3. Sulit dan rumitnya dalam penerbitan izin jenis dan kualitas kayu, yang menjadi domain
Fasilitator untk meyakinkan masyarakat atas pilihan RTG yang lain, karena seandainya
masyarakat dengan anka 80% menggunakan kayu maka kecendrungan akan terjadi
perambahan hutan akan memperburuk keadaan masa yang akan datang dengan
ancaman bencana lainya. Sehingga dari pertimbangan tersebut fasilitator diarahkan
lebih banyak melakukan sosialisasi dengan membrikan pilihan pembangunan RTG selain
Rumah Kayu, sehingga masyarakat KLU pada waktu itu banyak berubah pilihan RTG dari
pilihan rumah kayu ke RIKO, RISBA dan RTG jenis lainya, dalam
4. Keterlibatan Fasilitator dengan ragam unsur
Bahwa fasilitator sipil direkrut oleh SATGAS Kementrian PUPR (REKOMPAK) dari
Angkatan 1 sampai ankatan 6. Pada masa awal penanganan, yang menjadi senior
fasilitator adalah fasilitator yang diperbantukan dari Program KOTAKU.
Pada masa inilah yang sampai hari ini dibeberapa desa mengalami kehilangan jejak
dokumen, yang disebabkan karena berakhirnya masa penangan oleh Kementriaan
PUPR. Dalam periode ini dapat kami sampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan baru
mencapai progres fisik 80% dan fasilitatornya ditarik karena berakhirnya masa TDB
(Tanggap Darurat Bencana) terus ditinggalkan dan ada beberapa yang fisiknya sudah jadi
100% tetapi dokumen LPJ belum diselesaikan dan semua fasilitator pada masa ini
kegiatannya terhenti, itulah yang menyebabkan beberapa dokumen hilang, karena
beberapa orang fasilitator yang memegang peran penting dalam kegiatan ini terindikasi
membawa dokumen tersebut, namun ada juga yang sudah diserahkan kepada POKMAS
namun bukti serah terima yang tidak ada, yang sampai saat ini saling melempar
“dimanakah dokumen tersebut” POKMAS menyatakan Dokumen tersebut ada pada
fasilitator dan Aplikator/supplier dan sebaliknya fasilitator mengatakan dokumen
tersebut sudah dikembalikan kepada POKMAS itulah yang menjadi salah satu
penghambat terlambatnya penyelesaiaan LPJ, ini sangat berkaitan erat pada akhirnya
pada periode di masa TPK.
1. Pada masa ini teradi Stak peran dan fungsi fasilatator, karena pada masa ini adalah
berakhirnya masa tanggap darurat bencana samapai tanggal 31 maret 2019. dan masa
ini kementrian PUPR menarik seluruh armadanya karena masa TDB (Tanggap Darurat
Bencana) udah berakhir, dan pada masa ini fasilitator kehilangan induknya dan belum
ada kejelasan mengenai siapa yang akan menjadi konsultan menegeman yang
menangani peroses pendampingan,,, sedangakan kenyataan real yang dihadapi adalah
pada akhir bulan maret 2019 dibagikannya buku tabugan terhadap penerima manfaat di
Kabupaten Lombok Utara dalam daftar penerima manafaat SK BUPATI KLU (SK 18 – 21)
yang pada masa inilah yang banyak menyisakan masalah sampai dengan saaat ini,,
2. Bahwa pada masa ini dengan tidak ada regulasi dan kejelasan siapa yang akan
menangani dan menjadi pengelola kegiatan pendampingan, namun fakta dilapangan
kegiatan harus terus berjalan sehingga dilkeluarkan sebuah kebijakan untuk melakukan
peroses percepatan dengan melakukan peroses pendebetan satu pintu dalam hal ini
masyarakat dibantu oleh beberapa fasilitator dan TNI dilakukan pembentukan POKMAS
untuk mensegerakan mayarakat untuk mebangun rumahnya yang sudah sebagai
konsekkuensi dari percepatan yang menjadi brand dalam penanganan pembangunan
RTG di NTB.
Baru pada masa bulan Agustus Struktur management pendamping KORWIL yang digagas
oleh beberpa orang untuk membantu KORWIL dalam penanganan kegiatan. Pada masa
ini baru disusun komposisi ASKORWIL KORCAM dan KETUA TIM DESA. Dengan harapan
tersusunya struktur tersebut ditopang dengan Operasional yang memadai sehingga
dapat dilakukan mobilisasi terhadap kegiatan dan pengrndalian terhadap semua
fasilitator se KLU. Namun struktur yang dibentuk tersebut hanya menjadi relawan tanpa
operasinal dan bergerak dan berjalan seperti air yang mengalir dengan sallary sama
denga fasilitator biasa.
2. Dinamika Kebijakan
Bahwa progress pembangunan Fisik dikabupaten Lombok utara adalah yang paling
rendah dibanding dengan kabupaten lainnya menurut catatan beberapa pihak, karena
dari 41.898 penerima manfaat baru yang telapor hanya 26%, berprogres, sehingga
menjadi atensi semua pihak mendorong segera dilakukannya percepatan pembangunan
fisik, sehingga diturunkannya pasukan ZENI dari TNI untuk mempercepat pembanguan
fisik. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan jumlah fasilitator sipil,yang hanya
berjumlah 291 orang dengan 1 (satu) orang KORWIL, sehingga kebijakan tersebut
berdampak terhadap lemahnya disisi pengawasan dan pencatatan laporan kegiatan.
Dengan penekanan mensegerakan pembangunan fisik berdampak terhada fasilitator
Sipil, beban dan tekanan dari semua pihak, menjadi imbas dari lajunya pembangunan
dialami oleh fasilitator sipil dengan jumlah yang minimalis, dan selery yang berkurang
dari periode sebelumnya.
Dalam hal ini dapat kami sampaikan bahwa kebijakan percepatan pembangunan fisik
seyogyanya harus dimbangi dengan kemampaua dan ketercukupan sumber daya
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam pelassanaan regulasi..
Bahwa perlu kami sampaika alasan mengapa indicator yang kami gunakan dengan
jumlah 291. Dan jumlah penerima manfaat dari sk 1-21, pasti akan ada tanda tanya,
apakah dimasa prndampingan dulu tidak ada yang sudah selesai, disini kami sampaikan
benar bahwa kegiata waktu ditangani dimasa rekompak ada yang sudah finis progress
kegiatannya fisiknya 100% namun dokumen dokumen LPJ nya belum selesai sehingga
tetap kami gunakan anggka 41.898.
Dimasa awal TPK dengan perubahan leader yang ditingkatan tpk berdampak pada
legalitas dan legitimate fasilitator, dimasa ini rasa ketidak percayaan diri fasilitator
menjadi salah satu ancaman sikologis, apakah pendampingan akan terus berlanjut atau
dihentikan. Pada saat ini fasilitator seolah tidak memiliki petunjuk arah yang jelas..
regulasi dan aturan yang simpang siur dengan penafsiran surat edaran yang beragam
membuat peroses pendampingan mengalami masa masa paling buruk.
Perores dan progres pembangunan fisik rumah pada saat ini sangat masip, karena
didorong oleh kebijakan untuk harus mensegerakan membangun karena masa tanggap
darurat akan segera berakhir, sehingga semua pihak didorng rasa ketakutan sekan
kegaiatan tersebut berhenti dan dana bantuan akan dikemblaikan kenegara hal
tersebut mendorong semua pihak untuk mepercepat pembangunan dengan melupakan
hal hal yang bersifat administrative, sehingga sering pencairan tersebut dilakukan
dengan tidak melengkapi document pencairan, hanya dengan overbooking dari pokmas
ke Aplikator/supplier.. yang ketika terjadi perubahan tim dalam fasilitator, bahkan
banyak fasilitator resign dan berhenti sehingga jejak dokimen lpj menjadi permasalahan
ketika slip pencairan dan dokumen lainya dibutuhkan sebaga bahan pembuatan LPJ, dan
masalah ini yang menjadi penghabat paling utama dalam pengerjaan LPJ POKMAS.
Sangat ironis jajara lembaga dalam KORWIL KORCAM dan Ketua Tim desa tidak dibekali
oleh oleh perlenkapan atau operasional lainya semuanya seolah berjalan seperti air yang
mengalir, diselesaikan dengan potensi seadanya.
Dengan banyaknya permasalah di Kabupaten Lombok utara baru pada bulan januari
2020 sampai ndengan 31 maret Jumlah fasilitator KLU ditambah menjadi 420 personil.
Untuk ikut membantu menyelesaikan LPJ. Tambahan tersebut menjadi kebahagiaan
sendiri untuk kabupaten Lombok utara, namun dalam peroses kegitan yang berlangsung
ada beberapa hal yang mungkin dilupakan oleh pemangku kebijakan bertambahnya
fasilitator tidak diikuti dengan pelatihan dan peningkatan kapasitas fasilitaotr sendiri
sehingga cendrung kegiatan yang dilasanakan oleh fasilitator monoton karena
kurangnya dibekali dengan knowledge