomendasikan untuk pengembangan
biodiesel adalah jarak pagar (jatropha curcas). Jarak Pagar dinilai memiliki potensi untuk
menjadi substitusi kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel. Namun Jarak Pagar membutuhkan
penanganan pasca panen yang lebih sulit relatif terhadap kelapa sawit.

sumber: Panji Tri Atmojo, 2010

Setiap bahan baku biodiesel mengandung triglyceride yang akan direaksikan dengan alkohol
untuk menghasilkan biodiesel. Bahan baku minyak juga mengandung asam lemak bebas (Free
Fatty Acid) maupun air. Kadar asam lemak bebas (FFA) harus dikendalikan untuk menghasilkan
biodiesel dalam jumlah maksimum. Asam lemak bebas akan membentuk sabun jika jumlahnya
tidak dikendalikan dalam proses transesterifikasi (transesterification).

Proses Produksi

Biodiesel diproduksi dengan cara mereaksikan lemak (triglyceride) dengan alkohol dalam proses
yang disebut transterifikasi. Reaksi tersebut menghasilkan biodiesel dan gliserol (glycerol)
sebagai produk sampingan.

sumber: Panji Tri Atmojo, 2010

Proses pre-treatment yang dilakukan bergantung pada jenis bahan baku yang digunakan. Secara
umum dilakukan proses untuk mengekstraksi minyak dari bahan baku melalui proses pemerasan
ataupun menggunakan pelarut CO2, serta pemurnian triglyceride dari komponen FFA dan air.

Keberadaan air akan menyebabkan triglyceride mengalami hidrolisis menjadi FFA dan pada
akhirnya bereaksi dalam transesterifikasi menghasilkan sabun (saponification).
Proses transesterifikasi merupakan reaksi reversibel yang hasil reaksinya ditentukan oleh jumlah
methanol yang digunakan. Proses ini dibantu katalis NaOH (Sodium Hydroxide) atau KOH
(Potassium Hydroxide) untuk menciptakan suasana basa.

Penggunaan

Biodiesel dapat digunakan dalam kondisi murni atau campuran (blend) dengan bahan bakar
petrodiesel. Campuran biodiesel menggunakan notasi “Bx” dalam menunjukkan persentase
biodiesel, dimana x adalah nilai persentasenya. Beberapa contoh penggunaan notasi “Bx”:

1. B100, mengandung biodiesel 100% atau biodiesel murni


2. B20, mengandung biodiesel 20% dan petrodiesel 80%
3. B5, mengandung biodiesel 5% dan petrodiesel 95%

Di Indonesia, Pertamina saat ini menyediakan produk biosolar dengan kandungan 2.5%. Pada
awal peluncuran biosolar nilai biodiesel mencapai B5 atau 5% biodiesel, namun seiring dengan
meningkatnya harga biodiesel dan tidak adanya peningkatan harga jual biosolar, kandungannya
terpaksa diturunkan.

Biodiesel memiliki sifat lubrikasi-diri (self-lubricating) sehingga dapat mengurangi keausan


pada komponen mesin. Namun, biodiesel juga memiliki efek buruk terhadap beberapa komponen
mesin, yang terbuat dari rubber, tembaga, seng, timah atau besi. Mobil produksi sebelum tahun
1992 umumnya memiliki toleransi yang buruk terhadap penggunaan biodiesel.

Biodiesel juga memiliki angka cetane yang lebih tinggi dari petrodiesel, menurunkan jeda
pengapian (ignition delay), sehingga cocok digunakan untuk mesin diesel kecepatan tinggi (high
speed engine).

Emisi

Biodiesel secara teoritis tidak mengandung sulfur hingga dapat dikategorikan sebagai Ultra-low
sulfur diesel (ULFD) dengan kandungan maksium sulfur 50 ppm (standar emisi EURO IV).
Ditinjau dari segi emisi, pembakaran biodiesel menghasilkan emisi Sulfur dalam jumlah yang
sangat kecil. Namun, seperti layaknya pembakaran bioethanol justru menghasilkan emisi NOx
yang lebih besar dari petrodiesel.

Menurut data EPA (Environmental Protection Agency) pembakaran 1 Liter biodiesel akan
menghasilkan sekitar 2.7 kg gas karbon dioksida.

Efisiensi Mesin

Penemuan mesin diesel diawali dari usaha untuk meningkatkan efisiensi mesin bensin (Otto).
Dengan efisiensi mesin hingga 40%, mesin diesel hampir memiliki efisiensi 100% lebih baik dari
mesin bensin yang rata-rata hanya 15-20%. Selain efisiensi mesin yang lebih tinggi, densitas
energi dari bahan bakar diesel (petrodiesel atau biodiesel) juga lebih tinggi dibanding bahan
bakar bensin. Dari keunggulan tersebut mesin diesel secara umum  memiliki fuel efficiency (jarak
tempuh terhadap konsumsi bahan bakar) lebih tinggi dibanding mesin bensin.

Analisis Energi

Berdasarkan studi yang dilaksanakan oleh US DoE (Departemen Energi Amerika Serikat), dan
USDA (Departemen Agrikultur Amerika Serikat) proses produksi biodiesel berbahan baku
kedelai menghasilkan net energy balance 3.2. Yang berarti dibutuhkan 1 unit energi untuk
menghasilkan 3.2 unit energi biodiesel. National Energy Board bahkan mengklaim bahwa proses
produksi biodiesel menghasilkan net energy balance sekurangnya 4.5. Net energy balance untuk
produksi biodiesel relatif jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bioetanol dengan
indeks 1.34.

Analisis Karbon Dioksida

Akibat positif dari tingginya net energy balance, maka emisi CO2 total yang dihasilkan dari
proses produksi biodiesel B100 hingga digunakan pada kendaraan me
1. Pengertian Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono–alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel.
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak mempunyai efek
terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dapat
menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel, karena biodiesel terbuat dari minyak
nabati yang berasal dari sumber daya yang dapat diperbaharui.

Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester
yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti
minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar)
dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol
murni ultra rendah belerang yang rendah pelumasRead More.

Biodiesel bisa dibuat dari minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan
melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel
digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Biodiesel dapat
diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat
konsentrasi tertentu (BXX), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal
dengan nama B10.

Karena Biodiesel mengacu pada non-petroleum yang berdasarkan pada bahan bakar
diesel mengandung rantai alkil pendek (metil or etil) ester, yang terbuat dari proses trans-
eterifikasi minyak nabati atau lemak hewan yang dapat dipergunakan sebagai pengganti minyak
murni tanpa memodifikasi mesin kendaraan.

2.      Proses Produksi

Pada prinsipnya, proses pembuatan biodiesel sangat sederhana. Biodiesel dihasilkan melalui
proses transesterifikasi minyak atau lemak dengan alkohol. Alkohol akan menggantikan gugus
alkohol pada struktur ester minyak dengan dibantu katalis. NaOH dan KOH adalah katalis yang
umumnya digunakan.

Proses transesterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas (kekentalan) minyak, sehingga


mendekati nilai viskositas solar Nilai viskositas yang tinggi akan menyulitkan
pemompaan/pemasukan bahan bakar dari tangki ke ruang bahan bakar mesin dan menyebabkan
atomisasi lebih sukar terjadi. Hal ini mengakibatkan pembakaran kurang sempurna dan
menimbulkan endapan pada nosel.

Terdapat berbagai macam minyak yang dapat diproduksi menjadi biodiesel, meliputi:

 Bahan baku minyak nabati murni; biji kanola dan minyak kedelai yang paling banyak
digunakan. Minyak kedelai paling banyak digunakan 90% sebagai stok bahan bakar di
Amerika.
 Minyak jarak, dari tanaman jarak pagar
 Minyak jelantah;
 Lemak hewan termasuk produk turunan seperti asam lemak Omega-3 dari minyak ikan.
 Algae juga dapat dipergunakan sabagai bahan baku biodiesel yang dapat dibiakkan
dengan menggunakan bahan limbah seperti air selokan tanpa menggantikan lahan untuk
tanaman pangan.
 Lemak hewani sangat terbatas dalam persediaan dan tidak efisien meningkatkan kadar
lemak dalam tubuh hewan. Walaupun demikian, produksi biodiesel dengan lemak hewani
tidak dapat diacuhkan dan dapat dijadikan sebagai pengganti penggunaan petro-diesel
dalam jumlah kecil. Hingga sekarang, investasi senilai 5 juta dollar sedang dibuat pabrik
di Amerika,direncanakan akan memproduksi 11.4 juta liter biodiesel dari perkiraan 1
milyar kg lemak ayam setiap tahun dari peternakan ayam lokal.

Selain itu, kita harus memperhatikan Faktor yang merupakan hal terpenting dalam proses
produksi untuk menjamin standardisasi, yakni:

 Nilai bilangan asam.


 Reaksi sempurna.
 Tidak mengandung gliserin.
 Tidak mengandung katalis.
 Tidak mengandung alkohol.
 Tidak mengandung asam lemak bebas.
 Kandungan sulfur yang rendah.
 Titik pengisian filter saat dingin.
 Titik pengkabutan.

Dibawah ini akan adalah contoh proses produksi biodiesel menggunakan salah satu bahan baku
yang bisa digunakan yaitu minyak jarak yang berasal tanaman jarak.

Jatropha curcas (jarak pagar) merupakan salah satu tanaman yang paling prospektif untuk
diproses menjadi Biodiesel karena selain relatif mudah ditanam, toleransinya tinggi terhadap
berbagai jenis tanah dan iklim, produksi minyak tinggi, serta minyak yang dihasilkan tidak dapat
dikonsumsi oleh manusia sehingga tidak mengalami persaingan dengan minyak untuk pangan.
Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak menjadi keruh sekalipun
disimpan dalam jangka waktu lama.

Minyak jarak dihasilkan dengan mengekstrak biji jarak. Biasanya, cara yang digunakan adalah
pengepresan mekanik. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan
yang kadar minyaknya di atas 10%. Pengepresan mekanik menggunakan dua teknik, yaitu
pengepresan hidrolik dan pengepresan berulir. Sebelum digunakan sebagai bahan baku biodesel,
minyak jarak dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa pengotor, seperti gum
(getah atau lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohdrat, air, dan resin), asam
lemak bebas, dan senyawa pengotor lainnya.

Dalam proses pengolahan biji jarak menjadi biodiesel, dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Proses Pembuatan Crude Jatropha Oil (CJO)

 Biji jarak dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci secara manual atau masinal
(dengan mesin).
 Biji direndam sekitar 5 menit di dalam air mendidih, kemudian ditiriskan sampai air tidak
menetes lagi.
 Biji dikeringkan dengan menggunakan alat pengering atau dijemur di bawah matahari
sampai cukup kering, kemudian biji tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah untuk
memisahkan daging biji dari kulit bijinya.
  Daging biji yang telah terpisah dari kulitnya, digiling dan siap untuk dipres. Lama
tenggang waktu dari penggilingan ke pengepresan diupayakan sesingkat mungkin untuk
menghindari oksidasi.
 Proses pengepresan biasanya meninggalkan ampas yang masih mengandung 7 – 10 %
minyak. Oleh sebab itu, ampas dari proses pengepresan dilakukan proses ekstraksi
pelarut, sehingga ampasnya hanya mengandung minyak kurang dari 0,1% dari berat
keringnya. Pelarut yang biasa digunakan adalah pelarut n – heksan dengan rentang didih
60 – 70 0C.
 Tahap ini menghasilkan Crude Jatropha Oil (CJO), yang selanjutnya akan diproses
menjadi Jatropha Oil (JO).

1. 2.      Proses Pembuatan Biodiesel

a.     Reaksi Esterifikasi


CJO mempunyai komponen utama berupa trigliserida dan asam lemak bebas. Asam lemak bebas
harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu reaksi pembuatan biodiesel (reaksi
transesterifikasi). Penghilangan asam lemak bebas ini dapat dilakukan melalui reaksi esterifikasi.
Secara umum reaksi esterifikasi adalah sebagai berikut :

Pada reaksi ini asam lemak bebas direaksikan dengan metanol menjadi biodiesel sehingga tidak
mengurangi perolehan biodiesel.

Tahap ini menghasilkan Jatropa Oil (JO) yang sudah tidak mengandung asam lemak bebas,
sehingga dapat dikonversi menjadi biodiesel melalui reaksi transesterifikasi. 

b.     Reaksi Transesterifikasi

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama dalam pembuatan biodiesel. Pada reaksi ini,
trigliserida (minyak) bereaksi dengan metanol dalam katalis basa untuk menghasilkan biodiesel
dan gliserol (gliserin).

Sampai tahap ini, pembuatan biodiesel telah selesai dan dapat digunakan sebagai bahan bakar
yang mengurangi pemakaian solar.

1. 3.      Kelebihan dan kelemahan bahan bakar biodiesel


2. Kelebihan/keuntungan

Kualitas unik dari bahan bakar biodiesel membuat beda dari bahan bakar alternative lainnya.
Bahan bakar ini telah lulus uji tes dampak terhadap kesehatan, yang artinya biodiesel telah
memenuhi standar Peraturan Perubahan Perilaku Untuk Udara yang lebih Bersih pada tahun
1990 di Amerika.

Sejauh ini, keuntungan terbesar didapatkan dengan penggunaan Bio Deisel adalah sifatnya yang
bisa diperbaharui dan tidak beracun. Hal ini menjadikannya sebagai bahan bakar alternatif
pembangkit listrik paling ramah yang tersedia saat ini. Dalam sebuah penelitian di Departemen
Energi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa penggunaan bahan bakar Bio Diesel dapat
mengurangi emisi karbon dioksida disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil sebesar 75
persen.

Manfaat lainnya, bahan bakar Bio Diesel ini tidak mengandung bahan kimia beracun, seperti
belerang, yang bertanggung jawab atas terjadinya emisi berbahaya. Bahkan, jika digunakan
setiap hari menggantikan bahan bakar fosil bahaya seperti hujan asam bisa dihilangkan
selamanya.

Selain itu, kita tidak perlu merubah atau memodifikasi mobil diesel yang dimiliki untuk
menggunakan ahan bakar Bio Diesel. Bahan bakar ini dapat dengan mudah dioperasikan pada
mesin diesel standar.

Penggunaan Bio-diesel sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak diperkirakan


mempunyai dampak lingkungan yang positif. Bio-diesel selain merupakan sumber energi
terbarukan yang tidak beracun dan biodegradable, juga merupakan sumber energi yang emisi
pencemarnya rendah, sehingga Bio-diesel dapat dikatakan sebagai bahan bakar yang ramah
lingkungan  (Advanced Fuel Solutions, Inc., 2004). Beberapa keuntungan dampak lingkungan
dari Bio-diesel dibandingkan bahan bakar minyak petroleum (Columbia University Press, 2004)
antara lain sebagai

berikut.

 Bio-diesel dapat mengurangi emisi carbon monoksida (CO) sekitar 50  persen dan carbon
dioksida (CO ) sekitar 78,45 persen berdasarkan siklushidup (lifecycle) sebab emisi
carbon dari Bio-diesel merupakan
 carbon yang diperoleh dari atmosphere bukan dari yang sudah terikat (terjebak) dalam
fosil.
 Bio-diesel mengandung beberapa aromatik hydrocarbon: pengurangan 56 persen
benzofluoranthene dan pengurangan 71 persen benzopyrenes.  ), sebab Bio-diesel tidak
mengandung sulfur.
 Bio-diesel dapat mengurangi emisi sulfur (SO2
  Bio-diesel dapat mengurangi sekitar 65 persen partikel debu.
 Bio-diesel mempunyai cetane rating yang lebih tinggi dari minyak solar  yang
menyebabkan kinerja mesin lebih tinggi.

Namun Bio-diesel tersebut mempunyai emisi NOx yang lebih tinggi daripada minyak solar
(petrodiesel) yang disebabkan oleh tingginya cetan rating. Tingginya emisi NOx tersebut dapat
dikurangi dengan penggunaan catalytic converter. Bahkan penyetelan mesin secara benar juga
dapat mengurangi emisi NOx dari Bio-diesel tersebut

Bahan bakar biodiesel juga bersifat menyerupai solar, sehingga sangat prospektif untuk
dikembangkan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain dibandingkan dengan solar, yakni:

 bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free
sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global,
 cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan
dengan minyak kasar,
 memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable),
 merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarul, dan
  meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.

1. Kekurangan/kelemahan bahan bakar biodiesel

Kandungan energi bio diesel diketahui 11 persen lebih kecil dari bahan bakar diesel yang
berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang Anda gunakan
akan menurun jauh ketika menggunakan Bio Diesel.

Kelemahan kedua yang terdapat pada Bio Diesel adalah memiliki kualitas oksidasi yang buruk
sehingga Bio Diesel dapat menyebabkan beberapa masalah masalah serius ketika disimpan. Bila
disimpan untuk waktu yang lebih lama, Bio Diesel cenderung berubah menjadi gel (lihat minyak
goreng yang disimpan di kulkas), yang dapat menyebabkan penyumbatan berbagai komponen
mesin. Bio Diesel ini juga dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba, sehingga menyebabkan
beberapa kerusakan pada mesin.

Selain itu dampak paling serius yang dihadapi dengan penggunaan Bio Diesel adalah kelangkaan
pangan akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan bahan bakar.
Tanaman seperti tebu, jagung, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas lainnya cenderung
mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan Bio diesel.

1. 4.      Contoh mesin yang dapat digerakkan oleh biodiesel

Penggunaan bahan bakar bio-diesel masih langka saat ini, untuk kapal penangkap ikan, traktor
pertanian, belum dilaksanakan secara besar-besaran. Beberapa telah dilaksanakan, sebagai
contoh penggunaan bahan bakar bio-diesel oleh kapal penangkap ikan lokal “Kakezu-Maru“,
jaringan penangkap ikan yang dipunyai oleh Mr. Yosuke Matsuo, seorang anggota Koperasi
Nelayan Kota Amino, Kyotango, Prefektur Kyoyo. Sejak Mei 2006, Mr. Matsuo telah mencoba
menggunakan bahan bakar yang berasal dari limbah minyak goreng untuk kapalnya. Untuk
wilayah ini kegiatan pengumpulan limbah minyak goreng telah dimulai.

Ada beberapa alat pertanian yang sudah menggunakan bahan bakar biodiesel, meskipun
penggunaanya belum terlalu banyak, seperti traktor, mesin pemanen, anakan, pemetik, konveyor,
generator, pompa, dan sistem irigasi yang biasanya menggunakan bahan bakar diesel, sekarang
menggunakan bahan bakar Biodiesel untuk pekerjaan mereka, sehingga lingkaran pertanian
penuh dari produsen ke konsumen.
Salah satu contoh mesin pertanian yang telah menggunakan diesel yakni traktor. Traktor adalah
kendaraan yang didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah,
atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau konstruksi.
Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. 
Traktor bisa diklasifikasikan sebagai two wheel drive, four wheel drive, atau track tractor.
Traktor, kecuali track tractor umumnya memiliki 4 roda dengan dua roda yang lebih besar di
belakang atau keempat roda sama besar. Track tractor memiliki penggerak seperti tank yang
membuatnya mampu bergerak di berbagai medan.

Traktor pada awalnya menggunakan mesin uap. Pada awal abad ke 20, mesin pembakaran dalam
menjadi pilihan utama sumber tenaga traktor. Antara tahun 1900 hingga 1960, bensin menjadi
bahan bakar utama, dan minyak tanah dan etanol sebagai alternatif bahan bakar. Dieselisasi
mencapai puncaknya pada tahun 1960, dan traktor pertanian modern umumnya menggunakan
mesin diesel yang memiliki output power antara 18 hingga 575 tenaga kuda (15-480 kW).

Prinsip kerja traktor tangan adalah mesin pengolah tanah dengan menggunakan tenaga
penggerak motor bakar yang pada umumnya motor diesel. Sebagai mesin pengolah tanah, traktor
digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah, seperti bajak piring, garu piring, dll.

Kegunaan traktor tangan di bidang pertanian adalah:

 Untuk menarik peralatan pengolah tanah seperti bajak singkal, bajak rotari, dan garu,
juga alat transportasi seperti gerobak.
 Untuk menggerakkan peralatan stasioner, seperti generator listrik, mesin pompa air,
mesin penggilingan gabah, dll

6.      Prinsip Kerja

Pada mesin diesel hanya udara bersih yang dihisap dan dikompresikan. Bahan bakar dan udara
dicampur di dalam silinder dengan cara setelah udara dikompresikan, bahan bakar disemprotkan
kedalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran. Persyaratan tekanan udara kompresi 1,5-4
Mpa (15-40 bar) sehingga temperatur udara naik 700-900oc. Bahan bakar harus dikabutkan
halus, oleh pompa injeksi pada tekanan (100-250 bar).

Ada dua cara penyemprotan bahan bakar kedalam ruang bakar yaitu injeksi langsung dimana
injection nozzle menyemprotkan bahan bakar langsung keruang bakar utama (main combustion
chamber) pada akhir langkah kompresi. Udara tertekan dan menerima pusaran cepat akibatnya
suhu dan tekanannya naik bahan bakar cepat menguap dan menyala dengan sendirinya setelah
disemprotkan.

Cara menyemprotan yang kedua ialah injeksi tidak langsung dimana bahan bakar disemprotkan
oleh injection nozzle ke kamar depan (precombustion chamber). Udara yang dikompresikan oleh
torak memasuki kamar pusar dan membentuk aliran turbulensi ditempat bahan bakar yang
diijeksikan. Tetapi sebagian bahan bakar yang belum terbakar akan mengalir ke ruang bakar
utama melalui saluran transfer untuk menyelesaikan pembakaran.

Pada sistem bahan bakar mesin diesel, feed pump menghisap bahan bakar dari tangki bahan
bakar. Bahan bakar disaring oleh fuel filter dan kandungan air yang terdapat pada bahan bakar
dipisahkan oleh fuel sedimenter sebelum dialirkan ke pompa injeksi bahan bakar. Dari pompa
injeksi selanjutnya melalui pipa injeksi bahan bakar dialirkan ke injektor untuk diinjeksikan ke
ruang bakar.

Ada dua tipe pompa injeksi pada sistem bahan bakar diesel yaitu pompa injeksi in-line dan
pompa injeksi distributor.

1. 7.      Aplikasi Biodiesel di Industri Pangan

Di bidang pertanian, mesin telah banyak berperan untuk meningkatkan hasil panen. Jika dahulu
petani hanya mengolah tanah dengan cangkul dan tenaga kerbau beserta bajaknya, maka mereka
kini telah memakai teknologi mesin diesel dan berbagai alat pertanian. Mulai dari pengairan,
pengolahan tanah, penyemaian, penanaman sampai pemanenan dan penyimpanan hasil pertanian,
semuanya telah tersentuh oleh teknologi mesin, terutama mesin diesel.

Traktor, mesin pemanen, anakan, pemetik, konveyor, generator, pompa, dan sistem irigasi yang
biasanya menggunakan bahan bakar diesel, sekarang menggunakan bahan bakar Biodiesel untuk
pekerjaan mereka, sehingga lingkaran pertanian penuh dari produsen ke konsumen.

Saat ini memang masih langka industri pangan yang mesin pengolahannya menggunakan bahan
bakar biodiesel, kebanyakan dari mereka yang menggunakan mesin diesel masih menggunakan
bahan bakar solar, maka dari itu beberapa daerah (provinsi) di Indonesia mulai membangun
infrastruktur untuk merealisasikan program biodiesel pengganti solar. Bahkan, ada beberapa
provinsi yang mentargetkan sejak tahun 2006 sudah bisa memproduksi biodiesel. Pabrik yang
telah dibangun direncanakan akan menghasilkan biosiesel dengan bahan baku kelapa sawit.
pemerintah bahkan mentargetkan akan menghasilakn biodiesel untuk memenuhi 30% kebutuhan
energi nasional.

Selain karena bahan bakar biodiesel terbuat dari bahan nabati yang memiliki banyak keuntungan
jika digunakan pada mesin diesel, sebenarnya mesin diesel pada awal ditemukan didisain untuk
bahan bakar biodiesel bukan dielsel petroleum. Sehingga pada saat mesin diesel diberi biodiesel,
langsung terasa semakin halus, hemat dan tidak menimbulkan asap yang bau menyesakan
pernapasan. Asap dari mesin diesel yang berbahan bakar petroleum diesel sangat menyesakan
pernapasan sehingga mengganggu lingkungan sekitar termasuk karyawan yang bekerja di sekiat
mesin. Maka dari itu, mengapa sekarang mulai dikembangkannya industry penghasil biodiesel,
diharapkan jika bahan bakar biodiesel digunakan di Industri pangan dapat menghasilkan produk
akhir ynag lebih baik, dan menguntukan bagi pihak industri maupun konsumen.

 Biodiesel

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak
baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi. Proses ini menghasilkan
dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk
samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak
hewani, lemak bekas/lemak daur ulang, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak,
minyak goreng bekas. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan
biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi. Biodiesel digunakan untuk bahan bakar
alternative pengganti BBM untuk motor diesel. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati
yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.

Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat
pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air
dalam alcohol tersebut. Bila. Hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses
produksi, kandungan air (kandungan air tinggi menyebabkan hasil biodiesel kualitas rendah),
lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.

Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung,
umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium
metoksida. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan
kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis
maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai,
katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses
netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk
proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat
(K3PO4)

Bioalkohol

Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum
adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui
fermentasi gula atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti
langsung bensin, karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.

Butanol terbentuk dari fermentasi ABE (aseton, butanol, etanol) dan eksperimen modifikasi dari
proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol
sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar
"langsung" dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin).[10] Dan lebih tidak
menyebabkan korosi dan kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat
didistribusi melalui infrastruktur yang telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk
menghasilkan butanol.

Bahan bakar etanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar etanol di
Brasil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari
gandum, jagung, bit gula, tebu, molasses dan gula atau amilum yang dapat dibuat minuman
beralkohol (seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi etanol menggunakan digesti enzim
untuk menghasilkan gula dari amilum, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini
membutuhkan banyak energi untuk pemanasan (seringkali menggunakan gas alam).

Produksi etanol selulosa menggunakan tanaman non-pangan atau produk sisa yang tak bisa
dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus makanan.

Memproduksi etanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan masih
menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses
digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol
selulosik, banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan
menggunakan cara tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.

Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA
rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat
dari alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara
eksponensial, disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh
tanaman, yang dapat mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis
tumbuhan.

Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat dicampur
dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi
menggunakan campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanol memiliki
angka oktan yang lebih tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.

Bahan bakar etanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak
bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi,
dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-
ignisi yang merusak (knocking).

Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminium, dan
ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal
bila digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu
dimodifikasi.

Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu
diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi
yang dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.
Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel, yang
dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol.

Alkohol dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar etanol dapat tercampur setelah
proses pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol
dapat mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan
operasi, dan mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi). 

Biodiesel Superkritis
Minyak nabati/tumbuhan yang dikenal dengan nama trigliserida mempunyai struktur kimia
seperti digambarkan di Gambar 1. Trigliserida ini terdiri dari 98% trigliserida dan sejumlah kecil
mono- dan digliserida. Trigliserida adalah ester dari tiga molekul asam lemak dan mengandung
sejumlah atom oksigen dalam strukturnya (Barnwal and Sharma, 2005), sedangkan asam-asam
lemak tersebut mempunyai perbedaan dalam  panjang rantai karbonnya dan jumlah ikatan
gandanya. Setiap minyak nabati mempunyai jenis asam lemak yang berbeda-beda. Gambar 1.
Struktur molekul trigliserida
.Rumus empirik dan struktur berbagai asam lemak yang terkandung dalam minyak nabati
diberikan dalam Tabel 2.
 
Biodiesel (FAME) dapat dibuat dari beberapa bahan berikut:

 
Berbagai minyak tumbuhan (minyak jagung, minyak kedelai, minyak sawit, minyak lobak, dan
lain-lain).

 
Minyak goreng bekas yang dibuang dari berbagai restoran (Canakci, 2007; Felizardo
et al 
., 2006)

 
Lemak hewan (Canakci, 2007) Salah satu kelemahan proses transesterifikasi adalah konsumsi
energi dan biaya produksi yang tinggi karena kompleksnya pemisahan dan  pemurnian produk.
Menurut Saka dan Kusdiana (2001), salah satu cara untuk mengurangi biaya produksi adalah
melalui pengurangan  penggunaan katalis sehingga bisa menurunkan biaya katalis, yaitu dengan
metode alkohol superkritik tanpa katalis. Metanol superkritis merupakan metode dimana pada
kondisi superkritis minyak nabati dan metanol menjadi satu fase, jadi  pencampuran sempurna
dapat dicapai untuk membuat biodiesel dengan konversi tinggi (>95%) dalam waktu beberapa
menit tanpa membutuhkan katalis (Saka, dkk. 2001; Demirbas, 2008). Metode ini dilakukan pada
suhu dan tekanan yang sangat tinggi (superkritis). Suhu yang digunakan di atas 350°C, tekanan
20-50 MPa dengan waktu yang relatif singkat yaitu 4 menit. Ide mendasar pada proses metanol
superkritik adalah berdasarkan  pada efek hubungan antara tekanan dan temperatur solvent
seperti konstanta dielektrik, viskositas, berat spesifik dan polaritas (Kusdiana & Saka, 2001).
Dengan teknologi metanol superkritik ini diharapkan proses transesterifikasi menjadi lebih
sederhana dan mempunyai yield biodiesel yang tinggi. Kandungan air dalam minyak tumbuhan
merupakan faktor penting  pada proses transesterifikasi berkatalis konvensional. Dalam
transesterifikasi konvensional minyak tumbuhan untuk produksi biodiesel, asam lemak bebas
dan air mempunyai efek negatif karena adanya kedua zat tersebut menyebabkan pembentukan
sabun yang mengkonsumsi katalis dan menurunkan efektifitas katalis. Di dalam metode katalisis,
adanya air mempunyai efek negatif terhadap yield metil ester.
Berikut diagram alir pembuatan biodiesel menggunakan metode super kritis. Gambar 2. Diagram
Alir Proses Produksi Biodiesel dengan metode Metanol Superkritik (Minami and Saka, 2006)

. Skema 1. Siklus pengolahan minyak bekas/jelantah menjadi  biodiesel Hasil penelitian oleh
peneliti dari tahun 2005 hingga saat ini menunjukkan bahwa biodiesel yang diproduksi dari
minyak sawit bekas (jelantah) memiliki kualitas yang hampir sama baiknya dengan biodiesel
standard yang dipersyaratkan oleh ASTM dan diesel perdagangan sehingga  biodiesel yang
merupakan hasil konversi minyak sawit goreng bekas memiliki peluang untuk dipasarkan baik di
dalam negeri maupun untuk diekspor. Kendala utama yang dihadapi untuk keperluan produksi
masal adalah pasokan serta harga minyak goreng bekas yang mungkin sangat  berfluaktif dari
waktu ke waktu. Tabel 1. Salah satu contoh hasil uji ASTM biodiesel dari minyak goreng bekas
(didanai oleh DP2M-DIKTI) Mengingat minyak goreng bekas relatif mudah dan murah didapat
maka sudah selayaknya pemerintah, masyarakat, industri dan peneliti juga mulai memperhatikan
potensi pengembanganya. Di Jepang konversi minyak goreng bekas menjadi biodiesel sudah
mencapai titik ultimate dan telah digunakan sebagai bahan bakar biosolar sarana transportasi,
sementara di Indonesia ketersediaan minyak goreng bekas sangat melimpah, begitu pula
penelitian tentang konversi minyak goreng bekas menjadi biodiesel sudah mapan dan cukup
lama, namun dalam prakteknya masih sangat sedikit sarana transportasi yang menggunakan
biodiesel minyak goreng bekas.
2.2.6 Teknologi Pembuatan Biodiesel Dari Jarak Pagar.
Prosesnya adalah sebagai berikut : a. Pengepresan biji jarak pagar Beberapa metoda yang dapat
digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak yaitu rendering, teknik pengepresan mekanis (mechanical expression) dan
menggunakan pelarut (solvent extraction). Pengepresan mekanis merupakan suatu cara
pemisahan minyak dari bahan yang berupa biji-bijian dan paling sesuai untuk memisahkan
minyak dari bahan yang tinggi kadar minyaknya yaitu sekitar 30-70  persen. Sebagaimana kita
ketahui bersama, minyak jarak pagar terkandung dalam bahan yang berbentuk biji dengan
kandungan minyak sekitar 35 - 45 persen. Berdasarkan hal tersebut maka metoda ekstraksi yang
paling sesuai untuk biji jarak yaitu teknik pengepresan mekanis. Dua cara yang umum digunakan
pada pengepresan mekanis biji  jarak yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan
pengepresan  berulir (expeller pressing). Pengepresan hidrolik adalah pengepresan dengan
menggunakan tekanan. Tekanan yang dapat digunakan sekitar 140,6 kg/cm. Besarnya tekanan
yang digunakan akan mempengaruhi sedikit-banyaknya minyak jarak yang dihasilkan. Untuk
teknik  pengepresan hidrolik, sebelum dilakukan pengepresan, biji jarak perlu mendapat
perlakuan pendahuluan berupa pemasakan. Pemasakan biji  jarak bertujuan untuk
menggumpalkan protein. Penggumpalan protein
Untuk katalis basa seperti Sodium hidroksida (NaOH) atau potassiumhidroksida (KOH), dalam
proses pembuatan biodiesel ini walaupun KOH lebihmudah digunakan dan waktu ysng
diperlukan 1.4 lebih cepat dibandingkan penggunaan NaOH. Namun yang digunakan adalah
NaOH karna lebih mudahdidapatkan dan harganya murah.
2.3.2 Alat-alat yang digunakan
 
Wadah pencampuran methoksida
Pengaduk double jacket
Timbangan analitis, akurasi 0.1 gram
Penakar methanol dan minyak 
Wadah dengan sumbat dan sekrup pada bagian atas
2 corong untuk memasukkan bahan ke wadah HDPE
Botol untuk pengendapan
Pencuci (wadah dilengkapi pompa aquarium atau dengan pengaduk kecil)
TBA
Termometer 
 
2.3.3 Pembuatan Biodiesel
Pencampuran MethoksidaPencampuran ini dilakukan pada wadah yang tertutup,
denganmemasukkan methanol sebesar 20% dari massa minyak jarak danditambahkan dengan
katalis yaitu NaOH. Pada awal pencampuran tersebutsuhu meningkat.
Proses TransesterifikasiMerupakan proses pertukaran grup alxooxy dari ester dengan alkohol
lain.Reaksi ini selalu melibatkan katalis dengan menambahkan asam dan basa.
PengendapanHasil dari proses Transesterifikasi dipindahkan kedalam botol dan
terjadi pengendapan mrnghasilkan glyserin dan cairan yang diatasnya adalahmethyl ester.
PencucianPencucian ini bertujuan untuk memisahkan ester dari katalisator basa.Oleh karena
basa larut dalam air maka proses pencucian adalahmelarutkan katalis menggunakan media utama
berupa air. Serta mengikatsabun sebagai produk samaping transesterifikasi.
Pengeringan
Proses pengeringan biasanya dilakukan dengan memanaskan secara 48oC dan dilanjutkan
dengan pendinginan. Biodiesel yang sudah dikeringkanlebih bening warnanya dari pada
Biodiesel sebelum dikeringkan.
Pengujian Mutu BiodieselAdapun untuk menguji mutu biodiesel sesuai standa,r dilakukan
dilaboratorium dengan mengecek tingkat kebersihan biodiesel dari air dankatalis. Biodiesel yang
bagus adalah yang bewarna bening dan dapatditembusi cahaya. Selain itu untuk pengecekan sera
visual dapat dilakukanmelalui sifat keasamannya, yaitu dengan menggunakan kertas
lakmus.Untuk biodiesel yang sudah siap digunakan, memiliki pH netral ( pH 7 )dan tidak ada
perubahan warna kertas lakmus apabila dicelupkan dalam biodiesel. Namun jika bewarna Biru
maka proses pencucian perlu diulangilagi.

Anda mungkin juga menyukai