Anda di halaman 1dari 19

STRUKTUR BAJA JEMBATAN 1

Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

VI. STRUKTUR JEMBATAN KOMPOSIT

4.1. Sistem struktur Komposit :


Penampang komposit terbentuk jika dua buah komponen bahan (Baja-
Beton) digabung menjadi satu kesatuan penampang dan terjadi intreaksi antara
komponen-komponen tersebut yang berupa Lantai beton dan Balok baja dalam
menahan beban kerja, masing-masing karakteristik dasar dan meterialnya dari
dua komponen tersebut dimanfaatkan secara optimal. Agar terbentuknya
interaksi yang baik antara dua komponen tersebut, gaya geser yang terjadi
antara lantai beton dan balok baja ditahan oleh Penghubung Geser (Shear
Connector).
Ada beberapa macam bentuk balok komposit yang sering digunakan sebagai
Gelagar jembatan adalah seperti pada gambar berikut :

Karakteristik penting yang dimilki oleh struktur baja adalah


 Kekuatan yang tinggi
 Modulus elastisitas yang tinggi
 Daktalitas yang tinggi
Karakteristik penting yang dimiliki oleh struktur beton aladah :
 Sifat ketahanan yang baik terhadap api
 Mudah dibentuk
 Relatif murah

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 2
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

4.2. Tipe Penampang Balok Komposit


Ada dua tipe balok komposit yaitu :
a. Balok komposit dengan penghubung geser
b. Balok baja yang diberi selubung beton

Balok komposit dengan penghubung geser Balok baja yang diberi selubung beton

Aksi komposit terbentuk dengan adanya transfer geser antaar pelat beton dan
balok baja yang dapat terjadi melalui :
a. Mekanisme interlocking antara penghubung geser dan pelat beton
b. Mekanisme lekatan dan frksi sepanjang permukaan atas profil baja yang
terkekang di dalam beton dan mekanisme tahanan geser pada bidang antara
pelat beton dan selubung beton disekitar profil baja.

4.2.1. Analisa Penampang Komposit :


Penampang komposit yang terdiri dari pelat beton dan balok profil baja, dalam
menahan beban kerja diperhitungkan sebagai berikut :
a. Menentukan Lebar Efektif Pelat beton (b ef) : diambil yang terkecil
Lebar efektif pelat beton ditentuakn dari harga terkecil dari nilai di bawah ini :
(bef) = ¼ Bentang balok (L)
(bef) = Selebar jarak antara balok profil baja (S) Untuk Balok tengah
 1 
(bef) =  . S  S t  Untuk Balok tepi
2 
(bef) = 12 x Tebal pelat lantai (d)
Bentang Balok (L)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 3
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

b eff

St S ½ .S

b. Menentukan Luas Penampang Komposit


Dalam analisa distribusi tegangan elastis, diberlakukan transfer Area
Methode, yaitu menjadikan luas penampang beton menjadi penampang baja

Es
eqifalen dengan nilai pembagi (n = rasio elastisitas), n 
Ec
Ac
Didapat luas penampang baja eqifalen Aceq 
n
Dengan Ac = Tebal pelat lantai tertekan x Lebar efektif pelat lantai (d . b ef)
Ac
Luas Penampang Komposit Ak   As
n

4.2.2. Kekuatan Nominal Penampang Balok Komposit


Kekuatan Nominal Penampang Balok komposit terhadap beban kerja
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
A. Kekuatan Lentur Balok Komposit dengan Penghubung Geser (  .Mn) :
 Kekuatan lentur pada daerah Momen Positif :
h 1680 
 Untuk Penampang Profil berbadan Kompak :  t  

 w fy 

Besar Momen nominal penampang dapat dihitung dengan menggunakan


distribusi tegangan Plastis ( = 0,85)
1. Bila Garis netral penampang komposit ada di baja :
Nc .d
Ys’
Yt
Ns’ Ys
Politeknik Negeri Bandung Moeljono
Ns NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 4
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

  
Mn  Mp  As. f y  Ys  d   As '. 2. f y  Ys'  d  
Besar luas penampang bagian baja tertekan dihitung :
As . f y  Ac . 0,85 . f c
As ' 
2 fy.

2. Bila Garis netral komposit ada di beton :

d’ Nc .d’
d
=
h Ys

Ns


Mn  Mp  As. f y  Ys   d  
Pada kondisi Plastis, letak garis netral dihitung dari besarnya gaya dalam pada
diagram tegangan plastis dengan asumsi garis netral ada di beton sebagai
berikut :
Ns = Nc
As. fy = Ac . 0,85. fc = bef . h . 0,85. fc
As . f y
h  Bila h > d Garis netral ada di baja
bef . .0,85 . f c
Bila h < d Garis netral ada di beton

h 1680 
 Untuk Penampang Profil berbadan Tak Kompak :  t  
 w
 
fy 

Besar Momen nominal penampang hanya dapat dihitung dengan menggunakan


distribusi tegangan Elastis ( = 0,90).

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 5
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Menentukan Letak Garis netral Penampang komposit :


Aceq . 0,5.d  As . hs bef
h  dim ana Aceq  .d , As  Luas penampang profil
Aceq .  As n

1. Garis netral penampang ada di baja (Bila h > d)


Fc’
d
h Yc Fs’
Ys’

Ys

Fs
Besar tegangan pada tiap-tiap bahan dihitung dengan rumus :
Mu.. Yc
Pada Beton : Fc   fc
n . Ik

Mu.. Ys
Pada Baja : Fs   fy dan
Ik

Mu.. Ys'
Fs '   fy
Ik

2. Garis netral penampang ada di beton (Bila h < d) Fc

d h Yc
hs

Ys

Fy
Bila terjadi letak garis netral penampang komposit ada di beton, maka ada
sebagaian bagian beton yang tertarik, sehingga tebal pelat beton yang
diperhitungkan hanya setebal d’. Pada kondisi ini, letak garis netral (h) harus
dicari lagi (h = d’)
Besar tegangan pada tiap-tiap bahan dihitung dengan rumus :
Mu.. Yc
Pada Beton : Fc   fc
n . Ik

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 6
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Mu.. Ys
Pada Baja : Fs   fy
Ik

Dimana :
1 bef
I k  Is  As . ( hs  h) 2  . .d 3
12 n

4.3. Penghubung Geser

4.4. Cara Pelaksanaan (Construction Methode)

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 7
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Flas

Contoh perhitungan balok menerima momen lentur


1. Diketahui Balok statis tak tentu menerima momen lentur seperti pada gambar

210000 Nm
110000 Nm

3 1 
MA =  210000  110000   168750  33750 Nm
4 4 
1
MB =   210000  110000   225000  65000 Nm
2
1 3 
MC =   210000  110000   168750  16250 Nm
4 4 
Mu =
Pers (8.1-1)
Mu <  M n
Mn  1,12*Sx*fy
 =0,9
1,12 koefesien penampang plastik untuk profil WF

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 8
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

fy = 275 Mpa  2750 kg/cm2 (salah satu mutu baja yang ada di pasaran)

210000
Sx   757576mm 2
0,9 * 1,12 * 275
 758 cm3 (satuan yang dipakai dalam tabel)

Tabel profil baja


WF 400 * 200
Sx = 1190 cm3
Sy = 174 cm3
A = 84,1 cm2 b = 200 mm
Ix = 23700 cm4 tr = 13 mm
Iy = 1740 cm4 h = 400 mm
rx = 16,8 cm tw = 8 mm
ry = 4,54 cm r = 16 mm
Pemeriksaan kapasitas penampang (lihat butir 8.2)
200
f   7,69
2 * 13
400  2 * 13  2 * 16
w   42,7
8
Tabel 7.5-1
170
p   10,25 (pelat sayap)
275
1680
p   101,31 (pelat badan)
275

Penampang kompak: gunakan pers (8.2-1.a)


Catatan: Jika penampang non kompak pers (8.2-1.b)
Jika penampang langsing pers (8.2-1.c)

Mp = 0,9*1,12*1190*2750
= 3298680 kg cm
= 330000 Nm > 210000 Nm OK

Pemeriksaan pengaruh panjang bentang (butir 8.3)


Misalkan tidak ada penyokong/ literal diantara tumpuan, jadi L = 600 cm
E 200000
L p  1,76ry  1,76 * 4,54  215,5cm  600cm
fy 275
x1 ry
Lr  1  1  x2 ( f L ) 2
fL
 EGJA
x1 
Sx 2

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 9
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

2
S  I
x 2  4 x  w
 GJ  I y
1
3
 3 3 1
3
3

J  ht f 2bt w  40.13  2.20.0.g  36.12cm
3 4

Iw  I yk 24
G = 80000 Mpa  80000 kg/cm2
E = 200000 Mpa  2000000 kg/cm2
FL = fy fy  fy –0,3fy
= 0,7*275
= 1925 MPa

 EGJA  2000000* 800000* 36,12 * 84,1


x1    130142,7 kg / cm 2
Sx 2 1190 2
2 2
S  I 2 1190 40 2
x 2  4 x  w 4  4 *
 GJ  I y 800000 * 36,12 4
130142,7 * 4,5
Lr  1  1  2,7 * 10 6 (1925) 2  637,8cm
1925
Jadi Lp < L < Lr maka digunakan pers (8.3-2.b)

Tentukan cb dengan pers (8.3-1)


 12,5 * 210000
Cb 
 2,5 * 210000  3 * ( 33750)  4 * 65000  3(16250)
 12,5 * 210000
Cb   8,27  2,3
 317500
Cb = 2,3
Mr = 1190 * 1925 = 2290750 kg cm
= 229075 Nm

 637,8  600 
M n  2,3 229075  (366520  229075)
 637,8  215,5 
= 55169 Nm > Mp
Jadi Mn = 366520 Nm

Nm < Mp
210000 Nm < 0,9*366520 Nm
< 32988 Nm

Periksa pelat badan (butir 8.7)

200000
6,36 E  6,36  171
fy 275
h 400
  50 atau lebih teliti 42,7 (lihat w)
tw 8

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 10
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

h
 6,36 E tidak perlu pengaku
w fy

periksa geser (butir 8.8)


Vu = 20,5 tm
= 205 kN kn = 5 (asumsi tidak ada pengaku vertikal, lihat 8.7.4)
kn E 5 * 200000
1,10  1,1  66,33
fy 275
h k E
 1,1 n jadi menggunakan butir 8.8.3
tw fy
Vn = 0,6 * 2750 * 40 * 0,8
= 52800 kg
Vu = 20,5 tm
20500 < 0,9 * 52800 kg Pers (8.8-1)

Pemeriksaan boleh dengan memtoda destruksi atau interaksi


Cek Persamaan Interaksi
Mn Vu
 0,625 1,375
Mn Vn
21000 20500
 0,625  0,90624  1,375
0,9 * 36652 0,9 * 2800

Cek dengan metoda distribusi (butir 8.9.2)

Mf = Af df fy
= 20 * 1,3 (40-1,3)*2750
= 2767050 kg cm
= 276705 Nm

Mu < Mf
210000 < 0,9 * 276705
< 249034,5 Nm

Contoh Soal Perencanaan Balok


Diketahui sebuah balok Girder dengan bentang 8,25 m menahan beban kerja
terfaktor Mu = ( 1,2.MD + 0,5.ML + 1,0.ME = 448551,968 Kg.m.Di atas balok
tertumpu Balok Lantai dengan jarak Lb = 2,75.m dan dianggap sebagi lateral
support. Mutu baja Bj.37 fy = 24000 kg/Cm2.
Diminta : Rencanakan penampang balok tersebut dengan profil I.WF

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 11
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Penyelesaian :
Menentukan dimensi Penampang :
Asumsi penampang kompak (pada umumnya semua profil hasil giling panas
pada kondisi penampang kompak)
Mu = .Mp 4485,51968 = 0,9 x 1,12 x Sx x fy

Gambar 9.3 Pelat dan Balok untuk Contoh 9.2


Solusi :
Beban mati : Pelat =(5/12)(150)(8) = 500lb/ft
Berat sendiri balok wt = 22lb/ft
Total = 522 lb/ft
Wu =(1,2)(522)+(1,6)(8x100)= 1906lb/ft1,906klf
Mu = (1,906(20)2 =96,3ft-k
Zx perlu =Mu=(12)(95,3) = 25,4 in3
(0,9)(50)
Gunakan W10 22

Contoh 9.4 memberikan ilustrasi penentuan kapasitas momen suatu penampang


dengan Lb diantara Lp dan Lr, sedangkan Contoh 9.5 memperlihatkan
perencanaan balok dengan rentang sokongan lateral yang sama.
Contoh 9.4
Tentukan kapasitas momen W24x62 dengan Fy = 36 ksi dan Fy = 50 ksi jika Lb
= 8,0 ft dan Cb = 1,0.
Solusi ;
Untuk Fy = 36 ksi. Dari “Load Factor Design Selection Table” untuk W24x62,
didapat :

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 12
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Lp = 5,8ft
Lr = 17,2 ft
= 255ft-k
= 413 ft-k
BF = 13,8 k
Karena Lb > Lp< Lr, maka balok berada dalam Zona 2 yaitu tekuk inelastic dan
ditentukan dari :
…………………
= 1,0[(413 – (13,8)(8,0 – 5,8)] = 382,6ft-k
atau secara langsung
………………….
Untuk Fy = 50 ksi. Dari “Load Factor Design Selection Table” untuk W24x62,
didapat ;
Lp = 4,9ft
Lr = 13,3 ft
= 393 ft-k
= 574 ft-k
BF = 21,4 k
Karena Lb>Lp>Lr,
………………………
= 1,0[574-(21,4)(8,0-4,9)] = 507,7ft-k

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 13
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Persamaan interaksi di atas menggambarkan selubung yang digunakan


dalam perencanaan kolom. Titik (Rumus) menggambarkan posisi kuat
perlu terhadap kuat rencana komponen struktur.
Titik berada di dalam selubung menggambarkan komponen yang
memenuhi syarat kekuatan, artinya gaya-gaya dalam yang direncanakan
mampu dipikul oleh komponen struktur.
Khusus untuk komponen struktur berpenampang I dengan rasio b t/d < 1,0
dan penampang kota (box), yang juga merupakan bagian dari struktur
rangka dengan ikatan/bresing’ perencanaan dapat menggunakan
persamaan interaksi dalam bentuk yang lebih kompleks.
a. Untuk komponen struktur dengan penampang tidak simetris, atau yang
memikul momen torsi, atau yang memikul kombinasi momen torsi, lentur,
geser dan /atau aksial
Pemeriksaan kekuatan dilakukan terhadap tegangan normal, f un, dan
tegangan geser fuv, hasil analisis elastik akibat beban terfaktor.
1. Untuk kondisi batas pada kasus leleh akibat tegangan

2. Untuk kondisi batas pada kasus leleh akibat gaya geser.

3. Untuk kondisi batas pada kasus tekuk:

dimana:
fy adalah tegangan leleh baja,
fcr adalah tegangan kritis komponen struktur yang ditinjau

1. Pengaruh Orde Kedua

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 14
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Komponen struktur yang memikul momen lentur akan menerima momen


tambahan apabila secara bersamaan bekerja pula gaya aksial tekan (P-delta
affect). Hal ini dapat berupa:
a. eksentrisitas pada kolom yang tidak bergoyang akibat beban gravitasi,
dikenal dengan ;
b. eksentrisitas pada kolom yang bergoyang akibat beban lateral, dikenal
dengan .
Pada analisis orde-kedua, kedua pengaruh eksentrisitas di atas
diperhitungakan secara terpisah dengan melakukan simplifikasi. Dalam
metoda LRFD, simplifikasi tersebut dilakukan terhadap besarnya momen
lentur terfaktor, Mu, dalam bentuk persamaan berikut:
Mu = b Mnt + s Mlt

Suku pertama menggambarkan pengaruh , sedangkan suku kedua


menggambarkan pengaruh . Analisis ekastuk orde pertama (mengabaikan
pengaruh orde kedua) dilakukan terlebih dahulu dengan menggunakan
program komputer atau secara manual, untuk memperoleh harga M nt, dan Mlt.
Mnt : momen lentur akibat beban gravitasi terfaktor dengan
mengasumsikan tidak terjadi goyangan/perpindahan horizontal
pada ujung-ujung kolam.

Mlt : momen lentur akibat beban lateral terfaktor dan/atau goyangan


horizontal pada kolom yang bergoyang.
Apabila giometri struktur rangka dan beban vertikal yang bekerja adalah
simetris, maka Mlt akibat beban vertikal = 0.
Harga Mlt # 0 pada struktur rangka bergoyang terjadi bila:
a. struktur rangka atau beban vertikal tidak simetris
b. bekerja beban lateral pada rangka.

b : faktor amplifikasi momen akibat kelengkungan kolom, dihitung


dengan persamaan

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 15
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

cm
b  1
 N 
1  u 
 N crb 
dimana:
Nu = gaya aksial terfaktor pada kolom ybs
Ncrb = beban kritis elastik kolom ybs, yang dihitung dengan faktor panjang
lekuk, k =1 dan kelangsingan (L/r) dalam arah lenturnya. L dihitung
sebagai tinggi kolom.
cm = faktor modifikasi momen akibat pengaruh distribusi momen yang tak
seragam sepanjang kolom, dihitung sebagai berikut:

a. kolom tak bergoyang tanpa beban transversal:


cm = 0.6 – 0,4 m
dimana m adalah perbandingan momen terkecil dan terbesar yang
bekerja di ujung-ujung kolom; diambil positif bila kolom terlentur dengan
kelengkungan yang berbalik tanda (kelengkungan ganda), dan diambil
negatif untuk kelengkungan tunggal.

b. Kolom tak bergoyang dengan beban transversal diantara kedua ujungnya:


cm = 1,0 untuk kolom dengan ujung-ujung sendi, dapat berotasi
cm = 0,85 untuk kolom dengan ujung-ujung jepit/kaku, tidak berotasi

s: faktor amplifikasi momen akibat goyangan lantai, dapat dihitung melalui
dua persamaan alternatif:
1
s  1
N u   oh 
1  
H  L 

atau
1
s 
N u
1
N crs

dimana:

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 16
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Nu: jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban gravitasi dari
seluruh kolom pada satu tingkat struktur yang ditinjau.
Ncrs: beban krits elastik kolom ybs, yang dihitung dengan harga
sebenarnya dari faktor panjang tekuk (k) dan kelangsingan (L/r)
kolom dalam arah lenturnya.
oh: simpangan horizontal antar lantai dari tingkat yang ditinjau.
H: jumlah gaya horizontal yang menyebabkan goyangan sebesar oh
pada tingkat yang ditinjau.
L: tinggi kolom pada tingkat yang ditinjau

Persamaan pertama menggunakan besaran (oh/L) yaitu indeks


simpangan lantai, yang digunakan sebagai kriteria perencanan pada
bangunan tingkat tinggi. Apabila besaran ini telah ditentukan, maka harga
s akan dapat langsung diperoleh.

Dengan uraian di atas, harga Mu dengan memperhitungkan pengaruh


orde kedua, dihitung sebagai berikut:

1. Struktur rangka ditahan pada tiap lantai terhadap goyangan horizontal:


- kerjakan beban vertikal terfaktor pada struktur rangka
- Mnt diperoleh sebagai harga momen tiap kolom pada pembebanan ini.
- Hitung besarnya gaya reaksi R, pada perletakan tiap lantai akibat
pembebanan vertikal tersebut.

2. Tahanan horizontal dilepas, struktur rangka menjadi rangka bergoyang:


- kerjakan gaya-gaya H (= beban lateral terfaktor + gaya reaksi R
(dengan arah terbalik) pada tiap lantai).
- Mlt diperoleh sebagai harga momen tiap kolom pada pembebanan ini.
3. Tentukan harga b:
- hitung harga Ncrb kolom ybs.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 17
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

- Hitung harga cm dengan menggunakan harga momen-momen ujung


kolom ybs.
- Gunakan harga b > 1,0
4. Tentukan harga s:
Cara 1: - tentukan (oh/L) sebagai kriteria perencanaan, misalnya 1/200
- hitung H untuk tingkat yang ditinjau, sesuai dengan kriteria (oh/L)
yang digunakan
- hitung s
Cara 2: - hitung harga Ncrs dari seluruh kolom pada lantai yang ditinjau, dengan
menggunakan harga faktor panjang tekuk masing-masing.
- hitung s
5. Hitung Mu:
Mu = b Mnt + s Mlt

Perhitungan Mu dilakukan pada kedua arah lentur kolom (arah sumbu x dan
sumbu y) menggunakan harga besaran (k, r, L, dsb) yang sesuai dengan bidang
lentur masing-masing. Harga bx dan by dihitung untuk setiap kolom, sedangkan
harga sx dan sy dihitung untuk setiap tingkat.
Pengaruh orde kedua berlaku pula bagi komponen struktur selain kolom vertikal,
yang mengalami momen lentur dan aksial tekan secara bersamaan.

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 18
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

FLOWCHART DESAIN KOMPONEN KOMBINASI

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024
STRUKTUR BAJA JEMBATAN 19
Yang disesuaikan BMS dengan Teori LRFD

Politeknik Negeri Bandung Moeljono


NIP. 131411024

Anda mungkin juga menyukai