KTI Poket - Ahmad Dzaky Yunus
KTI Poket - Ahmad Dzaky Yunus
OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Definisi Poket Periodontal...........................................................................................3
2.2 Gambaran & Gejala klinis Poket Periodontal.............................................................3
2.3 Klasifikasi Poket Periodontal.......................................................................................3
2.4 Patogenesis Poket Periodontal.....................................................................................6
2.5 Pemeriksaan.................................................................................................................7
2.6 Perawataan Poket Periodontal……………………………………………………..………….….…………9
PENDAHULUAN
1
Keberadaan poket periodontal perlu mendapatkan perhatian lebih
karena berhubungan dengan kelanjutan penyakit periodontitis sehingga
diperlukan pengetahuan lebih mengenai poket periodontal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Periodontal pocket/ true pocket/ absolute pocket. Terbagi menjadi
dua yaitu:
Poket supraboni, yaitu ketika dasar poket terletak di lebih koronal
dari puncak tulang alveolar. Contohnya pada kehilangan tulang
horizontal.
Poket infraboni, yaitu ketika dasar poket berada lebih apikal dari
puncak tulang alveolar. Contohnya pada kehilangan tulang vertikal.
4
Gambar 2.2. Macam-macam poket berdasarkan jumlah permukaan
yang terlibat. A) Simple poket, B) Compound poket, C) Complex
poket
a. Suprabony (S), yaitu poket yang hanya terdiri dari jaringan lunak.
b. Infrabony (I), yaitu poket yang terdiri atas jaringan lunak dan tulang.
Tulang alveolar menjadi bagian dari dinding poket.
5
‘
Gambar 2.3. Macam-macam
poket bersadarkan dinding lateral poket. Frekuensi Pembersihan Plak
6
a. Kolagenase dan enzim lisosom lainnya dari leukosit
polimorfonuklear (PMNL) dan makrofag menjadi ekstraseluler dan
menghancurkan kolagen.
b. Fibroblas memfagositkan serat kolagen dengan cara memanjangkan
proses sitoplasma ke ligamen dan diresorbsi dari fibril kolagen dan
fibril yang berasal dari matriks sementum.
7. Karena hilangnya kolagen, bagian apikal dari epitel junctional
berkembang biak di sepanjang akar. Perluasan epitel junctional
sepanjang akar membutuhkan keberadaan sel epitel yang sehat.
8. Degenerasi atau nekrosis yang jelas dari epitel junctional
memperlambat pembentukan poket karena kurangnya sel epitel yang
sehat.
9. Saat bagian apikal bermigrasi, bagian koronal dari epitel junctional
terlepas dari akar, hal ini terjadi karena sebagai akibat dari bakteri
yang berkembang biak dengan cepat, enzim bakteri dan volume relatif
PMN.
10. Oleh karena itu, sulkus gingiva bergeser ke arah apikal dari basis dan
epitel sulkular digantikan oleh epitel poket.
11. Karena transformasi dari sulkus gingiva menjadi poket periodontal,
akumulasi plak meningkat dan menjadi lebih sulit untuk dibersihkan,
meningkatkan keparahan penyakit.
12. Oleh karena itu, dengan inflamasi yang berlanjut, puncak tepi gingiva
meluas ke koronal dan epitel junctional meluas ke apikal sepanjang
akar, sehingga terjadi kehilangan perlekatan.
7
setiap permukaan gigi untuk mengidentifikasi kedalaman poket
periodontal. Ujung probe menembus serat koronal paling utuh dari
perlekatan jaringan ikat dan berjalan sekitar 0,3 mm apikal ke epitel
junctional di poket periodontal. Pasien biasanya mentolerir kekuatan
probing sekitar 0,75 N. Pembacaan probe yang berada di antara dua tanda
yang terkalibrasi harus dibulatkan ke atas hingga milimeter tertinggi
berikutnya, misalnya jika probe menembus cukup jauh untuk menutupi
tanda 4 mm, itu harus dicatat sebagai 5 mm.
Gutta-percha points atau calibrated silver points umumnya
digunakan dengan radiografi untuk menentukan tingkat perlekatan poket
periodontal.
1. Poket periodontal dan Kehilangan Perlekatan.
Kehilangan perlekatan diukur dari cementoenamel junction (CEJ)
(titik tetap) ke dasar sulkus atau poket. Kedalaman poket diukur dari
puncak gingiva/margin gingiva (posisi tidak tetap) ke dasar poket.
Lokasi pangkal poket pada permukaan akar menentukan derajat
kehilangan perlekatan. Kehilangan lampiran dibandingkan dengan
pembentukan poket dalam dua situasi berbeda:
a. Kedalaman poket yang berbeda dengan jumlah kehilangan
perlekatan yang sama, yaitu jarak antara dasar poket dan CEJ tetap
sama meskipun kedalaman kantong probing berbeda.
8
b. Kedalaman poket yang sama dengan jumlah kehilangan perlekatan
yang berbeda, yaitu jarak antara margin gingiva dan dasar poket
tetap sama meskipun kehilangan perlekatan berbeda.
9
3. Kuretase. Pengangkatan jaringan granulasi, produk bakteri, dan area
ulserasi untuk membuat lapisan epitel yang bersih dan rata tanpa sisa
jaringan (sisa-sisa epitel).
4. Biostimulasi: Untuk memulai proses penyembuhan.
10
yang tidak sehat. Biostimulasi laser menormalkan fungsi sel dan
meningkatkan penyembuhan dan perbaikan. Efek sekunder meliputi
peningkatan aliran limfatik, produksi endorfin, peningkatan
mikrosirkulasi, peningkatan pembentukan kolagen, dan stimulasi
fibroblas, osteoblas, dan odontoblas. Ini merangsang respons imun,
pereda nyeri, dan penyembuhan luka.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva yang bersifat
patologis. Poket periodontal merupakan gambaran klinis penyakit
periodontal. Poket periodontal terjadi akibat kerusakan serat kolagen
ligamen periodontal dan diperiksa menggunakan probe periodontal. Poket
periodontal dibagi lagi menjadi 2 yaitu poket supraboni dan poket
infraboni.Poket infraboni atau subcrestal, intraalveolar adalah kerusakan
yang terjadi pada jaringan pendukung gigi, dasar poket di apikal atau di
bawah puncak tulang alveolar. Penatalaksanaan untuk poket periodontal
bias dilakukan Scaling dan Root Planing, Dekontaminasi, Kuretase dan
Biostimulasi
3.2 Saran
Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara
umum adalah kesehatan gigi dan mulut. Maka perlunya pengetahuan
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar
terbebas dari penyakit salah satu caranya yaitu menjaga oral hygin dan
rajin control kedokter min 6 bulan sekali
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Babo PS, Reis RL, Gomes ME. Periodontal Tissue Engineering: current
strategies and the role of platelet rich hemoderivatives. Journal of Materials
Chemistry B 2016; 1(1): 1.
2. Saputri D. Gambaran radiografi pada penyakit periodontal. Saputri et al J
Syiah Kuala Dent Soc.2018;3(1):16-7
3. Hardhani PR, Sri PL, Dahlia H. Pengaruh penambahan platelet rich plasma
pada bovine porous bone mineral terhadap penyembuhan jaringan periodontal
pada terapi poket infraboni. Jurnal Kedokteran Gigi. 2014;5(4): 342-8
4. Dinyati M, Adam AM. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket
Periodontal. Makassar Dental Journal 2016; 5(2): 58-59, 61-63.
5. Hardhani PR, Sri PL, Dahlia H. Pengaruh penambahan platelet-rich plasma
pada cangkok tulang terhadap kadar osteocalcin cairan sulkus gingiva pada
terapi poket infraboni. Jurnal PDGI. 2013; 62(3): 75-8
6. Newman, Takei, Klokkevold, Carranza. Newman and carranza’s clinical
peiodontology. 13th ed. Philladelphia: El Sevier; 2019.Pp 1712-2
7. Bathla S. Textbook of Periodontics. 1st Edition. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2017. p. 210.
8. Gupta PV, Boloor VA. Essential quick review periodontics. 1st ed. New
Delhi: Jaypee; 2017.P 107.
9. Freedman G. Contemporary Esthetic Dentistry. St.Louis: Elsevier Mosby;
2012. Pp. 607-608.
13