Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan memenuhi Laporan Mata Kuliah Perencanaan Perdesaan
dengan judul “Profil dan Rencana Desa Padas, Kecam atan Tanon, Kabupaten Sragen”.
Laporan ini diselesaikan dengan sebaik-baiknya serta dalam penyusunannya m elibatkan
bantuan dari berbagaipihak. Oleh karena itu, sudah sebaiknya kami mengucapkan terim akasih
kepada segenap pihak yang telah berperan dalam penyusunan Laporan Akhir ini. Kami
mengucapkan terima kasih kepada, Ibu Dosen Ir. Hj. Eppy Yuliani, MT sebagai dosen
koordinator mata kuliah Perencanaan Pedesaan yang sudah memberikan materi dan ilmu terkait
perencanaan pedesaan.
Besar harapan kami Profil dan Rencana Desa Padas ini agar dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat menjadi motivasi kami untuk menyusun
Profil dan Rencana Desa yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
PENULIS
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 6
3
2.2 Prasarana ......................................................................................................................... 26
2.2.3 Drainase.................................................................................................................... 31
4
3.1 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 ........................................................................ 64
3.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 ............................................ 66
6.2 Rekomendasi................................................................................................................... 89
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Padas merupakan desa yang berada di Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen.
Desa Padas memiliki luas wilayah 30,76 km2 dan didominasi oleh lahan pertanian seluas 20,7
km2. Berdasarkan data demografi penduduk diketahui bahwa mata pencaharian penduduk
didominasi oleh buruh tani dan petani. Sehingga 85% penduduk Desa Padas bermata
pencaharian sebagai petani yang artinya ekonomi penduduk berasal dari aktivitas pertanian
yang ada. Namun, karena jenis pertanian yang ada di Desa Padas merupakan lahan pertanian
tadah hujan menyebabkan penduduk seringkali menghadapi permasalahan kesulitan air disaat
musim kemarau. Karena tidak adanya salurn irigasi penduduk desa membangun sumur sibel
untuk mengatasi permasalahan pengaliran air, namun strategi tersebut memakan biaya yang
besar. Selain permasalahan ketersediaan air, terdapat beberapa permasalahan lain yaitu
minimnya bantuan subsidi pemerintah dalam penyaluran bibit, pupuk, pestisida, dan material
pertanian lainnya sehingga penduduk tidak jarang memilih untuk meminjam kepada tengkulak.
Hal tersebut semakin menyulitkan kondisi petani karena keuntungan yang didapat semakin
sedikit.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang diharapkan menjadi salah satu solusi untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat desa tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan data
survey yang telah dilakukan, dijelaskan bahwa BUMDes Desa Padas saat ini tidak berjalan
sebagaimana mestinya atau vacuum. Oleh karena itu, perangkat desa mulai merencanakan
sebuah program pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan dana BUMDes yang setiap
tahun turun bersamaan dengan dana desa. Adapun program yang dijalankan yaitu Budidaya
Ikan Air Tawar. Dimana pihak desa telah menganggarkan dana sebesar Rp 28.000.000,- ( Dua
Puluh Delapan Juta Rupiah) dari dana BUMDes untuk pemodalan awal program tersebut.
Dikatakan dalam permulaan usaha budidaya telah berhasil mendapatkan keuntungan sesuai
yang diharapkan. Namun program dirasa belum menjangkau masayarakat awam desa dan
hanya sedikit yang mengetahui. Budidaya ikan air tawar adalah suatu usaha yang baru
dikalangan masyarakat desa, sehingga aktivitas sosialisai dan promosi program sangat
dibutuhkan. Oleh karena itu, program perlu dikembangkan menjangkau seluruh masyarakat
karena diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif yang efektif dan efisien untuk melepaskan
banyak masyarakat dari jerat kemiskinan.
6
1.2 Tujuan dan Sasaran
Agar proses pengembangan program usaha budidaya ikan air tawar dapat benar-
benar dirasakan oleh banyak masyarakat maka perlu disusun tujuan dan sasaran sebagai
berikut:
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini adalah: “Terwujudnya Desa Padas sebagai sentra
budidaya ikan air tawar yang berbasis pemberdayaan masyarakat untuk
pembangunan kualitas ekonomi desa yang berkelanjutan”.
1.2.2 Sasaran
Adapun sasaran untuk mencapai tujuan rencana pembangunan Desa Padas
adalah sebagai berikut:
• Melakukan sosialisasi dan promosi serta melakukan diskusi rutin antara
pemerintah dan masyarakat desa sebagai langkah awal mengembangkan
program pemberdayaan masyarakat.
• Mengoptimalkan fungsi BUMDes sebagai lembaga yang dapat menggerakkan
perekonomian desa.
• Meningkatkan kompetensi dan produktivitas masyarakat mengenai budidaya
ikan air tawar.
• Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung terciptanya sentra
budidaya ikan air tawar di Desa Padas.
1.3 Masalah
Desa Padas merupakan desa agropolitan dimana 85% penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Dimana 20,7 km2 Lahan pertanian mendominasi di wilayah Desa
Padas. Namun pertanian di Desa padas terlalu mengandalkan air hujan berkat sistem
pertaniannya adalah tadah hujan. Sehingga masyarakat petani akan kesusahan ketika musim
kemarau datang. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat terpaksa membuat sumur sibel untuk
pengairannya sehingga menambah beban biaya yang ditanggung petani. Dilain sisi minimnya
bantuan subsidi pemerintah dalam penyaluran bibit, pupuk, pestisida, dan material pertanian
lainnya semakin menambah sulit kondisi petani karena keuntungan yang didapat semakin
sedikit. Akibatnya pendapatan penduduk semakin berkurang dan mengakibatkan kemiskinan
pada masyarakat. Hal tersebut yang mendorong pemerintah desa membentuk suatu program
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dengan cara budidaya ikan air
tawar. Sejauh ini embrio usaha budidaya tersebut telah menunjukkan progres yang baik dimana
telah mencapai keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut menunjukkan
7
program tersebut berpotensi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengentaskan
kemiskinan. Namun sayangnya baru segelintir orang yang menikmati program tersebut karena
kurangnya sosialisasi. Oleh karena itu program budidaya ikan air tawar di Desa Padas perlu
dikembangkan. Sosialisasi dan pelatihan dari pihak desa ke masyarakat perlu ditingkatkan
mengingat banyak masyarakat awam yang masih belum paham mengenai konsep usaha
tersebut.
1.4 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
analisis SWOT dan analsiis kelembagaan (stakeholder). SWOT adalah metode yang dapat
dilakukan untuk melakukan evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu
hal. Metode SWOT dilakukan bertujuan untuk memperdalam pemahaman mengenai potensi,
permasalah serta sasaran yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah. Sementara
analisis kelembagaan terbagi menjadi dua metode yakni identifikasi stakeholder untuk
mengetahui stakeholder apa saja yang akan terlibat serta metode matrik analisis peran
stakeholder guna mengetahui tingkat kepentingan dan kewenangan setiap stakeholder.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang pembuatan dan tujuan
pembuatan Profil Desa Padas, Pada bab ini juga terdapat sasaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan dari penelitian ini.
BAB II Profil Desa dan Konstelasi Wilayah
Bab ini memberikan penjelasan secara detail mengenai karakteritik fisik dan nonfisik serta
konstelasi Desa Padas terhadap wilayah lain. Dalam bab ini karakteristik fisik dijelaskan dalam
aspek kndisi eksisting lokasi fisik dan lingkungan. Sementara karakteristik nonfisik Desa Padas
dijelaskan dalam tiga aspek yaitu kondisi eksisting lokasi fisik dan lingkungan, kependudukan,
sosial budaya serta kelembagaan dan potensi ekonomi.
BAB III Dasar Kebijakan dan Referensi Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar kebijakan/peraturan dan referensi pustaka yang
digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini dibagi kedalam lima aspek penjelasan yakni
penjelasan mengenai Undang-undang Penataan Ruang, Undang-undang Desa, Peraturan
Daerah, PERMENDAGRI dan RTRW.
8
BAB IV Analisis Potensi dan Masalah
Bab ini membahas mengenai analisis potensi dan permasalahan yang terdapat di Desa Padas.
Analisis yang digunakan dalam bab ini adalah analisis SWOT.
BAB V Rencana Program Pembangunan Desa
Bab ini dijelaskan mengenai rencana program pembangunan di Desa Padas. Dalam Bab ini
dibagi kedalam empat subbab yakni rencana program, tahap pelaksanaan, keterlibatan
stakeholder dan penganggaran.
BAB 2
PROFIL DESA PADAS
2.1 Kondisis Eksisting Lokasi Fisik dan Lingkungan
A. Aspek Fisik Alam
Aspek fisik alam membahas tentang segala aspek yang berkaitan dengan
topografi, jenis tanah, jenis batuan, geologi, morfologi, klimatologi, hidrologi,
hidrogeologi dan rawan bencana di Kawasan Perkotaan Boja. Berikut ini merupakan
penjabaran mengenai rincian dari tiap bahasan tersebut:
2.1.1 Topografi
Tingkat kemiringan lereng merupakan salah satu bentuk permukaan bumi yang
dimiliki oleh setiap daerah. Biasanya, tingkat kemiringan lereng dituliskan dalam
bentuk persen. Menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam
(Jurnal Teknik Pomits, 2013), kemiringan lereng terbagi menjadi beberapa kelas
diantaranya yaitu datar (0 - 8%), landai (8 – 15%), agak curam (15 – 25%), curam (25
– 45%), dan sangat curam (≥45%). Desa Padas merupakan wilayah yang memiliki
tingkat kelerengan sebesar 0 – 8 %. Tingkat kelerengan dengan range 0 – 8 %,
menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki kondisi yang datar dan tidak curam.
Tingkat kelerengan yang datar tersebut memberikan keuntungan bagi Desa Padas
sendiri. Dengan kondisi wilayah yang datar mobilitas penduduk maupun barang dan
jasa akan lebih mudah dilakukan. Hal itu juga sejalan dengan kedudukan Desa Padas,
Kabupaten Sragen yang memang terletak pada dataran rendah.
2.1.2 Jenis Tanah
Jenis tanah yang menyusun Desa Padas sendiri ialah jenis tanah litosol. Jenis
tanah ini merupakan tanah dangkal yang pada umumnya dijumpai di batuan yang kukuh
9
sampai pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah (Subardja dkk, 2016). Litosol
merupakan tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang relatif rendah. Kondisi
tersebut bukan merupakan tipe tanah yang subur, sehingga tidak semua jenis tanaman
dapat ditanam pada jenis tanah latosol. Namun, tanah litosol sendiri baik dan cocok
untuk kegiatan pertanian jagung. Oleh karena itu, di Desa Padas jagung merupakan
tanaman pangan yang cukup banyak jumlahnya selain padi.
2.1.3 Morfologi
Morfologi di desa Padas seluruhnya berupa dataran landai. Morfologi
merupakan bentuk permukaan bumi atau bentuk rupa bumi yang memiliki berbagai
macam tipe. Kawasan yang memiliki morfologi landai atau datar berpotensi untuk
pembangunan dan permukiman. Pada morfologi yang landai pastinya tidak terdapat
perbukitan yang mana potensi rawan bencana seperti tanah longsor dan gerakan tanah
rendah. Hal ini sejalan dengan kondisi eksisting yang ada di Desa Padas, yang mana
sangat minim akan rawan bencana. Kemudian, morfologi yang landai ini akan
memudahkan bagi saluran irigasi pertanian.
2.1.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan data yang menunjukan kondisi iklim dan cuaca suatu
tempat yang berbeda-beda, curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang ada
disuatu tmpat yang memiliki kondisi datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Kondisi klimatologi Desa Padas memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar
19-31oC. Curah hujan memiliki satuan milimeter yang artinya dalam luasan 1 meter
persegi pada suatu tempat datar, tertampung air setinggi 1 milimeter atau sebanyak 1
liter. Di desa padas sendiri memiliki curah hujan 3000 mm/tahun dengan hari hujan
dibawah 150 hari per tahun.
2.1.5 Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya distribusi dan
pergerakan air, yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan bumi, serta
membahas tentang reaksi sifat fisika maupun kimia air bagi kehidupan dan lingkungan
(Marta dan Adidarma, 1983). Kabupaten Sragen memiliki dua DAS atau Daerah Aliran
Sungai, yaitu DAS Bengawan Solo dan DAS Serang. Desa Padas sendiri dialiri oleh
DAS Bengawan Solo. Daerah aliran sungai ini merupakan yang terbesar di Kabupaten
Sragen. Sebagian besar wilayah yang berada di Kabupaten Sragen dialiri oleh DAS
Bengawan Solo.
10
2.1.6 Rawan Bencana
Desa Padas, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen termasuk dalam dataran
rendah yang pada umumnya terdapat bencana banjir. Namun, untuk kondisi saat ini
bencana tersebut sudah ditangani dengan dibangunnya jalan yang lebih tinggi. Hal
tersebut diharapkan akan dapat memudahkan masyarakat Desa Padas untuk beraktivitas
dalam kehidupan sehari-hari selama musim hujan. Hampir seluruh jalan desa Padas
sudah ditinggikan dengan perkerasan berupa beton. Namun, tidak menutup
kemungkinan berpotensi tergenang apabila masyarakat tidak dapat menjaga drainase
dan membuang sampah sembarangan.
11
Sumber : Peta Digital RTRW Kab. Sragen, 2011-2031
12
Sumber : Peta Digital RTRW Kab. Sragen, 2011-2031
Gambar 2.2 Peta Topografi Desa Padas
13
Sumber : Peta Digital RTRW Kab. Sragen, 2011-2031
Gambar 2.3 Peta Morfologi Desa Padas
14
Sumber : Peta Digital RTRW Kab. Sragen, 2011-2031
Gambar 2.4 Peta DAS Desa Padas
15
B. Fasilitas Desa
Fasilitas merupakan sarana yang ada dalam lingkungan sekitar masyarakat yang digunakan
untuk penyelenggaraan dan penunjang kegiata sosial, budaya, ekonomi dan lainnya.
Ketersediaan fasilitas digunakan masyarakat yang diharapkan dapat menjadi wadah
masyarakat dalam berinteraksi sehari-hari dan menjadi wadah untuk memberikan kehidupan
yang lebih baik melalu fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya. Berikut merupakan fasilitas
yang ada di Desa Padas:
2.1.7 Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan sarana yang dapat digunakan bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan formal dan informal, dan pendidikan tinggi. Adanya
sarana pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup
masyarakat yang lebih baik. Penyediaan fasilitas pendidikan dengan menyediakan ruang
belajar bagi siswa untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta
sikap secara optimal.
Tabel 2.1 Fasilitas Pendidikan Desa Padas
Fasilitas
No. Nama Lokasi/Dukuh
Pendidikan
1 TK TK Pertiwi 1 Padas Kricak
SD Negeri 1 Padas Padas
2 Sekolah Dasar
SD Negeri 2 Padas Kricak
Madrasah Diniyah Miftahul Falah Jumeneng
TPQ/TPA Riyadlul Asna Dadapan
3 Sekolah Agama
Madrasah Nurul Huda Jumeneng
Pondok Pesantren Al-Falah Jumeneng
Sumber: Observasi Kelompok, 2019
Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Padas tersedia ruang belajar ditingkat TK,
Sekolah Dasar dan Sekolah Agama, dilingkup desa pengadaan fasilitas pendidikan dengan
jumlah penduduk lebih dari 1.600 terdapat taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Di Desa
Padas sudah memiliki 1 unit TK yaitu TK Pertiwi 1 Padas dan 2 unit SD yaitu SD Negeri
1 Padas dan SD Negeri 2 Padas. Lokasi fasilitas pendidikan ini berada di Dukuh Kricak
untuk TK Pertiwi 1 Padas dan SD Negeri 2 Padas yang bangunanya tergabung menjadi 1.
16
2.1.8 Kesehatan
Berdasarkan penyelenggaraan kesehatan untuk memelihara kesehatan disuatu desa,
sesuai dengan Departemen Kesehatan RI Tahun 2009 tentang kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan secara bersama-sama untuk memelihara kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan, untuk perorangan, keluarga,
kelompok atau masyarakat. Dengan demikian, penyediaan fasilitas kesehatan sebagai
tempat penyelenggaraan kegiatan kesehatan untuk masyarakat perlu disediakan dengan
baik, penyediaan fasilitas dapat meminimalisir kehilangan nyawa atau cacat fisik akibat
tidak adanya atau kurangnya fasilitas kesehatan disuatu daerah. Pelayanan kesehatan yang
ada di Desa Padas pada tahun 2019 yaitu :
Di Desa Padas fasilitas kesehatan sudah cukup baik, adanya 1 posyandu ditiap
kabayanan diharapkan mampu melayani semua masyarakat di Desa Padas. Fasilitas di Desa
Padas terdiri dari 3 unit Posyandu, 1 unit PKD dan 1 bidan. Walaupun tidak memiliki
puskesmas atau puskesmas pembantu, adanya kegiatan posyandu yang rutin dilaksanakan
di Desa Padas kerap membantu mengatasi masalah kesehatan masyarakat Desa Padas.
Seperti kegiatan cek jentik-jentik yang dilakukan oleh anggota posyandu setiap hari jumat
secara bergilir untuk memeriksa adanya jentik-jentik nyamuk wabah DBD disetiap rumah
warga. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang baik untuk mengatasi adanya wabah
DBD di Desa Padas.
17
2.1.9 Peribadatan
Berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2011 peribadatan merupakan peruntukan ruang
yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung
sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah
penduduk. Adanya fasilitas peribadatan untuk menggisi kebutuhan rohani bagi masyarakat
dan juga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk beribadah dan menyelenggarakan
kegiatan keagamaan. Berikut merupakan fasilitas peribadatan yang ada di Desa Padas:
Tabel 2.3 Fasilitas Peribadatan Desa Padas
Fasilitas
No Jumlah
Peribadatan
1 Masjid 7
2 Mushola 5
3 Gereja 1
Total 13
Sumber: Observasi Kelompok, 2019
Fasilitas peribadatan di Desa Padas terbilang baik, Desa Padas memiliki 7 unit masjid,
5 mushola dan 1 gereja. Masjid dan mushola tersebar dimasing-masing RT memiliki 1 unit
masjid dan 1 unit mushola. Fasilitas peribadatan gereja berada di RT 17 Dukuh Padas.
Penyediaan fasilitas peribadatan di Desa Padas dipandang sudah memenuhi kebutuhan
kegiatan keagamaan untuk beribadah maupun menyelenggaran kegiatan agama oleh
masyarakat di Desa Padas.
2.1.10 Pemerintahan
Desa Padas memiliki fasilitas pemerintahan berupa 1 unit Balai Desa yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat penyelenggaraan atau melangsungkan kegiatan.
Kegiatan yang kerap dilakukan masyarakat seperti, rapat kepemerintahan Desa Padas,
penyelenggaraan pemilu, melangsungkan kegiatan kebudayaan dan lainnya. Dengan
adanya fasilitas berupa balai desa, kegiatan masyarkat di Desa Padas terfasilitasi dengan
baik. Berikut merupakan fasilitas pemerintahan yang ada di Desa Padas:
18
Kantor Kepala Desa Padas
19
ditiap RT memudahkan masyarakat untuk membeli keperluan sehari-hari tanpa harus
membeli ke pasar. Berikut merupakan tabel jumlah toko/warung dan penyediaan jasa di
Desa Padas:
Fasilitas Perdagangan
No. Jumlah
dan Jasa
1 Toko/Warung 33
2 Penjahit 3
3 Sanggar Rias 1
4 Salon 1
5 Toko Pertanian 2
6 Variasi Jok Mobil 1
7 Reparasi Elektronik 1
8 Laundry 1
Jumlah 43
Sumber: Observasi Kelompok, 2019
Gambar 2.6 Fasilitas Perdangan dan Jasa Desa Padas
20
Sumber: Obeservasi Kelompok, 2019
Gambar 2.7Peta Sarana Pendidikan Desa Padas
21
Sumber: Obeservasi Kelompok, 2019
22
Sumber: Obeservasi Kelompok, 2019
Gambar 2.9 Peta Sarana Peribadatan Desa Padas
23
Sumber: Obeservasi Kelompok, 2019
Gambar 2.10 Peta Perdagangan dan Jasa Desa Padas
24
Sumber: Obeservasi Kelompok, 2019
Gambar 2.11 Peta RTH dan Olahraga Desa Padas
25
2.2 Prasarana
Prasarana merupakan jaringan yang menyatukan daerah satu ke daerah lainnya
sebaga penggerak kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya untuk melayani
masyarakat dan membentuk kesatuan wilayah. Adanya prasarana mampu
meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan kehidupan yang lebih baik.
2.2.1 Lingkungan
1. Penerangan Jalan
Penerangan jalan merupakan fasilitas publik yang termasuk bagian
bangunan jalan berupa lampu jalan. Penerangan jalan dibutuhkan masyarkat
untuk sumber cahaya saat malam hari, dan membantu masyarakat untuk
mengakses jalan di Desa Padas dengan lebih aman dan memudahkan pandangan
mata saat melintasi jalan. di Desa Padas penerangan jalan sudah baik, dimana
disetiap jalan lingkungan RT sudah dilengkapi lampu jalan di tiap-tiap rumah,
atau jarak 10-15 meter setiap ruas jalan sudah terdapat lampu jalan.
26
2. Jembatan
Fasilitas lingkungan berupa jembatan digunakan sebagai penghubung antar
daerah yang dipisahkan oleh aliran sungai. Jembatan di Desa Padas kurang lebih
memiliki 3 jembatan yang menghubungkan RT dengan RT lainnya. Kondisi jembatan
penghubung di Desa Padas sudah baik dengan perkerasan beton, jembatan kokoh dan
tidak terdapat lubang di atas jembatannya sendiri. Ke-tiga jembatan di Desa Padas juga
sudah dilengkapi dengan pembatas jembatan di kanan kiri jembatan.
27
Sumber: Dokumentasi, 2019
Gambar 2.14 Prasarana Pos Keamanan Desa Padas
2.2.2 Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan prasarana yang melengkapi prasarana transportasi,
jaringan jalan penting dalam meningkatkan kegiatan perekonomian, pendidikan,
dan sosial budaya masyarkat. Kegiatan sehari-hari masyarakat tidak akan lepas dari
jaringan jalan untuk menuju ke tempat tujuan. Permasalahan jalan rusak kerap
sekali menjadi masalah umum di Indonesia, berbagai faktor penyebab rusaknya
jalan seperti geografis wilayah tersebut, kendaraan yang melintas, curah hujan dan
lainnya. Menurut UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, yang dimaksud dengan
jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel. Di Desa Padas jaringan jalan memiliki kondisi yang
cukup baik di kelas jalan lingkungan, dimana jaringan jalan sudah dilengkapi
dengan bangunan jalan seperti lampu jalan dan drainase. Tetapi jalan lokal dan di
jalan penghubung antar dukuh yang berada di depan balai desa padas tidak
28
dilengkapi kedua bangunan jalan tersebut. berikut merupakan geometri jalan dari
sampel beberapa RT di Desa Padas:
Tabel 2.4 Geometri Jalan di Desa Padas
Titik Koordinat Kelas Jenis Lebar Lebar
No RT Dokumentasi
x y Jalan Perkerasan Jalan Bahu
Dari hasil observasi prasarana dengan metode pengukuran, dan dokumentasi jaringan
jalan dapat dilakukan sebagai bahan penampang melintang jalan di Desa Padas. Penampang
melintang dibuat berdasarkan tabel diatas, untuk melihat perbedaan dari bangunan jalan
dimasing-masing jalan yang ada di Desa Padas. Berikut merupakan penampang melintang Desa
Padas:
29
Sumber: Observasi Prasarana, 2019
Gambar 2.15 Penampang Melintang Jalan di Desa Padas
Berdasarkan penampang melintang jalan di Desa Padas sepenuhnya sudah
baik, dari ukuran, kondisi dan bangunan pelengkap jalan. Berdasarkan ukuran masing-
masing sudah sesuai dengan ukurang jaringan jalan lingkungan yaitu 2-3 meter. Jalan
di Desa Padas dilalui dua arah tidak terbagi dan tidak ada pembatan lajur secara fisik.
Lampu penerangan jalan juga dilengkapi dengan cukup baik, hanya saja ada beberapa
jalan penghubung yang tidak dilengkapi penerangan jalan.
30
2.2.3 Drainase
Jaringan drainase di Desa Padas memiliki tipe drainase yang hampir semuanya
drainase terbuka. Drainase di Desa Padas terdapat disetiap jalan lingkungan, berada
di kanan kiri jalan, dengan kondisi yang cukup baik. Ketika musim kemarau,
drainase kering tetap tidak ada sampah di drainase tersebut. Drainase di Desa Padas
tidak dimanfaatkan sebagai aliran air limbah rumah tangga, hanya dimanfaatkan
sebagai penampung air hujan agar tidak meluap sampai jalan. tetapi, pada jalan
penghubung antar dukuh tidak terdapat drainase dikanan kiri jalan, sehingga apabila
musim hujan air akan menggenangi jalan dan mengakibatkan jalan mudah rusak.
31
Tabel 2.5 Geometri Jaringan Drainase Desa Padas
Titik Koordinat Jenis Dimensi
No. RT Dokumentasi
x y Drainase Lebar Dalam
-
1 1 11.093.556 Terbuka 30 20
739.719
-
2 2 11.093.627 Terbuka 25 20
739.504
-
3 12 11.092.464 Terbuka 37 20
739.129
-
4 10 11092541 Terbuka 35 30
738858
2.2.4 Persampahan
Sampah merupakan hasil limbah dari sisa-sisa kegiatan sehari-hari masyarakat.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan sekitar, baik
pencemaran udara, tanah dan air, selain itu sampah dapat menyebabkan wabah
penyakit seperti DBD, tipus, diare dan lainnya. Pengelolaan sampah di permukiman
harus sangat diperhatikan untuk mengurangi risiko yang lebih besar.
Di Desa Padas pengolahan persampahan belum cukup baik, dikarenakan
sampah masyarakat masing-masing rumah masih dikelola dengan cara dibakar.
Tradisi masyarakat masih memanfaatkan pekerangan belakang rumah sebagai
32
tempat membakar dan menimbun sampah. Namun, di Desa Padas sudah cukup
banyak masyarakat yang membeli Bis Sampah atau bak sampah sebagai wadah
pembuangan sampah, walau setelah dikumpulkan sampah akan dibakar di bis
sampah tersebut.
33
Sumur Sibel Sumber Listrik untuk sibel
34
PDAM Sumur Gali
35
komposisi penduduk. Kemudian dalam pengendalian kuantitas penduduk berhubungan
dengan penetapan perkiraan juga berhubungan dengan jumlah, struktur, dan komposisi
penduduk. Komposisi penduduk yang akan dibahas mengenai jumlah penduduk menurut
jenis kelamin, jumlah penduduk menurut agam, jumlah penduduk menurut tingkat
pendidikan akhir, jumlah penduduk menurut mata pencaharian.
A. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Desa Padas merupakan salah satu desa yang secara administrasi termasuk dalam
wilayah Kecamatan Tanon, yang mana memiliki jumlah penduduk total sebanyak 3527
jiwa. Secara keseluruhan, penduduk Desa Padas didominasi oleh penduduk usia
produktif atau usia kerja. Berdasarkan piramida penduduk Desa Padas tahun 2017,
bentuk piramida penduduk Desa Padas cenderung mengecil menuju kelompok usia
lanjut. Bentuk tersebut menyerupai piramida penduduk tipe stationary. Piramida
penduduk tersebut membentuk tipe stationary karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor tersebut yaitu migrasi keluar, migrasi masuk, fertilitas, dan mortalitas.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Padas digolongkan sesuai
kelompok umur yang ditetapkan oleh bps. Kelompok umur dengan jumlah penduduk
tertinggi berada di kelompok umur 60+ tahun dengan jumlah 567 penduduk, merupakan
kelompok umur yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Pada kelompok umur 35-
39 dengan jumlah penduduk 334 merupakan kelompok umur terbanyak ke-dua setelah
kelompok umur 60+. Hal tersebut dapat disimpulkan penduduk di Desa Padas rata-rata
merupakan penduduk produktif.
Kelompok umur digunakan untuk melihat angka tenaga kerja dan usia produktif
dan non produktif disuatu daerah. Berdasarkan data diatas, di Desa Padas memiliki
penduduk dengan usia produktif yang tinggi. Dimana pada kelompok umur 19-64 tahun
yang merupakan usia produktif di Desa Padas memiliki jumlah yang cukup tinggi yaitu
sejumlah 2600 penduduk. Sedangkan kelompok umur non produktif yaitu 0-19 tahun
di Desa Padas sejumlah 817 penduduk. Berdasarkan data tersebut di Desa Padas lebih
banyak penduduk dengan usia produktif dibanding non produktif. Berikut merupakan
piramida penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur:
36
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
10-14
0-4
-6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0
Perempuan Laki-laki
37
Berdasarkan data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat ditentukan
Sex Ratio yang ada di Desa Padas. Sex ratio atau rasio jenis kelamin merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan
disuatu daerah tertentu. Sex ratio diperoleh dengan pengolahan data menggunakan
rumus dari data jumlah penduduk laki-laki dibagi jumlah penduduk perempuan
dikalikan 100, menghasilkan jumlah sex ratio didaerah tersebut. berikut merupakan sex
ratio di Desa Padas pada tahun 2011-2019:
160
143 143
140
120
100 100 99 97
95 94 94
100
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
38
pekerjaan. Dalam hal mata pencaharian penduduk Padas memiliki penduduk yang
didominasi oleh wiraswasta, dimana wiraswasta sendiri memiliki jumlah 974 jiwa.
Perkerja wiraswasta tersebut berasal dari berbagai sektor, baik dari sektor pertanian,
industri rumah tangga, maupun usaha-usaha yang lain. Wiraswasta paling banyak
berasal dari masyarakat RT 09. Disisi lain, penduduk Desa Padas juga banyak yang
masih duduk sebagai pelajar, yaitu sebanyak 594 pelajar.
Pertanian yang menjadi sektor unggulan bagi Desa Padas juga didukung dengan
adanya sumber daya manusia yang bergerak dibidang tersebut. Hal itu dapat dilihat dari
banyaknya sumber daya manusia Desa Padas yang bekerja sebagai petani/pekebun,
yaitu sebanyak 514 petani/pekebun. Selain itu, mata pencaharian swasta juga banyak
ditekuni oleh masyarakat Desa Padas. Mata pencaharian swasta sendiri dapat diartikan
kedalam berbagai bentuk pekerjaan, salah satunya ialah sebagai buruh tani. Dimana
masyarakat yang bekerja pada bidang pertanian tetapi tidak memiliki cukup lahan akan
bekerja sebagai buruh kepada petani yang memiliki lahan. Selain itu, swasta juga dapat
diartikan sebagai masyarakat yang bekerja pada pemilik suatu usaha atau wiraswasta
39
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Padas
Sumber: Data Primer Desa Padas, 2019
RT
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Wiraswasta 46 53 28 35 79 63 61 99 52 54 40 42 41 40 52 51 43 47 48 974
2 Pelajar/Mahasiswa 20 45 18 25 41 34 29 57 28 37 24 32 30 40 23 34 34 28 15 594
3 Belum/Tidak Bekerja 38 55 13 21 39 38 44 47 24 36 23 29 28 31 29 28 14 23 24 584
4 Pedagang 1 1 0 0 0 0 0 0 2 1 2 0 0 0 1 1 1 2 2 14
5 Petani/Pekebun 17 32 32 20 36 39 32 73 34 25 21 29 21 19 10 27 12 23 12 514
6 Karyawan Swasta 3 10 4 0 5 3 4 7 4 3 5 3 8 4 9 7 1 6 6 92
Mengurus Rumah
7 3 7 2 2 6 5 1 5 2 3 2 2 1 8 3 9 1 3 2 67
Tangga
8 Pamong Desa 1 1 0 0 0 1 1 2 0 1 0 2 0 2 0 0 2 0 13
9 Buruh Harian Lepas 1 3 1 0 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 15
10 Buruh Tani 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
11 PNS 1 2 0 0 0 0 0 3 1 7 1 3 1 1 1 1 0 1 4 27
12 Swasta 43 42 17 25 53 36 40 22 25 24 10 25 17 39 22 39 6 45 22 552
13 Pensiunan 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 1 1 2 2 1 1 1 2 15
14 Buruh Pasar 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
15 Guru 0 1 0 0 0 1 0 0 1 2 0 1 3 0 0 0 0 0 0 9
16 Kepolisian RI 0 1 0 0 0 1 2 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 1 0 8
17 Tukang Kayu 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
18 Peternak 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
19 Veteran 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 Tukang Jahit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 Seniman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 Bidang Transportasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
23 Karyawan BUMD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
24 Konstruksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
25 Tokoh Agama 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
26 TNI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
27 Lainnya 1 0 0 1 3 5 1 0 1 2 2 5 1 1 6 0 1 1 1 32
Jumlah 176 255 115 133 264 229 215 318 175 196 133 176 155 189 158 198 116 184 142 3527
40
D. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap ekonomi
masyarakat. Pendidikan yang ditempuh oleh masing-masing individu dapat berbeda satu
dengan yang lainnya. Hal tersebut banyak dipengaruhi oleh keadaan maupun kemmpuan
ekonomi dari masing-masing individu. Selain itu pendidikan juga berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia sendiri. Melalui pendidikan masyarakat menjadi teredukasi dan
juga menjadi individu yang terpelajar.
Desa Padas memiliki penduduk yang berlatar belakang pendidikan berbeda-beda.
Masyarakat Desa Padas banyak memiliki latar belakang tamatan SD/sederajat, hal tersebut
ditunjukan oleh data masyarakat berpendidikan terakhir tamat SD yaitu sebanyak 1017
penduduk. Tetapi penduduk Desa Padas sendiri telah memiliki sumber daya manusia yang
telah memiliki latar belakang tamatan sarjana/diploma IV, yaitu sebanyak 64 jiwa. Latar
belakang pendidikan yang menjadi pendidikan terkahir terbanyak kedua masyarakat Desa
Padas ialah tamatan SLTP dengan jumlah 752 jiwa. Sementara jenjang diatasnya yaitu tamatan
SLTA memiliki jumlah 683 jiwa.
Sumber: BPS Kecamatan Tanon, 2019
42
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐧𝐝𝐮𝐝𝐮𝐤 (𝐣𝐢𝐰𝐚)
Kepadatan Penduduk = 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐖𝐢𝐥𝐚𝐲𝐚𝐡 (𝐤𝐦𝟐)
𝟑𝟓𝟐𝟕
= 𝟓𝟓.𝟐𝟓𝟎𝟑𝟖𝟓
Dari hasil perhitungan kepadatan penduduk dengan luas wilayah 55.250385 km2 dan
jumlah penduduk 3527 jiwa, di Desa Padas menghasilkan angka kepadatan penduduk 63
jiwa/km2. Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan penduduk tersebut, berdasar klasifikasi
kepadatan penduduk menurut Undang-undang Nomor: 56/PRP/1960 membagi empat
klasifikasi kepadatan penduduk, yaitu pada range antara 51 – 250 jiwa/ km2; kurang padat.
Dapat disimpulkan di Desa Padas dengan nilai kepadatan penduduk sebesar 63 jiwa/km2
termasuk dalam klasifikasi kepadatan kurang padat. Hal itu sesuai dengan kondisi eksisting
yang ada, jarak antara bangunan dengan bangunan yang lainnya tidak berdempetan dan banyak
lahan kosong.
2.3.3 Permasalahan Kependudukan
Tingginya angka migrasi penduduk usia muda dan rendahnya minat untuk terus
bekerja di sektor pertanian. Desa Padas mengalami Aging Population. Tingginya angka
migrasi oleh penduduk usia muda menyebabkan Desa Padas kehilangan jumlah usia produktif
yang sangat dibutuhkan untuk proses pembangunan desa. Selain itu, rendahnya minat bekerja
di sektor pertanian akan menyebabkan semakin menurunnya kontribusi sektor pertanian pada
perekonomian desa.
Rendahnya pendidikan masyarakat dan jumlah sarana pendidikan serta akses yang
jauh dan sulit untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat menyebabkan masyarakat sulit berkembang dan melakukan inovasi
untuk kemajuan dirinya sendiri. Sehingga, masyarakat dengan pendidikan akhir SD dan SMP
rata-rata bekerja sebagai buruh tani maupun buruh pabrik atau buruh angkut di pasar.
Jauh dan sulitnya akses untuk mendapatkan pelayanan pendidikan tingkat lanjut yang
berkualitas seperti (SMP dan SMA) menyebabkan banyak orang tua memilih untuk tidak
menyekolahkan anaknya atau hanya di sekolahkan di sekolah yang biasa-biasa saja.
43
Masyarakat tidak responsif dan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pembangunan.
Berdasarkan data kependudukan Desa Padas diketahui bahwa tingkat pendidikan
masyarakat didominasi oleh lulusan SD yaitu sebanyak 1.017 jiwa dan tidak sekolah yaitu
sebanyak 711 dari total 3.527 jiwa penduduk Desa Padas. Ditinjau dari data jenis pekerjaan,
85% masyarakat merupakan pekerja sektor informal seperti buruh tani, petani, buruh pasar,
pedagang di pasar, peternak dan lainnya.
2.4 Potensi Ekonomi dan Permasalahannya
2.4.1 Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura
Tanaman pangan yang diproduksi di Desa Padas berasal dari tiga komoditas utama
yang mengalami panen setiap tahunnya, yaitu padi sawah, jagung, dan kacang tanah.
Berdasarkan data yang ada, ketiga tanaman pangan tersebut mengalami perubahan jumlah
panen setiap tahunnya. Pada tahun 2009, terdapat 41.000 kuintal padi sawah yang diproduksi
di Desa Padas. Puncak tertinggi produksi padi sawah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar
44.520 kuintal. Namun, sejak tahun 2015 hingga 2017 terus mengalami penurunan dengan
jumlah hasil panen terakhir yaitu sejumlah 33.950 kuintal.
Produksi jagung tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 14.475 kuintal. Namun,
mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi seberat 13.920 kuintal. Pada tahun 2015
hingga 2016 mengalami kestabilan produksi, hingga pada tahun 2017 kembali mengalami
penurunan menjadi 7.710 kuintal. Berbeda dengan jagung dan padi sawah, puncak produksi
tertinggi kacang tanah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 5.724 kuintal. Namun, setelah
tahun 2012 produksi kacang tanah terus mengalami penurunan hingga tahun 2017 dengan
jumlah produksi terakhir sebesar 543 kuintal.
44
50000
45000
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Padi Sawah 41000 42579 43548 44520 41748 41748 33950
Jagung 9600 10476 6693 14475 13920 13920 7710
Kacang Tanah 5400 5724 2.376 926 870 870 543
Gambar 2.23 Sawah dan Hasil Produksi Bawang Merah Desa Padas
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Cabe 2000 260 225 234 390 390 390
Mangga 1695 1695 1715 1715 742 742 1357
Jeruk Gulung 26 26 25 25 25 25 42
Jambu Air 6 6 32 32 104 32 83
Belimbing 313 313 313 36 36 36 43
46
Sumber: Dokumentasi, 2019
Gambar 2.25 Sawah dan Hasil Produksi Bawang Merah Desa Padas
2.4.2 Luas Lahan dan Rata-Rata Produktivitas
Produksitivitas komoditas-komoditas dapat diketahui dengan melihat luas lahan
produksi dan juga hasil produksi dari komoditas itu sendiri. Komoditas yang banyak
diproduksi di Desa Padas sendiri berasal dari tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang
merah, serta holtikultura seperti bawang merah. Pada kurun waktu lima tahun terakhir
produksi pertanian paling banyak berasal dari produksi padi, dimana rata-rata produksi padi
yang dihasilkan selama lima tahun ialah 3948 ton. Sedangkan rata-rata produktivitas padi pada
kurun waktu lima tahun terkahir ialah 84 kuintal/ha. Hal itu menunjukan bahwa setiap hektar
lading padi dapat menghasilak 84 kuintal padi. Dilain sisi, produksi bawang merah merupakan
komoditas dengan rata-rata produksi paling rendah, yaitu hanya sebesar 9,2 ton, sementara itu
produktivitas bawang merah sendiri merupakan produktivitas paling tinggi yaitu mencapaik
92 kw/ha.
Tabel 2.9 Luas dan Produktivitas Pertanian Padas 5 Tahun Terakhir
47
Sumber: Dinas Pertanian Kecamatan Tanon, 2019
100
90
80
Produktivitas (Kw/Ha)
70
60
50
40
30
20
10
0
Padi Jagung Kacang Tanah Bawang Merah
Komoditas
49
Sumber: Kecamatan Tanon dalam Angka Tahun 2011-2017, 2011-2017
Gambar 2.27 Jumlah Hewan Ternak di Desa Padas Tahun 2011-2017
Unggas ternak juga merupakan komoditas peternakan yang berkembang di Desa
Padas. Ungga stersebut berupa ayam kampung, itik, itik manila, dan angsa. Jumlah unggas
ternak tersebut mengalami kenaikan dan juga penurunan dari tahun ke tahun, hal itu
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Unggas yang paling banyak dijadikan hewan ternak
yaitu ayam kampung. Pada tahun 2017 sendiri, jumlah ayam kampung mengalami penurunan
menjadi 1538 ekor. Dimana jumlah ayam kampung tertinggi diternak di Padas berada pada
tahun 2013, yaitu sebanyak 3295 ekor. Angsa merupakan jenis unggas yang jarang dijadikan
sebagai hewan ternak di Desa Padas. Pada tahun 2011 hingga tahun 2013, tidak terdapat angsa
yang dijadikan hewan ternak di Desa Padas. Namun, pada tahun 2014 angsa mulai dijadikan
hewan ternak oleh beberapa warga Desa Padas. Jumlah angsa tertinggi yang diternak ialaha
sebanyak 15 ekor dan pada tahun 2016. Namun, pada tahun 2017 mengalami penurunan
jumlah yaitu menjadi 13 ekor.
50
700
600
500
400
300
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Angsa 0 0 0 14 14 15 13
Itik Manila 65 170 450 54 74 179 45
itik 45 47 135 323 323 325 8
51
perkilogramnya mencapai Rp. 15.500,00. Sedangkan pada usaha ikan gurame memiliki masa
panen kurang lebih sampai dua bulan.
Faktor penghambat pada usaha ikan ini datang dari beberapa faktor, seperti adanya
penyakit yaitu penyakit jamur pada ikan gurame, kualitas air pada ikan lele, dan hewan pada
ikan nila, hewan tersebut berupa biawak. Selain itu, faktoryang paling berpengaruh ialah
cuaca, perubahan cuaca dapat menimbulkan penyakit pada ikan. Sedangkan harga jual hasil
panen dipengaruhi oleh musim, pada musim kemarau harga jual ikan cenderung akan turun.
Dalam usaha ternak ikan hal yang paling krusial ialah air, air untuk usaha ternak ikan sendiri
didapat dari sumur sibel yang dimiliki oleh masing-masing pengusaha ikan. Limbah yang
dihasilkan dari usaha ini dialirkan ke sawah, pengaliran limbah tersebut sendiri tidak
mengganggu aktivitas dari petani. Dukungan dari desa yang diberikan untuk usaha ikan ini
sendiri berasal dari desa yang disalurkan melalui BUMDES, tetapi tidak semua usaha ternak
ikan ini mendapat bantuan dari desa, seperti usaha ikan nila pada RT 03 tidak mendapatkan
bantuan dari desa. Sistem yang dijalankan dalam pembagian bantuan usaha oleh BUMDES
sendiri ialah menerapkan adanya bagi hasil bagi BUMDES dan pengusaha sendiri.
Modal yang diperlukan bagi pengembangan usaha ikan ini terbgai menjadi dua, yaitu
modal untuk pembuata kolam beserta perlengkapannya, pakan dan modal untuk pembelian
bibit sendiri. Modal yang dikeluarkan untuk pembuatan kolam mencapai Rp. 9.995.500,00,
yang digunakan dalam pengadaan rangka kolam, terpal, ember, pralon, serok ikan, upah
tukang, hingga plastic mulsa. Selain itu pada pengadaan bibit memiliki modal yang berbeda
tergantung dari jenis ikan yang akan dikembangkan. Contohnya pada pengadaan bibit ikan lele
memerlukan biaya hingga Rp. 2.113.000,00, yang digunakan dalam pembelian bibit lele
sebnayak 2000 ekor, kecambah, tetes tebu, pakan dan lain-lain. Sedangkan pada pembelian
bibit gurame beserta pakannya memerlukan biaya hingga Rp. 3.098.000,00, jumlah tersebut
digunaka dalam membeli 1,5 paket bibit, cacing, dan lain-lain.
52
Sumber: Dokumentasi, 2019
Gambar 2.29 Tambak Ikan Nila RT 03 Padas
2.4.6 Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM
Desa Padas memiliki beberapa UMKM yang bergerak dalam berbagi bidang, seperti
penjahit, usaha sound system, dan juga usaha sepatu. UMKM yang paling menonjol di Desa
Padas ini ialah usaha sepatu merk “Cardola”. Usaha ini telah berdiri sejak 27 tahun yang lalu
yang hanya bermula dari usaha kecil yang sekarang berkembang menjadi usaha yang cukup
maju. UMKM ini menghasilkan sepatu kantor bagi kaum pria dan juga wanita. Bahan baku
yang digunakan dalam usaha ini tentunya ialah kulit. Kulit yang merupakan bahan dasar utama
dari produksi sepatu ini didapatkan dari Magetan. Dalam satu hari usaha ini dapat
menghasilkan hingga sepuluh pasang sapatu.
Sepatu merk “Cardola” ini dapat dihasilkan dengan melalui tahap pembuatan yang berupa
penggambaran desain, pemotongan pola desain, proses pengeleman, proses penjahitan, dan
proses pencetakan, yang semuanya dilakukan secara manual. Dalam proses pembuatan sepatu
sendiri, yangmana dilakukan secara manual dibutuhkan tenaga kerja yang berjumlah delapan
tenaga. Delapan tenaga kerja tersebut berasal dari macam-macam daerah, baik itu penduduk
local Sragen maupun penduduk luar Sragen. Pekerja tersebut berasal dari Magetan, Solo,
Sumberlawang, Gabugan, dan juga Jono. Hasil usaha ini didistribusikan di luar Pulau Jawa
dengan melalui pedagang keliling yang seringkali datang ke tempat usaha sepatu tersebut.
53
Selain itu, sepatu yang dihasilkan oleh usaha ini juga telah memasuki pasaran dari toko-toko
yang ada di Sragen, seperti di daerah Karangede dan Kacangan.
Masyarakat Desa Padas sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Hal tersebut
terbukti dari mata pencaharian masing-masing individu disana. Walaupun pada data yang
diperoleh jumlah petani/pekebun di Desa Padas hanya berkisar 514 petani/pekebun atau hanya
sekitar 15% dari jumlah total penduduk, tetapi sektor pertanian tetap menjadi sektor yang
paling banyak ditekuni oleh masyarakat di Padas. Hal itu dikarenakan pada jenis mata
pencaharian tertentu juga bergerak pada bidang pertanian. Pada kenyataannya di Desa Padas
sendiri masyarakat yang terdaftar bekerja sebagai wiraswasta dan juga swasta banyak bergerak
pada bidang pertanian juga, baik pertanian dengan memiliki lahan sendiri maupun menjadi
buruh tani. Wiraswasta sendiri menjadi mata pencaharian bagi 974 penduduk Desa Padas,
jumlah tersebut merupakan jumlah mata pencaharian paling dominan di Desa Padas.
55
Sumber: Dokumentasi, 2019
Gambar 2.31 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Padas Mayoritas Bekerja Pada Sektor
Pertanian
1200
1000
Jumlah (Jiwa)
800
600
400
200
0
56
berkurangnya mata pencaharian penduduk. BUMDES tidak berfungsi dan berjalan
sebagaimana mestinya. Dana Desa yang dialirkan ke BUMDES tidak digunakan dengan baik
dan rentan untuk disalahgunakan pada kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan dengan
penguatan ekonomi desa.
Ditinjau dari data jenis pekerjaan, 85% masyarakat merupakan pekerja sektor
informal seperti buruh tani, petani, buruh pasar, pedagang di pasar, peternak dan lainnya. Hasil
data kuisioner menunjukkan bahwa masyarakat juga tidak memiliki pendapatan tetap
perbulannya, rata-rata masyarakat menghasilkan yaitu kurang dari Rp 2.000.000,- (Dua Juta
Rupiah). Pendapatan yang tidak menentu disebabkan masyarakat hanya bergantung pada
kegiatan pertanian yang merupakan sawah tadah hujan. Kondisi ini diperparah oleh karakteristik
masyarakat yang enggan berpartisipasi aktif dalam program pemberdayaan yang disiapkan oleh
pemerintah desa. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat juga dipengaruhi oleh tata kelola
pemerintahan desa dan kelembagaan lainnya yang juga belum berfungsi optimal.
2.5 Sosial Budaya dan Kelembagaan
Sosial budaya merupakan aspek yang membahas mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan kegiatan sosial dan kebudayaan masyarakat. Kegiatan sosial tersebut dapat meliputi organisasi
masyarakat, bantuan, dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan kebudayaan merupakan kegiatan yang
sudah berupa tradisi yang berkembang diantara kalangan masyarakat pada suatu wilayah. Sebagai
makhluk sosial, kegiatan dalam aspek sosial dan budaya tersebut diperlukan dalam kehidupan
manusia. Berikut ini merupakan beberapa kegiatan mengenai aspek sosial budaya di Desa Padas:
1) Organisasi
Hasil wawancara yang telah dilakukan menunjukan bahwa pada Desa Padas terdapat
beberapa organisasi yang masih aktif. Organisasi tersebut antara lain yaitu PKK
(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Posyandu, dan Gapoktan atau gabungan kelompok
tani. PKK merupakan organisasi yang memberdayakan wanita untuk lebih terampil dan turut
serta dalam pembangunan Indonesia. Anggota PKK Desa Padas merupakan wanita yang
bertempat tinggal di Desa Padas. Adapun kegiatan atau program yang dilakukan oleh PKK
Desa Padas yaitu arisan yang dilaksanakan rutin.
Posyandu merupakan organisasi yang kepengurusannya berisi kader-kader posyandu
dan bidan Desa Padas. Kegiatan atau program yang dilakukan oleh posyandu antara lain yaitu
imunisasi dan cek kesehatan bayi yang dilaksanakan rutin setiap tanggal 19. Kegiatan
57
imunisasi tersebut meliputi cek kesehatan bayi, penimbangan berat badan, dan sosialisasi
kepada ibu-ibu Desa Padas. Selain itu, terdapat program PSN atau Pemberantasan Sarang
Nyamuk yang dilakukan setiap hari Jum’at. Kegiatan PSN meliputi pengecekan jentik-jentik
nyamuk yang berada di bak mandi, sumur, padasan, ember, dan tempat penampungan air
lainnya. Biasanya, setelah kegiatan PSN terdapat sosialisasi mengenai kesehatan dari
puskesmas setempat.
Gabungan Kelompok Tani atau biasa disebut Gapoktan merupakan gabungan
kelompok tani yang menyelenggarakan kegiatan pertanian. Gapoktan yang terdapat di Desa
Padas yaitu Gapoktan Padas Mulyo. Kegiatan pertanian tersebut meliputi pengadaan
kebutuhan pertanian, simpan pinjam dan menyalurkan modal usaha bagi anggotanya.
Gapoktan Padas Mulyo memiliki 8 Kelompok Tani dibawahnya. Berikut merupakan anggota
Poktan di Desa Padas:
Tabel 2.11 Daftar Kelompok Tani Desa Padas
No Poktan (Kelompok Tani) Dukuh
1 Tunas Makmur Methuk
2 Sumber Mulya Padas
3 Berkah Rejeki Jumeneng
4 Tani Maju Kricak
5 Sri Rejeki Karangturi
6 Tani Makmur Sukorejo
7 Ngudi Rejeki Dadapan
8 Arum Padas
Sumber:Wawancara Gapoktan Padas Mulyo, 2019
Gapoktan sebagai gabungan dari kelompok tani memiliki peran untuk membangkitkan
kerja sama antar kelompok tani. Dalam rangka meningkatkan perekonomian petani, gapoktan
mensejahterakan anggotanya melalui program simpan pinjam. Anggota kelompok tani yang
mengikuti gapoktan memiliki persyaratan untuk bergabungan dengan gapoktan padas mulya
diantaranya membayar simpanan wajib sebesar Rp. 25.000 setiap pertemuan rapat. Dana dari
simpanan pokok, wajib dan SHU atau Sisa Hasil Usaha yang telah dikumpulkan gapoktan,
nantinya akan digunakan untuk kegiatan simpan pinjam. Gapoktan padas mulya juga
menyediakan pupuk bersubsidi yang dapat dibeli anggotanya dengan masa tanam 1 tahun.
58
Penyaluran pupuk bersubsidi disalurkan resmi oleh sahabat tani. Berikut merupakan rincian
penyaluran pupuk bersubsidi:
Tabel 2.12 Rincian penyaluran pupuk bersubsidi
Luas Kebutuhan Pupuk (kg)
Kelompok Ketua Sub
No Dukuh Lahan
Tani Kelompok Sektor Urea SP36 ZA Phonska Organik
(ha)
Karang Tanaman
1 Sri Rejeki Sukarmanto 36 27108 5,724 28,144 9,072
Turi Pangan 36
Tanaman
Arum Sugimanto Padas
2 Pangan 31,72 23,89 5,043 9,516 15,987 7,993
Jumlah 67,72 50,99 10,768 20,316 34,131 17,066
Sumber : Wawancara ketua gapoktan Desa Padas, 2019
2) Budaya
Kebudayaan merupakan hal yang sudah menjadi tradisi dan dilakukan secara turun
temurun di Desa Padas. Terdapat dua kegiatan yang sudah menjadi tradisi di Desa Padas yaitu
nyekar dan sedekah bumi. Nyekar merupakan kegiatan berziarah ke makam orang terdekat
atau leluhur. Pada kegiatan tersebut, warga mendoakan orang yang sudah meninggal.
Sedangkan sedekah bumi merupakan kegiatan tasyakuran atau bersyukur atas hasil panen yang
telah didapat. Acara tersebut diisi dengan kegiatan makan dan doa bersama sebagai wujud atas
diperolehnya hasil panen yang melimpah.
2.6 Keuangan
Keuangan merupakan hal yang cukup penting untuk melakukan kegiatan di suatu wilayah,
terutama untuk kegiatan pembangunan. Tanpa adanya keuangan yang mencukupi, kegiatan tidak
dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ada. Namun, keuangan atau dana yang diperlukan
juga harus direncanakan terlebih dahulu dalam suatu anggaran. Pada lingkup desa, anggaran disusun
pada APBDes atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. APBDes tersebut mencakup anggaran
pendapatan dan belanja desa pada tahun tertentu.
59
2.6.1 Pendapatan
Rp4.000.000.000
Rp3.494.798.013
Rp3.500.000.000
Rp3.000.000.000
60
Anggaran belanja Desa Padas terdiri dari anggaran belanja untuk lima bidang. Kelima
bidang tersebut yaitu Bidang Peyelenggaraan Pemerintahan Desa, Bidang Kemasyarakatan,
Bidang Pembangunan, Bidang Pemberdayaann, dan Bidang Tak terduga. Pada tahun 2015,
bidang penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan bidang dengan anggaran belanja
terbesar dalam satu tahun. Sedangkan mulai dari tahun 2016 hingga tahun 2018, anggaran
belanja terbesar berada pada bidang pembangunan. Hal tersebut dikarenakan pemerintah mulai
menekankan anggaran dana yang ada untuk kegiatan pembangunan infrastruktur desa.
Anggaran belanja desa tertinggi untuk pembangunan desa berada pada tahun 2017 yaitu
sebesar Rp 2,655,162,812.
Rp3.000.000.000
Rp2.500.000.000
Rp2.000.000.000 Rp2.168.600.000
Rp1.740.629.100
Rp1.500.000.000
Rp1.000.000.000
Rp500.000.000 Rp568.965.255
Rp-
2015 2016 2017 2018
Tahun
61
Desa Padas berada pada tingkat terendah yaitu sebesar Rp 568.965.000. Namun, pendapatan
desa mengalami kenaikan pada tahun selanjutnya menjadi sebesar Rp 1.740.629.100.
Kenaikan tersebut saah satunya disebabkan adanya kenaikan dana desa dan alokasi dana desa.
Puncak tertinggi pendapatan Desa Padas berada pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp
3.494.798.013. Pada tahun selsnjutnya yaitu 2018, anggaran pendapatan mengalami
penurunan kembali menjadi Rp 2.168.600.000.
Sebagian besar pertanian di Desa Padas bergerak pada bidang tanaman pangan dan
holtikultura. Hasil produksi pertanian unggulan yang berada di Desa Padas yaitu padi dan jagung.
Produksi padi di Desa Padas merupakan hasil produksi tebanyak ketiga di Kecamatan Tanon.
Sedangkan persentase hasil produksi jagung Desa Padas terhadap Kecamatan Tanon yaitu sebanyak
15%. Selain mendukung kawasan pengembangan agropolitan Kecamatan Tanon, produksi pertanian
62
dari Desa Padas khususnya padi ikut berkontribusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan di Kecamatan
Tanon.
Desa Padas juga memiliki UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang berupa usaha
sepatu kulit dimana usaha tersebut menjadi salah satu sarana dalam membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat yang ada di Kecamatan Tanon, melihat adanya pekerja UMKM tersebut yang berasal
dari luar Desa Padas. Munculnya embrio UMKM ikan tawar dan telah adanya usaha peternakan ikan
nila menjadi salah satu bentuk kontribusi dari Desa Padas yang diberikan untuk Kecamatan Tanon
dalam bidang perekonomian, dimana secara tidak langsung munculnya usaha tersebut dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat melalui lapangan pekerjaan yang tersedia. Dampak lain
yang ada ialah memberikan kontribusi ekonomi bagi kecamatan, terlihat dari adanya benih/bibit ikan
yang dibeli dari pihak pemerintah yang tentunya akan menyumbang keuntungan bagi pemerintah,
terkhusus pemerintah kecamatan.
63
BAB 3
DASAR KEBIJAKAN DAN REFERENSI PUSTAKA
64
Sebagai konsekuensinya, Desa menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Dokumen
rencana Pembangunan Desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di Desa dan
sebagai dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Perencanaan Pembangunan
Desa diselenggarakan dengan mengikutsertakan masyarakat Desa melalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa menetapkan
prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan penilaian terhadap kebutuhan masyarakat Desa.
Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa dengan semangat
gotong royong serta memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya alam Desa. Pelaksanaan
program sektor yang masuk ke Desa diinformasikan kepada Pemerintah Desa dan diintegrasikan
dengan rencana Pembangunan Desa. Masyarakat Desa berhak mendapatkan informasi dan
melakukan pemantauan mengenai rencana dan pelaksanaan Pembangunan Desa.
Sejalan dengan tuntutan dan dinamika pembangunan bangsa, perlu dilakukan pembangunan
Kawasan Perdesaan. Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan perpaduan pembangunan
antar-Desa dalam satu Kabupaten/Kota sebagai upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas
pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui
pendekatan pembangunan partisipatif. Oleh karena itu, rancangan pembangunan Kawasan
Perdesaan dibahas bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa.
3.3 Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 20 Tahun 2006
Penataan Kawasan Perdesaan bertujuan untuk menata ruang disebuah perdesaan guna
tercapainya keseimbangan dan keharmonisan antara fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman, pelayanan jasa publik dan sosial, serta fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan pasar. Pasal 3 Dalam perencanan, pelaksanaan pembangunan serta pemanfaatan
dan pendayagunaan kawasan perdesaan dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat.
Penataan Kawasan Perdesaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan atau pihak
ketiga wajib mengikutsertakan pemerintah desa dan BPD sebagai bentuk partisipasi masyarakat.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan penataan kawasan perdesaan meliputi:
65
a. memberikan informasi tentang potensi desa serta aspirasi tentang peruntukan dan
pemanfaatan ruang
b. memberikan informasi dan argumentasi keberatan-keberatan masyarakat terhadap rencana
tata ruang.
c. melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses penyusunan dukumen perencanaan
tata ruang
d. ikut memelihara keserasian dan kelestarian lingkungan kawasan perdesaan.
66
3.5 RTRW Kabupaten Sragen Tahun 2011-2031
Penataan ruang Kabupaten Sragen bertujuan mewujudkan ruang Kabupaten berbasis Pro
investasi Pertanian, Industri, Pariwisata (PERTIWI) yang produktif, inovatif, dan berkelanjutan
1. Strategi pengembangan kawasan perdesaan berbasis pertanian pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a meliputi:
a. meningkatkan produktivitas hasil pertanian pangan;
b. meningkatkan kegiatan pertanian berbasis hortikultura; dan
c. mengembangkan pusat pengolahan dan hasil pertanian pada pusat produksi yang berada
di kawasan perdesaan.
2. Strategi pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)
huruf b meliputi:
a. meningkatkan produksi, pengolahan, dan pemasaran produk pertanian unggulan
Kabupaten;
b. mengembangkan infrastruktur penunjang agropolitan; dan
c. mengembangkan kelembagaan penunjang agropolitan.
3. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c meliputi:
a. menetapkan lahan sawah irigasi menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan;
b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan-lahan yang bukan lahan
sawah irigasi dan/atau lahan kering kurang produktif;
c. mengembangkan dan merevitalisasi jaringan irigasi; dan
d. meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
4. Strategi pengembangan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf d meliputi:
a. mengembangkan kawasan industri terpadu;
b. mengembangkan wilayah industri pada lahan-lahan yang kurang produktif;
c. mengembangkan dan meningkatkan jaringan infrastruktur pada wilayah industri; dan
d. kemudahan perizinan untuk kegiatan industri ramah lingkungan.
5. Strategi pengembangan kegiatan industri bebasis hasil pertanian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e meliputi:
a. mengembangkan kegiatan industri rumah tangga berbahan baku hasil pertanian; dan
67
b. mengembangkan kawasan agroindustri.
3.6 Rencana Pembangunan Desa Padas Tahun 2013-2018
Kebijakan sektoral merupakan keputusan yang dirumuskan untuk peningkatan
perekonomian suatu daerah melalui sektor-sektor tertentu yang dianggap memiliki potensi
besar untuk dikembangkan. Dalam Perencanaan pembangunan desa, potensi lokal menjadi
embrio penyusunan rencana sektoral. Penyusunan rencana di level sektor di awali dengan
pemahaman akan substansi perencanaan jangka panjang dan menengah yang sudah di susun
sebelumnya. Dalam bagian ini, penulis menjelaskan kebijakan sektoral yang ada di Desa
Padas, dimana kebijakan tersebut telah disusun dalam RPJM Desa dan RKPD Desa. Ditinjau
dari buku Rencana Pembangunan Desa Padas Tahun 2013-2018, disusun kebijakan sektoral
berdasarkan potensi dan masalah yang ada dalam program pembangunan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiata dan Program Desa Padas
No. Program Kegiatan
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas - Peningkatan kualitas Pendidikan
melalui kegiatan perbaikan bangunan
sarana dan prasarana
Sekolah Dasar Negeri serta PAUD
- Peningkatan fasilitas pelayanan di
sekolah seperti terbangunnya
perpustakaan dan koperasi bagi siswa.
- Peningkatakan kualitas rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
yang memiliki rumah tidak layak huni.
- Program pembangunan dan perbaikan
jalan desa dan jalan untuk usaha tani
68
No. Program Kegiatan
2. Peningkatan kualitas sumberdaya - Pengadaan pelatihan bagi masyarakat
seperti pelatihan menjahit, merias, tata
manusia
boga, pelatihan pembuatan pupuk
organik dan pelatihan bagi masyarakat
yang hendak bekerja sebagai TKI.
- Peningkatan peran pemuda melalui
kegiatan penyaringan bakat melalui
sekolah masing-masing.
- Melakukan sosialisasi melalui
kegiatan PKK dan organisasi lingkup
desa lainnya mengenai usaha,
kesehatan, dan lain sebagainya.
- Bantuan modal usaha dari Desa
dibawah pengawasan BUMDes seperti
bantuan dana usaha budidaya ikan air
tawar.
69
BAB 4
ANALISIS POTENSI DAN MASALAH
71
5. LKD Desa Padas Lembaga Keuangan Desa (LKD) berperan sebagai
penyedia jasa simpan pinjam bunga rendah terhadap
masyarakat yang membutuhkan dana untuk usaha
budidaya ikan.
6. Dinas Peternakan dan Stakeholder ini memiliki peran dalam memberikan
Perikanan Kabupaten edukasi dan sosialiasi penyuluhan rutin kepada
Sragen masyakarat dan sebagai pemateri dalam diskusi
permasalahan yang dihadapi dalam usaha. Selain itu
dinas peternakan dan perikanan juga dapat berperan
dalam penyediaan alat-alat dan bahan penunjang usaha
budidaya ikan air tawar.
7. Gapoktan Desa Padas Berperan sebagai penyambung komunikasi dari
pemerintah desa agar dapat mengedukasi dan
mensosialiasai masyarakat mengenai program tersebut
kepada pada petani.
8. Karang Taruna Karangtaruna sebagai perkumpulan pemuda yang
bekerja sama dengan pemerintah desa untuk dapat
membantu menggalakkan partisipasi pemuda dan
pemudi desa untuk ikut aktif dalam program
pemberdayaan.
9. PKK PKK seabagai kelompok yang dapat membantu desa
dalam mengedukasi, mensosialisasi dan
menggalakkan program pemberdayaan kepada
masyarakat terutama kaum wanita untuk berpartisipasi
aktif dalam program pemberdayaan.
10. Bayan Desa Padas Memiliki peran sebagai pengawas dan pengontrol
berjalannya program pemberdayaan mengingat belum
ada kelompok pengusaha ikan seperti halnya gapoktan
di tingkat dusun.
11. Ketua RT Desa Padas Berperan sebagai pembantu pemerintah desa untuk
mengajak masyarakat agar tertarik mengikuti program
72
pemberdayaan desa. Ketua RT setempat juga berperan
mendampingi warga bergotong royong
mempersiapkan lahan untuk budidaya ikan.
12. BPD Desa Padas BPD sebagai fasilitator dan perpanjangan lidah
masyarakat kepada pemerintah desa atas berbagai
keluhan dan aspirasi masyarakat mengenai program
pemberdayaan.
Adalah kelompok stakeholder yang memiliki ketertarikan terhadap program tinggi namun
memiliki kekuasaan yang rendah. Kelompok ini tidak memiliki dampak yang cukup
signifikan terhadap berlangsungnya program. Dalam program pemberdayaan masyarakat di
Desa Padas terdapat 3 stakeholder yang termasuk dalam kategori ini, yakni: masyarakat,
pengusaha budidaya ikan dan karang taruna.
c. Context Setter (High Power – Low Interest)
Kelompok stakeholder ini tidak memiliki kewenangan dalam hal penetapan keputusan
program dan juga tidak memiliki keinginan yang besar untuk terlibat banyak dalam suatu
proyek. Namun kelompok ini harus tetap ada, dan diikutsertakan serta diawasi/dimonitoring
karena kelompok ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan sewaktu-waktu dapat
berpindah ke pemangku kepentingan lainnya. Pada program pemberdayaan masyarakat di
Desa Padas terdapat 2 stakeholder yang termasuk dalam kategori ini yaitu: Gapoktan dan
PKK.
74
BAB 5
RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN DESA
75
program
pemberdayaan
76
SASARAN 4 : “Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung terciptanya sentra
budidaya ikan air tawar di Desa Padas.”
Permasalahan Baseline Target Program Strategi
Belum terdapat Manyoritas Adanya unit-unit Pembangunan kolam
sarana dan prasarana pengusaha ikan yang bangunan kolam ikan dan penyediaan
utama pendukung udah ada ikan air tawar pada alat pendukung
aktivitas program menggunakan kolam setiap dukuh untuk setiap kolam
pemberdayaan milik mereka sendiri budidaya pada setiap
dukuh
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Melakukan sosialisasi dan promosi serta melakukan diskusi rutin antara pemerintah
dan masyarakat desa sebagai langkah awal mengembangkan program
pemberdayaan masyarakat
1 Diskusi rutin tentang budidaya ikan air tawar oleh pemateri
Mendatangkan pemateri
a dari dinas Peternakan dan
Perikanan Sragen
Diskusi rutin dilakukan di
b hari minggu, pada minggu
pertama setiap bulannya
77
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Publikasi menggunakan
a.3 media banner ukuran
besar
Publikasi menggunakan
a.4
media standing banner
Publikasi dan promosi
b
melalui media social
Publikasi dan promosi
b.1
melalui facebook desa
Publikasi dan promosi
b.2
melalui web
2 Melakukan promosi dan sosialisasi di seluruh kelompok masyarakat desa
Sosialisasi dengan
a kelompok ibu-ibu melalui
kelompok PKK
Sosialisasi dengan
kelompok ibu-ibu melalui
a.1
kelompok PKK
Kebayanan 1
Sosialisasi dengan
kelompok ibu-ibu melalui
a.2
kelompok PKK
Kebayanan 2
Sosialisasi dengan
kelompok ibu-ibu melalui
a.3
kelompok PKK
Kebayanan 3
Sosialisasi dengan
kelompok bapak-bapak
b
melalui arisan dan rapat
rutin
Sosialisasi dengan
kelompok bapak-bapak
b.1
melalui arisan dan rapat
rutin Kebayanan 1
78
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Sosialisasi dengan
kelompok bapak-bapak
b.2
melalui arisan dan rapat
rutin Kebayanan 2
Sosialisasi dengan
kelompok bapak-bapak
b.3
melalui arisan dan rapat
rutin Kebayanan 3
Sosialisasi dengan
kelompok pemuda
c
melalui perkumpulan
karang taruna
Sosialisasi dengan
kelompok pemuda
c.1 melalui perkumpulan
karang taruna Kebayanan
1
Sosialisasi dengan
kelompok pemuda
c.2 melalui perkumpulan
karang taruna Kebayanan
2
Sosialisasi dengan
kelompok pemuda
c.3 melalui perkumpulan
karang taruna Kebayanan
3
Sosialisasi melalui
d
organsiasi gapoktan
Mengoptimalkan fungsi BUMDes sebagai lembaga yang dapat menggerakkan
perekonomian desa
3. Regenerasi dan Pemilihan Perangkat BUMDes yang baru
Proses Regenerasi dan
Pemilihan Calon
a
Pengurus BUMDes yang
baru
79
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Pelantikan pengurus
b BUMDes yang baru
terpilih
4. Pelatihan kepada pengurus baru BUMDes
Pelatihan mengenai tata
a
kelola BUMDes
Palatihan Training
b
Program in class
Pelatihan Training
c
Program out door
Pelatihan tentang retail
d
desa
Monitoring dan evaluasi
e
program pelatihan
Melakukan studi banding dengan desa lain tentang cara mengelola BUMDes dengan
5.
baik.
Program studi banding
a
BUMDes Berprestasi
Program Magang di
b
BUMDes Berprestasi
Monitoring dan evaluasi
c
program studi banding
Meningkatkan kompetensi dan produktivitas masyarakat mengenai budidaya ikan air
tawar
Pengadaan pelatihan oleh Balai Besar Pengembangan Pelatihan Masyarakat
6.
dan lembaga terkait lainnya
Pelatihan di ketiga
a
kebayanan
Pelatihan pembuatan
a.1 kolam dan perlengkapan
kolam
Pelatihan pembuatan
a.2
pakan alternatif
80
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Pelatihan budidaya ikan
a.3
lele, gurami, dan nila
Pelatihan Cara Budidaya
a.4
Ikan yang Baik dan Benar
Pelatihan wirausaha
a.5 budidaya ikan air tawar
secara intensif
Motivasi usaha perikanan
a.6
dan strategi pemasaran
Monitoring dan Evaluasi
c program pelatihan teknis
dan manajemen
Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung terciptanya sentra budidaya ikan
air tawar di Desa Padas
7 Pembangunan kolam dan alat pendukung kolam budidaya
a Pembangunan kolam
Pembangunan kolam
a.1 sebanyak 3 unit di
Kebayanan 1
Pembangunan kolam
a.2 sebanyak 3 unit di
Kebayanan 2
Pembangunan kolam
a.3 sebanyak 3 unit di
Kebayanan 3
Pembangunan kolam
a.4 sebanyak 3 unit di dekat
Kantor BUMDes
Pembelian perlengkapan
b.
untuk budidaya ikan
Pembelian bibit ikan lele,
b.1
gurami, dan nila
Pembelian obat dan pakan
b.2
ikan
81
Waktu Pelaksanaan
Fase 1 Fase 2
No. Program
2021
2026-
2022 2023 2024 2025
2030
1 2 3 4
Monitoring dan evaluasi
program pembangunan
dan pembelian seluruh
c
perlengkapan dan
kebutuhan untuk
budidaya
Pemeliharaan fisik sarana
dan prasarana masing-
c.1
masing unit kolam
budidaya
82
• Ikut andil dalam merumuskan
rancangan perencanaan program
pemberdayaan
• Mengoptimalkan dana BUMDes
untuk alokasi dana pemberdayaan
program
3. BUMDes Tinggi Tinggi • Bekerjasama dengan LKD dalam
penyediaan program peminjaman
dana untuk keperluan usaha budidaya
ikan
• Menyediakan program peminjaman
4. LKD Tinggi Tinggi dana bunga rendah kepada
masyarakat
• Sebagai wakil pemerintah desa dalam
membantu menjalankan program
5. Bayan Tinggi Tinggi pemberdayaan di tingkat dukuh
• Pengawas dan pengontrol berjalannya
program pemberdayaan di tingkat
dukuh
• Pepanjangan tangan pemerintah desa
kepada masyarakat dalam
mensosialisasikan program
6. Ketua RT Tinggi Tinggi pemberdayaan di tingkat RT
• Membantu proses berjalannya
program pemberdayaan dalam ikut
andil langsung di lapangan di tingkat
RT
• Sebagai objek dari program
pemberdayaan
7. Masyarakat Rendah Tinggi • Ikut andil sebagai pengawas dan
evaluator berjalannya program
pemberdayaan
• Membantu memberikan pengetahuan
dasar dan pengalamanmengenai
Pengusaha usaha budidaya ikan kepada
8. Rndah Tinggi masyarakat
Ternak ikan
• Ikut mengajak dan mensosialisasikan
program pemberdayaan kepada
masyarakat lain
• Dapat nengajak pemuda dan pemudi
desa untuk ikut aktif dalam program
Karang
9. Rendah Tinggi pemberdayaan
Taruna • Sebagai wadah aspirasi pemuda
mengenai berjalannya program
pemberdayaan
83
• Sebagai pemateri dalam diskusi rutin
Dinas mengenai program pemberdayaan
• Memberikan edukasi mengenai
Perikanan
10. Tinggi Rendah program budidaya ikan air tawar
dan • Ikut andil dalam membantu
Peternakan penyediaan peralatan penunjang
program seperti bibit, alat-alat, pakan
dan sebagainya
• Membantu desa dalam memberikan
edukasi, sosialisasi dan motivasi
kepada masyarakat dan kaum wanita
11. PKK Rendah Rendah pada khususnya
• Sebagai wadah aspirasi masyarakat
terutama kaum wanita dalam proses
program pemberdayaan
• Bekerjasama denan pemerintah desa
dalam menarik minat masyarakat
terutama kaum petani untuk ikut andil
dalam program pemberdayaan
12. Gapoktan Rendah Rendah • Memberikan edukasi dan sossialisasi
bahwa meningkatkan pendapatan
ekonomi tidak hanya didapat dari
sektor pertanian namun bisa dari
sektor lain seperti usaha budidaya
ikan air tawar
5.4 Penganggaran
Penyusunan penganggaran disusun berdasarkan rencana program yang sebelumnya
disusun. Penganggaran program ini dibuat untuk rencana program tahap 1 maupun tahap 2 (2021-
2030). Berikut ini adalah penjelasan anggaran yang diperlukan dalam melaksanakan program
pemberdayaan Desa Padas tahun 2021-2030.
Sumber
No Program Biaya
Dana
Total Rp8.000.000
84
Sumber
No Program Biaya
Dana
Sosialisasi dengan kelompok ibu-ibu melalui kelompok
a Rp2.000.000 BUMDes
PKK Kebayanan 1
Sosialisasi dengan kelompok ibu-ibu melalui kelompok
b Rp2.000.000 BUMDes
PKK Kebayanan 2
Sosialisasi dengan kelompok ibu-ibu melalui kelompok
c Rp2.000.000 BUMDes
PKK Kebayanan 3
Sosialisasi dengan kelompok bapak-bapak melalui arisan
d Rp2.000.000 BUMDes
dan rapat rutin Kebayanan 1
Sosialisasi dengan kelompok bapak-bapak melalui arisan
e Rp2.000.000 BUMDes
dan rapat rutin Kebayanan 2
Sosialisasi dengan kelompok bapak-bapak melalui arisan
f Rp2.000.000 BUMDes
dan rapat rutin Kebayanan 3
Sosialisasi dengan kelompok pemuda melalui
g Rp2.000.000 BUMDes
perkumpulan karang taruna Kebayanan 1
Sosialisasi dengan kelompok pemuda melalui
h Rp2.000.000 BUMDes
perkumpulan karang taruna Kebayanan 2
Sosialisasi dengan kelompok pemuda melalui
i Rp2.000.000 BUMDes
perkumpulan karang taruna Kebayanan 3
Total Rp20.000.000
Dana
a Publikasi menggunakan media leaflet Rp1.000.000
Desa
Dana
b Publikasi menggunakan media poster ukuran A3 Rp1.000.000
Desa
Dana
c Publikasi menggunakan media banner ukuran besar Rp1.000.000
Desa
Dana
d Publikasi menggunakan media standing banner Rp1.000.000
Desa
Dana
e Publikasi dan promosi melalui facebook desa Rp1.000.000
Desa
Dana
f Publikasi dan promosi melalui web Rp1.000.000
Desa
Total Rp6.000.000
85
Sumber
No Program Biaya
Dana
Proses Regenerasi dan Pemilihan Calon Pengurus Dana
a Rp5.000.000
BUMDes yang baru Desa
Dana
b Pelantikan pengurus BUMDes yang baru terpilih Rp2.000.000
Desa
Total Rp7.000.000
Dana
a Pelatihan mengenai tata kelola BUMDes Rp4.000.000
Desa
Dana
b Palatihan Training Program in class Rp4.000.000
Desa
Dana
c Pelatihan Training Program out door Rp8.000.000
Desa
Dana
d Pelatihan tentang retail desa Rp4.000.000
Desa
Dana
e Monitoring dan evaluasi program pelatihan Rp5.000.000
Desa
Total Rp25.000.000
Melakukan studi banding dengan desa lain tentang cara mengelola BUMDes dengan
5.
baik.
Dana
a Program studi banding BUMDes Berprestasi Rp10.000.000
Desa
Dana
b Program Magang di BUMDes Berprestasi Rp10.000.000
Desa
Dana
c Monitoring dan evaluasi program studi banding Rp5.000.000
Desa
Total Rp25.000.000
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
86
Sumber
No Program Biaya
Dana
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp2.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp2.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp2.000.000
Desa
87
Sumber
No Program Biaya
Dana
Dana
kebayanan 1 Rp2.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp2.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp2.000.000
Desa
Total Rp87.000.000
Dana
a Pembangunan kolam sebanyak 3 unit di Kebayanan 1 Rp16.000.000
Desa
Dana
b Pembangunan kolam sebanyak 3 unit di Kebayanan 2 Rp16.000.000
Desa
Dana
c Pembangunan kolam sebanyak 3 unit di Kebayanan 3 Rp16.000.000
Desa
Pembangunan kolam sebanyak 3 unit di dekat Kantor Dana
d Rp16.000.000
BUMDes Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Dana
kebayanan 1 Rp5.000.000
Desa
88
Sumber
No Program Biaya
Dana
Dana
Kebayanan 2 Rp5.000.000
Desa
Dana
Kebayanan 3 Rp5.000.000
Desa
Total Rp109.000.000
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Desa padas adalah desa yang manyoritas penduduknya adalah petani. Namun para petani
mengalami kesulitan ekonomi akibat semakin banyaknya tanggungan untuk merawat pertaniannya
seperti membuat sumur bor ketika kemarau untuk irigasi dan membeli pupuk dan bahan pertanian
yang tidak disubsidi oleh pemerintah. Karena hal tersebtlah mendorong pemerintah desa untuk
membuat program pemberdayaan masyarakat berupa budidaya ikan air tawar, guna meningkatkan
pendapatan ekonomi penduduk. Namun program tersebut dirasa belum sepenuhnya menjangkau
masyarakat karena bar beberapa orang saja yang mengikuti program tersebut. Selain itu BUMDes
yang diharap dapat membantu meningkatkan ekonomi telah vacum dan tidak aktif lagi. Maka dari
itulah penting adanya pengembangan program pemberdayaan agar dapat menjangkau seluruh
masyarakat Desa Padas. Selain alasan sosialisasi program, perkembangan masyarakat juga diharap
dapat menjadikan Desa Padas sebagai sentra budidaya ikan air tawar yang dapat meningkatkan
ekonomi seluruh masyarakat desa. Untuk mengetahui langkah-langkah dan program apa saja yang
perlu ditempuh perlu dilakukan proses analisis.
Proses analisis dalam perencanaan ini menggunakan dua analisis yakni analisis SWOT dan
analisis kelembagaan (stakeholder). Dari analsis tersebut dapat dirumuskan rencana program yang
diperinci pada setiap sasaran penelitian. Program yang telah dibuat diperinci mengenai waktu
pelaksanaannya. Dimana pelaksanaan dilakukan dalam 10 tahun dan diperinci menjadi 2 tahap yakni
tahap 1 tahun 2021-2025 dan tahap 2 untuk tahun 2026-2030. Hasil dari analisis kelembagaan juga
89
didapat 12 stakeholder yang akan terlibat dalam proses program pemberdayaan yakni pemerintah
desa, masyarakat, BPD, BUMDes, LKD, Bayan, Ketua RT, Pengusaha ikan air tawar, gapoktan,
karang taruna, PKK serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Setelahh program
disusun juga perlu dilakukan penganggaran program agar dapat dierkirankan berapa anggaran yang
dikeluarkan untuk pelaksanaan program. Dari hasil perhitungan anggaran yang perlu digunakan dalam
pelaksanaan program berjumlah Rp. 287.000.000.
6.2 Rekomendasi
Dari hasil perencanaan yang telah dilakukan, penyusun memberikan rekomendasi sebagai berikut:
• Stakeholder yang terkait dalam perencanaan ini hendaknya dapat berkerjasama dengan baik agar
proses pemberdayaan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
• Pelaksanaan program pemberdayaan sebaiknya dilakukan sesuai timeline yang telah ditetapkan
agar program perencanaan dapat berjalan sesuai jangka waktu yang direncanakan.
• Jangka waktu prencanaan ini memiliki jangka waktu 10 tahun mendatang sehingga perlu
dilakukan pembaharuan rencana program di periode berikutnya.
• Perencanaan yang telah dilakukan ini hendaknya dapat menjadi acuan dari pemerintah desa dan
stakeholder terkait dalam melakukan proses pemberdayaan masyarakat usaha budidaya ikan air
tawar.
• Dalam proses perencanaan lebih lanjut sebaiknya melibatkan banyak stakeholder terkait agar
perencanaan yang dilakukan tepat sasaran dan tercapainya tujuan dari perencanaan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Pengertian Demografi Menurut Para Ahli. Retrieved from www.idtesis.com.
Diunduh pada 08 Desember 2019 Pukul 11.34 WIB
Arifianto, D Febri., Kurohman, Taufik. (2014).Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa di
Kabupaten Jember. Jurnal Riset Akutansi dan Keuangan, Universitas Jember. 2 (3), 2014, 473-
485.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2011. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2012. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2013. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2014. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2015. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2016. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2017. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2018. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, 2013. Kecamatan Tanon Dalam Angka 2019. Kabupaten
Sragen : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen
BPN. (2017). Kamus Agraria dan Tata Ruang (1st ed.; M. A. Siboro, B. Wijanarko, N. Harniati, &
M. S. A. Inuman, Eds.). Jakarta: Percetakan Pohon Cahaya.
Bryson, J. M. 2003. WHAT TO DO WHEN STAKEHOLDERS MATTER A Guide to Stakeholder
Identification and Analysis Techniques. University of Minnesota.
Deputi Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan Kementrian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI. (2017). Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan
Desa. Diunduh pada 11 Juli 2019.
Fiantis, D. (2007). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang: Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
91
Karimah, Faizatul., Saleh, Choirul., dkk. (Tanpa Tahun). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Desa Deket Kulon Kecamatan Deket Kabupaten
Lamongan). Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 597-602.
Mantra, I. B. (2003). Demografi Umum (Edisi Kedu). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Munir, R. (1981). Dasar-dasar Demografi. Jakarta: Lembaga Demografi.
Rusli, S. (1989). Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES.
Sri Moertiningshi, A. dan S. O. B. (2011). Dasar-dasar Demografi (Edisi Revi). Jakarta: Selamba
Empat.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. , (2007).
UU RI No.26/2007. Undang-undang tentang Pentaan Ruang.
UU RI Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Pembangunan Desa
Mustangin., Kusniawati, Dessy., dkk. (2017) Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal
Melalui Program Desa Wisata di Desa Bumi Aji. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi,
Vol. 2, No. 1
0leh, Florensi H. (2014) Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Memberdayakan
Masyarakat Desa di DEsa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri. Jurnal Kebijakan dan
Manajemen Publik, Vol. 2, No. 1, ISSN 2303-341X. Universitas Airlangga.
Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 20 Tahun 2006
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 Tentang Penggunaan BUMDES.
92
93