DISUSUN OLEH :
YUNI SULISTYOWATI
NIM : 1901110565
Telah disetujui :
Hari : Jum,at
Tanggal : 9 Oktober 2020
Yuni Sulistyowati
NIM 1901110565
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
(Perceptor lahan)
1. HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya
proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus.
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
- Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
- Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
- Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
C. Manifestasi Klinis
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
4. Tidak dapat memusatkan perhatian
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 2005)
D. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan
dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang
lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a) Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b) Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif :
a) Wajah tegang, merah
b) Mondar-mandir
c) Mata melotot rahang mengatup
d) Tangan mengepal
e) Keluar keringat banyak
f) Mata merah
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar
terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi
baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi
yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus
mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
F. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
G. Asuhan Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
a) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
b) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
c) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
d) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
9. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
11. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
13. Daftar masalah keperawatan
a) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c) Isolasi sosial : menarik diri
H. Analisa data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Klien mengatakan melihat 1. Tampak bicara dan ketawa sendiri.
atau mendengar sesuatu. Klien 2. Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.
tidak mampu mengenal tempat, 3. Berhenti bicara seolah mendengar atau
waktu, orang. melihat sesuatu. Gerakan mata yang cepat.
2. Klien mengatakan merasa 4. Tidak tahan terhadap kontak yang lama.
kesepian. 5. Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih
3. Klien mengatakan tidak saat bicara.
dapat berhubungan sosial. 6. Tidak ada kontak mata.
4. Klien mengatakan tidak 7. Ekspresi wajah murung, sedih.
berguna. 8. Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya
5. Klien mengungkapkan sendiri.
takut. 9. Kurang aktivitas.
6. Klien mengungkapkan apa 10. Tidak komunikatif.
yang dilihat dan didengar 11. Wajah klien tampak tegang, merah.
mengancam dan membuatnya 12. Mata merah dan melotot.
takut. 13. Rahang mengatup.
14. Tangan mengepal.
15. Mondar mandir.
I. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :
Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
J. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN
sensori : halusinasi keperawatan selama 3 x 24 jam PSIKOTERAPEUTIK
klien mampu mengontrol Klien
halusinasi dengan kriteria hasil: Bina hubungan saling
- Klien dapat membina percaya
hubungan saling percaya Adakan kontak sering dan
- Klien dapat mengenal singkat secara bertahap
halusinasinya; jenis, isi, waktu, Observasi tingkah laku klien
dan frekuensi halusinasi, respon terkait halusinasinya
terhadap halusinasi, dan tindakan Tanyakan keluhan yang
yg sudah dilakukan dirasakan klien
- Klien dapat menyebutkan Jika klien tidak sedang
dan mempraktekan cara berhalusinasi klarifikasi tentang
mengntrol halusinasi yaitu dengan adanya pengalaman halusinasi,
menghardik, bercakap-cakap diskusikan dengan klien tentang
dengan orang lain, terlibat/ halusinasinya meliputi :
melakukan kegiatan, dan minum SP I
obat Identifikasi jenis halusinasi
- Klien dapat dukungan Klien
keluarga dalam mengontrol Identifikasi isi halusinasi
halusinasinya Klien
- Klien dapat minum obat Identifikasi waktu halusinasi
dengan bantuan minimal Klien
- Mengungkapkan halusinasi Identifikasi frekuensi
sudah hilang atau terkontrol halusinasi Klien
Identifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
Identifikasi respons Klien
terhadap halusinasi
Ajarkan Klien menghardik
halusinasi
Anjurkan Klien memasukkan
cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
SP II
Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien
Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP III
Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien
Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di rumah)
Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
Evaluasi jadwal kegiatan
harian Klien
Berikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
Beri pujian jika klien
menggunakan obat dengan
benar.
Keluarga
Diskusikan masalah yang
dirasakn keluarga dalam
merawat Klien
Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses
terjadinya
Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi
Latih keluarga melakukan
cara merawat Klien halusinasi
secara langsung
Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
H. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
- Adanya ungkapan yang - Kontak mata kurang, sering
menegatifkan diri menunduk
- Mengeluh tidak mampu melakukan - Mudah marah dan tersinggung
peran dan fungsi sebagaimana mestinya - Menarik diri
- Ungkapan mengkritik diri sendiri, - Menghindar dari orang lain
mengejek dan menyalahgunakan diri
sendiri
I. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah
J. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah - Setelah 2x pertemuan, SP 1
pasien mampu Identifikasi
- Mengidentifikasi kemampuan positif yang
kemampuan dan aspek dimiliki
positif yang dimiliki, Nilai kemampuan
- Memiliki kemampuan yang yang dapat dilakukan saat ini
dapat digunakan, Pilih kemampuan
- Memilih kegiatan yang yang akan dilatih
sesuai kemamampuan Diskusikan dengan
- Melakukan kegiatan yang pasien beberapa aktifitas
sudah dipiih yang dapat dilakukan dan
- Merencanakan kegiatan dipilih sebagai kegiatan
yang sudah yang akan pasien lakukan
sehari-hari
Bantu pasien
menetapkan aktifitas mana
yang dapat pasien lakukan
secara mandiri
Nilai kemampuan
pertama yang telah dipilih
Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1)
Pilih kemampuan
kedua yang dapat dilakukan
Latih kemampuan
yang dipilih
Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1 & SP 2)
Memilih
kemampuan ketiga yang
dapat dilakukan
Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
3. ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan (Yosep, 2009, hlm.229).
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat dan Kemat,
2009, hlm. 93).
B. Penyebab
1. Faktor Predis Posisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh kepada
bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas. Sikap mengancam dan menjelek –
jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering
berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk
mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang
cacat atau lanjut usia. Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak
keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.
d. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi
skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal maupun
eksternal meliputi.
a. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan
stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau
dipenjara .
b. Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia
c. Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi
antara individu, lingkungan, maupun biologis.
d. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas
untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu
dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
1) Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada anak,
misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum
dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.
2) Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di satu sisi anak
ingin mengembangkan kemandiriannya.
C. Manifestasi Klinis
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2) Menghidar dari orang lain (menyendiri)
3) Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.
4) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
5) Komunikasi kurang / tidak ada.
6) Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
7) Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.
8) Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.
9) Menolak berhubungan dengan orang lain.
10) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan.
D. Akibat
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori
halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-
suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421). Menurut Maramis (1998:119)
halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik.
E. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
2. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
3. Terapi psikologi
4. Terapi social
5. Bila serangan pertama
a) Membangkitkan dan diagnosis
b) Pemeriksaan psikologi
c) Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid
d) Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma)
(Buku saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC
F. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
G. Askep
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
7. Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
9. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
10. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
11. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
13. Daftar masalah keperawatan
a) Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b) Isolasi sosial
c) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
H. Analisa Data
Data Subjektif Data objektif
1. Klien mengatakan tidak suka berada 1. Klien suka melamun,
di rumah sakit jiwa. 2. Klien tampak sedih,
2. Klien mengatakan takut dengan 3. Klien suka menyendiri.
teman-temannya.
I. Diagnose Keperawatan
Isolasi Sosial
J. Intervensi
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan SP 1
keperawatan selama 3 x 24 Bina hubungan saling
jam Klien dapat berinteraksi percaya
dengan orang lain baik Identifikasi penyebab
secara individu maupun isolasi sosial
secara berkelompok dengan SP 2
kriteria hasil : Diskusikan bersama Klien
- Klien dapat membina keuntungan berinteraksi dengan
hubungan saling percaya. orang lain dan kerugian tidak
- Dapat menyebutkan berinteraksi dengan orang lain
penyebab isolasi sosial. Ajarkan kepada Klien cara
- Dapat menyebutkan berkenalan dengan satu orang
keuntungan berhubungan Anjurkan kepada Klien
dengan orang lain. untuk memasukan kegiatan
- Dapat menyebutkan berkenalan dengan orang lain
kerugian tidak berhubungan dalam jadwal kegiatan harian
dengan orang lain. dirumah
- Dapat berkenalan dan SP 3
bercakap-cakap dengan Evaluasi pelaksanaan dari
orang lain secara bertahap. jadwal kegiatan harian Klien
- Terlibat dalam aktivitas Beri kesempatan pada Klien
sehari-hari mempraktekan cara berkenalan
dengan dua orang
Ajarkan Klien berbincang-
bincang dengan dua orang tetang
topik tertentu
Anjurkan kepada Klien
untuk memasukan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang
lain dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 4
Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian Klien
Jelaskan tentang obat yang
diberikan (Jenis, dosis, waktu,
manfaat dan efek samping obat)
Anjurkan Klien memasukan
kegiatan
bersosialisasi dalam jadwal kegiatan
harian dirumah
Anjurkan Klien
untuk bersosialisasi dengan orang
lain
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria,
2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan,
individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya untuk mati.
Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep,
2010).
B. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan
skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh diri
adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan,
atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri
terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin,
dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca
melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
(Fitria, 2009).
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) :
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
D. Akibat
Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.
E. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan
darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap
luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi
suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi
berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik.
Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk
pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti
depresan dan psikoterapi.
F. Pohon Masalah
RESIKO BUNUH DIRI
↑
ISOLASI SOSIAL
↑
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
(Fitria, 2009)
G. Askep
1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
3. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
c) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
d) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
b) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
c) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
12. Daftar masalah keperawatan
a) Risiko bunuh diri.
b) Bunuh diri.
c) Isolasi sosial.
d) Harga diri rendah. (Fitria, 2009).
H. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Resiko bunuh diri
- klien mengatakan tidak ada harapan hidup lagi
- klien merasa tidak berguna lagi
- klien selalu mengatakan tentang kematian dirinya
- klien kadang menunjukkan secara verbal tentang
rencana bunuh diri
DO :
- klien tampak gelisah
- klien tampak sedih
- kontak mata kurang
- klien nampak putus asa
No Diagnosa Rencana Tindakan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko Bunuh Pasien tetap aman Setelah 3x Sp 1 :
Diri dan selamat pertemuan o Identifikasi benda2
- pasien mampu yang dapat
mengidentifikasi membahayakan pasien.
benda2 yang dapat o Amankan benda2
mampu yang dapat
mengendalikan membahayakan pasien.
dorongan bunuh o Lakukan kontrak
diri treatment.
- pasien mampu o Ajarkan cara
mengidentifikasi mengendalikan
aspek positif dan dorongan bunuh diri.
mampu Sp 2 :
menghargai diri o Identifikasi aspek
sebagai individu positif pasien.
yang berharga. o Dorong pasien untuk
- pasien mampu berpikir positif terhadap
mengidentifikasi diri
pola koping yang o Dorong pasien untuk
konstruktif dan menghargai diri sebagai
mampu individu yang berharga.
menerapkannya. Sp 3 :
- klien mampu o Identifikasi pola
membut rencana koping yang biasa
masa depan yang diterapkan pasien.
realistis dan o Nilai pola koping
mampu melakukan yang biasa dilakukan.
kegiatan. o Identifikasi pola
koping yang
konstruktif.
o Dorong pasien
memilih pola koping
yang konstruktif.
o Anjurkan pasien
menerapkan pola
koping yang
konstruktuif dalam
kegiatan harian.
Sp 4 :
o Buat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien.
o Identifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis.
o Beri dorongan
pasien melakukan
kegiatan dalam rangka
meraih masa depan.
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering
di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Purba dkk, 2008).
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif
atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku
kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
b. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima
sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang
wajar
c. Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajaR
d. Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal,
dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
C. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4. Emosi
a) Tidak adekuat
b) Tidak aman dan nyaman
c) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d) Tidak berdaya
e) Bermusuhan
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
erasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
D. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : Phenotizin
2) Obat anti depresi : Amitriptyline
3) Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
4) Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian :
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialami
b) Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau aktivitas lain dengan
berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi music
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.
F. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan
Intoksikasi
Penyalahgunaan obat
G. Askep
13. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk
rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
14. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah
sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
15. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
16. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
17. Aspek psikososial
e) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
f) Konsep diri
g) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat
h) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
18. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.
19. Kebutuhan persiapan pulang
f) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.
g) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian.
h) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
i) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
j) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
20. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
21. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
22. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
23. Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas.
24. Daftar masalah keperawatan
a) Perilaku kekerasan
b) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d) Harga diri rendah kronis
e) Isolasi social
f) Berduka disfungsional
g) Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif
h) Koping keluarga inefektif
H. Analisa Data
Data Subjektif Data Objektif
- Klien mengatakan ingin memukul - Sikap tampak kaku dan tegang\
orang lain - Agresif, agitasi
- Klien mengatakan ingin membunuh - Mengamuk
- Klien mengatakan benci semua - Peningkatan aktivitas motorik
orang - Mengepalkan tinju
- Merusak benda disekitar
I. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
Risiko Prilaku Kekerasan Selama perawatan diruangan, BHSP
pasien tidak memperlihatkan SP I:
perilaku kekerasan, dengan Diskusikan penyebab,
criteria hasil tanda dan gejala, bentuk dan
Dapat membina akibat PK yang dilakukan
hubungan saling percaya pasien serta akibat PK
Dapat mengidentifikasi |Latih pasien mencegah
penyebab, tanda dan gejala, PK dengan cara: fisik (tarik
bentuk dan akibat PK yang nafas dalam & memeukul
sering dilakukan bantal)
Dapat mendemonstrasika Masukkan dalam jadwal
n cara mengontrol PK harian
dengan cara :
- Fisik SP II:
- Social dan verbal Diskusikan jadwal harian
- Spiritual Latih pasien mengntrol
Minum obat teratur PK dengan cara sosial
Dapat menyebutkan dan Latih pasien cara
mendemonstrasikan cara menolak dan meminta yang
mencegah PK yang sesuai asertif
Dapat memelih cara Masukkan dalam jadwal
mengontrol PK yang efektif kegiatan harian
dan sesuai
Dapat melakukan cara SP III:
yang sudah dipilih untuk Diskusikan jadwal harian
mengontrl PK Latih cara spiritual untuk
Memasukan cara yang mencegah PK
sudah dipilih dalam kegitan Masukkan dalam jadawal
harian kegiatan harian
Mendapat dukungan dari SP IV
keluarga untuk mengontrol Diskusikan jadwal harian
PK Diskusikan tentang
Dapat terlibat dalam manfaat obat dan kerugian
kegiatan diruangan jika tidak minum obat secara
teratur
Masukkan dalam jadwal
kegiatan harian
6. WAHAM
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan sundeen,
2004)
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam
kenyataan. (Harold K, 2004)
B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks limbic.
Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamat.
Virus : paparan virus influensa pada trimester III
Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik abnormal
adanya gejala pemicu
C. Klasifikasi Waham
1. Waham Agama
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkjan secra berulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara berulang
yang tidak sesuai kenyataan
3. Waham Somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang yang
tidak sesuai kenyataan
4. Waham Curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
kenyataan
5. Waham Sisip Fikir
Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam fikiran yang
disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan
6. Waham Nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan
7. Waham Siar Fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun dia tidak
menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai
kenyataan
D. Manifestasi Klinis
Menurut Azis (2003), tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham, yaitu:
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung
E. Akibat
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan
F. Pohon Masalah
Resiko tinggi melalukan tindak kekerasan
H. Analisa Data
Data Subjektif Perubahan proses pikir :
- klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai waham
kenyataan
- Klien mengatakan berulang kali
Data Objektif :
- Klien tampak binggung
I. Intervensi
Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan Proses TUM: 1. Setelah … x 1. Bina hubungan
Pikir : Waham TUK: interaksi klien: saling percaya
1. Klien dapat Mau menerima dengan klien:
membina hubungan kehadiran perawat di Beri salam
saling percaya sampingnya. Perkenalkan diri,
dengan perawat Menyatakan mau tanyakan nama serta
menerima bantuan nama panggilan yang
perawat disukai.
Tidak menunjukkan Jelaskan tujuan
tanda-tanda curiga interaksi
Yakinkan dia
dalam keadaan aman
dan perawat siap
menolong dan
mendampinginya
Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
Perhatikan keb
dasar dan beri
bantuan u/
memenuhinya
Diskusikan
dengan klien cara-
cara mengatasi
situasi tersebut.
Diskusikan
dengan klien apakah
ada halusinasi yang
meningkatkan fikiran
/ perasaan yang
terkait wahamnya.
Hubungkan
kejadian-kejadian
tersebut dengan
wahamnya.
4. Klien dapat 4. Klien dapat 4. Bantu klien
mengidentifikasi membedakan mengidentifikasi
wahamnya pengalaman nyata keyakinannya yang
dengan pengalaman salah tentang situasi
wahamnya. yang nyata (bila
(3x interaksi) klien sudah siap)
Diskusikan
dengan klien
pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi
Katakan kepada
klien akan keraguan
perawat terhadap
pernyataan klien
Diskusikan
dengan klien respon
perasaan terhadap
wahamnya
Diskusikan
frekuensi, intensitas
dan durasi terjadinya
waham
Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
5. Klien dapat 5. Klien dapat 5. Diskusikan
mengidentifikasi menjelaskan dengan klien
konsekuensi dari gangguan fungsi pengalaman-
wahamnya (2x hidup sehari-hari pengalaman yang
interaksi) yang diakibatkan tidak
ide-ide / fikirannya menguntungkan
yang tidak sesuai sebagai akibat dari
dengan kenyataan wahamnya seperti :
seperti : Hambatan dalam
o Hubungan berinteraksi dg orang
dengan orang lain lain
o Pekerjaan Perubahan dalam
o Sekolah prestasi kerja /
o Prestasi, dsb sekolah
Ajak klien
melihat bahwa
waham tersebut
adalah masalah yang
membutuhkan
bantuan dari orang
lain
Diskusikan
dengan klien
orang/tempat ia
minta bantuan
apabila wahamnya
timbul / sulit
dikendalikan.
6. Klien melakukan 6. Klien dapat 6.1. Motivasi
teknik distraksi sbg melakukan aktivitas klien memilih dan
cara menghentikan yang konstruktif melakukan aktivitas
pikiran yg terpusat yang dapat yang membutuhkan
pada wahamnya mengalihkan fokus perhatian dan
klien dari ketrampilan fisik
wahamnya, sesuai 6.2. Bicara
dengan minatnya dengan klien topik-
(3X interaksi) topik yang nyata
6.3. Diskusikan
hobi/aktivitas yang
disukainya
6.4. Ikut
sertakan klien dalam
aktivitas fisik yang
membutuhkan
perhatian sebagai
pengisi waktu luang
6.5. Bertanggung
jawab secara
personal dalam
mempertahankan /
meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya
6.6. Beri
penghargaan bagi
setiap upaya klien
yang positif
7. Klien dapat 7.1. Keluarga 7. Diskusikan
dukungan keluarga dapat menjelaskan dengan keluarga
tentang pentingnya tentang :
cara-cara merawat Pengertian
klien di rumah waham
7.2. Keluarga Penyebab
dapat menjelaskan Gejala
cara-cara merawat Cara merawat
klien di rumah. Follow up dan
(4X pertemuan) obat
8. Klien dan 8. Klien dapat 6.7. Klien
keluarga dapat menggunakan obat dengan kesadaran
menggunakan obat dengan benar sendiri mau mentaati
dengan benar termasuk : program terapi medik
o Nama dan 8. Jelaskan dengan
orangnya klien / keluarga
o Jenis obat pentingnya obat bagi
o Dosis kesehatan klien
o Cara penggunaan 9. Diskusikan
obat dengan klien jenis
o Waktu obat, cara
o Side efek dan penggunaannya, side
tindakan yang harus efek obat serta kapan
dilakukan bila terjadi dia harus minta
efek samping obat pertolongan apabila
(3X interaksi) terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan
sebagai dampak
pemakaian obat
10. Jelaskan kepada
klien / keluarga
bahwa
pemberhentian /
perubahan dosis
harus sepengetahuan
dan saran dari dokter
yang merawat.
7. DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri
2. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan diri
yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
D. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
1. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a) a). Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya
E. Manifestasi Klinis
1. Fisik:
Badan bau, pakaian kotor
Rambut dan kulit kotor
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut yang bau
Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif
Menarik diri, isolasi diri
Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
3. Social
Interaksi kurang
Kegiatan kurang
Tidak mampu berprilaku sesuai norma
Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri
F. Akibat
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti pasien dikucilkan di
dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan kehilangan kemampuan
dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya.
G. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
Bina hubungan saling percaya
Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
Kuatkan kemampuan klien merawat diri
G.POHON MASALAH
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi sosial
A. PENENTUAN DIAGNOSA
Batasan Karakteristik
IDENTITAS KLIEN
Nama : TN. A Tanggal Dirawat :-
Umur : 38 Tahun Tanggal Pengkajian : 1-10-2020
Alamat : wonorejo Ruang Rawat :-
Pekerjaan : tidak bekerja
Jenis Kel. : laki – laki
No RM :
ALASAN MASUK
Tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI
Klien mengatakan jika ada masalah klien tidak mau bercerita karena klien merasa
takut,klien merasa lebih baik memendamnya sendiri,kelg klien mengatakan jika klien dulu
punya pacar dan pacar klien menjual sawah untuk dibelikan mobil kemudian mobilnya
dibawa ke kakaknya yang di Sumatra,mobilnya disana dijual tidak tahu buat apa lalu klien
pulang ke wonorejo klien juga sempat percobaan bunuh diri
FAKTOR PREDISPOSISI
RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
Jika Ya,Jelaskan
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan :
Klien Tidak mau minum obat
RIWAYAT TRAUMA
Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik Tidak Tidak tidak Tidak
pernah pernah pernah pernah
2. Aniaya seksual Tidak Tidak tidak Tidak
pernah pernah pernah pernah
3. Penolakan Tidak Tidak pernah Tidak
pernah pernah pernah
4. Kekerasan dalam keluarga Tidak tidak Tidak tidak
pernah pernah pernah pernah
5. Tindakan kriminal Tidak Tidak Tidak Tidak
pernah pernah pernah pernah
Jelaskan: Keluarga klien mengatakan jika dulu punya pacar dan pacar klien menjual
sawah untuk di belikan mobil kemudian mobilnya di bawa ke kakaknya yang di
Sumatra,mobilnya disana di jual tidak tahu buat apa lalu klien pulang ke wonorejo,klien
juga sempat percobaan bunuh diri.
STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti
biasanya
Jelaskan:
klien tampak tidak menyisir rambutnya ,gigi terlihat kotor klien mengatakan kalau
mandi dan keramas 1x dalam seminggu/ lebih dan tidak pernah gosok gigi
Diagnosa Keperawatan: deficit perawatan diri
2. Kesadaran
Menurun:
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Gangguan Tidur
Disosiasi
Berubah
Gangguan perhatian
Jelaskan:
Pada saat di Tanya klien selalu menjawab kalau punya teman tentara dan selalu
membawa kunci trap untuk berjaga-jaga
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses pikir
3. Disorientasi
waktu
tempat
orang
Diagnosa Keperawatan
4. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan:
klien akan berbicara jika di tanya ,jika tidak di Tanya maka klien hanya diam ,namun
klien menjawab semua pertanyaan dengan baik selama wawacara /pengkajian dan saat
berbicara klien selalu di ulang- ulang
Diagnosa Keperawatan: Gangguan interaksi sosial
5. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Klien tidak ada masalah pada aktifitas motoriknya
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas
Gagap
Stereotipi
Gaduh Gelisah Katatonik
Mannarism
Katapleksi
Tik
Ekhopraxia
Command automatism
Grimace
Otomatisma
Negativisme
Reaksi konversi
Tremor
Verbigerasi
Berjalan kaku/rigid
Kompulsif :
sebutkan
Jelaskan :
Tidak ada masalah
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
6.Afek dan Emosi
Adekuat
Tumpul
Merasa Kesepian
Apatis
Marah
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
Anhedonia
Eforia
Ambivalensi
Depresi/sedih
Cemas (Ringan, Sedang,Berat dan Panik)
Jelaskan:
Emosi : klien mengatakan bangga bisa menpunyai teman tentara
Pengecapan
Penciuman
Ilusi
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
Tidak ada
Derealisasi
Ada
Tidak ada
Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Ada
Tidak ada
Jelaskan:
Klien mengatakan sering mengalami penglihatan dan saat pengkajian klien
mengatakan ada bayangan orang yang mengejar atau mengikuti yang akan melawan
dirinya dan klien mengatakan tidak ada tindakan untuk menghilangkannya dan
bayangan itu selalu muncul tiba-tiba dan tidak bisa ditentukan waktunya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
8.Proses Pikir
a. Arus Pikir
Koheren
Inkoheren
Sirkumstansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilangan asosiasi
Bicara lambat
Flight of idea
Bicara cepat
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasi bunyi
Lain-lain
Jelaskan:
Pembicaran klien terkadang terdengar melompat-lompat pada ide-ide yang lain atau
perubahan topik yang lain serta sering mengulangi pembicaraan atau topic yang sama
tanpa di sadari oleh klien
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses pikir
b. Isi pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
Pikiran Bunuh Diri
Preokupasi
Pikiran Isolasi sosial
Ide yang terkait
Pikiran Rendah diri
Pesimisme
Pikiran magis
Pikiran curiga
Fobia,sebutkan…………..
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar / curiga
Nihilistik
Dosa
Sisip pikir
Siar piker
Kontrol
c. Bentuk Pikir
Realistik
Non Realistik
Dereistik
Otisti
Jelaskan:
Klien mengatakan merasa ada yang mengikuti dan selalu berjaga jaga dengan membawa kunci trap
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir
9.Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata kurang
Defensif
Curiga
Jelaskan:
Klien pada saat penkajian tidak kooperatif, kontak klien kurang ,kadang menatap
pada saat bicara kadang melihat obyek lain
10.Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
Amnesia
Paramnesia:
Konfabulasi
Dejavu
Jamaisvu
Fause reconnaissance
hiperamnesia
Jelaskan:
Klien dapat mengingat dengan baik berapa saudaranya dan semua laki-laki,dan klien
yang anak terkecil, klien mampu berhitung dan membaca
Tingkat konsentrasi klien baik ,klien mampu diajak berbicara dan klien mampu
menulis angka namun tidak mampu berhitung
12.Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan:
Klien mampu mengambil keputusan sederhana dengan di ingatkan oleh keluarganya
PEMERIKSAAAN
FISIK Tanggal:
Senin,5/10/2020
1. Keadaan umum :
keadaan klien baik
2. Tanda vital:
TD 152/82 mm/Hg
N 87x/m
S 36.4⸓
P 20 x/m
3. Ukur: BB 65.kg Tb 165 cm
Turun
Naik
4. Keluhan fisik:
Tidak
Ya,
Jelaskan
Klien mengatakan kepala sering terasa sakit dan klien minum obat paramex
Keterangan :
= klien
= laki - laki
= perempuan
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= meninggal
= serumah
Penjelasan genogram
Klien mengatakan orang tuanya sudah meninggal ,klien 3 bersaudara semua laki-laki dan sudah
menikah semua, klien anak ke 3dan belum menikah ,sedangkan klien tinggal serumah bersama
kakaknya no 2
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
klien mengatakan menerima dirinya dan tubuh dengan baik ,klien mengatakan
senang terhadap tubuhnya yang normal
b. Identitas :
c. Peran :
klien berperan sebagai adik dan klien membantu memenuhi kebutuhan hidup kakak
iparnya
d. Ideal diri :
e. Harga diri :
klien mengatakan malu dengan warga sekitar karena tidak punya pekerjaan yang
tetap,kontak mata kurang dan sering tidak mau melihat bila di ajak bicara
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan mempercayai dengan agama yang dianutnya dan mengatakan
percaya adanya Tuhan.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rutin mengikuti ibadah setiap minggu di gereja.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah
MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Lain-lain,
jelaskan Jelaskan:
Diagnosa Keperawatan: Mekanisme koping
ASPEK MEDIS
Diagnosis medik:
SCHIZOFRENIA
PARANOID Terapi medik:
Resperidon 0-0-0-1
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH POHON MASALAH
1 Data subyektif : Sindrom pasca
Keluarga klien mengatakan trauma Harga diri rendah
jika klien dulu punya pacar dan
pacar klien menjual sawah
untuk di belikan Mekanisme koping tak efektif
mobil,kemudian mobilnya di
bawa ke kakaknya yang di
Sumatra.mobilnya disana di Sindrom pasca trauma
jual tidak tahu buat apa lalu
klien pulang ke wonorejo,klien
juga sempat percobaan bunuh
diri
Data obyektif :
Bila di ajak bicara kontak mata
klien berkurang
Data obyektif :
Klien sering membawa
kunci trap untuk berjaga-
jaga bila ada yang
mengikutinya
NO DATA MASALAH POHON MASALAH
6 Data subyektif : Harga
Klien mengatakan malu dirirendah Gangguan sensori persepsi (halusinasi)
dengan warga sekitar karena
tidak punya pekerjaan tetap
Data oyektif : Kerusakan interaksi sosial
Kontak mata kurang dan
sering tidak mau melihat
bila di ajak bicara Harga diri rendah
POHON MASALAH
Yuni sulistyowati
1901110565
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
4.Klien dapat
7-10-2020 4. 1Dalam 2 kali
melakukan Observasi:
interaksi klien Untuk mengetahui kemajuan
perawatan Identifikasi usia dan
melaksanakan klien dalam merawat diri dan
budaya dalam
diri:berpakaian praktek perawatan membantu berpakaian sebagai respon positif
dan berhias diri mengenakan dan berhias terhadap tindakan klien.
pakaian dan berhias Terapeutik: Memberitahu klien
meningkat. Sediakan pakaian pada bagaimana cara perawatan diri
o Ganti pakaian tempat yang mudah
dijangkau dengan alat yang
2X sehari
o Berhias sehabis Sediakan pakaian digunakannya.
mandi pribadi, sesuai Agar klien bisa perawatan diri
o Gunting kuku kebutuhan secara mandiri.
setelah mulai Fasilitas mengenakan Agar klien terbiasa dengan
pakaian, jika perlu
panjang kegiatan yang telah diajarkan
Fasilitas berhias (mis,
o Potong rambut menyisir rambut, oleh pearwata dan keluarga
bila Panjang merapikan kumis atau
o Memakai jenggot, potong
pakaian yang rambut)
senada Jaga privasi selama
o Cukur kumis berpakaian
dan jenggot bila Tawarkan untuk
panjang laundry, jika perlu
Berilah pujian
terhadap
kemampuan
berpakaian secara
mandiri
Edukasi:
Informasikan pakaian
yang tersedia untuk
dipilih, jika perlu
Ajarkan mengenai
pakaian, jika perlu
PERTEMUAN TERAKHIR
1. Salam terapeutik.
Selamat Siang mas, bertemu lagi dengan saya. Sesuai dengan kesepakatan kita hari senin
kemarin kalau hari ini kita lanjutin ngobrol lagi ya mas.
5. Tahap kerja.
SP 1 : Melatih Klien cara-cara perawatan kebersihan diri (Mandi)
a. Identifikasi masalah perawatan diri
Mas berapa kali biasanya mandi? Kenapa mas bisa sampai lupa madi ?
b. Menjelaskan Pentingnya menjaga Kebersihan diri
Kalau begitu kita sekarang bicara tentang pentingnya mandi. Coba mas
pikirkan, kalau mas mandi tidak mandi, apa yang mas A rasakan? Nah
sekarang saya akan menyebutkan gunanya jika mas mandi.
Pertama : mas bersih,kalau yang kedua menurut mas A apa mas?
Coba mas ingat-ingat dulu
Iya mas benar, lalu apa lagi mas?
Iya, mas bagus sekali. Terus,kalau ibu tidak mandi apa akibatnya? Iya,
mas bagus sekali.
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
“baiklah mas, sekarang coba mas sebutkan dulu alat-alat yang biasanya
digunakan mas untuk mandi”
“saya sebutkan dulu ya mas, pertama sabun, lalu apa lagi mas?”
“Benar mas, lalu apa lagi mas?”
“Benar sekali mas?”
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri : Sikat Gigi
“ Nah mas sudah mengetahui alat-alat mandi, sekarang saya akan
menjelaskan cara-cara mandi terutama sikat gigi ya mas.
"kita mulai dengan mandi ya mas, pertama kali guyur seluruh tubuh,ambil
sabun tuangkan sabun ke telapak tangan lalu gosok-gosok lalu usapkan ke
seluruh tubuh”
Selanjutnya, gosok gigi ya mas,
Pertama beri pasta gigi di atas sikat gigi , beri sedikit air lalu digosokan ke
mulut dan gigi setelah itu kumur-kumur dan buang airnya.
Kalau sudah selesai mandi ibu keringkan badan mas pakai handuk lalu
memakai pakaian .
Kalau mas melakukan kegiatan ini nanti badannya tidak akan lengket-
lengket dan bau lag, tiap hari mas nanti jadi harum.
e. Memasukan dalam jadwal kegiatan
Mas A tadi kita sudah selesai membicarakan mengenai cara menjaga
kebersihan diri, nanti mas mau mandi jam berapa ?sikat gigi? Baik mas
saya masukan ke jadwal ya”
6. Tahap terminasi
Isi dari terminasi adalah:
Evaluasi subyektif
Bagiamana perasaan mas hari ini setelah bercakap-cakap?
Evaluasi obyektif
Tadi kita sudah bercakap-cakap mengenai kebersihan diri, coba mas sebutkan
pentingnya mandi,gosok gigi dan alat-alat mandi tadi meliputi apa saja mas?
Rencana tindak lanjut.
mas, tadi kan sudah dibuat jadwal kapan mas mau melakukannya, nanti sama
mbakyu mas dan besok saya cek ya sudah dilakukan apa belum. Kalau mas
melakukan sendiri tanpa diingatkan, nanti jadwal saya tulis M ya, kalau masih
perlu diingatkan saya tulis B ya.
Mengetahui
Pembimbing institusi Pembimbing lahan
Carpenito, Lynda Juall. 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, Jakarta, EGC
Deborah, Otong. 1995, Psychiatric Nursing Biological and Behavior Concept, WB.
Aunders
Kapaln & Saddock, 1997, Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Psikiatri Klinis, Bina
Rupa Aksara, Jakarta
Kelliat, Budi Anna, dkk, 1998, Proses keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC
Maramis, Willy F, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, University Airlangga
Press
Rawlin & Heacock, 1993, Clinical Manual of Psychiatryc Nursing, CV. Mosby, St. Loise
SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen 1998. Buku Saku Kperawatan. Edisi 3 Jakarta,
EGC Stuart, Gail Wiscarz. 2005. Buku Saku Kperawatan Jiwa Edisi 5, Jakarta, EGC
Towsend, Marry C. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Membuat Rencana Perawatan, Eddisi 3, Jakarta, EGC
SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
DOKUMENTASI DARING KEPERAWATAN JIWA