Anda di halaman 1dari 35

SISTEM PELAPORAN KASUS

KEKERASAN PADA PEREMPUAN


DAN ANAK BERBASIS APLIKASI

Disusun Oleh :
Luluk Rosida, S.ST., M.KM
Intan Mutiara Putri S.ST.,M.Keb
Esi putri Silmina MCS
Nunung Ismiyatun S.ST

UNIVERSITAS ‘AISYIYAHYOGYAKARTA
2020

i
SISTEM PELAPORAN KASUS KEKERASAN PADA PEREMPUAN
DAN ANAK BERBASIS APLIKASI

Disusun Oleh :

1. Luluk Rosida, S.ST., M.KM


2. Intan Mutiara Putri S.ST.,M.Keb
3. Esi putri Silmina MCS
4. Nunung Ismiyatun S.ST

Cetakan 1, : 25 Maret 2020

ISBN : 978-602-0739-44-1

Diterbitkan

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Press

Jl. Siliwangi Ring road Barat No 63, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta
Telp : (0274) 4469199, Fax : (0274) 4469204

Email :info@unisayogya.ac.id

Website :www.unisayogya.ac.id
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KEPENGARANGAN..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR….......................................................................................iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................v
A. GAMBARAN KASUS KEKERASAN.......................................................1
1. Angka kasus kekerasan di dunia dan Indonesia.......................................1
2. Faktor yang mempengaruhi kasus KtP/A................................................3
3. Upaya sosialisasi dan penjaringan KtP/A berbasis Aplikasi....................3
B. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN................................................5
1. Pengertian.................................................................................................5
2. Bentuk Kekerasan pada perempuan.........................................................5
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan pada perempuan...............7
C. KEKERASAN TERHADAP ANAK.............................................................8
1. Pengertian.................................................................................................8
2. Bentuk Kekerasan pada anak....................................................................8
3. Faktor factor yang mempengaruhi kekerasan pada anak.........................9
4. Dampak Kekerasan pada anak................................................................11
D. BENTUK APLIKASI PELAPORAN KEKERASAN............................13
1. Alur pelaporan........................................................................................13
2. Aplikasi pelaporan Kader dan Petugas...................................................13
3. Aplikasi pelaporan masyarakat..............................................................25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar A.1.1 Grafik Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia 2
2. Gambar A. 1.2 Grafik Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Indonesia 2
3. Gambar D.1.1 Alur pelaporan Kasus Kekerasan Berbasis Aplikasi 14
4. Gambar D.2.1 Tampilan awal aplikasi 15
5. Gambar D.2.2 Tampilan awal login 16
6. Gambar D.2.3 Tampilan login password 16
7. Gambar D.2.4 Tampilan keluar 17
8. Gambar D.2.5 Tampilan login dan telefon 17
9. Gambar D.2.6 Tampilan Konfirmasi proses agar laporan bisa terkirim 18
10. Gambar D.2.7 Tampilan lokasi 18
11. Gambar D.2.8 Tampilan telefon 19
12. Gambar D.2.9 Tampilan pesan ke ADMIN 19
13. Gambar D.2.10 Tampilan login awal ADMIN 20
14. Gambar D.2.11 Tampilan login password 20
15. Gambar D.2.12 Tampilan keluar 21
16. Gambar D.2.13 Tampilan menu laporan baru 21
17. Gambar D.2.14 Tampilan menu laporan ke kader 22
18. Gambar D.2.15 Menu daftar laporan yang sedang diproses 22
19. Gambar D.2.16 Tampilan konfirmasi laporan selesai 23
20. Gambar D.2.17 Tampilan menu daftar laporan selesai 23
21. Gambar D.2.18 Tampilan konfirmasi laporan selesai akan dihapus 24
22. Gambar D.2.19 Tampilan menu laporan yang dibatalkan 24
23. Gambar D.2.20 Tampilan konfirmasi laporan yang batal akan dihapus 25
24. Gambar D.2.21 Tampilan web aplikasi laporan masyarakat 26
25. Gambar D.2.22 Tampilan aplikasi 26
26. Gambar D.2.23 Tampilan form pembuatan laporan 27
KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Buku referensi dengan judul “Sistem Informasi Kasus
Kekerasan pada Perempuan dan Anak”.Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan berbagai kalangan dalam upaya mengurangi Kasus Kekerasan terutama
pada Perempuan dan Anak. Buku ini ditujukan kepada mahasiswa kebidanan, mahasiswa
IT, praktisi kesehatan, serta pengajar dibidang kesehatan maupun IT agar lebih mudah
dalam memahami dan menerapkan Sistem Informasi pada Kasus Kekerasan pada
Perempuan dan Anak. Melalui buku ini, penulis mengharapkan kepada semua pembaca
atau pengguna agar setelah mempelajari dan memahami isinya, dapat menggunakan
Sistem Informasi pada Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak.
Penulis menyadari buku ini masih sangat jauh dari sempurna.Penulis selalu
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan yang membangun, demi
penyempurnaan buku referensi ini. Semoga buku referensi ini bermanfaat bagi
mahasiswa, praktisi Kesehatan, IT, pengajar dan segenap pembaca.

Yogyakarta, 25 Maret 2020

Penulis
A. GAMBARAN KEJADIAN KEKERASAN

1. Angka Kasus kekerasan Di Dunia dan Indonesia

Masalah Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A) merupakan


masalah global yang terkait hak asasi manusia dan ketimpangan gender. Kasus-
kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang teridentifikasi di pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan termasuk kepolisian merupakan
fenomena gunung es, karena belum menggambarkan jumlah seluruh kasus yang ada
dimasyarakat. Hanya sebagian kecil kasus kekerasan yang dilaporkan, karena
sebagian besar masyarakat masih mengganggap bahwa kasus Kekerasan terhadap
Perempuan dan Anak (KtP/A) adalah aib dan merupakan masalah “domestik”
dalam keluarga yang tidak pantas diketahui oranglain yang cukup baik di mata
masyarakat (Emilia, 2008).

Kekerasan bukan hanya yang berbentuk fisik, tetapi juga kekerasan


psikis, sosial ekonomi dan seksual yang sering kali luput dari perhatian. Pada tahun
2000, kematian akibat kekerasan di dunia mencapai 1,6 jiwa dengan angka
kematian mencapai 28,8% per100.000 jiwa. Adapun 49,1% disebabkan karena
bunuh diri dan 31,3% akibat pembunuhan. Kematian akibat kekerasan terjadi di
negara-negara berkembang mencapai dua kali lipat dari negara maju. Laporan
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan jumlah kasus kekerasan
terhadap perempuan di Indonesia meningkat pesat dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir.

Data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas


Perempuan) menunjukkan, sepanjang tahun 2015 terjadi aksi kekerasan yang bukan
hanya di wilayah domestik, melainkan meluas sampai ke ranah publik. Berdasarkan
jumlah kasus yang didapat dari 232 mitra Komnas Perempuan di 34 provinsi,
tercatat kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani sejak
tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami kenaikan. Grafik A.1.1 di bawah ini
menjelaskan bahwa dalam kurun waktu lima tahun kasus kekerasan terhadap perempuan yang
dilaporkan dan ditangani setiap tahunnya mengalami kenaikan.

1
JUMLAH KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DI INDONESIA 321.752
293.220
279.688

216.156

119.107

2011 2012 2013 2014 2015

Gambar A.1.1 Grafik Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia

PernyataandariKomnasPerempuanpadaHariAntikekerasanterhadapPerem
puanTahun 2014: ”Dalam 3 jam setidaknya ada 2 perempuan mengalami kekerasan
seksual” Hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dari tahun
2011 sampai tahun 2014 kasus kekerasan terhadap anak mencatat adanya
peningkatan yang signifikan dari tahun ketahun dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:

JUMLAH KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK


DI INDONESIA 5.066

4.311

3.512

2.178

2011 2012 2013 2014

Gambar A. 1.2 Grafik Kasus Kekerasan Terhadap Anak di Indonesia


2. Faktor yang mempengaruhi Kasus KtP/A
Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Perempuaan dan Anak (KtP/A) seringkali

lambat karena :

a. Kurangnya ketrampilan teknis dan sumber daya


Seringkali tidak ditanyakan tentang kekerasan yang dialaminya karena tidak siap
dalam melayani, khawatir melukai perasan korban, menganggap hal itu adalah
masalah pribadi dan merasa tidak memiliki waktu dan keahlian dalam menolong dan
melaporkan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak (KtP/A)
b. Streoretipe budaya dan sikap sosial yang negatif
Adanya anggapan bahwa kelompok tertentu pantas untuk dikerasi. Seringkali pula
kekerasan dianggap biasa padakalangan miskin, etnik dan agama tertentu. Kadang
pemberi pelayanan juga mengalami kekerasan domestik sehingga menjadi hambatan
dalam menolong dan melaporkan kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan
anak (KtP/A)
c. Kendala institusional
Kurangnya penghargaan dalam penanganan korban-korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak (KtP/A)bila dibanding pelayanan yang lain, ketakutan terlibat
sanksi dalam proses pengadilan, kurangnya dukungan isntitusi dalam penanganan,
keterbatasan rujukan dan kurangnya koordinasi lintas sektor.
d. Keengganan korban mengemukakan kekerasan yang dialaminya
Banyak perempuan dan anak enggan mengemukakan secara langsung
tentang kekerasan yang dialaminya karena malu, ketergantungan ekonomi
dan takut.

3. Upaya Sosialisasi dan penjaringan berbasis aplikasi

Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak terutama di


Kabupaten Bantul berdasarkan pada beberapa kebijakan yaitu adanya Peraturan Bupati
Bantul no 45 tahun 2008 tentang Pembentukan Forum Penanganan Korban Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak, adanya Peraturan Daerah no 15 tahun 2013 tentang
Perlindungan Anak dan Perempuan Korban Kekerasan, adanya kepastian pembiayaan
korban kekerasan terhadap perempuan dan anak(KtP/A).

Terdapat 27 puskesmas di Kabupaten Bantul yang sudahtersosialisasi program


Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A), enam diantaranya merupakan
puskesmas Mampu Tatalaksana Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A).
Selama ini, penanganan di tingkat pelayanan dasar di Puskesmas belum dilakukan secara
optimal, karena belum tersedinya sarana prasarana yang memadai. Beberapa petugas
Puskesmas yang sudah terlatih dalam tatalaksana Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak (KtP/A) belum dapat menangani masalah tersebut secara komprehensif, karena
belum optimalnya kemitraan dan jejaring dengan sektor terkait. Padahal penanggulangan
masalah Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtP/A) mencakup aspek
medis,medico legal maupun psikososial yang penangannya membutuhkan jejaring.

Bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan pemerintah salah satunya yaitu


pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fasilitas kesehatan
(Faskes) di lingkungan masyarakat adalah Puskesmas yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif. Seiring kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, sistem pelayanan konvensional yang selama ini diterapkan di instansi
pemerintahan harus bergeser menjadi sistem pelayanan berbasis elektronik, sesuai dengan
peraturan Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi pengembangan e-
Government, merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam hal meningkatkan kualitas
pelayanan berbasis elektronik. Kegunaan teknologi informasi dalam dunia kesehatan saat
ini untuk menunjang pelayanan informasi publik lebih dikenal sebagai Sistem Informasi
untuk melayani masyarakat dalam mengakses informasi secara elektronik. Penguasaan
dan aplikasi Tekhnologi Informasi dalam pelayanan kesehatan menjadi sesuatu yang
sudah tidak dapat dipisahkkan. Tekhnologi informasi menjadi salah unsur pendukung
yang sangat penting dalam pengembangan pelayanan publik terutama di Puskesmas.
B. KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

1. Pengertian
Kasus Kekerasan terhadap Perempuaan dan Anak (KtP/A) seperti dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1226/Menkes SK/XII/2009 adalah Kekerasan
terhadap Perempuan dan Anak. Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) adalah segala
bentuk tindak kekerasan berbasis gender yang berakibat, atau mungkin berakibat,
menyakiti secara fisik, seksual, mentalatau penderitaan terhadap perempuan; termasuk
ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena kebebasan,
baik yang terjadi di masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi (Kemenkes, 2011:14).
Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menurut Undang-undang RI no. 23
tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan
atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga. (UU RI No 23 Tahun 2004).
2. Bentuk Kekerasan Pada Perempuan

a. Bentuk kekerasan dibagi dalam beberapa katagori antara lain :


1) Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau
luka berat
2) Kekerasan psikis dan mental
Kekerasan psikis dan mentaladalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. (Kemenkes RI no
1226/Menkes/SK/XII/2009:3)
3) Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan
seksual, pemaksanaan hubungan seksual dengan cara tidak wajardan/atau tidak
disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu. (Kemenkes RI no 1226/Menkes/SK/XII/2009:4)
4) Kekerasan ekonomi/penelantaran
Kekerasan ekonomi adalah kekerasan dalam bentuk penelantaran ekonomi
dimana tidak diberikan nafkah secara rutin atau dalam jumlah yang cukup,
membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah sehingga korban dibawah kendali orang tersebut (Kemenkes RI, Dirjen
BKM, 2011:17)
Penelantaran anak adalah kegagalan menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak seperti kesehatan, pendidikan,
perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernaung, serta keadaan
hidup yang aman dan layak Kemenkes RI, Dirjen BKM, 2011:16)
5) Eksploitasi
Eksploitasi adalah penggunaan perempuan dan atau anak dalam pekerjaan atau
aktivitas lain untuk keuntungan orang lain termasuk pekerja perempuan dan atau
anak serta prostitusi (Kemenkes RI, Dirjen BKM, 2011:16)
6) Gabungan dari dua atau tiga kekerasan
7) Kekerasan lainnya
a) Ancaman kekerasan
Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan secara melawanhukum
berupa ucapan, tulisan, gambar, simbol, atau gerakantubuh, baik dengan atau
tanpa menggunakan sarana yangmenimbulkan rasa takut atau mengekang
kebebasan hakiki seseorang
b) Pemaksaan
Pemaksaan adalah suatu keadaan di mana seseorang/korban disuruh
melakukan sesuatu sedemikian rupa sehingga orang itu melakukan sesuatu
berlawanan dengan kehendak sendiri

b. Kekerasan berdasar tempat kejadiaanya :


1) Kekerasan di dalam rumah tangga (domestik/KDRT)
2) Kekerasan di sekolah atau tempat kerja
3) Kekerasan di daerah konflik/pengungsian
4) Kekerasan di jalanan
3. Faktor yang mempengaruhi kekerasan pada perempuan
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kekerasan pada perempuan antara lain :
1) Faktor risiko individu
a) Penelantaran anak
b) Pengalaman kekerasan di masa lalu
c) Penyimpangan psikologis atau personal
d) Penyalahgunaan alkohol dan NAPZA
2) Faktor risiko keluarga
a) Pola pengasuhan yang buruk
b) Konflik keluarga
c) Kekerasan oleh pasangan
d) Rendahnya status sosial ekonomi
e) Keterlibatan orang lain dalam masalah kekerasan
3) Faktor risiko komunitas
a) Kemiskinan
b) Kriminalitas tinggi
c) Banyaknya pengangguran
d) Mobilitas penduduk yang tinggi
e) Perdagangan obat terlarang
f) Lemahnya kebijakan institusi
g) Kurangnya sarana pelayanan korban
h) Faktor situasional
4) Faktor risiko lingkungan sosial
a) Perubahan lingkungan sosial yang cepat
b) Kesenjangan ekonomi
c) Kesenjangan gender
d) Kemiskinan
e) Lemahnya jejaring ekonomi
f) Lemahnya penegakan hukum
g) Budaya yang mendukung kekerasan
h) Tingginya penggunaan senjata api illegal
i) Masa konflik – post konflik (Kemenkes RI, Dirjen P2, 2012:24)
C. KEKERASAN TERHADAP ANAK

1. Pengertian
Kekerasan pada anak atau child abuse and neglec yaitu semua tindakanfisik,

mental dan seksual dari orangtuaatau pengasuh di setiap keadaan yangmenunjukkan

kurangnya perawatandan perlindungan terhadap anak,sehingga menyebabkan luka

dankegagalan perkembangan baik fisik,intelektual, mental dan sosial (Hidayah, 2015).

Contohtindakan kekerasan pada anak adalahpemukulan, penyerangan fisik berkali-

kalisampai terjadi luka, eksploitasi(pornografi, penyerangan seksual,pemberian makanan

yang tidak layakatau kurang gizi, pengabaianpendidikan dan kesehatan.

Menurut (Rochmawati & Susilo, 2018)kekerasan terhadap anak adalah perilaku

salah baik dari orangtua, pengasuh dan lingkungan dalam bentuk perlakuan kekerasan

fisik, psikis maupun mental yang termasuk didalamnya adalah penganiayaan,

penelantaran dan eksploitasi, mengancam dan lain-lain terhadap anak. Kekerasan

terhadap anak menurut (Soeroso, 2010) adalah setiap perbuatan yang ditujukan pada

anak yang berakibat kesengsaraan dan penderitaan baik fisik maupun psikis baik yang

terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi. Tindak kekerasan tidak hanya

berupa tindakan fisik melainkan juga perbuatan non fisik (psikis). Tindakan fisik secara

langsung bisa dirasakan akibatnya oleh korban serta dapat dilihat oleh siapa saja,

sedangkan tindakan non fisik (psikis) yang bisa merasakan langsung hanyalah korban,

karena tindakan tersebut langsung berkaitan menyinggng hati nurani atau perasaan

seseorang.

Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk/tindakan perlakuan menyakitkan

secara fisik ataupun emosional penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran,

eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual komersial anak yang mengakibatkan

cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup


anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks

hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan (Kemenkes, 2011).

2. Bentuk Kekerasan Pada Anak


Menurut Terry E. Lawson dalam (Huraerah, 2012) kekerasan terhadap anak mempunyai

empat bentuk yaitu : emoyional abuse, verbal abuse, physical abuse, dan sexual abuse.

Sementara menurut Suharto dalam (Huraerah, 2012) kekerasan terhadap anak

dikelompokkan menjadi : physical abuse (kekerasan secara fisik), psychological abuse

(kekerasan secara psikologis), sexual abuse (kekerasan secara seksual), sosial abuse

(kekerasan secara sosial).

Bentuk kekerasan terhadap anak sebagai berikut:

1) Kekerasan anak secara fisik

Kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan dan penganiyaan terhadap

anak dengan atau tanpa menggunakan benda tertentu yang menimbulkan luka-luka

fisik atau kematian pada anak.

2) Kekerasan anak secara psikis


Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar
dan kotor, memperlihatkan buku, gambar dan film pornografi pada anak. Anak yang
mendapatkan perlakuan ini, menunjukkan gejala seperti menarik diri, pemalu,
menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain.
3) Kekerasan anak secara seksual

Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan pra-kontak seksual antara

anak dengan orang yang lebih besar baik melalui kata, sentuhan, gambar vital,

exhibitionisme maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak

dengan orang dewasa.

4) Kekerasan anak secara sosial

Kekerasan anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi

anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perilaku orangtua yang tidak memberikan
perhatian yang dikucilkan, diasingkan dari keluarga atau tidak memberikan

perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak, sedangkan eksploitasi

anak menunjukkan sikap diskriminatif atau perlakukan sewenang-wenang terhadap

anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.

3. Faktor- factor Yang Mempengaruhi Kekerasan pada Anak


Menurut Etrisna dalam (Priscika, 2015) terjadinya kekerasan terhadap anak dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Faktor Internal

a) Berasal dalam diri anak

Terjadinya kekerasan pada anak dapat disebabkan kondisi dan tingkah laku

anak, misalnya anak menderita gangguan perkembangan, ketergantungan anak

pada lingkungannya, anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan

tingkah laku, anak yang memiliki perilaku menyimpang dan tipe kepribadian

dari anak itu sendiri.

b) Keluarga/orang tua

Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya

kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki pola

asuh membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiyaan, keluarga yang

sering bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak yang

lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah, orang tua

tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak

karena faktor stres yang dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga

belum memiliki kematangan psikologis sehingga melakukan kekerasan terhadap

anak, riwayat orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan

melakukan kekerasan pada anaknya.


2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan luar

Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan pada anak,

diantaranya seperti kondisi lingkungan yang buruk, terdapat sejarah penelantaran

anak, dan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam lingkungannya.

b) Media massa

Media massa merupakan salah satu alat informasi dan telah menjadi bagian dari

kehupan manusia sehai-hari. Media tentu mempengaruhi penerimaan konsep,

sikap, nilai dan pokok moral. Banyak media yang cetak menyajikan berita-berita

tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan. Media elektronik seperti radio,

televisi, video, kaset dan film sangat mempengaruhi perkambangan kejahatan

yang menampilkan adegan kekerasan, menanyangkan film action dengan

perkelahian, acara berita kriminal, penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan

dalam lingkup keluarga. Pada hakikatnya media massa memiliki fungsi yang

positif, namun kadang dapat menjadi negatif.

c) Budaya

Budaya yang masih menganut praktik-praktik dengan pemikiran bahwa status

anak dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat memenuhi harapan

orangtua maka anak harus dihukum. Pemahaman itu mempengaruhi dan membuat

orangtua ketika memukul, menendang, atau menindas anak adalah suatu hal yang

wajar untuk menjadikan anak sebagai pribadi yang kuat dan tidak boleh lemah.
4. Dampak Kekerasan pada Anak
Menurut (Putri, 2018) dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak antara

lain :

1) Dampak kekerasan fisik

Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif

dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua

agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya menjadi orang

dewasa yang agresif. Sitohang dalam (Putri, 2018) menggambarkan bahwa semua

jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima

manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsunng berulang-ulang

dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak,

meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia.

2) Dampak kekerasan psikis

Kekerasan jenis ini tidak begitu mudah untuk dikenali. Akibat yang dirasakan oleh

korban tidak memberikan bekas yang tampak jelas bagi orang lain. Dampak kekerasan

jenis ini akan berpengaruh pada situasi perasaan tidak aman dan nyaman, menurunnya

harga diri serta martabat korban. Wujud konkret kekerasan atau pelanggaran jenis ini

adalah : penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan

orang lain didepan umum, melontarkan ancaman dengan kata-kata dan sebagainya.

Akibat adanya perilaku tersebut biasanya korban akan merasa rendah diri, minder,

merasa tidak berharga, dan lemah dalam membuat keputusan.

3) Dampak kekerasan seksual

Segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk

melakukan hubungan seksual, melakukan penyiksaan atau bertindak sadis serta

meninggalkan seseorang termasuk mereka yang masih tergolong usia anak-anak.


Segala perilaku yang mengarah pada tindakan pelecehan seksual terhadap anak-anak

baik disekolah, keluarga, maupun lingkungan sekitar tempat tinggal anak juga

termasuk dalam ketgori kekerasan atau pelanggaran terhadap anak jenis ini. Kasus

pemerkosaan anak, pencabulan yang dilakukan oleh guru, orang lain, bahkan orang

tua tiri yang sering terekspos dalam pemberitaan berbagai media massa merupakan

contoh konkret kekerasan seksual

4) Dampak kekerasan ekonomi

Kekerasan ekonomi sering terjadi di lingkungan keluarga. Perilaku melarang

pasangan untuk bekerja atau mencampuri pekerjaan pasangan, menolak memberikan

uang atau mengambil uang, serta mengurangi jatah belanja bulanan, merupakan

contoh konkret bentuk kekerasan ekonomi. Pada anak-anak, kekerasan jenis ini sering

terjadi ketika orang tua memaksa anak yang masih berusia dibawah umur untuk dapat

memberikan kontribusi ekonomi keluarga, sehingga fenomena penjual koran,

pengamen jalanan, pengemis anak, parkir liar, dan lain-lain merebak terutama di

perkotaan.
D. BENTUK APLIKASI PELAPORAN DAN PENJARINGAN KASUS
KEKERASAN

1. Alur Pelaporan Kasus Kekerasan berbasis aplikasi


Pelaporan kasus kekerasan perempuan dan anak diawali dari korban KtP/A
datang sendiri atau diantar ke puskesmas setempat baik melalui UGD atau Balai
Pemeriksaan Umum. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang, jika membutuhkan
penanganan lebih lanjut maka korban KtP/A akan dirujuk ke RS. Petugas UGD ataupun
dokter umum yang menangani korban KtP/A melaporkan kepada Programer KtP/A
Puskesmas. Alur pelaporan kasus kekerasan pada perempuan dan anak dapat
digambarkan pada Gambar D.1.1 berikut ini :

Korban KtP/A datang sendiri atau diantar

Gambar D.1.1 Alur Pelaporan Kasus Berbasis Aplikasi


2. Aplikasi Pelaporan Untuk Kader dan Petugas
a. Aplikasi Laporan Kekerasan terhadap
Perempuan danAnak Ada 3
aplikasiutama:
1) Aplikasi ADMIN
a) Butuh login sebagai admin
b) Bisa memonitor semua laporan kegiatanKDRT
c) Bila ada laporan yang belum diambil alih sama kader, bisa menunjuk kader
tertentudiaplikasinya.
2) Aplikasi Kader
a) Bisa melihat laporan yang masuk dan belum diambil oleh kader lain
di dusun yangsama
b) Bisa melihat proses penanganan laporan dari semua kasus didusunnya.
3) Aplikasi Pengguna
a) Untuk melaporkan kasus yangterjadi
b) Ada 2 carapelaporan:
(1) Via website, melalui website tidak bisa melihat statuslaporanya
(2) Via aplikasi, bisa melihat status laporanya, apakah sudah
diproses ataubelum
Berikut adalah alamat yang dapat diakses :
https://ktpa-id.firebaseapp.com/diy-bantul/kasihan1/download.html
b. Cara melakukan install aplikasi
Tampilan awal setelah memasukkan Link berikut ini :
https://ktpa-id.firebaseapp.com/diy-bantul/kasihan1/download.html

Gambar D.2.1 Tampilan awal aplikasi


Terdapat dua cara untuk melakukan install aplikasi ini antara lain:

1) Aplikasi kader

a) Tahap awal Login(email)

Gambar D.2.2 Tampilan awal login

b) Login(password)

Gambar D.2.3 Tampilan login 16assword


c) Keluar

Gambar D.2.4 Tampilan keluar

d) Menu (baru) terdapat fitrur Diproses, Tampilkan Lokasi danTelepon

Gambar D.2.5 Tampilan login dan telefon


e) Konfirmasi proses agar laporan bisa terkirim

Gambar D.2.6 Tampilan Konfirmasi proses agar laporan bisa terkirim

f) Lokasi

Gambar D.2.7 Tampilan lokasi


g) Telepon

Gambar D.2.8 Tampilan telefon

h) Mengirim pesan ke Admin untuk menanyakan keberlanjutan dari laporan


tersebut.

Gambar D.2.9 Tampilan pesan ke ADMIN


2) Aplikasi Admin

a) Tahap awal Login (email)

Gambar D.2.10 Tampilan login awal ADMIN

b) Login (Password)

Gambar D.2.11 Tampilan login password


c) Keluar

Gambar D.2.12 Tampilan keluar

d) Menu daftar laporan baru

Gambar D.2.13 Tampilan menu laporan baru


e) Menu proses laporan ke kader

Gambar D.2.14 Tampilan menu laporan ke kader

f) Menu daftar laporan yang sedang diproses

Gambar D.2.15 Menu daftar laporan yang sedang diproses


a) Konfirmasi laporan selesai

Gambar D.2.16 Tampilan konfirmasi laporan selesai

b) Menu daftar laporan selesai

Gambar D.2.17 Tampilan menu daftar laporan selesai


c) Konfirmasi laporan selesai akan dihapus

Gambar D.2.18 Tampilan konfirmasi laporan selesai akan dihapus

d) Menu laporan yang dibatalkan

Gambar D.2.19 Tampilan menu laporan yang dibatalkan


e) Konfirmasi laporan yang batal akan dihapus

Gambar. D.2.20 Tampilan konfirmasi laporan yang batal akan dihapus


3) Aplikasi Untuk Masyarakat (Laporan)

a) Tampilan web

Gambar D.2.21 Tampilan web aplikasi laporan masyarakat

b) Aplikasi

Gambar D.2.22 Tampilan aplikasi


c) Pembuatan laporan

Gambar D.2.23 Tampilan form pembuatan laporan


DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. & Tomey, A. M. 2006. Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. Missouri :
Mosby.

Anggraeni, R. (2013). Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga .

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat DIY, 2010. Profil Perlindungan


Perempuan dan AnakPropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010.
Yogyakarta : BPPM

John dirk pasalbessy. 2010. Dampak tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak
beserta solusinya. Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010

Kemenkes RI, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2014, Pedoman Pengembangan


Puskesmas Mampu tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak,
Jakarta : Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

Kemenkes RI, Dirjen Pengendalian dan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan


Lingkungan,2012. Pedoman Pengendalian Kekerasan DalamRumah
tangga (KDRT). Jakarta : Dirjen P2

Novita A.P, 2016. Peran Petugas Badan Keluarga BerencanaPemberdyaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (BKBP3A) dalam Mensosialisasikan Program Perlindungan
Anak terhadap Pelecehan Seksual di Tenggarong (Periode MaretAgustus 2015),
eJournal Ilmu Komunikasi Volume 4, Nomor 4. 2016.

Siti Malikhah Towaf, 2011. Paket Sosialisasi Wawasan Gender dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmu
Pendidikan Volume 17, Nomor 4. Februari 2011

Siti Malikhah Towaf, 2014. Sosialisasi Wawasan Gender dan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 tentang PKDRT Berbagai Kelompok Masyarakat sebagai Upaa
Rekayasa Sosial. Jurnal Sejarah dana Budaya Volume 8 Nomor 1. Juni 2014
(Diakses tanggal 7-1-2017 pukul 12.19 wib)

Sutrisminah, Emi. (2011). Dampak Kekerasan Pada Istri Dalam Rumah Tangga terhadap
Kesehatan Reproduksi. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung(Unissula).Semarang.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1226/MENKES/SK/XII/2009 tentang Pedoman Penatalaksanaan Pelayanan
Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Rumah Sakit. Jakarta.

Depkes RI, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta
Hasanah, U., Raharjo, S. T., & Kekerasan, S. P. (2017). Penanganan kekerasan anak berbasis
masyarakat. Social Work, 1(6).

Hidaayah, N. (2015). Mencegah dampak darurat kekerasan pada anak indonesia.


Ilmiah Kesehatan, 8(1), 81–88.

Kemenkes. (2011). Pedoman Pengembangan Puskesmas Mampu Tatalaksana Kasus


Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Priscika, P. (2015). Perbandingan Karakteristik Kekerasan Yang Terjadi Terhadap Anak di


Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota
Tegal. Jawa Tengah: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Putri, D. (2018). Profil Korban Kekerasan Terhadap Anak di Kota Pekanbaru. JOM FISIP,
5(1), 1–15.

Ribas. (2016, 08 14). Aisyiyah DIY Luncurkan GACA Gerakan Aisyiyah Cinta Anak.
Retrieved from suara muhammadiyah:
http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/08/14/aisyiyah-diyluncurkan-gaca-
gerakanaisyiyah-cinta-anak/

Risma, D., Solfiah, Y., & Satria, D. (2020). Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan Media Edukasi Perlindungan Anak untuk Mengurangi Kekerasan Pada
Anak Usia Dini Abstrak, 4(1), 448–462. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.322

Rochmawati, N. I. (2018). Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini di TK IT


Bintang Kecil Kota Semarang. PAUD, 1(1).

Saputra, D., Hartaty, N., Sary, A. M., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., … Besar, A.
(2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Sikap Kekerasan Kepada Anak di
Kecamatan Meuraxa. Jurnal Aceh Medika, 2(1), 95–99.

TribunJogja. (2018, 12 3). Jumlah Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan di
Bantul Meningkat. Retrieved from Tribun Jogja:
www.jogjatribunnews.com/amp/2018/12/03/jumlah-kasuskekerasan-terhadap-anak-
dan-perempuan-di-bantul-meningkat

Yarini, S. (2014). Peran Negara Dalam Upaya Mengatasi Kekerasan Terhadap Anak.

Anda mungkin juga menyukai