Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN LANDASAN MORAL PENDIDIKAN

DENGAN PERADABAN MANUSIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Landasan Nilai dan Moral Pendidikan
Dosen:
Prof. Dr. H. A Juntika Nurikhsan, M.Pd.
Dr. H. Babang Robandi, M.Pd

Disusun oleh:
Neneng Tsani
NIM 2002118
Ade
NIM
Asri
NIM

PROGRAM PASCASARJANA STUDI PEDAGOGIK


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020

DAFTAR IS
DAFTAR ISI............................................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................1
II. TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................3
2.1. Hubungan............................................................................................................................................3
2.2. Landasan..............................................................................................................................................3
2.3. Moral...................................................................................................................................................3
2.4. Landasan Pendididikan........................................................................................................................4
2.5. Peradaban............................................................................................................................................4
2.5.1. Definisi Peradaban.......................................................................................................................4
2.5.2. Teori Peradaban Manusia............................................................................................................5
2.5.3. Pengertian Manusia.....................................................................................................................7
2.5.4. Pengertian manusia menurut agama islam...................................................................................8
III. HUBUNGAN LANDASAN MORAL PENDIDIKAN DENGAN PERADABAN MANUSIA
10
3.1. Sejarah Peradaban Manusia...............................................................................................................10
3.2. Komunal primitif...............................................................................................................................11
3.3. Domestikasi & dominasi....................................................................................................................11
3.4. Peradaban modern.............................................................................................................................12
3.5. Peradaban digital...............................................................................................................................13
3.6. Moral Manusia Pada Peradaban Digital.............................................................................................13
IV. PENUTUP..................................................................................................................................15
V. DAFTAR RUJUKAN................................................................................................................16
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang berpikir dan
bertindak berdasarkan akal. Selain itu, manusia juga merupakan hewan yang berpolitik
(zoonpoliticon), hidup bermasyarakat seperti berorganisasi, menciptakan tata tertib, berkomunikasi
melalui bahasa dengan piranti inilah manusi berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuaan yang tidak dapat dipisahkan dalam
artinya yang utuh. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu,
yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk menuju tujuan
yang sama.
Sedangkan kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah didalam bertindak dan berpikir, sehubungan
dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dan sebab itulah kebudayaan itu tidak dapat
dilepaskan dengan individu dan masyarakat.
Masyarakat yang beradab dapat diartikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan
kebaikan budi pekerti. Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki
manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal antara kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
1.2. Rumusan Masalah

1.1.1. Apakah definisi landasan moral pendidikan?


1.1.2. Apakah hubungan moral dengan peradaban manusia?
1.1.3. Bagaimana hubungan moral dengan peradaban manusia?
1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui dan memahami landasan moral pendidikan?


1.3.2. Mengetahui dan memahami hubungan moral dengan peradaban manusia?
1.3.3. Mengetahui dan memahami bagaimana hubungan moral dengan peradaban manusia?

1.4. Manfaat Makalah


1.4.1. Sebagai sumber dan bahan belajar bagi penulis serta mahasiswa sekolah pascasarjana
prodi pedagogik
1.4.2. Sebagai kajian untuk menelaah landasan moral pendidikan dalam proses pembelajaran
di Indonesia.
1.4.3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengembangkan dan
meningkatkan sistem pendidikan berkarakter.
II. TINJAUAN TEORI

2.1. Hubungan

Menurut KBBI daring: hu·bung, ber·hu·bung 1 v bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang
lain) atau pertalian. Sedangkan hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih
yang memudahkan proses pengenalan satu dan yang lainnya.

Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 236

2.2. Landasan

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat
bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material
(contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan).
Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi
tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.

2.3. Moral

Moral merupakan salah satu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu dalam
bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa hormat dan menghormati antar sesama. Moral
ini merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang
ada di suatu masyarakat.

Pendapat John Henry Newman, seorang filsuf asal Inggris mengatakan bahwa kesusilaan itu
praktiknya konkret sebagai suara batin kita.

“Bila manusia betul-betul tunduk kepada suara batin itu, maka makin lama dia
akan makin mengerti kesempurnaan dan kebaikan.

Lihatlah, suara itu juga memimpin kita ke-rasa hormat, rasa aman, suara itu
juga menyebabkan kita menyerah.

Kesemua itu menunjuk, bahwa dalam mengalami sense of duty manusia


berhadapan dengan Pribadi yang sempurna, ialah Maha Pribadi Tuhan sendiri.
Dengan kata lain, dalam pandangan Newman kesusilaan itu adalah pelaksanaan
perintah Tuhan”.

2.4. Landasan Pendididikan

Ada berbagai jenis landasan pendidikan, berdasarkan sumber perolehannya kita dapat
mengidentifikasi jenis landasan pendidikan menjadi:
a. Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
b. Landasan filosofis pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang
menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan
c. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari berbagai cabang
atau disiplin ilmu yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan. Tergolong ke dalam landasan ilmiah pendidikan antara lain: landasan
psikologis pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis
pendidikan, landasan historis pendidikan, dsb. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula
sebagai landasan empiris pendidikan atau landasan faktual pendidikan.
d. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
2.5. Peradaban

Menurut https://kbbi.web.id/adab, Kata “peradaban” /per·a·dab·an /n 1 kemajuan (kecerdasan,


kebudayaan) lahir batin: 2 hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan
suatu bangsa;.

Secara etimologi dalam bahasa Inggris Istilah peradaban dalam bahasa inggris disebut
civilization. https://www.lexico.com/: The stage of human social and cultural development and
organization that is considered most advance. “Tahapan perkembangan dan organisasi sosial
budaya manusia yang dianggap paling maju”.

Peradaban berasal dari kata adab yang berarti kesopanan, kehormatan, budi bahasa dan etiket.
Lawannya adalah biadab, kasar, kurang ajar dan tak tahu pergaulan.

2.5.1. Definisi Peradaban


Peradaban didefinisikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok
manusia yang mengatasi negara, ras, suku atau agama yang membedakannya dari yang
lain. Beradab setidaknya sebuah masyarakat bersifat relatif dan harus ada norma.
Kebutuhan akan adab dengan peradaban mengacu pada masyarakat yang memiliki
organisasi sosial, kebudayaan dan cara berkehidupan yang sudah maju yang
menyebabkan berbeda dari masyarakat lain.
Peradaban merupakan tahap kebudayaan tertentu dan telah maju yang bercirikan
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan lain-lain. Masyarakat memiliki
peradaban yang berbeda-beda satu sama lain.

2.5.2. Teori Peradaban Manusia

1. Islam (kandungan Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 143)


“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”.

Referensi: https://tafsirweb.com/598-quran-surat-al-baqarah-ayat-143.html

Prof. Dr. Nasr Muhammad Arif (makalah Hardika Saputra, Fungsi Konsep dan Teori
Dalam Sebuah Peradaban) menjelaskan bahwa konsep peradaban Islam terdapat dalam
kata syahadah, kata syahadah dalam Al-Qur’an mengandung empat arti. Keempat
artian ini semuanya saling melengkapi. Keempat artian tersebut adalah sebagai
berikut.

1) Syahadah dalam arti tauhid kepada Allah, berarti kesaksian manusia


terhadap keesaan Allah. Makna ini adalah sebagai akidah umat Islam. Di
bawah makna ini manusia harus tunduk dengan segala aturan Allah;
2) Syahadah dalam arti perkataan (kesaksian) yang benar dan jalan untuk
menuju keadilan.
Atau bisa juga berarti kesaksian yang didasarkan dengan ilmu. Dengan
demikian ini merupakan jalan untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan;
3) Syahadah dalam artian pengorbanan di jalan Allah;
4) Syahadah dalam artian kewajiban atau tugas untuk umat. Ini senada dengan
kandungan
Arti syahadah di sini mencakup dua dimensi, dunia dan akhirat. Oleh karena itulah,
konsep peradaban dalam Islam tidak bisa dikotomi antara dua dimensi ini. Peradaban
dalam Islam memiliki pola yang bersifat keduniawian seperti kemajuan, inovasi,
pembangunan, kesenian dan lain sebagainya. Namun juga memiliki dimensi
keakhiratan seperti keyakinan, nilai-nilai, pemikiran, tingkah laku atau akhlak dan lain
sebagainya.

Kedua pola ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Jadi, pengistilahan
peradaban akan tidak sempurna jika salah satu pola ini tidak ada.

2. Teori Peradaban Arnold J Toynbee

Toynbee, seperti yang disadarinya, telah membuat perubahan radikal berkaitan dengan
hubungan antara agama dan peradaban. Menurutnya, agama tidak lagi dapat dianggap
sebagai tanggapan manusia terhadap tantangan sosial. Tujuan utama agama tidak lagi
untuk mendukacitakan kematian atau menolong kelahiran peradaban. Agama tidak
dapat dijelaskan menurut peradaban; sebaliknya, peradaban itu sendiri muncul, hadir,
berdiri hanya untuk menghasilkan agama. Lebih dari itu, cara memandang terhadap
hubungan agama dan masyarakat seperti ini memang mengabaikan kenyataan penting
bahwa kesempurnaan yang diusahakan oleh agama adalah kesempurnaan bagi setiap
individu lewat masyarakat.

Individu dan masyarakat, keduanya sama penting untuk perkembangan masing-masing


dan karena itu agama menyadari pentingnya keduanya. Tetapi agama tidak langsung
memusatkan usaha penciptaan suatu peradaban, meskipun peradaban dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran agama, taraf-tarafnya tergatung pada keluasan dan kedalamannya.
Peradaban tidaklah terlalu perlu bagi agama, meskipun agama mungkin telah
melahirkan peradaban. Ini menunjukkan bahwa peradaban bukanlah objek utama dari
perhatian Tuhan.

3. Teori Peradaban Samuel P. Huntington

Menurut Samuel, akan terjadi “Clash of Civilization”, Clash berarti


pertentangan/benturan, jadi akan ada semacam pertentangan antara peradaban yg
merupakan sebuah entiti kultural menggantikan entitas negara yg konvensional. Akan
ada sekitar 8-10 peradaban besar yg nantinya akan mendominasi dinamika politik dan
konflik di dunia.
Masing-masing entitas “peradaban“ tersebut memiliki dinamika sejarah yg bergesekan
dengan entiti lainnya. Barat misalnya, memiliki persengketaan dengan dunia Islam,
Sino, sedikit dengan Hindu dan Orthodox dan sedikit sekali dengan Amerika Latin dan
Afrika. Dan Islam-lah yg memiliki hubungan persengketaan terbanyak, dengan Barat,
Orthodox dan lain-lain Pemikiran mbah Samuel ini rupanya begitu mempengaruhi
dinamika sejarah dan politik saat ini, dimana pasca teori itu diserap ke dalam mindset
Gedung Putih.

4. Teori peradaban Ibnu Khaldun

Menurut wataknya, sejarah bisa memuat kebohongan disebabkan karena hal berikut:
(1) adanya semangat terlibat (tasyayyu’, partisanship) kepada pendapat dan mazhab,
(2) terlalu percaya kepada sumber (orang) tertentu, (3) tidak memahami maksud yang
sebenarnya, (4) asumsi yang tidak berasalan terhadap kebenaran sesuatu hal, (5) tidak
memahami realitas yang sebenarnya, (6) adanya laporan yang abs (asal bapak senang),
dan (7) ketidaktahuan akan watak yang muncul dalam setiap peradaban.

Metode sejarah yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun meliputi empat tahap:

(1) sumber yang beragam,

(2) pengetahuan yang bermacam-macam,

(3) perhitungan yang tepat dan ketekunan, dan

(4) memeriksa sumber-sumber yang dipakai secara teliti.

Keempat persyaratan yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun tersebut sepadan dengan
tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh para ahli sejarah yang datang
kemudian, yang disebut metode sejarah kritis, yang meliputi empat tahap, yaitu:
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan penulisan.

2.5.3. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya
yang tunduk kepada aturan-aturan Tuhan. Ada beberapa pengertian manusia menurut
para ahli diantaranya:

1. Menurut Sokrates, Manusia adalah makhluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu
dengan kuku datar dan lebar.
2. Menurut Nicolaus dan Sudiarja, Manusia itu bhineka tetapi tunggal. Bhineka
karena terdiri dari jasmani dan rohani akan tetapi satu karena jasmani dan rohani
terdapat dalam satu jasad.
3. Menurut Omar Muhammad, Manusia adalah makhluk yang paling mulia karena
dapat berpikir. Manusia itu memiliki 3 dimensi yaitu badan, akal dan ruh. Manusia
juga disebut sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui
akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan
sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang
lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya
melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2.5.4. Pengertian manusia menurut agama islam

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak,
ramah, atau makhluk yang sering lupa.Al-naas berarti manusia (jama’).

Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah.

Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa
manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh, nafs, qalb, fikr, dan aqal.

A. Jasad

Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan
dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai
dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma
atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib)
perempuan (a-Thariq: 5-7).

Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu
(alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan
dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi
dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.

Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai
kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan
sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya,
Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan
thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal
bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban
bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.

B. Ruh

Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam
kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin
berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani,
kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut
nafs.

Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk:

a) Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)

b) Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima
beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya
ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak
ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk
menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam
dirinya.

C. Nafs

Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an
menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-
Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist
menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad
mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna
dengan tanah.

Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:

a) Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan
pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.

b) Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari
penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini
adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.

c) Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini


adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan
sehingga hidup berbahagia bersama Allah.
III. HUBUNGAN LANDASAN MORAL PENDIDIKAN
DENGAN PERADABAN MANUSIA

1.1. Sejarah Peradaban Manusia

Manusia diklaim sebagai spesies yang lebih unggul dibanding makhluk lainnya. alasannya
sederhana, manusia memiliki akal/pikiran. namun muncul pertanyaan yang sederhana pula,
sejak kapan manusia memiliki tingkat kecerdasan demikian, berakal dan bernalar sehingga
dianggap lebih unggul dari makhluk lainnya? banyak muncul spekulasi tentang asal-muasal
manusia. ada yang menggunakan pendekatan teologis, mempercayai bahwa manusia pertama
adalah adam dan hawa yang terbuang dari taman firdaus (surga). ada yang menggunakan
pendekatan ilmiah yang mengklaim bahwa manusia ber-evolusi dari spesies sejenis (mirip)
simpanse.
Secara biologis dan genetis (dalam beberapa kasus: wajah) kerabat terdekat manusia adalah
spesies kera. salah satu spesies itu kemudian berevolusi menjadi manusia. sejarah manusia,
sebagai sesuatu yang terpisah dari sejarah satwa bermula di afrika sekitar 7 juta tahun silam. hal
ini dikuatkan dari bukti-bukti arkeologis berupa fosil. temuan-temuan tersebut mengindikasikan
perubahan-perubahan dalam evolusi menuju manusia, diantaranya bentuk tubuh, ukuran otak
dll. makhluk pra manusia ini dikenal dengan istilah homo erectus. leluhur manusia itu pertama
kali keluar dari afrika sekitar 6-5 juta tahun lalu.
Sekitar setengah juta tahun silam fosil manusia menunjukan perubahan dibanding leluhurnya.
spesies inilah yang kemudian ‘disamakan’ dengan spesies manusia, dikenal dengan istilah
homo sapiens. salah satu penemuan fenomenal dimasa itu adalah penggunaan api. setelah masa
itu, populasi afrika dan erasia mulai berbeda dengan asia timur secara rincian kerangka.
Populasi eropa dan asia barat sekitar 130.000-40.000 tahun lau dikenal sebagai Neanderthal
atau homo neanderthalensis. dalam hal perkakas masih kasar dan belum dibuat dalam berbagai
bentuk sesuai fungsinya. manusia afrika 100.000 tahun silam sudah memiliki keterampilan
berburu, namun hanya hewan yang mudah dibunuh, belum mengincar hewan berbahaya
lainnya.
Sejarah manusia akhirnya mulai berkembang pesat sekitar 50.000 tahun silam, yang
diistilahkan oleh jared diamond sebagai “lompatan besar kedepan”. sekitar 40.000 tahun silam
dieropa barat, telah teridentifikasi secara biologis dan perilaku tergolong modern, dikenal
dengan cro-Magnon.
Evolusi Peradaban Manusia
Secara terbatas, kita telah membahas sebagian kecil dari proses evolusi manusia. focus utama
kita adalah bagaimana manusia bisa berkembang dengan segala modernitasnya seperti
sekarang. Bentuk budaya, seni, perkembangan social dan politiknya.
1.2. Komunal primitif

Manusia pertama pada dasarnya tidak memiliki gigi tajam yang mengindikasikan bahwa
manusia vegetarian. walaupun manusia menjarah hasil buruan binatang lain, tapi pola
makannya terpaut pada tumbuh-tumbuhan, tetapi belum menerapkan cara bercocok tanam
secara khusus.
Sejalan dengan kondisi alam yang semakin dingin, khususnya era terakhir zaman es, dimana
tumbuhan sulit untuk ditemui, maka manusia secara perlahan beralih ke perburuan binatang
untuk konsumsi. sudah mulai tampak adanya divisi kerja meski tak signifikan, perempuan juga
turut berburu walaupun tidak dominan, karena harus mengurusi anak dan mengolah makanan.
berburu ini kemudian yang menjadi pijakan dasar transformasi aktivitas manusia ke sesuatu
yang mirip “kerja”.
alasan dibalik perubahan itu adalah, tak seperti mengolah dan memetik tanaman dengan
bersantai, berburu membutuhkan usaha berlebih, yang cenderung hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang tertentu saja. tapi tidak juga manusia awal hanya memakan daging. masyarakat
pemburu-peramu lebih tepat disebut masyarakat pemetik karena dedaunan, umbi dann buah-
buahan lebih fundamental dibanging berburu.
gaya hidup mereka secara esensial komunistik, masih hidup dalam kelompok-kelompok yang
relative otonom. komune mendistribusikan apa yang didapatkan sesuai kebutuhan masing-
masing anggota. dalam masyarakat komunal-primitif, tidak ada property privat dan domestikasi
atas makhluk lain (tumbuhan dan hewan).
1.3. Domestikasi & dominasi.

relasi social secara radikal berubah bersamaan dengan munculnya agrikultur. Agrikultur
pertama sangat diyakini ditemukan oleh wanita. Itulah sebab dalam prasejarah menuju
masyarakat sejarah. Bahwa wanita pernah menduduki kelas yang lebih tinggi dari lelaki
(matriarki). Penandanya adalah ditemukannya system pertanian dan kemampuan manusia untuk
membuat segalanya semakin mudah sekali lagi terbukti dengan mereformasi peralatan menuju
peralatan yang lebih modern seperti lumbung. Para wanita menjinakkan tumbuhan. Tak lama
berselang domestikasi tumbuhan. para pria menemukan sumber pangan efektif dan dapat
diperbaharui.
Para pria menjinakkan (domestikasi) hewan. Gejala tersebut lahir searah bersamaan dengan
pola hidup masyarakat yang mulai menetap dikarenakan konsekuensi populasi. Perkembangan
peralatan hidup menciptakan kelas – kelas baru. Para spesialis dalam hal teknis. Masyarakat
agrikultur pada fase ini menciptakan struktur hirarkis baru untuk kebutuhannya. Masyarakat
agrikultur tidak berkembang dengan arah yang bersamaan. Akibatnya, masyarakat yang
berkembang cepat melakukan ekspansi dan eksploitasi pada masyarakat yang
perkembangannya lebih lamban. Selain untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat
akibat populasi dan menipisnya sumber makanan juga memperluas wilayah kekuasaan, sebuah
cikal bakal masuknya masyarakat menuju era perbudakan. Masyarakat menciptakan kelas
social baru. Menciptakan militer.
1.4. Peradaban modern

1. Konsep Modernisasi
Modernisasi dimulai di Italia abad ke-15 dan tersebar kesebagian besar ke dunia Barat dalam
lima abad berikutnya. Kini modernisasi telah menjalar pengaruhnya ke seluruh dunia.
Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi
industry pada abad ke-18, yang merubah cara produksi tradisional menjadi modern.
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi yang mengubah dibidang ekonomi, dan
dibidang politik.
Modernisasi menurut Cyril Edwin Black adalah rangkaian perubahan cara hidup manusia yang
kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang
banyak dalam kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia. Modernisasi
menurut Koentjoroningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi
dunia sekarang ini. Manusia yang mengalami modernisasi dapat terlihat pada sikap mentalnya
yang maju, berpikir rasional, berjiwa wiraswasta, berorientasi pada masa depan.
Menurut Schorrl (1980), modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda-beda tetapi tujuan
utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti yang seluas-
luasnya, sepanjang masih dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan. Smith (1973),
modernisasi adalah proses yang dilandasi dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang
didasari untuk mengubah masyarakat kearah kahidupan yang kontemporer yang menurut
penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.
2. Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada factor rehabilitasi,
modernisasi bersifat preventif, dan kontraktif agar proses tersebut tidak mengarah pada angan-
angan. Syarat-syarat modernisasi antara lain;
 Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas pengusa maupun masyarakat.
Dengan maksud sistem pendidikan dan pengajaran yang terencana dengan baik.
 Sistem administrasi Negara yang baik yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
 Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu atau
lembaga tertentu.
 Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat komunikasi massa. hal ini dilakukan dengan bertahap karena
banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan.
 Tingkat organisasi yang tinggi, disatu pihak disiplin tinggi baik pihak lain di pihak
pengurangan kepercayaan
 Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya
1.5. Peradaban digital
Perkembangan teknologi komputer digital khususnya mikroprosesor dengan kinerjanya terus
meningkat, dan teknologi ini memungkinkan ditanam pada berbagai perangkat yang dimiliki
secara personal. Perkembangan teknologi transmisi termasuk jaringan komputer juga telah
memicu para pengguna internet dan penyiaran digital. Ditambah perkembangan ponsel, yang
tumbuh pesat menjadi penetrasi sosial memainkan peran besar dalam revolusi digital dengan
memberikan hiburan di mana-mana, komunikasi, dan konektivitas online.
Lahirnya situs jejaring sosial yang merupakan sebuah pelayanan berbasis web, memungkinkan
penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang
atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Hubungan antara perangkat mobile
dan halaman web internet melalui "jaringan sosial" telah menjadi standar dalam komunikasi
digital. Situs pertemanan bernama Friendster terus berkembang ke situs-situs seperti MySpace,
Facebook, Twitter dan lain-lain. Revolusi digital merupakan kemampuan untuk dengan mudah
memindahkan informasi digital antara media, dan untuk mengakses atau mendistribusikannya
jarak jauh.
Paperless merupakan salah satu trend era digital dimana penggunaan kertas menjadi lebih
sedikit. Kita tidak harus mencetak foto maupun dokumen yang dibutuhkan pada kertas,
melainkan dalam bentuk digital. Penyimpanan secara digital lebih aman daripada menyimpan
bermacam dokumen dalam bentuk kertas. Digitalisasi dokumen berbentuk kertas menjadi file
elektronik menjadi lebih mudah dalam berbagi salah satunya e-book. Dengan e-book kita tidak
lagi harus menyimpan buku-buku yang tebal secara fisik dan membutuhkan tempat yang luas.
Dengan file digital juga dokumen menjadi jelas lebih ringkas yang setiap saat dapat dibuka
melalui komputer dan ponsel.

1.6. Moral Manusia Pada Peradaban Digital

Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan peran teknologi dengan
baik agar era digital membawa manfaat bagi kehidupan. Pendidikan harus menjadi media utama
untuk memahami, mengusai, dan memperlakukan teknologi dengan baik dan benar. Anak-anak
dan remaja harus difahamkan dengan era digital ini baik manfaat maupun madlaratnya. Orang
tua harus pula difahamkan agar dapat mengontrol sikap anak-anaknya terhadap teknologi dan
memperlakukannya atau menggunakannya dengan baik dan benar.
Pengenalan tentang pemanfaatan berbagai aplikasi yang dapat membantu pekerjaan manusia
perlu dikaji agar diketahui manfaat dan kegunaannya serta dapat memanfaatkannya secara
efektif dan efisien terhindar dari dampak negatif dan berlebihan. Demikian juga pemerintah
melakukan kajian mendalam era digital ini dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan atau keamanan serta teknologi informasi.
Dalam perkembangan teknologi digital ini tentu banyak dampak yang dirasakan dalam era
digital ini, baik dampak postif maupun dampak negatifnya. Dampak positif era digital antara
lain:
 Informasi yang dibutuhkan dapat lebih cepat dan lebih mudah dalam mengaksesnya.
 Tumbuhnya inovasi dalam berbagai bidang yang berorentasi pada teknologi digital yang
memudahkan proses dalam pekerjaan kita.
 Munculnya media massa berbasis digital, khususnya media elektronik sebagai sumber
pengetahuan dan informasi masyarakat.
 Meningkatnya kualitas sumber daya manusia melalu pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi.
 Munculnya berbagai sumber belajar seperti perpustakaan online, media pembelajaran
online, diskusi online yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
 Munculnya e-bisnis seperti toko online yang menyediakan berbagai barang kebutuhan
dan memudahkan mendapatkannya.
Adapun dampak negatif era digital yanga harus diantisapasi dan dicari solusinya untuk
mengindari kerugian atau bahaya, antara lain:
 Ancaman pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI) karena akses data yang mudah
dan menyebabkan orang plagiatis akan melakukan kecurangan.
 Ancaman terjadinya pikiran pintas dimana anak-anak seperti terlatih untuk berpikir
pendek dan kurang konsentrasi.
 Ancaman penyalahgunaan pengetahuan untuk melakukan tindak pidana seperti
menerobos sistem perbankan, dan lain-lain (menurunnya moralitas).
IV. PENUTUP

Peradaban adalah kebudayaan


Peradaban tidak terlepas dari kebudayaan manusia. Rasanya tidak pernah kedaluwarsa untuk selalu
mengaitkan konsep tamansiswa dalam pendidikan, KEBUDAYAAN sebagai buah budi dan hasil
perjuangan manusia untuk mengatasi segala rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dalam hidupnya bersama, yang
bersifat tertib dan damai pada umumnya, Pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang bermaksud
memberi tuntunan di dalam hidup tum-buhnya jiwa raga anak-anak, dengan jiwa KEBANGSAAN
karena kesamaan dasar: Pancasila.
Pada era tahun 80an sering djumpai anak-anak bermain diluar rumah berinteraksi dengan kawan
sebayanya dengan asyiknya bermain permainan tradisional yang sarat dengan pesan kejujuran,
gotong royong, percaya diri, dan amanah. Suasana tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan mental
anak yang harus ditananamkan nilai-nilai moral. Dominasi interaksi dengan gadget-nya bisa
memunculkan sikap anti sosial dan kurang percaya diri. Dicirikan dengan banyak mengurung diri
dalam kamar karena asyik dengan handphone dan game online. Akibatnya dapat menggerus nilai
kepekaan sosial, kepedulian,dan empati pada sesama.
Karakter egoisme dan keras kepala bisa merasuki anak jika terlalu sering berinteraksi dengan game
online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game favorit anak, tentunya hal itu
secara tak sadar anak akan meniru aksi pada game dan mengaplikasikannya pada dunia nyata saat
bergaul dengan teman dan keluarganya.
Anak memelukan pendampingan ekstra (parenting) dari orang tua agar terhindar dari isu-isu yang
dapat menyesatkan anak. Pendidikan dan penerapan agama dalam keluarga memegang peranan
penting dalam parenting immun. Seperti meberlakukan waktu beribadah, waktu belajar, dan waktu
santai secara proporsional. Dalam hal ini orang tua disini harus tegas bila mengenai pendidikan
agama atau akidah anak dan tak bisa ditolelir bila anak menolak misalnya untuk mengaji dan
beribadah.
Penanaman pendidikan akidah dan akhlak harus disertai contoh konkret yang bisa mereka saksikan
dan masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional.
Melalui pengalaman yang utuh melalui pengamatan, mendapat penjelasan, dan mengalaminya maka
menjadi mudah dalam menanamkan nilai akhlak dan karakter. Orang tua adalah tokoh idola
dikeluarga sosok pahlawan yang penuh kasih sayang. Dengan demikian upaya untuk menghasilkan
generasi emas akan dengan mudah dilaksanakan.
V. DAFTAR RUJUKAN

1. Hand Out Mata Kuliah Landasan Pendidikan, Drs. Babang Robandi, M.Pd., Program Akta
Mengajar Iv Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2005
2. makalah Manusia Dan Peradaban, Universitas Pgri Adi Buana Surabaya, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2014
3. Hakikat Manusia, makalah Universitas Islam Indonesia, yogyakarta, 2014
4. Makalah seminar Era Digital dan Tantangannya, Wawan Setiawan Universitas Pendidikan
Indonesia, 2017

Anda mungkin juga menyukai