Ernadhi Sudarmanto
NIP 19650704 198503 1 001
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengawasan ……………….... 2
C. Ruang Lingkup Pedoman ……………………………………………….... 2
D. Sistematika Petunjuk Teknis …………………………………………………. 2
BAB II GAMBARAN UMUM DAN PROSES BISNIS PROGRAM BPNT
A. Tujuan …………………………………………………………………………. 3
B. Mekanisme Pelaksanaan …………………………………………………. 3
1. Persiapan Pelaksanaan ………………………………………………..... 3
2. Penyerahan Data Penerima Mmanfaat …………………………………. 4
3. Persiapan E – Warong …………………………………………………. 4
4. Edukasi dan Sosialisasi ………………………………………………….. 4
5. Registrasi dan/ atau Pembukaan Rekening Penerima Kartu Kombo …... 6
6. Penyaluran …………………………………………………………………... 7
7. Pemanfaatan …………………………………………………………… 7
8. Perubahan Kondisi KPM di Tahun Berjalan …………………………… 7
9. Dukungan Operasional …………………………………………………… 8
C. Pengendalian …………………………………………………………………… 8
D. Pengawasan …………………………………………………………………… 8
1. Pemantauan dan Evaluasi ………………………………………….... 8
2. Pengelola Pengaduan …………………………………………………… 8
3. Pelaporan …………………………………………………………………… 9
BAB III METODOLOGI PENGAWASAN
A. Dasar Hukum ……………………………………………………….. 10
B. Tujuan Pengawasan ……………………………....……………………….. 10
C. Ruang Lingkup Pengawasan ……………………………………….. 11
D. Batasan Tanggung Jawab ……………………………………………….. 11
E. Pendekatan Sampling ………………………………....…………….. 11
F. Hipotesis …………………………………………………………....….. 13
G. Jenis Pengawasan ……………………………………………………….. 14
H. Pelaksana Pengawasan ……………………………………………….. 15
I. Biaya Kegiatan ………………………..………………………………. 15
J. Output dan Outcome Pengawasan …………………………..……………. 15
K. Laporan ……………………………………………………..…………. 16
L. Tahap Pelaksanaan Pengawasan ………………………………..………. 16
M. Organisasi dan Sumber Daya ………………………………………… 16
REFERENSI ………………………………………………………………… 17
SUSUNAN TIM ………………………………………………………………… 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan sosial serta
untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia memberikan arahan
agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara non tunai lewat Rapat Terbatas (Ratas)
tentang Keuangan Inklusif tanggal 26 April 2016. Penyaluran bantuan sosial non tunai
dengan menggunakan sistem perbankan ini dapat mendukung perilaku produktif penerima
bantuan serta meningkatnya transparansi dan akuntabilitas program bagi kemudahan
mengontrol, memantau, dan mengurangi penyimpangan.
Lebih lanjut pada Ratas tentang Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi
tanggal 16 Maret 2016, Presiden memberikan arahan bahwa mulai Tahun Anggaran 2017
penyaluran Beras Sejahtera (Rastra) agar dilakukan melalui Kartu Keluarga Sejahtera
selanjutnya disebut Kartu Kombo yang merupakan instrumen pembayaran yang memiliki
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan sebagai media penyaluran
berbagai Bantuan Sosial termasuk BPNT.
Tujuan Program Bantuan Pangan secara non tunai adalah untuk meningkatkan ketepatan
kelompok sasaran; memberikan gizi yang lebih seimbang, lebih banyak pilihan dan
kendali kepada rakyat miskin; mendorong usaha eceran rakyat; memberikan akses jasa
keuangan pada rakyat miskin; dan mengefektifkan anggaran. Dalam jangka panjang,
penyaluran bantuan pangan secara non tunai diharapkan berdampak bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemampuan ekonomi penerima manfaat.
Penyaluran bantuan pangan secara non tunai mulai dilaksanakan pada tahun 2017 di 44
kota yang memiliki akses dan fasilitas memadai. Secara bertahap, bantuan pangan akan
diperluas ke seluruh kota dan kabupaten sesuai dengan kesiapan sarana dan prasarana
penyaluran non tunai. Mulai tahun 2018, subsidi Rastra juga dialihkan menjadi bantuan
sosial. Dengan demikian, mulai tahun 2018 Bantuan Pangan akan disalurkan ke masing-
masing Kabupaten/Kota dalam bentuk non tunai. Tahun 2019 sudah ditargetkan untuk
seluruh penyaluran rastra sudah berubah menjadi BPNT.
Agar pelaksanaan Program BPNT berjalan baik dan tercapai tujuannya, Pedoman
Umum Bantuan Pangan Nontunai disusun sebagai tuntunan, arahan, atau acuan
pelaksanaan di lapangan. Pedoman Umum ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
pelaksana program, yaitu: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Bank Penyalur
BPNT, e-Warong sebagai agen penyalur bahan pangan dan pihak terkait lainnya.
Pedoman akan dilengkapi dengan Petunjuk Teknis untuk mekanisme – mekanisme
yang lebih rinci.
A. TUJUAN
Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan
pangan;
2. Memberikan nutrisi/ gizi yang lebih seimbang kepada KPM;
3. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi KPM;
4. Memberikan pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan pangan;
5. Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/ SDGs).
B. MEKANISME PELAKSANAAN
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan BPNT 2019, mekanisme pelaksanaan kegiatan
meliputi:
1. Persiapan Pelaksanaan
a. Koordinasi Pelaksanaan
a.1 Koordinasi di Tingkat Pemerintah Pusat
Koordinasi di tingkat Pemerintah Pusat dilakukan antara Kementerian Sosial
sebagai Pengguna Anggaran (PA) Program BPNT dan Kementerian/ Lembaga
(K/L) terkait melalui forum Tim Koordinasi Bansos Pangan Pusat dan dilaporkan/
dikonsultasikan kepada Tim Pengendali
Koordinasi di tingkat pemerintah pusat dilakukan antara Kementerian Sosial
sebagai Pengguna Anggaran (PA) Program BPNT dengan kementerian/lembaga
(K/L) terkait melalui Tim Koordinasi Bansos Pangan Pusat.
Koordinasi pada Pemerintah Pusat dengan Bank Penyalur untuk hal – hal berikut:
- Memastikan kesiapan infrastruktur pendukung terkait pelaksanaan BPNT
- Menyepakati proses Registrasi dan/atau Pembukaan Rekening untuk KPM
BPNT
- Menyepakati Pelaksanaan Edukasi dan Sosialisasi
- Menyepakati waktu Penyaluran
- Melakukan pemetaan risiko dan tantangan
a.2 Koordinasi di Tingkat Pemerintah Provinsi
Pemerintah provinsi melalui forum Tim Koordinasi Bansos Pangan Provinsi
melakukan koordinasi secara berjenjang dengan Tim Koordinasi Bansos Pangan
Kabupaten/Kota.
a.3 Koordinasi di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemerintah Kabupaten/Kota melalui forum Tim Koordinasi Bansos Pangan
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi secara berjenjang dengan Kecamatan dan
desa/kelurahan untuk seluruh tahap pelaksanaan program.
2. Penyerahan Data Penerima Manfaat
Penyampaian data by name by address untuk Penyaluran BPNT bersumber dari Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) PPFM, yang dikelola oleh Pokja Pusat Data dan
Informasi dan dikirimkan kepada Bupati/Walikota. Selanjutnya diserahkan kepada Bank
Penyalur oleh KPA di Kementerian Sosial. Kepesertaan KPM pada program BPNT dapat
berganti karena: meninggal dan berasal dari KPM tunggal, Calon KPM yang seluruh
anggotanya pindah ke Kabupaten/ Kota lain, menolak/ mengundurkan diri, tercatat
ganda/ lebih. Mekanisme penggantian tersebut melalui aplikasi SIKS-NG.
3. Persiapan E-warong
Setelah mengetahui jumlah KPM di masing-masing desa/kelurahan dari Kementerian
Sosial, Bank Penyalur bersama Pemerintah Kabupaten/Kota dan Tenaga Pelaksana
BPNT di daerah mengidentifikasi agen bank atau pedagang untuk dapat menjadi
e-Warong penyalur BPNT. Penetapan e-Warong sepenuhnya merupakan wewenang
Bank Penyalur dengan mempertimbangkan beberapa kriteria.
6. Penyaluran
Proses penyaluran bantuan, terdiri dari:
a. Bank Penyalur membukakan Akun Elektronik Bantuan Pangan
b. Bank Penyalur melakukan pemindahbukuan dana Bantuan Sosial
c. Rekening KPM digunakan untuk menampung seluruh program Bantuan Sosial
d. Kementerian Sosial memberikan perintah pembayaran kepada Bendahara Umum
Negara/Daerah
e. Bendahara Umum Negara/Daerah melakukan pencairan dana
f. Bank Penyalur menyampaikan laporan hasil penyaluran dana bantuan sosial
g. Bank Penyalur memberikan informasi kepada pemerintah daerah
h. Transfer dana BPNT ke rekening BPNT KPM
i. Bank memastikan sistem uang elektronik tidak berubah setiap periode penyaluran.
7. Pemanfaatan
Gambar Pemanfaatan Bantuan :
9. Dukungan Operasional
a. Dana Operasional Bantuan Sosial Pangan Kabupaten/Kota
b. Mekanisme Penyaluran Dana Operasional BPNT
C. PENGENDALIAN
Dalam rangka memastikan efektivitas BPNT, dilakukan pengendalian yang mencakup
koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Pengendalian dilakukan oleh Tim Pengendalian Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Sosial
Secara Non Tunai.
D. PENGAWASAN
Pengawasan pelaksanaan penyaluran BPNT dilakukan oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
1. Pemantauan dan Evaluasi
a. Pelaksanaan dan Evaluasi
b. Komponen Pemantauan dan Evaluasi
2. Pengelola Pengaduan
a. Pengaduan dapat dilaporkan melalui tatap muka kepada pelaksana di lapangan
dengan menghubungi Tenaga Pelaksana BPNT, Tim Koordinasi Bansos Pangan
Kabupaten/ Kota, Tim Koordinasi Bansos Pangan Provinsi.KC atau Unit Kerja Bank
Penyalur, Sekretariat Bersama Sistem Layanan Rujukan;
b. Pengaduan dikelola melalui Sistem Pengelolaan Pengaduan (SPP) BPNT
menggunakan system LAPOR! (Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online
Masyarakat);
c. Merujuk butir 1 di atas, pengaduan yang berasal dari tatap muka baik yang sudah
atau yang belum ditindaklanjuti harus dimasukkan ke dalam system LAPOR;
d. Pengelolaan pengaduan BPNT melibatkan K/L terkait di tingkat Pemerintah pusat,
Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dan Bank Penyalur;
e. Pengelola pengaduan BPNT adalah Sekretaris Tikor Bansos Pangan dan/atau
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain yang ditunjuk oleh Ketua Tim Koordinasi
Bansos Pangan di setiap provinsi dan kabupaten/kota;
f. Setiap K/L terkait, Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dan Bank
Penyalur diwajibkan menunjuk tenaga administrator sebagai pengelola pengaduan
BPNT;
g. Untuk dapat melakukan pengelolaan pengaduan BPNT setiap administrator pada
K/L terkait, Pemerintah Daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dan Bank Penyalur
wajib memiliki akun admin LAPOR!;
h. Akun admin LAPOR! disampaikan oleh Kemendagri kepada para administrator
pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota), serta Bank Penyalur;
i. Pengelola pengaduan di tingkat pusat, Pemerintah Daerah (provinsi dan
kabupaten/kota), dan Bank Penyalur membuat laporan tentang penyelenggaraan
pengelolaan pengaduan BPNT serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan
program;
j. Untuk penyampaian informasi pengaduan system LAPOR! dapat diperoleh melalui
media poster yang dipasang di setiap e-Warong;
3. Pelaporan
Bank Penyalur menyusun dan menyampaikan laporan realisasi penyaluran secara rutin
dan berkala kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Kementerian Sosial yang
ditembuskan kepada Tim Koordinasi Bansos Pangan Pusat dan Tim Pengendali.
Laporan secara rutin dilakukan real time melalui dashboard dan laporan bulanan
BPNT.
BAB III
METODOLOGI PENGAWASAN
A. DASAR HUKUM
Penugasan ini dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 192 tahun 2014
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (khususnya amanat pelaksanaan
pengawasan lintas sektoral), Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, Instruksi Presiden
Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka Mewujudkan
Kesejahteraan Rakyat.
Penugasan ini mengacu pada Program Prioritas Tahun 2019 terkait Percepatan
Pengurangan Kemiskinan pada RKP Penguatan dan Pelaksanaan Bantuan Sosial dan
Subsidi tepat sasaran.
B. TUJUAN PENGAWASAN
Pengawasan atas pelaksanaan BPNT bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas kemungkinan ketercapaian tujuan program BPNT. Tujuan pengawasan
tersebut akan dicapai melalui:
1. Identifikasi permasalahan dan risiko terkait proses bisnis pengelolaan serta pelaksanaan
BPNT dihubungkan dengan 6 T, yaitu tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, tepat
kualitas, tepat harga, dan tepat administrasi;
2. Analisis terhadap permasalahan dan risiko terkait pengelolaan serta pelaksanaan BPNT,
termasuk identifikasi pihak-pihak (stakeholders) yang terlibat dan peranannya dalam
proses bisnis yang terkait dengan permasalahan dan risiko yang telah diidentifikasi
untuk mencapai tujuan Program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) 2019;
3. Memastikan saldo KPM dapat digunakan, selain itu juga untuk memastikan tidak ada
transaksi double credit e–warong
4. Penyusunan rekomendasi strategis yang diarahkan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi ataupun mencegah terjadinya risiko-risiko yang sudah diidentifikasi.
C. RUANG LINGKUP PENGAWASAN
Ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan mencakup pelaksanaan penyaluran
Program BPNT sampai dengan penyaluran bulan Oktober Tahun 2019. Untuk lingkup ini,
pengawasan dilakukan melalui evaluasi yang dilakukan secara sampling terhadap 68
Kabupaten/Kota pada 34 Provinsi.
E. PENDEKATAN SAMPLING
Pendekatan sampling menggunakan purposive sampling method dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah Sampel
Jumlah sampel untuk setiap perwakilan ditentukan sebagai berikut:
a. 2 (Dua) Dinas Sosial Kabupaten/Kota
b. 3 (Tiga) Kecamatan dalam 1 Kabupaten/Kota
c. 2 (Dua) E-Warong KUBE PKH dan 2 (Dua) E-Warong Agen Bank (Non-KUBE)
untuk setiap Kecamatan. Sehingga Jumlah Total E-Warong yang menjadi sampel
sebesar 12 E-Warong (6 E-Warong KUBE dan 6 E-Warong Agen Bank).
d. 5 (Lima) KPM untuk setiap E-Warong (baik E-Warong KUBE PKH maupun E-
Warong Agen Bank). Sehingga Jumlah Total KPM yang menjadi sampel sebesar
60 KPM (5 KPM x 4 E-Warong x 3 Kecamatan).
2. Kriteria Penentuan Sampel
a. Penentuan Kabupaten/Kota yang disampel
Penentuan Kabupaten/Kota yang akan disampel didasarkan pada daftar
Kabupaten/Kota penerima BPNT Tahun 2019 yang tercantum dalam Surat
Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Nomor:
1122/4/KS/4/2018 Tanggal 4 April 2018. Namun untuk memastikan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan Evaluasi di perwakilan dan mempermudah perolehan
informasi dan koordinasi di tingkat pusat, 68 Kabupaten/Kota yang menjadi sampel
telah ditentukan sebelumnya oleh Rendal dengan rincian sebagai berikut:
Kabupaten
No Provinsi Sampel 1 Sampel 2
1. Aceh Kab Aceh Tengah Kab Aceh Utara
2. Lampung Kota metro Kab Tanggamus
3. Sumatera Barat Kota Sawahlunto Kab Solok Selatan
4. Banten Kota Cilegon Kab Pandeglang
5. Jawa Barat Kota Sukabumi Kab Cianjur
6. D.I Yogyakarta Kab Gunung Kidul Kota Cilacap
7. Jawa Tengah Kota Pekalongan Kab Wonogiri
8. Kalimantan Selatan Kab Hulu Sungai Selatan Kab Hulu Sungai Utara
9. Kalimantan Utara Kab Malinau Kab Nunukan
10. Jawa Timur Kota Mojokerto Kab Pamekasan
11. Sumatera Utara Kab Karo Kab Simalungun
12. Riau Kota Dumai Kab Pelalawan
13. Jambi Kota Sungai Penuh Kab Tebo
14. Sumatera Selatan Kab Ogan Komering Ulu Kab. Musi Rawas
15. DKI Kota Jakarta Utara Kab Kepulauan Seribu
16. Sulawesi Selatan Kab Gowa Kab Jeneponto
17. Bali Kab Tabanan Kab Badung
18. Nusa Tenggara Barat Kab Dompu Kab Lombok Tengah
19. Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang Kab Karimun
20. Bengkulu Kab Rejang Lebong Kab Bengkulu Selatan
21. Kep. Bangka Belitung Kab Belitung Kab Bangka Tengah
22. Nusa Tenggara Timur Kota Kupang Kab Belu
23. Kalimantan Barat Kota Singkawang Kab Sambas
24. Kalimantan Tengah Kab Kotawaringin Barat Kab Kotawaringin Timur
25. Kalimantan Timur Kab Kutai Kartanegara Kab Penajam Paser Utara
26. Gorontalo Kab Pohuwato Kab Bone Bolango
27. Sulawesi Utara Kota Kotamobagu Kab Minahasa Selatan
28. Sulawesi Barat Kab Polewali Mandar Kab Mamuju Tengah
29. Sulawesi Tengah Kota Palu Kab Poso
30. Sulawesi Tenggara Kota Baubau Kab Buton Utara
31. Maluku Utara Kota Tidore Kepulauan Kab Halmahera Barat
32. Maluku Kota Tual Kab Seram Bagian Barat
33. Papua Barat Kota Sorong Kab Manokwari Selatan
34. Papua Kota Jayapura Kab Merauke
b. Penentuan Kecamatan yang disampel
Penentuan 3 (tiga) Kecamatan yang akan disampel diserahkan sepenuhnya kepada
Tim Evaluasi di Perwakilan, namun diharapkan tim evaluasi perwakilan dapat
mempertimbangkan keterwakilan kecamatan dengan kriteria terpencil, tertinggal,
sulit sinyal, adanya e–warong yang mengalami double credit di kecamatan tsb atau
permasalahan lain yang teridentifikasi, dalam menentukan kecamatan yang akan
disampel.
c. Penentuan E-Warong yang disampel
Penentuan E-Warong yang akan disampel yaitu 2 (Dua) E-Warong KUBE PKH
dan 2 (Dua) E-Warong Agen Bank untuk setiap kecamatan dan dengan
mempertimbangkan faktor risiko. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara penuh mengenai kondisi E-Warong di lapangan, mengingat E-Warong yang
berasal dari Program KUBE PKH memiliki karakteristik yang berbeda dengan E-
Warong yang merupakan agen bank sehingga kedua jenis E-Warong perlu tercakup
dalam sampling yang akan dilakukan. Selain itu diharapkan apabila ditemukan
permasalahan double credit/ permasalahan yang signifikaan di e–warong, agar
dapat dijadikan sampel.
d. Penentuan KPM yang disampel
Untuk memastikan efisiensi pelaksanaan evaluasi di lapangan dan memudahkan
pelaksanaan triangulasi data dalam penarikan kesimpulan, maka KPM yang
disampel sebaiknya adalah KPM yang membeli Bahan Pangan pada E-Warong
yang disampel.
F. HIPOTESIS
Berdasarkan identifikasi permasalahan dan risiko yang sudah dilakukan atas tahapan proses
bisnis pelaksanaan BPNT, dapat ditarik hipotesis atau Tentative Evaluation Objective
(TEO) sebagai berikut:
1. Penyaluran BPNT tidak tepat sasaran;
2. Penyaluran BPNT tidak tepat waktu;
3. Penyaluran BPNT tidak tepat jumlah/kuantitas;
4. Penyaluran BPNT tidak tepat kualitas;
5. Penyaluran BPNT tidak tepat administrasi;
6. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai sumber penyaluran BPNT tidak
valid;
7. Pencetakan dan pendistribusian KKS belum mencapai target KPM;
8. Belum efektifnya BPNT dalam mendorong ekonomi eceran rakyat, usaha ekonomi
mikro dan kecil di bidang perdagangan serta memberikan lebih banyak pilihan dan
kendali kepada KPM tentang kapan, berapa, jenis, dan kualitas bahan pangan sesuai
dengan preferensi;
9. Keberadaan e-warong belum cukup melayani KPM;
10. E-Warong tidak memiliki kebebasan menentukan distributor;
11. Adanya Double Credit.
G. JENIS PENGAWASAN
Mempertimbangkan tujuan pengawasan yang ingin dicapai, serta alokasi sumber daya
pengawasan yang tersedia, maka penugasan ini dirancang untuk diselenggarakan dalam
bentuk Evaluasi. Sebagaimana didefinisikan oleh Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada penjelasan Pasal 48 ayat
(2) huruf c. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu
kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam
mencapai tujuan. Berdasarkan karakteristiknya tersebut, pemilihan Evaluasi sebagai
jenis pengawasan diharapkan dapat mendukung dihasilkannya output pengawasan yang
tidak hanya mampu menangkap pencapaian pelaksanaan BPNT, namun juga menangkap
berbagai permasalahan dan hambatan yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan BPNT.
Hasil pengawasan diarahkan untuk menjadi bahan pertimbangan stakeholder dalam
mengambil kebijakan untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
H. METODOLOGI PENGAWASAN
Pengawasan dilaksanakan dengan pengujian pengendalian, pengujian substantif, pengujian
atas transaksi, serta prosedur analitis. Prosedur pengawasan yang akan digunakan sebagai
berikut:
No Metodologi Pengawasan Prosedur Pengawasan Subyek
1 Pengujian Pengendalian Reviu Dokumen, 1) Kementerian
Wawancara/Konfirmasi,
Sosial
Observasi,
Analisis Data. 2) Dinas Sosial
2 Pengujian Substantif Reviu Dokumen,
Provinsi/
Wawancara/Konfirmasi,
Observasi, Kabupaten/Kota
Analisis Data.
3 Pengujian atas Transaksi Reviu Dokumen, 3) Pendamping
Wawancara/Konfirmasi,
4) E-Warong
Observasi,
Analisis data. 5) KPM
4 Prosedur Analitis Reviu Dokumen
Analisis data.
5 Prosedur lain yang diperlukan Melalukan kesimpulan atas
analisis data
I. PELAKSANAAN PENGAWASAN
Pelaksanaan pengawasan dilaksanakan selama 15 (lima belas) hari kerja dimulai dari
Minggu ke–3 Bulan Oktober 2019 sampai dengan Minggu ke-1 Bulan November 2019
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan, dilaksanakan pada Minggu ke-2 Bulan Oktober 2019.
2. Pelaksanaan:
a. Pelaksanaan oleh Kedeputian Polhukam PMK, dilaksanakan mulai Minggu ke-4
Oktober 2019 sampai dengan Minggu ke-5 oktober 2019.
b. Pelaksanaan oleh Perwakilan BPKP yang terlibat, dilaksakanakan Minggu ke-4
Bulan Oktober 2019 sampai dengan Minggu ke-5 Bulan Oktober 2019.
3. Penyusunan laporan, dilaksanakan pada Minggu ke-1 November 2019 untuk
perwakilan dan pada Minggu ke-2 November 2019 untuk tingkat pusat.
Langkah kerja pengawasan, daftar isian yang digunakan, serta format laporan tersaji pada
Lampiran petunjuk teknis ini.
J. BIAYA KEGIATAN
Penyelenggaraan kegiatan pengawasan ini akan mengeksekusi PKP2T 2019 tentang
Evaluasi BPNT 2019, dengan menggunakan dana Direktorat Pengawasan Bidang Sosial
dan Penanganan Bencana Kedeputian Polhukam PMK (bagi Rendal) dan dana Perwakilan
BPKP terkait (bagi tim perwakilan).