Anda di halaman 1dari 7

Nama: Anida Chairatunnisa

NIM: 06111181823069

Filsafat Perenialisme

A. Pengertian Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata dasar perenial yang berarti abadi atau kekal yang
selalu ada tanpa akhir. Perenialisme memandang pola perkembangan kebudayaan
sepanjang zaman merupakan sebagai pengulangan dari apa yang telah ada sebelumnya
sehingga perenialisme disebut juga sebagai tradisionalisme. Esensi aliran ini yaitu
menerapkan nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu
seperti itu sepanjang sejarah manusia. Perenialisme sering dianggap sebagai suatu aliran
yang ingin kembali atau mundur kepada nilai-nilai kebudayaan masa lampau.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi dan solusi terhadap pendidikan progresif
dan atas terjadinya keadaan yang mereka sebut sebagai krisis kebudayaan dalam
kehidupan manusia modern. Untuk mengatasi hal tersebut aliran ini menggunakan
kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum tyang telah menjadi pandangan hidup yang
kuat, kukuh pada zaman kuno, dan abad pertengahan. Perenialisme mengambil analogi
realita sosial budaya manusia seperti realita sepohon bunga. Pohon bunga akan berbunga
musim demi musim, datang dan pergi secara tetap sepanjang tahun dan masa.
Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan
krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia. Mengatasi krisis ini perenialisme
memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive
road to culture. Oleh sebab itu perenialisme memandang penting peranan pendidikan
dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada kebudayaan
masa lampauyang dianggap cukup ideal yang telah teruji ketangguhannya.

B. Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai countinuing


troughout the whole year atau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau
kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa perenialisme mengandung
kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai – nilai dan norma – norma yang bersifat
kekal dan abadi.
Pendiri dari aliran ini adalah Aristoteles yang kemudian didukung dan dilanjutkan
St. Thomas Aquinas pada abad ke – 13. Munculnya aliran ini adalah sebagai alat atau
cara untuk menghadapi krisis yang dihadapi manusia saat ini. Perenialime menganggap
kenyataan dalam kebudayaan manusia saat ini mengalami krisis. Oleh karena itu
perenialisme memberikan suatu pemecahan dengan jalan “kembali pada kebudayaan
masa lampau”, kebudayaan yang dianggap ideal. Perenialisme lahir dari suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang bahwa jalan kembali, atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud adalah melalui
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan haruslah lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

C. Sejarah Filsafat Perenialisme

Aliran perenialisme lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perennialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk
mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-
nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat
dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan
ortimer Adler.
Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perennialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan suatu yang baru. Perennialisme memandang situasi didunia ini penuh
kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama pada kehidupan moral,
intelektual dan sosial kultural. Maka perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak
beresan ini. Teori atau konsep pendidikan perennialisme dilatar belakangi oleh filsafat-
filsafat Plato yang merupakan bapak edialime klasik, filsafat Aristoteles sebagai bapak
realisme klasik dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat
Aristoteles dengan ajaran (filsafat) greja katolik yang tumbuh pada zamannya (abat
pertengahan).
Kira-kira abad ke-6 hingga abad ke-15 merupakan abad kejayaan dan keemasan
filsafat perenialisme. Namun, mungkin saja kita bisa saja dengan terburu-buru melihat
perkembangan filsafat perenial ini hanya dalam kerengka sejalan pemikiran barat saja,
melainkan juga terjadi di wilayah lainnya . dan memang harus tetap diakui bahwasanya
jejak perkembanganfilsafat perenial jauh lebih tampak
Dalam konteks sejarah perkembangan intelektual barat, apalagi sebagai jenis
filsafat khusus, filsafat ni mendafat eleborasi sistem dari para perenialis barat, seperti
Agostino Steunco. Namun, filsafat perenial atau yang sering disebut sebagai
kebijaksanaan univeral, disebabkan oleh beberapa alasan yang kompleks secara
berangsur-angsur mulai rumtuh menjelang akhir abad ke-16. Salah satu alasan yang
paling dimonan adalah perkembangan yang pesat dari pilsafat materialis. Filsafat
materialis ini membawa perubahan yang radikal terhadap paradigma hidup dan pemikiran
manusia pada saat itu.
Memasuki abad ke-18, karena pengaruh filsafat materialis, bayak aspek relita yang
diabaikan, dan yang tinggal hanyalah mekanistik belaka. Filsafat materialis ini begitu
kuat mempengaruhi pola pikir manusia abad modern yang merentang sejak abad ke-16
hingga akhir abad ke-20. Memasuki akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, sehingga
pada tiap-tiap bentuk pemikiran baru yang muncul hingga pada zaman kontemporer. Dan
zaman kontemporer inilah dapat dikatakan zaman kebangkitan filsafat perennialisme.
D. Ciri-ciri Filsafat Perenialisme

Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah:


1. Perenialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar
yang menjiwai pendidikan pada masa yunani kuno dan abad pertengahan.
2. Perenialisme beranggapan bahwarealita itu mengandung tujuan
3. Perenialisme beranggapan bahwa belajar adalah latihan dan disiplin mental
4. Perenialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam,
penuh kedamaian, dan transcendental.
Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai
berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal
yang memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri
siswa.
2. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita
yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia.
3. Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan.
4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan,
sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah.

E. Tokoh-tokoh Filsafat Perenialisme

1. Robert Maynard Hutchins


Robert Maynard Hutchins mengembangkan kurikulum berdasarkan penelitian
buku besar bersejarah dan pembahasan buku klasik.
2. Ortimer Adler
Ortimer Adler mengatakan bahwa jika seorang manusia adalah makhluk rasional
yang merupakan hakikat yang senantiasa seperti itu sepanjang sejarahnya maka
tentulah manusia memiliki gambaran yang tetap dalam hal program pendidikan
dengan tidak mengikutkan peradaban dan masa tertentu.
3. Plato
Plato berpandangan bahwa manusia tidak menciptakan kebenaran, pengetahuan,
dan nilai moral melainkan bagaimana menemukan semuanya itu. Dengan
menggunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh
manusia.
4. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas berpandangan tentang realitas bahwa segala sesuatu yang ada,
adanya itu karena diciptakan oleh Tuhan dan tergantung kepada-Nya. Sedangkan
dalam hal pengetahuan, Thomas Aquinas mengemukakan bahwa pengetahuan itu
diperoleh sebagai persentuhan antara dunia luar dan atau oleh akal budi yang
kemudian menjadi pengetahuan.

F. Prinsip-prinsip Pendidkan Filsafat Perenialisme

Prinsip – prinsip pendidikan aliran Esensialisme antara lain :


1. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan
dan menekankan pentingnya prinsip disiplin.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah
ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena
dianggap tuntunan demokrasi yang nyata.

G. Pandangan -Pandangan Aliran Perenialisme

Pandangan perenialisme tentang ontology, epistimologi, dan aksiologi Pada Aliran


Perenialisme

1. Pandangan ontology Perenialisme


Ontology perenialisme terdiri dari pengertian – pengertian seperti benda individual,
esensi, aksiden, dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita
dalam aspek – aspek perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana
yang tampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan pancaindra seperti batu,
rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna dan aktivitas tertentu. Dari penangkapan ini
dapat dihayati perwujudan dari benda – benda tersebut seperti bentuk dan warna. Esensi
dari sesuatu adalah kualitas yang menjadikan atau menyebabkan benda itu lebih intrinsic
daripada fisiknya seperti manusia ditinjau dari esensina adalah makhluk. Sedangkan
aksiden adalah keadaan – keadaan khusus yang dapat berubah – ubah dan sifatnya kurang
penting dibandingkan dengan yang esensial. Misalnya, orang suka bermain sepatu roda,
atau suka berpakaian bagus. Perenialisme mengemukakan bahwa realita itu bersifat
teleologis, yang berarti mengandung tujuan. Oleh karena semua hal itu bersumber pada
kenyataan yang bersifat spiritual, maka tiap – tiap itu terarah untuk mencapai tujuan
masing – masing.

2. Pandangan epistemology perenialisme


Menurut perenialisme ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat diketahui dan
nyata, sedangkan hal yang dapat diketahui dan nyata itu adalah apa yang terlindung
dengan kepercayaan. Jadi, jika seseorang mempercayai adanya sesuatu hal maka hal itu
adalah sesuatu yang nyata dan dapat diketahui. Sesuatu dikatakan nyata dan dapat
diketahui apabila sesuatu itu benar. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukan
kesesuaian antara pikiran dan benda – benda. Benda – benda disini adalah sesuatu yang
bersifat abadi. Ini berarti, bahwa perhatian mengenai kebenaran merupakan esensi dari
hal yang nyata dan dapat diketahui.

3. Pandangan aksiologi perenialisme


Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan asas – asas supernatural, yakni
menerima universal yang abadi. Dengan asas seperti itu, ontology dan epistimologi tidak
hanya disadasarkan pada prinsip teologi dan supernatural, tetapi juga aksiologi. Khusus
dalam tingkah laku manusia, manusia sebagai subjek telah memiliki potensi–potensi
kebaikan sesuai dengan kodratnya, disamping kecenderungan – kecenderungan dan
dorongan-dorongan kearah yang tidak baik.

H. Implikasi Filsafat Perenialisme dalam Pendidikan

a. Pendidikan
Perenialisme memandang edukation as cultural regresion: pendidikan sebagai jalan
kembali,atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan yang ideal. Tugas
pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti,
absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang
kebudayaan ideal tersebut.
Sejalan dengan hal diatas, perenialist percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga
bersifat universal dan abadi. Robert M. Hutchins mengemukakan ”Pendidikan
mengimplikasikan pengajaran. Pengajaran mengiplikasikan pengetahuan. Pengetahuan
adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun dan kapan pun adalah sama”. Selain itu,
pendidikan dipandang sebagai suatu persiapan untuk hidup, bukan hidup itu sendiri.
b. Tujuan pendidikan
Bagi perenialist bahwa nilai-nilai kebenaran bersifat universal dan abadi, inilah yang
harus menjadi tujuan pendidikan yang sejati. Sebab itu, tujuan pendidikannya adalah
membantu peserta didik menyingkapkan dan menginternalisasikan nila-nilai kebenaran
yang abadi agar mencapai kebijakan dan kebaikan dalam hidup.
c. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga tempat latihan elite intelektual yang mengetahui kebenaran
dan suatu waktu akan meneruskannya kepada generasi pelajar yang baru. Sekolah adalah
lembaga yang berperan mempersiapkan peserta didik atau orang muda untuk terjun
kedalam kehidupan. Sekolah bagi perenialist merupakan peraturan-peraturan yang
artificial dimana peserta didik berkenalan dengan hasil yang paling baik dari warisan
sosial budaya.
d. Kurikulum
Kurikulum pendidikan bersifat subject centered berpusat pada materi pelajaran. Materi
pelajaran harus bersifat uniform, universal dan abadi, selain itumateri pelajaran terutama
harus terarah kepada pembentukan rasionalitas manusia, sebab demikianlah hakikat
manusia. Mata pelajaran yang mempunyai status tertinggi adalah mata pelajaran yang
mempunyai “rational content” yang lebih besar.
e. Metode
Metode pendidikan atau metode belajar utama yang digunakan oleh perenialist adalah
membaca dan diskusi, yaitu membaca dan mendikusikan karya-karya besar yang tertuang
dalam the great books dalam rangka mendisiplinkan pikiran.
f. Peranan guru dan peserta didik
Peran guru bukan sebagai perantara antara dunia dengan jiwa anak, melainkan guru juga
sebagai “murid” yang mengalami proses belajar serta mengajar. Guru mengembangkan
potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan moral authority (otoritas moral) atas
murid-muridnya karena ia seorang propesional yang qualifiet dan superior dibandingkan
muridnya. Guru harus mempunyai aktualitas yang lebih, dan perfect knowladge.

I. Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Perenialisme

Kelebihan:

1. Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang


menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam
pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada
kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
2. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains.
Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-
bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang
diciptakan oleh manusia.
3. Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan
pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan
dasar.
4. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme
memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang.
5. Dalam pendidikan perenialisme, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan
bakat dan kemampuannya dan siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan
pendapatnya.
6. Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan
yang timbul di awal pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa pasti
akan lebih mengingat materi yang sedang dipelajari.
7. Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian
dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

Kelemahan:

1. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-


hari. Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut,
kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi
ke masa lalu.
2. Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut
mereka perubahan banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural.
3. Focus perenialisme mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan
abadi , hal ini akan berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan
minat-minat siswa.
4. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah.
Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru.
5. Dalam pendidikan perenialisme, siswa menjadi orang yang mementingkan diri
sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban
demi kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai