Disusun oleh :
Pandi Pranoto (H1AP10047)
Risda Yana (H1AP11053)
Lia Safitri (H1AP14013)
Fadillah Raisyah (H1AP14030)
Desantia Anggraini (H1AP15013)
Pembimbing :
dr. Wahyu Sudarsono, MPH
dr. Supardi, MM
dr. Erlina Panca Puteri, MH
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT karena dengan izin-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kedokteran Komunitasyang
berjudul “Gambaran Tingkat Kepatuhan Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Di Ilayah Uptd Puskesmas Sukamerindu” sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Wahyu
Sudarsono, MPH, dr. Supardi, MM, dan dr. Erlina Panca Puteri, MH, serta semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kedokteran Komunitas ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang membaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis juga
berharap laporan ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan serta
pemahaman tentang gambaran tingkat kepatuhan hemodialisa pada pasien gagal
ginjal kronik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Definisi..............................................................................................................6
2.2 Indikasi..............................................................................................................6
2.3 Epidemiologi.....................................................................................................7
2.4 Tujuan...............................................................................................................8
2.6 Prosedur............................................................................................................9
2.8 Komplikasi......................................................................................................12
2
BAB I PENDAHULUAN
3
Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2017, jumlah pasien
baru yang menjalani pertama kali hemodialisis pada tahun 2017 sebanyak 30.831,
sedangkan pasien yang aktif adalah seluruh pasien baik pasien tahun 2017
maupun pasien lama dari tahun sebelumnya yang masih menjalani hemodialis
sebanyak 77.892.1
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Sukamerindu tahun 2018 – 2019
terjadi peningkatan pasien sebanyak 14,6 % dengan total pasien 55 pada tahun
2018 dan 74 pada tahun 2019. Pasien yang melakukan hemodialisa pada tahun
2019 terbagi menjadi 26 pasien perempuan dan 48 pasien laki-laki yang telah
ditangani dengan baik dengan raa-rata usia 46-67 tahun.
Banyak hal yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam hemodialisa
salah satunya adalah motivasi dan dukungan keluarga. Motivasi merupakan faktor
yang paling berpengaruh dan diperlukan pasien gagal ginjal kronik untuk
mendorong perilaku mereka agar rutin menjalani terapi hemodialisa, sama halnya
terhadap pasien gagal ginjal kronik yanga ada di Puskesmas Sukamerindu.
Untuk dapat menangani masalah ini secara komprehensif, maka
faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit ini harus ditentukan. Salah
satu pendekatan yang umum digunakan yakni menggunakan konsep determinan
kesehatan oleh Blum, yang mencakup aspek-aspek lingkungan, perilaku, layanan
kesehatan, dan genetik. Oleh karena itulah proposal ini diajukan untuk
mempelajari masalah Hemodialisa pada pasien PGK dalam populasi Puskesmas
Sukamerindu menggunakan kerangka diagnosis komunitas. Hasil yang didapatkan
dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar studi lebih lanjut dan/atau
rekomendasi ke Puskesmas Sukamerindu agar masalah dapat ditangani lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka diagnosis komunitas
yang dibuat ini, menganalisis tingkat kepatuhan hemodialisa pada pasien gagal
ginjal kronik di UPTD Puskesmas Sukamerindu. Rumusan masalah pada
diagnosis komunitas ini adalah bagaimana gambaran tingkat kepatuhan
hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik pada tahun 2020.
4
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat kepatuhan hemodialisa pada pasien gagal
ginjal kronik pada tahun 2020 di wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukamerindu.
1.4 Manfaat
1.4.1. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit ginjal
kronik dengan hemodialisa dan perilaku kesehatan yang baik untuk
menanggulangi masalah berkenaan dengan hemodialisa dan penyakit ginjal
kronik.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang dilakukan dengan
mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang bertujuan
untuk mengeliminasi sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan
keseimbangan elektrolit antara kompartemen darah dengan kompartemen dialisat
melalui membrane semipermiabel.4
2.2 Indikasi
Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi hemodialisis segera (emergency) dan
hemodialisis kronis5.
6
2.2.2 Indikasi hemodialisis kronis
Hemodialisis kronis merupakan hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan
seumur hidup pasien denggan menggunakan mesin hemodialisis.
Hemodialisis dimulai jika LFG < 15 ml/menit. Keadaan pasien yang
mempunyai LFG < 15 ml/menit tidak selalu sama.3 Sehingga hemodialisis
mulai dianggap perlu jika dijumpai salah satu dari hal di bawah ini 5 :
a. LFG < 15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi: letargia, anoreksia, nausea, mual, dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
2.2.3 Kontraindikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
hipotensi yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan
sindrom otak organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari
hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa,
akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi
hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan
lanjut.21,22
2.3 Epidemiologi
Penyakit ginjal kronis yang telah memasuki stadium 5 atau penyakit ginjal
tahap akhir (PGTA) memerlukan terapi pengganti ginjal (TPG). Ada tiga
modalitas TPG yaitu hemodialisis, dialisis peritoneal dan transplantasi ginjal. Unit
Pelayanan Dialisis Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 812 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Dialisis pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, dialisis adalah tindakan medis pemberian pelayanan terapi pengganti
fungsi ginjal sebagai bagian dari pengobatan pasien gagal ginjal dalam upaya
mempertahankan kualitas hidup yang optimal yang terdiri dari dialisis peritoneal
dan hemodialisis. Dialisis peritoneal merupakan terapi pengganti ginjal dengan
mempergunakan peritoneum pasien sebagai membran semipermeabel, antara lain
7
Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan Ambulatory Peritoneal
Dialysis (APD). Sedangkan hemodialisis adalah terapi pengganti fungsi ginjal
yang menggunakan alat khusus dengan tujuan mengeluarkan toksis uremik dan
mengatur cairan elektrolit tubuh.4,20
Fasilitas pelayanan dialisis adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan dialisis, baik di dalam maupun di
luar rumah sakit. Berdasarkan data IRR tahun 2015, fasilitas pelayanan dialisis di
Indonesia berdasarkan institusi diklasifikasikan menjadi dua yaitu instalasi rumah
sakit sebanyak 92,1% dan klinik sebanyak 7,9%. Jenis pelayanan yang diberikan
pada fasilitas pelayanan dialisis di antaranya hemodialisis, transplantasi, CAPD,
dan Continous Renal Replacement Therapy (CRRT). Berdasarkan IRR tahun 2014
mayoritas layanan yang diberikan pada fasilitas pelayanan dialisis adalah
hemodialisis (82%). Sisanya berupa layanan CAPD (12,8%), transplantasi (2,6%)
dan CRRT (2,3%). Pelayanan CRRT biasanya dilakukan di ICU tetapi ada
beberapa fasilitas layanan dialisis yang melayani CRRT.20
Pada tahun 2015, dari total 4.898 mesin hemodialisis yang terdata, proporsi
terbanyak terdapat di wilayah DKI Jakarta (26%) dan Jawa Barat (22%). Provinsi
Jawa Tengah 12%, Jawa Timur 11%, Sumatera Utara 7%, Bali 4%, Sumatera
Barat 4%, Sumatera Selatan 4%, DI Yogyakarta 3%, Kalimantan 2%, dan
provinsi lainnya sekitar 1%.20
2.4 Tujuan
Menurut Black & Hawks (2009) dan Lewis et al. (2011) tujuan hemodialisis
adalah membuang produk sisa metabolisme protein seperti ureum dan kreatinin,
mempertahankan kadar serum elektrolit dalam darah, mengoreksi asidosis,
mempertahankan kadar bikarbonat dalam darah, mengeluarkan kelebihan cairan
dari darah dan menghilangkan overdosis obat dari darah. Proses osmosis yang
terjadi dalam ginjal buatan selama hemodialisis menyebabkan cairan terbuang dari
darah.
Sedangkan proses difusi dan ultrafiltrasi mampu membuang kelebihan produk
sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, dan beberapa kelebihan elektrolit
seperti natrium dan kalium dari darah.
8
2.5 Prinsip Hemodialisis
Penggantian ginjal menggunakan dialisis bertujuan untuk mengeluarkan zat
terlarut yang tidak diinginkan melalui difusi dan hemofiltrasi untuk mengeluarkan
air yang membawa zat terlarut yang tidak diinginkan tersebut.
2.6 Prosedur
Menurut Hal penting yang perlu diperhatikan sebelum memulai hemodialisis
adalah mempersiapkan akses vaskular, yaitu suatu tempat pada tubuh di mana
darah diambil dan dikembalikan. Persiapan ini dibutuhkan untuk lebih
memudahkan prosedur hemodialisis sehingga komplikasi yang timbul dapat
diminimalisir.11
Akses vaskular dapat berupa fistula, graft, atau kateter. Fistula dibuat dengan
menyatukan sebuah arteri dengan vena terdekat yang terletak di bawah kulit untuk
menjadikan pembuluh darah lebih besar. Graft merupakan akses lain yang dapat
digunakan apabila pembuluh darah tidak cocok untuk fistula. Pembuatan graft ini
9
dilakukan dengan cara menyatukan arteri dan vena terdekat dengan tabung sintetis
kecil yang diletakkan di bawah kulit. Akses ketiga yang dapat digunakan adalah
pemasangan kateter. Kateter dipasang pada vena besar di leher atau dada sebagai
akses permanen ketika fistula dan graft tidak dapat dipasang. Kateter ini kemudian
akan secara langsung dihubungkan dengan tabung dialisis dan tidak lagi
menggunakan jarum.12
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen terpisah, salah satu
kompartemen berisikan darah pasien dan kompartemen lainnya berisikan cairan
dialisat.7 Dialisat merupakan suatu cairan yang terdapat dalam dialiser yang
membantu membuang zat sisa dan kelebihan cairan pada tubuh.5
Cairan ini berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal
dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen.10 Kedua kompartemen ini
dipisahkan oleh suatu membran. Dialisat dan darah yang terpisah akan mengalami
perubahan konsentrasi karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah sampai konsentrasi zat pelarut sama di kedua kompartemen
(difusi).10
10
Hal ini yang menyebabkan terjadinya perpindahan zat sisa seperti urea,
kreatinin dan kelebihan cairan dari dalam darah. Sel darah, protein dan zat penting
lainnya tidak ikut berpindah dikarenakan molekulnya yang besar sehingga tidak
dapat melewati membran.9
11
e. Trans membrane pressure Besarnya perbedaan tekanan hidrostatik antara
kompartemen dialisis (Pd) dan kompartemen darah (Pb) yang diperlukan agar
terjadi proses ultrafiltrasi. Nilainya tidak boleh kurang dari -50 dan Pb harus
lebih besar daripada Pd.
f. Clearance of dialyzer Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk
membersihkan darah dari cairan dan zat terlarut, dan besarnya klirens
dipengaruhi oleh bahan, tebal, dan luasnya membrane.11
2.8 Komplikasi
Klasifikasi Meskipun tindakan hemodialisis saat ini mengalami
perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien yang mengalami
masalah medis saat menjalani hemodialisis.15 Komplikasi hemodialisis dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis:5
2.8.1 Komplikasi akut
Komplikasi akut merupakan komplikasi yang terjadi selama hemodialisis
berlangsung. Komplikasi yang sering terjadi yaitu: hipotensi, hipertensi, reaksi
alergi, aritmia, emboli udara, kram otot, mual, muntah, sakit kepala, sakit dada,
sakit punggung, gatal, demam, dan menggigil.5,13
2.8.2 Komplikasi kronis
Komplikasi kronis adalah komplikasi yang terjadi pada pasien dengan
hemodialisis kronis. Komplikasi yang sering terjadi adalah: penyakit jantung,
malnutrisi, hipertensi, anemia, renal osteodystrophy, neuropathy,disfungsi
reproduksi, gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, acquired cystic kidney
disease.13
12
a. Episode clotting selama proses dialisis.
Clotting merupakan salah satu komplikasi utama pada akses jalur dialiser
dan dapat menyebabkan penutupan akses tersebut. Para peneliti
menemukan bahwa pasien yang memiliki episode sering mengalami
tekanan darah (TD) rendah selama dialisis dua kali lebih mungkin untuk
memiliki clotted fistula dibanding pasien dengan episode TD rendah yang
jarang.17
b. Darah yang tertinggal di dalam dialiser.
Pada akhir setiap perlakuan hemodialisis, sejumlah kecil darah biasanya
tertinggal di dalam dialiser. Hal ini dapat menjadi sumber kekurangan zat
besi dari waktu ke waktu. Sehingga dapat menimbulkan anemia.14
13
2.10.1 Pengertian
Kepatuhan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan ketaatan atau
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan pada program kesehatan
merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat diukur.
Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah ke
tujuan terapeutik yang ditentukan bersama.
Menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya:
minum obat, mematuhi diit, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran
terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tidak mengindahkan
setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana.
14
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu,
untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga
tercapai suatu konsistensi.
c. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan,
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin
matang dan teratur.
d. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga juga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan
tentang program pengobatan/diit yang dapat mereka terima. Dukungan keluarga
diperlukan karena klien gagal ginjal kronik akan mengalami sejumlah perubahan
bagi hidupnya sehingga menghilangkan semangat hidup klien, diharapkan dengan
adanya dukungan keluarga dapat menunjang kepatuhan klien.
e. Lama menjalani hemodialisa
Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir kondisi
sakitnya tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Gaya hidup
terencana dalam jangka waktu yang lama, yang berhubungan dengan terapi
hemodialisa dan pembatasan asupan makanan dan cairan klien gagal ginjal kronis
15
sering menghilangkan semangat hidup klien dalam terapi hemodialisa ataupun
dengan pembatasan asupan cairan.
c. Faktor keluarga juga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai
perawatan diri anggota keluarga yang sakit.
16
b. Persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit.
17
b) Pengetahuan
Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak teridentifikasi
mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat
sehingga tidak perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya.
- Dukungan petugas
Dukungan dari petugas sangatlah besar artinya bagi penderita sebab petugas
adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman
terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi,
sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas
kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.
- Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat
dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya
dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh
keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya (Friedman, 1998).
c. Faktor enabling (faktor pemungkin)
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam memberikan penyuluhan
terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana kesehatan yang lengkap dan
mudah terjangkau oleh penderita dapat lebih mendorong kepatuhan penderita.
18
BAB III METODE
Laporan Kedokteran Komunitas ini menggunakan metode deskriptif
obervasional. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
data dikumpulkan dari lapangan berbentuk kata-kata, gambar dan tidak diolah
secara statistik analisis. Penelitian dilakukan di wilayah kerja PKM Sukamerindu
mulai tanggal 7 September 2020 sampai dengan 13 September 2020.
n = N/ (1 + N. e2 )
= 19 / (1 + 19(0,05)2 )
= 19 / (1 + 0,04)
= 18,26 sampel ≈ 18 sampel
Keterangan :
N : Jumlah populasi
n : Jumlah sampel
19
e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance) sebesar 5%
20
d. Data dimasukkan dalam software Microsoft Office 2013 kemudian diolah
dalam bentuk tabel dan grafik.
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Sungai Serut pada tahun 2019
adalah 25.195 jiwa yang terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan
rincian jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:
22
Tabel 4. 1.1 Rincian Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Sungai Serut
Tahun 2019
No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Total
b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, Puskesmas memiliki 3 (tiga) Misi
yaitu :
1. Menggerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Mendorang kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup
sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu,keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya.
23
4.1.3 Program Upaya Kesehatan
Sesuai dengan tuntutan puskesmas era Desentralisasi, puskesmas
Sukamerindu selama tahun 2019 telah melaksanakan Basic Six atau enam
program unggulan, yaitu :
a. Promosi Kesehatan (Promkes)
b. Kesehatan Ibu/ KB
c. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
d. Upaya Peningkatan Gizi
e. TB DOTS
f. Pengobatan
Selain melaksanakan keenam program unggulan, Puskesmas
Sukamerindu juga melaksanakan program pelaksanaan pengembangan
yaitu :
a. Perawatan Kesehatan masyarakat (Perkesmas)
b. Kesehatan Gigi dan mulut
c. Kesehatan Usia lanjut
d. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Sebagai program pelengkap puskesmas Sukamerindu dilengkapi
dengan laboratorium sederhana dan sistem pencatatan dan pelaporan
terpadu puskesmas (SP2TP). Sedangkan sembilan program kerja
Puskesmas lainnya tetap dilaksanakan tetapi tidak menjadi prioritas
pelaksanaan program kerja puskesmas Sukamerindu selama tahun 2012.
4.1.4 Sumber Daya Kesehatan
Dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, Puskesmas
Sukamerindu di dukung oleh 50 tenaga yang terdiri 32 orang PNS yang tersebar
di Puskesmas Induk dan 6 (enam) PUSTU, serta 1 (satu) poskesdes dari berbagai
disiplin ilmu.
24
Tabel 4.1.2 Jenis Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan UPTD Puskesmas
Sukamerindu tahun 2019.
No. Jenis Tenaga PNS Jumlah
1. Dokter Umum 2 2
2. Dokter Gigi 1 1
3. 0 0
Apoteker
4. 3 3
5. Sarjana Kesehatan Masyarakat 4 4
6. Sarjana Keperawatan 10 10
7. Tenaga kesehatan Bidan 8 8
8. Tenaga kesehatan Perawat 1 1
9. Tenaga Nutrision 1 1
10. Tenaga Laboratorium 2 2
Asisten apoteker
25
Daftar 10 Penyakit Terbanyak
2500
2000
1500
1000 jumlah
500
0
ia A s k it i a D
alg ISP tr iti ati kul bris tens ling CK DM
h s m i t e r e
Ce
p Ga u
Re nya
k F pe T
Hi akit
Pe ny
Pe
26
Daftar 5 Penyakit Rujukan Terbanyak
500
450
400
350
300 Jumlah
250
200
150
100
50
0
PPOK Penyakit Jantung CKD DM Penyakit Mata
27
Tabel 4.2.2
Diagram 4.2.1. Karakteristik Penderita Hemodialisa
berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Karakteristik
Penderita
Hemodialisa
Perempuan Laki-laki
44% berdasarkan
Perempuan
Laki-laki
56% Distribusi Usia
Usia Jumlah (n) Persentase (%)
41-60 tahun 6 33,3%
> 60tahun 12 66,6%
Dari tabel
4.2.2 didapatkan distribusi umur penderita hemodialisa di PKM Sukamerindu.
Dengan jumlah terbanyak berada pada kelompok usia >60 tahun dengan
persentase sebesar 66,6%.
41-60 tahun
33% 41-60 tahun
> 60tahun
> 60tahun
67%
28
Diagram 4.2.3. Data Karakteristik Penderita Hemodialisa
Berdasarkan Status Perkerjaan
Bekerja
28%
Bekerja
Tidak Bekerja
Tidak Bekerja
72%
29
Grafik 4.2.1. Karakteristik Penderita Hemodialisa berdasarkan
berdasarkan Lama Hemodialisa
6
4 Jumlah (n)
Persentase (%)
3
Merasa Tidak
Butuh Merasa Butuh
17% Merasa Tidak Butuh
Merasa Butuh
83%
30
Berdasarkan tabel 4.2.6 didapatkan distribusi responden berdasarkan
kepatuhan terapi hemodialisa didapatkan sebanyak 8 responden (44,4%) patuh
menjalani hemodialisa dan sebanyak 10 responden (55,6%) yang tidak patuh
menjalani terapi hemodialisa.
Patuh
44% Patuh
Tidak patuh Tidak patuh
56%
31
Diagram 2.4.7 Dukungan keluarga pada Pasien Hemodialisa
Baik
44%
Baik
Tidak baik Tidak baik
56%
Rendah
22%
Tinggi
Rendah
Tinggi
78%
32
Dari berbagai rencana intervensi yang telah dibuat untuk memecahkan akar
penyebab masalah yang ada, intervensi yang dapat dilakukan di UPTD Puskesmas
Sukamerindu antara lain:
a. Memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya kepatuhan
melakukan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik dan memberikan
edukasi tentang komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakpatuhan dalam
melakukan hemodialisa.
Melakukan penyuluhan menggunakan poster, brosur, dan presentasi secara
langsung mengenai kepatuhan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik
dan komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakpatuhan tersebut.
b. Memberikan sosialisai kepada keluarga mengenai kepatuhan dalam melakukan
hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik.
c. Mengajak keluarga pasien gagal ginjal kronik untuk ikut serta dalam
meberikan dukungan moral dan mengingatkan pasien mengenai pentingnya
melakukan hemodialisa sesuai jadwal.
d. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ginjal kronik,
pentingnya kepatuhan hemodialisa, dan komplikasi akibat ketidakpatuhan
tersebut.
e. Memberikan sosialisasi mengenai diet sehat dan seimbang bagi penderita gagal
ginjal kronik.
f. Menambah petugas kesehatan untuk memberikan:
Memberikan sosialisasi dan penyuluhan secara langsung tentang pentingnya
kepatuhan hemodialisa sesuai jadwal.
Membuat pre-test dan post-test mengenai pengetahuan penderita penyakit
ginjal kronik mengenai penyakit ginjal kronik dan pentingnya hemodialisa
sebelum dan sesudah penyuluhan.
g. Mensosialisasikan adanya jaminan kesehatan bagi keluarga yang tidak mampu
agar masyarakat tersebut mampu rutin melakukan hemodialisa.
h. Mengajak keluarga binaan untuk membuat kartu jaminan kesehatan.
33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
34
DAFTAR PUSTAKA
35
13. Beiber, S.D. dan Himmerfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schriers’s
Disease of the kidney. 9th ed. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A.,
Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors. Lipincott Williams & Wittkins.
Philadelphia p 2473-505
14. NKFKDOQI. 2015. Iron Needs in Dialysis - The National Kidney
Foundation. National kidney foundation.
15. Chioini RL. 2016. Anemia And Kidney Disease. Rockwell Med.[internet]..
Tersedia dari: http://www.rockwellmed.com/therapeutic-anemia-kidney-
disease.htm.
16. White T. 2011. Low Blood Pressure During Dialysis Increases Risk Of
Clots, According To Stanford-Led Study | News Center | Stanford
Medicine. JASN.
17. Barratt J, Topham P, Harris KPG. 2008. Oxford Desk Reference:
Nephrology. Oxford University Press.
18. Suki WN, Massry SG. 2012. Therapy of Renal Diseases and Related
Disorders. 2nded. London: Springer Science and Business Media. P 550-1.
19. Saeed F, Agrawal N, Greenberg E, Holley JL. 2011. Lower
Gastrointestinal Bleeding in Chronic Hemodialysis Patients. Int J Nephrol.
2011:272535.
20. Depkes RI. 2017. Situasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Kemenkes RI:
Jakarta
21. Pernefri. (2003). Konsensus Dialisis, Edisi I. Jakarta: Penerbit
Perhimpunan Nefrologi Indonesia FK UI.
22. Tisher, C. Craig, and Christopher S. Wilcox. 1997. Gagal Ginjal Kronik,
dalam: Buku Saku Nefrologi, John C. Peterson. Ed: 3. Jakarta: EGC. 103-1
15.
36
KUESIONER
LAMPIRAN 1
IDENTITAS RESPONDEN
Umur : tahun
Lama terapi :
Jenis kelamin :
Laki-laki Perempuan
Pendidikan :
SD Perguruan Tinggi
SMP Lainnya………
SMA
Petunjuk Pengisian
37
A. KEBUTUHAN
Sangat
Sangat Tidak tidak
No Pertanyaan Setuju
setuju setuju setuju
Keterangan:
Sangat setuju :3
Setuju :2
Tidak setuju :1
Sangat tidak setuju :0
38
Interpretasi hasil:
Tidak butuh :0–6
Butuh : 7 - 18
B. DUKUNGAN KELUARGA
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Keterangan:
Sangat setuju :3
Setuju :2
Tidak setuju :1
Sangat tidak setuju :0
39
Interpretasi hasil:
Tidak Baik :0–6
Baik : 7 – 18
C. AKSES PELAYANAN
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Keterangan:
Sangat setuju :3
Setuju :2
Tidak setuju :1
Sangat tidak setuju :0
40
Interpretasi hasil:
Tidak Baik :0–6
Baik : 7 - 18
D. MOTIVASI
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
Keterangan:
Sangat setuju :3
Setuju :2
41
Tidak setuju :1
Sangat tidak setuju :0
Interpretasi hasil:
Tidak baik :0–6
Baik : 7 - 18
42
LAMPIRAN 2
43
44